Anda di halaman 1dari 30

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sectio Caesarea

2.1.1 Definisi

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru sofian

dalam Nanda, 2016). Sectio caesarea adalah pembedahan yang melahirkan

janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau

suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Sarwono

dalam Padila, 2015).

Dalam operasi sectio caesarea, ada tujuh lapisan yang diiris pisau

bedah yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan

dalam perut, lapisan luar rahim dan rahim. Setelah bayi dikeluarkan,

lapisan itu kemudian dijahit lagi satu per satu sehingga jahitannya berlapis

– lapis.

2.1.2 Jenis – jenis operasi sectio caesarea.

1. Sectio caesarea transperitoenalis.

Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada

corpus uteri) dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada

korpus uteri kira – kira 10 cm.

a. Kelebihannya adalah :

1) Mengeluarkan janin dengan cepat.


7

2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal.

b. Kekurangannya adalah :

1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada

repri torealis yang baik.

2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri

spontan.

2. Sectio caesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada

segmen bawah rahim).

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen

bawah rahim (low servical transversal) kira – kira 10 cm.

a. Kelebihannya adalah :

1) Penjahitan luka lebih mudah.

2) Penutupan luka dengan feperitorealisasi yang baik.

3) Tumpang tindih dari peritoreal flap.

4) Menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritenium.

5) Perdarahan tidak begitu banyak.

6) Kemungkinan rupture uteri berkurang atau lebih kecil.

b. Kekurangannya adalah :

1) Luka dapat melebar kekiri, kanan dan bawah sehingga dapat

menyebabkan uteri pecah. Hal ini mengakibatkan perdarahan

banyak.

2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.


8

3) Sectio caesarea extra peritonealis yaitu tanpa membuka

peritonium parietalis dengan demikian tidak membuka cavum

abdominal.

3. Vagina (sectio caesarea vaginalis).

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai

berikut :

a. Sayatan memanjang (Longitudinal).

b. Sayatan melintang (Transversal).

c. Sayatan huruf T (T Insicion).

2.1.3 Etiologi

2.1.3.1 Etiologi yang berasal dari Ibu.

1) Pada primigravida dengan kelainan letak primi para tua disertai

kelainan letak.

2) Disproporsi selfalo pelvik (disproporsi janin/ panggul).

3) Ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk.

4) Terdapat kesempitan panggul.

5) Plasenta previa terutama pada primi gravida.

6) Solusio plasenta.

7) Komplikasi kehamilan yaitu :

a) Pre eklamsi – eklamsi.


9

b) Ketuban pecah dini.

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.

c) Atas permintaan.

d) Kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM).

e) Gangguan perjalanan persalinan(kista ovarium, mioma uteri dan

sebagainya).

2.1.3.2 Etiologi yang berasal dari Janin.

1) Fetal distres/ gawat janin.

2) Mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin.

3) Prolaps tali pusat dengan pembukaan kecil.

4) Kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi.

2.1.4 Manifestasi Klinis

1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior).

2) Panggul sempit.

3) Disproporsi Cefalo Pelvik (CPD), yaitu ketidakseimbangan antara

ukuran kepala dan ukuran panggul.

4) Rupture uteri terancam.

5) Partus lama (prolonged labor).

6) Partus tak maju (obstructed labor).

7) Distosia serviks.
10

8) Pre eklamsi dan hipertensi.

9) Mal presentasi janin (letak lintang, letak bokong, presentasi dahi dan

muka/ letak defleksi, presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil).

10) Gemelli.
11

2.1.5 Patofisologi (Web Of Caution).


Infeksi dan Inflamasi

Menginduksi kontraksi uterus atau kelemahan

Tekanan intra Kualitas selaput ketuban Serviks yang


uterin meningkat kurang baik inkompeten

KETUBAN PECAH DINI


Normal Pembedahan sectio caesarea

Post Sectio Caesarea


Pre Sectio Caesarea

Klien tidak Efek obat anestesi Luka insisi Sistem reproduksi


Post partum
Kurang informasi mengetahui operasi
nifas
prosedur
pembedahan Penurunan kerja
MK : Uterus kontraksi
Kesalahan interpretasi otot eliminasi Terputusnya
Distensi
inkontinuitas Nyeri
MK : Kurang kandung kemih
pengetahuan jaringan Terjadi perdarahan
Penurunan
MK : Cemas/ peristaltik usus Imobilisasi
Ansietas Oedem, memar Jaringan MK : Resiko
diuretra kekurangan volume
terbuka
MK : cairan
MK : MK : Nutrisi MK : Gangguan
MK : Gangguan
Konstipasi kurang eliminasi urine Kerusakan rasa nyaman
integritas kulit
12

2.1.6 Pemeriksaan penunjang.

1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin.

2) PemantauanElektrokardiogram (EKG).

3) Jumlah Darah Lengkap (JDL) dengan diferensial.

4) Elektrolit.

5) Hemoglobin/ hematokrit.

6) Golongan darah

7) Urinalisis.

8) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi.

9) Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.

10) Utrasound sesuai pesanan.

2.1.7 Komplikasi sectio caesarea.

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan tindakan ini antara lain :

a) Infeksi purperalis (nifas).

1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan

perut sedikit kembung.

3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.

b) Perdarahan.

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

2) Perdarahan pada plasenta bed.

3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi.


13

4) Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.

2.1.8 Prosedur keterampilan klinik sectio caesarea.

Menurut Prawirohardjo (2006), ada beberapa langkah klinik yang

dilakukan yaitu :

a. Persetujuan medik.

b. Menetapkan indikasi sectio caesarea.

c. Menentukan jenis sectio caesarea.

d. Mempersiapkan tim.

e. Pencegahan infeksi dan persiapan operasi.

Perawatan pre dan post operatif pada sectio caesarea yaitu :

a. Persiapan Klien sebelum operasi meliputi :

1) Isilah formulir ijin operasi (informed consent).Jelaskan

prosedur operasi kepada pasien dan keluarga.

2) Pemeriksaan yang harus dilakukan meliputi pemeriksaan fisik,

riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, pemeriksaan

laboratorium, pemeriksaan EKG dan lainnya.

3) Di Ruang Perawatan Klien dengan ± 6 jam puasa. Kliendarurat

yang tidak dapat puasa harus dipasang pipa lambung (ukuran

18 – 20) dan dihisap sampai benar – benar kosong. Setelah

kosong, berikan antasida (magnesium trisilikat 20 ml) lalu pipa

lambung dicabut. Kalau memungkinkan ada jeda waktu 30

menit antara antasida diberikan dan anestesia dimulai.


14

4) Premedikasi yang harus diberikan adalah atropin. Bagi orang

dewasa untuk bedah efektif diberikan 0,5 mg IM 45 menit

sebelum anestesia. Untuk bedah darurat diberikan 0,25 mg IM

dan 0,25 mg IV 5 menit sebelum anestesia dimulai.

5) Diperiksa ulang apakah sudah lengkap pemeriksaan yang

diperlukan seperti darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula

darah (untuk sectio caesarea elektif). Untuk sectio caesarea

emergensi cukup pemeriksaan Hb, Ht, golongan darah.

6) Baju Klien diganti dengan baju khusus untuk dipakai ke ruang

tunggu kamar operasi.

7) Pasang infus, Ringer laktat atau larutan NaCl 0,9%.

8) Sebelum masuk ke kamar operasi diganti dengan baju/ tutup

badan untuk di kamar operasi.

9) Baringkan pasien pada posisi tidur (pasang tensimeter,

stetoskop pre cordial).

10) Dipasang folley kateter.

b. Manajemen Post Operatif.

1. Posisi Klien.

a) Klien dibaringkan miring di dalam kamar pulih dengan

pemantauan ketat : tekanan darah, nadi, pernafasan tiap 15

menit dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam

berikut dan selanjutnya tiap jam.


15

b) Klien tidur dengan muka ke samping dan yakinkankepalanya

agak tengadah agar jalan nafas bebas.

c) Letakkan tangan atas di depan badan agar mudah melakukan

pengambilan tensi.

2. Mobilisasi.

Klien telah dapat menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya

sedikit, kemudian dapat duduk pada jam ke 8 – 12.Ia dapat

berjalan bila mampu pada 24 jam pasca bedah bahkan mandi

sendiri pada hari kedua.

3. Makan dan minum.

a) Setelah diperiksa peristaltic pada 6 jam pasca bedah, bila

positif maka ia akan dapat diberikan minum hangat sedikit dan

kemudian lebih banyak terutama bila mengalami anestesi

spinal dan pasien tidak muntah. Pada anestesi umum mungkin

akan lebih lambat timbulnya peristaltic.

b) Klien dapat makan lunak atau biasa pada hari pertama. Infus

dapat diangkat 24 jam pasca bedah. Bila Klien telah flatus

makan ia dapat makan.

c) Kateter dapat dicabut 12 jam pasca bedah.

4. Perawatan luka.

a) Kasa perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila basah

dan berdarah harus dibuka dan diganti. Umumnya kasa perut

diganti pada hari ke 3 – 4 sebelum pulang dan seterusnya


16

pasien mengganti setiap hari. Luka dapat diberikan salep

betadine sedikit.

b) Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 hari pasca

bedah.

5. Perawatan gabung.

a) Klien dapat dirawat gabung dengan bayi dan memberikan ASI

dalam posisi tidur atau duduk.

6. Laboratorium.

a) Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan ialah Hb dan Ht.

biasanya akan terdapat penurunan Hb 2%.

b) Bila Hb dibawah 8%, dipertimbangkan untuk transfuse.

7. Pengangkatan kateter.

a) Kateter dibuka 12 – 24 jam pasca bedah. Bila terdapat

hematuria maka pengangkatan dapat ditunda.

b) Kateter akan tetap dipertahankan bila : rupture uteri, partus

lama, edema parineal, sepsis, perdarahan.

8. Memulangkan Klien.

a) Perawatan 3 – 4 hari kiranya cukup untuk Klien. Berikan

instruksi mengenai perawatan luka dan keterangan tertulis

mengenai teknik pembedahan.

b) Klien diminta datang untuk ditindaklanjuti mengenai

perawatan luka 7 hari setelah pulang. Klien dapat mandi biasa

setelah hari ke 5 dengan mengeringkan luka dan merawat luka

seperti biasa.
17

c) Klien diminta datang segera bila terdapat : perdarahan, demam

dan nyeri perut berlebihan.

c. Nasehat dan konseling pasca operasi.

1. Kepada keluarga Klien.

a) Beritahukan bahwa operasi telah selesai dan sampaikan

jalannya operasi, kondisi Ibu saat ini dan apa yang

diharapkan minimal mencakup 24 jam pasca operasi. Waktu

lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan dan keadaan

bayi. Resiko reproduksi pasien dan kehamilan/ persalinan

yang akan datang.

b) Jelaskan rencana perawatan dan perkiraan waktu Klien dapat

dipulangkan.

c) Mintakan pada keluarga untuk ikut mengawasi pasien

khususnya terhadap resiko fungsi reproduksi berupa bekas

sectio caesarea.

2. Kepada Klien pasien (setelah sadar).

a) Beritahukan bahwa keadaan Klien saat ini, waktu lahir, jenis

kelamin, panjang badan, berat badan dan keadaan bayi.

b) Lakukan konseling dan rencanakan upaya – upaya

pencegahan kehamilan. Jelaskan hingga Klien memahami,

menerima dan dapat memilih metode kontrasepsi yang

sesuai.
18

c) Jelaskan kembali resiko yang dihadapi oleh Klien, berikan

cukup waktu untuk berdiskusi hingga diyakini bahwa Klien

telah cukup mengerti dan paham.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis.

2.2.1 Pengkajian

1. Identitas Klien.

Meliputi nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, diagnosa medis.

2. Status perkawinan.

a) Jumlah perkawinan : tanyakan pada kilen sudah berapa kali

menikah.

b) Lama pernikahan : tanyakan pada klien sudah berapa lama.

3. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama.

Klien mengeluh nyeri didaerah perut pasca bekas operasi.

b) Riwayat Kesehatan Dahulu.

Tanyakan apakah Klien pernah menderita penyakit seperti jantung,

ginjal, asma, hipertensi, diabetes militus, hepatitis, epilepsi dan

penyakit lainnya.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga.

1) Penyakit keturunan/penyakit menular.


19

Tanyakan pada Klien adakah anggota keluarga yang menderita

penyakit yang diturunkan secara genetik seperti panggul sempit,

apakah ada keluarga yang menderita penyakit menular.

2) Riwayat kehamilan kembar/genetik.

Tanyakan apakah ada keluarga Klien yang mempunyai riwayat

kehamilan kembar.

4. Genogram.

Dimulai dari 3 generasi (kakek, nenek, ayah, ibu dan anak).

5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang.

a) Tanyakan pada Klien sudah melahirkan berapa kali, tanyakan berapa

lama kehamilan yang sekarang dan tanyakan apakah Klien pernah

abortus.

b) Tanyakan apakah Klien mempunyai kelainan pada saat hamil.

c) Tanyakan tanggal berapa persalinan anak sebelumnya (jika Klien

sudah pernah melahirkan).

d) Tanyakan Klien sebelumnya melahirkan secara spontan atau sectio

caesarea.

e) Tanyakan apakah sewaktu persalinan yang terdahulu Klien pernah

mengalami perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa dan

dimana tempat melahirkan.

f) Tanyakan apakah kondisi anak sebelumnya normal atau

mengalamikecacatan.

g) Tanyakan Klien kapan hari pertama haid terakhir (HPHT).

h) Tanyakan pada Klien adakah penyulit persalinan sewaktupersalinan.


20

6. Riwayat Pola Pemeliharaan Kesehatan.

a) Nutrisi.

Tanyakan pada Klien pola makan selama dirumah teratur apa tidak,

jenis makanan nya apa, tanyakan apakah ada makanan tambahan

selain nasi, tanyakan apakah Klien mengalami peningkatan nafsu

makan atau tidak, tanyakan pada Klien apakah mempunyai

pantangan dalam makan, dan tanyakan pada Klien apakah

mengkonsumsi suplemen nafsu makan.

b) Penggunaan Obat

Tanyakan tentang penggunaan obat baik secara legal (obat-obatan

bebas, tembakau, obat yang diresepkan, rokok, kafein, alkohol)

maupun illegal (mariyuana, kokain).

c) Eliminasi

BAB dan BAK : Tanyakan pada Klien dalam sehari sudah berapa

kali BAB dan BAK, frekuensinya banyak apa tidak, keluhan saat

BAB dan BAK ada atau tidak.

d) Istirahat.

Tanyakan pola tidur Klien berapa jam tidur dalam satu hari,

apakahklien mengalami kesulitan tidur.

e) Aktivitas.

Tanyakan apakah aktivitas Klien dibantu oleh keluarga atau tidak.

Tanyakan apakah Klien mengalami kesulitan dalam bergerak.

7. Pengetahuan ibu tentang :

a) Teknik ASI eksklusif.


21

Tanyakan pada Ibu apa penting dan manfaat nya ASI pada bayinya.

b) Perawatan payudara.

Tanyakan apakah Ibu mengerti perawatan payudara

c) Tanggapan keluarga tentang bayi.

Bagaimana respon keluarga terhadap Ibu dan bayinya.

d) Riwayat Menstruasi.

Menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang

keluar,konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir,

perkiraan tanggal partus.

e) Riwayat Obsetri.

Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil USG, darah,

urine,keluhan selama kehamilan, upaya mengatasi kehamilan,

tindakandan pengobatan cara mengatasi keluhan.

8. Pemeriksaan fisik.

a) Keadaan umum : Lemah atau baik.

b) Kesadaran : Composmentis atau samnolen.

c) Head to toe.

1) Kepala.

a. Rambut.

Inspeksi : Meliputi warna mudah rontok atau tidak

dankebersihannya.

b. Muka.
22

Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah

oedema. Pada Ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)

muka tampak pucat.

c. Hidung : Bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak.

d. Telinga : Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak.

e. Mulut/ gigi/ gusi : Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi,

gusiberdarah atau tidak.

2) Leher.

a. Inspeksi : simteris atau tidak.

b. Palpasi : Apakah ada pembesaran kelenjar thyroid, ada

benjolanatau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe.

3) Dada dan axilla :

a. Inspeksi : apakah simetris antara dada kiri dan kanan,

apakahterdapat luka.

b. Palpasi : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris

atautidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak dan

kolostrum/ ASI sudah keluar atau belum.

c. Auskultasi : apakah ada suara tambahan atau tidak

4) Jantung.

a. Inspeksi : ictus cordis terlihat apa tidak.

b. Palpasi : apakah ictus cordis teraba pada ICS.

c. Auskultasi : apakah ada suara tambahan atau tidak.


23

5) Abdomen.

a. Inspeksi : abdomen simetris atau tidak antara kanan dan kiri,

apakah terdapat infeksi atau tidak, dan terdapat luka post sectio

caesarea.

b. Auskultasi : bising usus normal atau tidak pada sisi 4 kuadran.

c. Palpasi : periksa fundus uteri, konsitensi, posisi dan tinggi

funduspada klien, apakah terjadi ketegangan pada otot abdomen

danadakah terlihat striea pada abdomen.

6) Payudara.

a. Inspeksi : simetris atau tidak antara payudara kiri dan kanan,

puting susu menonjol atau tidak, kondisi ASI klien.

b. Palpasi : terdapat nyeritekan atau tidak.

7) Ekstremitas atas dan bawah.

Inspeksi : ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat

varicesatau tidak.

8) Genetalia.

Inspeksi : terdapat varises atau tidak, terdapat odema atau tidak.

9) Integumen.

Inspeksi : tekstur kulit baik atau tidak, warna kulit.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

2.2.2.1 Pre Sectio Caesarea

1. Cemas berhubungan dengan kesalahan interprestasi tentang

pembedahan sectio caesarea.


24

2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang pembedahan sectio caesarea.

2.2.2.2 Post Sectio Caesarea

1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

(prosedur infasive pembedahan).

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaringan yang terputus.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan peristaltik usus.

4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan kerja otot eliminasi.

5. Gangguan eliminasi berhubungan dengan distensi kandung kemih.

6. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan terputusnya jaringan.

7. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan sekunder akibat pasca pembedahan.


25

2.2.3 Rencana Keperawatan.


2.2.3.1 Pre Sectio Caesarea

N Diagnosa Tujuan Dan


Intervensi
o Keperawatan kriteria Hasil
1 Cemas berhubungan NOC : NIC :
dengan kesalahan  Anxiety level Anxiety Reduction (penurunan
interprestasi tentang  Social anxiety kecemasan)
pembedahan sectio level
caesarea.
 1. Gunakanpendekatan yang
Kriteria hasil : menenangkan.
 Batasan karakteristik :  Klien mampu 2. Nyatakan dengan jelas
 Perilaku : gelisah, mengidentifikasi harapan terhadap perilaku
melihat sepintas, dan pasien.
tampak waspada. mengungkapkan 3. Jelaskan semua prosedur dan
 Affektif : gelisah, gejala cemas. apa yang dirasakan selama
distress, ketakutan,  Vital sign dalam prosedur.
kesedihan yang batas normal. 4. Temani pasien untuk
mendalam, berfokus  Postur tubuh, memberikan keamanan dan
pada diri sendiri. ekspresi wajah, mengurangi takut.
bahasa tubuh, dan 5. Dorong keluarga untuk
tingkat aktvitas menemani pasien.
menunjukkan 6. Dengarkan dengan penuh
berkurangnya perhatian.
kecemasan. 7. Dorong pasien untuk
mengungkapkan kecemasan.
8. Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi.
9. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan.

Relaxation therapy
1. Jelaskan alasan untuk
relaksasi dan manfaat.
2. Menciptakan lingkungan
yang tenang dengan cahaya
redup dan suhu yang
senyaman mungkin.
3. Ajak pasien untuk bersantai
dan membiarkan sensasi
terjadi.

2 Kurangnya pengetahuan NOC : NIC :


berhubungan dengan  Knowledge : Teaching : Disease process
kurangnya informasi disease process.
tentang pembedahan sectio  Knowledge :
caesarea.  Berikan penilaian tentang
health behavior.
 tingkat pengetahuan pasien
tentang pembedahansectio
 Batasan karakteristik : Kriteria hasil : caesarea.
 Perilaku hiperbola.  Pasien dan  Berikan informasi akurat
 Ketidakakuratan keluarga dengan istilah – istilah
mengikuti perintah. menyatakan sederhana.
 Pengungkapan pemahaman  Anjurkan pasangan untuk
masalah.
26

 Kognitif (khawatir, tentang mengajukan pertanyaan dan


melamun, kesulitan pembedahan mengungkapkan perasaan
berkonsentrasi, sectio caesarea. mereka dan pemahaman
ketakutan terhadap  pasien dan mereka.
konsekuensi yang tidak keluarga mampu  Berikan gambaran prosedur
spesifik) menjelaskan pre operatif dengan jelas dan
 Afektif (gelisah, kembali apa yang berikan rasional yang tepat.
distress, kesedihan dijelaskan  Diskusikan sensasi yang
yang mendalam, ragu/ perawat. diantisipasi selama
tidak percaya diri,  Pasien dan melahirkan dan proses
khawatir, wajah keluarga mampu pemulihan.
tegang). melaksanakan  Sediakan informasi pada
prosedur yang pasien tentang kondisi dengan
dijelaskan sectio cara yang tepat.
caesarea secara  Hindari jaminan yang kosong.
benar.

2.2.3.2 Post Sectio Caesarea

N Diagnosa Tujuan Dan


Intervensi
o Keperawatan kriteria Hasil
1 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan terputusnya  Pain level. Pain management :
kontinuitas jaringan  Pain control.
(prosedur infasive  Confort control.
pembedahan). 1. Gunakan teknik komunikasi
teraupetik untuk mengetahui
Definisi : pengalaman
Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien.
sensori dan emosi yang
 Mampu 2. Evaluasi pengalaman nyeri
tidak menyenangkan
mengontrol nyeri masa lampau.
akibat adanya kerusakan
(tahu penyebab 3. Kolaborasikan dengan dokter
jaringan yang aktual atau
nyeri, mampu jika ada keluhan dan tindakan
digambarkan dengan
menggunakan nyeri tidak berhasil.
istilah seperti
teknik 4. Kaji kultur yang
(Internasional Association
nonfarmakologi mempengaruhi respon nyeri.
for the study of pain),
untuk mengurangi 5. Evaluasi pengalaman nyeri
awitan yang tiba-tiba atau
nyeri, mencari masa lampau.
perlahan dengan intensitas
bantuan). 6. Evaluasi bersama pasien dan
ringan sampai berat
 Melaporkan tim kesehatan lain tentang
dengan akhir yang dapat
bahwa nyeri ketidakefektifan control nyeri
diantisipasi atau dapat
berkurang dengan masa lampau.
diramalkan dan durasinya
menggunakan 7. Bantu pasien dan keluarga
kurang dari enam bulan.
manajemen nyeri. untuk mencari dan
 Mampu menemukan dukungan.
Batasan Karakteristik : mengenali nyeri 8. Kurangi faktor presipitasi
(skala, intensitas, nyeri.
Subjektif.
frekuensi dan 9. Pilih dan lakukan penanganan
Mengungkapkan secara nyeri.
tanda nyeri).
verbal atau melaporkan 10. Kaji tipe dan sumber nyeri
 Menyatakan rasa
(nyeri) dengan isyarat. untuk menentukan intervensi.
nyaman setelah
Objektif nyeri berkurang. 11. Ajarkan tentang teknik
 Posisi untuk  Tanda vital dalam farmakologi.
menghindari nyeri. rentang normal. 12. Berikan analgetik untuk
27

 Perubahan tonus otot mengurangi nyeri.


(dengan rentang diri 13. Evaluasi keefektifan control
lemas tidak bertenaga nyeri.
sampai kaku). 14. Tingkatkan istirahat.
 Respon autonomic 15. Monitor penerimaan pasien
(misalnya, diaforesis : tentang manajemen nyeri.
perubahan tekanan
darah, pernafasan atau Analgetic Administration
nadi, dilatasi pupil). 1. Tentukan lokasi, karakteristik,
 Perubahan selera kualitas dan derajat nyeri.
makan. 2. Cek instruksi dokter tentang
 Perilaku distraksi jenis obat, dosis dan
(misalnya, mondar frekuensi.
mandir, mencari orang 3. Tentukan analgetik pilihan,
atau aktivitas berulang). rute pemberian secara IV, IM
 Perilaku ekspresif untuk pengobatan nyeri secara
(misalnya, gelisah, teratur.
merintih, menangis, 4. Berikan analgetik tepat waktu
kewaspadaan terutama saat nyeri.
berlebihan, peka 5. Evaluasi efektivitas analgesik,
terhadap rangsangan tanda dan gejala.
dan menghela nafas
panjang).
 Wajah topeng (nyeri).
 Perilaku menjaga atau
sikap melindungi.
 Gangguan tidur (mata
terlihat kuyu, gerakan
tidak teratur atau tidak
menentu dan
menyeringai).

Faktor-faktor yang
berhubungan:
Agen – agen penyebab
cedera (misalnya :
biologis, kimia, fisik dan
psikologi).

2 Kerusakan integritas kulit NOC : NIC :


berhubungan dengan Tissue Integrity : skin Anxiety Reduction
jaringan yang terputus. and Mucous
Membranes.
1. Anjurkan pasien untuk
Eksternal : Wound Healing : menggunakan pakaian yang
 Hipertemia atau primer dan sekunder. longgar.
hipotermia. 2. Hindari kerutan pada tempat
 Substansi kimia. Kriteria Hasil : tidur.
 Kelembaban kulit.  Integritas kulit 3. Jaga kebersihan kulit agar
 Faktor mekanik yang baik bisa tetap bersih dan kering.
(misalnya, alat yang dipertahankan 4. Mobilisasi pasien (ubah
dapat menimbulkan (sensasi, posisi pasien) setiap dua jam
luka, tekanan, restraint) elastisitas, sekali.
 Immobilitas fisik temperatur, 5. Monitor kulit akan adanya
 Radiasi hidrasi, kemerahan.
 Usia yang ekstrim pigmentasi. 6. Oleskan lotion atau minyak/
 Obat – obatan. baby oil pada daerah yang
28

 Tidak ada luka/ tertekan.


Internal : lesi pada kulit. 7. Monitor aktivitas dan
 Perubahan status  Perfusi jaringan mobilisasi pasien.
metabolik. baik. 8. Monitor status nutrisi
 Tonjolan tulang.  Menunjukkan pasien.
 Perubahan status pemahaman 9. Memandikan pasien dengan
cairan, pigmentasi, dalam proses sabun dan air hangat.
sirkulasi, turgor, status perbaikan kulit 10. Kaji lingkungan dan
nutrisi. dan mencegah peralatan yang
terjadinya cedera menyebabkan tekanan.
berulang. 11. Observasi luka : lokasi,
 Mampu dimensi, kedalaman luka,
melindungi kulit karakteristik, warna cairan,
dan granulasi, jaringan nekrotik,
mempertahankan tanda tangan infeksi lokal,
kelembaban kulit formasi taktus.
dan perawatan 12. Ajarkan pada keluarga
alami. tentang luka dan perawatan
 Menunjukkan luka.
terjadinya proses 13. Kolaborasi ahli gizi
penyembuhan pemberian diet TKTP,
luka. vitamin.
14. Cegah kontaminasi feses
dan urin.
15. Lakukan teknik perawatan
luka dengan steril.
16. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka.

3 Ketidakseimbangan NOC: NIC :


nutrisi kurang dari  Kontrol
kebutuhan tubuh kecemasan.
berhubungan dengan 1. Kaji adanya alergi makanan.
 Koping.
penurunan peristaltic usus. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang
Batasan Karakteristik :
 Klien mampu dibutuhkan pasien.
 Laporan adanya sedikit 3. Yakinkan diet yang
mengidentifikasi
aktivitas atau tidak ada dimakan mengandung tinggi
dan
aktivitas. serat untuk mencegah
mengungkapkan
 Lipatan kulit tricep > 25 konstipasi.
gejala cemas.
mm untuk wanita dan > 4. Ajarkan pasien bagaimana
 Mengidentifikasi,
15 mm untuk pria. membuat catatan makanan
mengungkapkan
 BB 20% diatas ideal harian.
dan menunjukkan
untuk tinggi dan 5. Monitor adanya penurunan
teknik untuk
kerangka tubuh ideal. berat badan dan gula darah.
mengontrol
 Makan dengan respon 6. Monitor lingkungan selama
cemas.
eksternal (misalnya : makan.
 Vital sign dalam
situasi sosial, sepanjang 7. Jadwalkan pengobatan dan
batas normal.
hari). tindakan tidak selama jam
 Postur tubuh,
 Dilaporkan atau makan.
ekspresi wajah,
diobservasi adanya 8. Monitor turgor kulit.
bahasa tubuh dan
disfungsi pola makan. 9. Monitor kekeringan, rambut
tingkat aktivitas.
 Konsentrasi intake kusam, total protein, Hb dan
29

makanan pada kadar Ht.


menjelang malam. 10. Monitor mual dan muntah.
11. Monitor pucat, kemerahan
dan kekeringan Jaringan
konjungtiva.
12. Monitor intake nutrisi.
13. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat
nutrisi.
14. Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti adekuat
dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan.

4 Konstipasi berhubungan NOC : NIC :


dengan penurunan kerja  Bowl Elimination
otot eliminasi  Hidration 1. Manajemen konstipasi.
2. Identifikasi faktor – faktor
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil: yang menyebabkan
 Nyeri perut.  Pola BAB dalam konstipasi.
 Ketegangan perut. batas normal. 3. Monitor tanda – tanda ruptur
 Anoreksia.  Feses lunak. bowel/ peritonitis.
 Perasaan tekanan pada  Cairan dan serat 4. Jelaskan penyebab dan
rektum. adekuat. rasionalisasi tindakan pada
 Nyeri kepala.  Aktivitas adekuat pasien.
 Peningkatan tekanan  Hidrasi adekuat. 5. Konsultasikan dengan dokter
abdominal. tentang peningkatan dan
 Mual. penurunan bising usus.
 Defekasi dengan nyeri. 6. Kolaborasi jika ada tanda dan
 Perubahan pola BAB. gejala konstipasi yang
 Penurunan frekuensi menetap.
BAB. 7. Jelaskan pada pasien manfaat
 Distensi abdomen. diet (cairan dan serat)
 Sering flatus. terhadap eliminasi.
 Bising usus hipo/ 8. Jelaskan pada klien
hiperaktif. konsekuensi menggunakan
laxative dalam waktu yang
lama.
9. Kolaborasikan dengan ahli
gizi diet tinggi serat dan
cairan.
10. Dorong peningkatan aktivitas
yang optimal.
11. Sediakan privacy dan
keamanan selama BAB.

5 Gangguan eliminasi NOC : NIC :


berhubungan dengan  Hydration.
distensi kandung kemih.
1. Observasi pola berkemih
Kriteria Hasil : klien.
 Mampu 2. Dorong asupan cairan sesuai
mempertahankan program.
keseimbangan 3. Rujuk klien keahli gizi untuk
30

cairan. mendapatkan pengarahan


 Mampu tentang diet yang
menyatakan diprogramkan.
peningkatan rasa 4. Bantu klien dalam tindakan
nyaman. hygine umum dan
 Komplikasi dapat kenyamanan sesuai
dihindari atau kebutuhan.
diminimalkan. 5. Lakukan perawatan meatus
 Klien mampu sesuai dengan prosedur
mendiskusikan layanan.
dampak gangguan 6. Dorong klien untuk
perkemihan mengungkapkan perasaan dan
terhadap diri dan keluhan tentang masalah
anggota keluarga. perkemihan.
7. Berikan obat nyeri yang
diprogramkan dan pantau
keefektifannya.

6 Gangguan rasa nyaman NOC : NIC :


berhubungan dengan nyeri  Ansiety. Anxiety Reducation
pasca operasi.  Fear Leavel.
 Sleep
1. Gunakan pendekatan yang
Definisi : merasa kurang Deprivation.
menenangkan.
senang, lega dan sempurna  Comfort,
2. Nyatakan dengan jelas
dalam dimensi fisik, Readlines, for
harapan terhadap pelaku
psikospiritual, lingkungan Enchanced.
pasien.
dan sosial. 3. Jelaskan semua prosedur
Kriteria Hasil : dan apa yang dirasakan
Batasan karakteristik :  Mampu selama prosedur.
 Ansietas. mengontrol 4. Pahami prespektif pasien
 Menangis. kecemasan. terhadap situasi stres
 Gangguan pola tidur.  Status lingkungan 5. Temani pasien untuk
 Takut. yang nyaman. memberikan keamanan dan
 Ketidakmampuan  Mengontrol nyeri. mengurangi takut.
untuk rileks.  Kualitas tidur dan 6. Dorong keluarga untuk
 Iritabilitas. istirahat adekuat. menemani anak.
 Merintih.  Agresi 7. Lakukan bak/ neck rub.
 Melaporkan merasa pengendalian diri. 8. Dengarkan dengan penuh
dingin/ panas, rasa  Kontrol gejala. perhatian.
tidak nyaman, gejala  Status 9. Identifikasi tingkat
distres, lapar, gatal, kenyamanan kecemasan.
kurang puas dengan meningkat. 10. Bantu pasien mengenal
situasi.  Dapat mengontrol situasi yang menimbulkan
 Gelisah. ketakutan. kecemasan.
 Berkeluh kesah.  Support sosial. 11. Dorong pasien untuk
 Keinginan untuk mengungkapkan perasaan,
hidup. ketakutan, persepsi.
Faktor yang berhubungan : 12. Instruksikan pasien
 Gejala terkait penyakit. menggunakan teknik
 Sumber yang tidak relaksasi.
adekuat.
 Kurang pengendalian
lingkungan.
 Kurang privasi.
 Kurang control
situasional stimulasi
31

lingkungan.

7 Resiko kurangnya volume NOC : NIC :


cairan berhubungan  Fluid control. Shock prevention
dengan kehilangan cairan
sekunder akibat pasca
Kriteria hasil : 1. Monitor status sirkulasi BP,
pembedahan.
 Intake cairan ± warna kulit, suhu kulit,
1500 – 2000 cc/ denyut jantung, HR dan
hari. ritme, nadi perifer, kapiler
 Urine ± 1-2/ refill time.
kgBB/ jam. 2. Monitor tanda inadekuat
 Lochea ± 50cc. oksigenasi jaringan.
 Mukosa bibir 3. Monitor suhu dan
lembab, kulit pernafasan.
elastis. 4. Monitor input dan output.
 Perdarahan tidak 5. Pantau nilai labor : HB, HT,
ada AGD dan elektrolit.
 Tanda – tanda 6. Monitor hemodinamik
dehidrasi tidak invasi yang sesuai.
ada. 7. Monitor tanda dan gejala
 Tanda – tanda asites.
vital normal. 8. Monitor tanda awal syok.
 Lab : Natrium, 9. Tempatkan pasien pada
kalium, kalsium, posisi supine, kaki elevasi
magnesium, ph untuk peningkatan preload
darah serum dengan tepat.
dalam batas 10. Lihat dan pelihara
normal. kepatenan jalan nafas.
11. Berikan cairan IV atau oral
yang tepat.
12. Berikan vasodilator yang
tepat.
13. Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala
datangnya shock.
14. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah untuk
mengatasi gejala shock.

Shock managemen

1. Monitor fungsi neurologis.


2. Monitor fungsi renal (e.g.
BUN dan Cr level).
3. Monitor tekanan nadi.
4. Monitor status cairan, input
dan output.
5. Catat gas darah arteri dan
oksigen di jaringan.
6. Monitor EKG.
7. Manfaatkan pemantauan jalur
arteri untuk meningkatkan
akurasi pembacaan tekanan
darah.
8. Gambar gas darah arteri dan
memonitor jaringan
32

oksigenasi.
9. Pantau tren dalam parameter
hemodinami (misalnya CVP,
MAP, tekanan kapiler
pulmonal/ arteri).
10. Pantau factor penentu
pengiriman jaringan oksigen
(mis. PaO2 kadar
hemoglobin jika tersedia).

2.2.4 Implementasi Keperawatan.

Purwanto (2012) dalam Nurika (2016) menyatakan tahap proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi tindakan keperawatan

yang telah direncanakan. Perawat harus mengetahui berbagai hal bahaya

fisik, perlindungan Klien, teknik komunikasi, prosedur tindakan.

Tujuan dari implementasi adalah :

1. Membantu Klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Mencakup peningkatan kesehatan.

3. Mencakup pencegahan penyakit.

4. Mencakup pemulihan kesehatan.

5. Memfasilitasi koping Klien.

Menurut ANA’73, Ada 10 (sepuluh) standar tindakan keperawatan yaitu :

1. Memberi pelayanan dengan menghargai Klien sebagai makhluk hidup.

2. Melindungi hak Klien.

3. Mempertahankan komponen tindakan keperawatan dan mengenal

serta menerima tanggung jawab pribadi terhadap tindakannya.


33

4. Melindungi Klien jika tindakan dan keselamatannya diakibatkan

orang lain yang kurang komponen dan etis elegal.

5. Menggunakan kemampuan individu sebagai kriteria untuk menerima

tanggung jawab dan tugas tindakan keperawatan kepada tenaga

kesehatan lainnya.

6. Partisipasi dalam kegiatan riset.

7. Partisipasi dalam kegiatan profesi keperawatan untuk meningkatkan

standar praktek/ pelayanan keperawatan dan pendidikan.

8. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas keperawatan tenaga

perawat lainnya.

9. Mempromosikan kesehatan dengan bekerja sama terhadap masyarakat

dan tenaga kesehatan lainnya.

10. Menolak untuk memberikan persetujuan untuk promosi atau menjual

produk komersial, pelayanan atau hiburan lainnya.

Tahap tindakan keperawatan meliputi :

a. Tahap I : Persiapan.

b. Tahap II : Intervensi.

c. Tahap III : Dokumentasi.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan.

Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan dan perbaikan. Bagaimana

reaksi Klien terhadap intervensi yang telah diberikan dan menetapkan apa

yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima,

menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada Klien untuk


34

mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi

keperawatan.

Evaluasi memiliki 2 (dua) komponen yaitu :

1. Formatif

a. Tiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan.

b. Evaluasi proses.

c. Berupa catatan perkembangan.

2. Sumatif

a. Rekapan terakhir secara paripurna.

b. Catatan naratif.

c. Penderita pulang/ pindah.

Evaluasi dengan pendekatan SOAP, meliputi :

1. Subjek

2. Objek

3. Analisa (analisa ulang respon dari data subjek dan data objek/

assesment).

a. Masalah belum teratasi.

b. Teratasi sebagian.

c. Muncul masalah baru.

d. Teratasi.

4. Planning

a. Rencana diteruskan.

b. Dimodifikasi.
35

c. Dibatalkan ada masalah baru.

d. Selesai (tujuan tercapai).

Anda mungkin juga menyukai