Oleh
NIM.202214901029
(RIZKI SARI UTAMI MUCHTAR,Ners .M.Kep) (Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep)
NIDN. 1007088703 NIP. 19840506 200803 2 002
A. PENGERTIAN
Persalinan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan dengan dilakukan insisi pada dinding perut dan rahim, dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo,
2015).
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pengeluaran janin dan plasenta
melalui tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh
(Ratnawati, 2016).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sectio
caesarea merupakan salah satu cara persalinan, yang mana janin dikeluarkan
dengan dilakukan insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus, dengan syarat
berat janin diatas 500 gram dan rahim utuh.
1. Tipe-Tipe Sectio Caesarea
Tipe-Tipe sectio caesarea menurut (Prawirohardjo 2015), antara lain:
a. Sectio caesarea klasik, yaitu pembedahan secara sanger
b. Sectio caesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower
segmen caesarean section)
c. Sectio caesarea diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy =
seksio histerektomi)
d. Sectio caesarea ekstraperitoneal
e. Sectio caesarea vaginal
Tipe-tipe sectio caesarea menurut Hartanti (2014), yaitu diantaranya:
a. Segmen bawah: insisi melintang
Sectio caesarea tipe ini memungkinkan abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Lipatan vesicouterina (bladder flap) yang terletak dengan
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat
melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama
kandung kemih didorong kebawah serta ditarik agar tidak menutupi
lapang pandang.
Keuntungan:
1) Insisinya ada pada segmen bawah uterus.
2) Otot tidak dipotong tetapi dipisah kesamping, cara ini mengurangi
perdarahan.
3) Insisi jarang terjadi sampai plasenta.
4) Kepala janin biasanya dibawah insisi dan mudah diekstraksi .
5) Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah
dirapatkan kembali dibanding segmen atas yang tebal.
Kerugian:
1) Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti pada kasus bayi besar.
2) Prosedur ini tidak dianjurkan jika terdapat abnormalitas pada segmen
bawah.
3) Apabila segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan
melintang sukar dilakukan.
4) Terkadang vesika urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi
sebelumnya sehingga vesika urinaria dapat terluka.
b. Segmen bawah: insisi membujur
Insisi membujur dibuat dengan skalpel dan dilebarkan dengan gunting
tumpul untuk menghindari cedera pada bayi. Keuntungan tipe ini yaitu
dapat memperlebar insisi keatas apabila bayi besar, pembentukan segmen
bawah tidak baik, terdapat malposisi janin seperti letak lintang atau
adanya anomali janin seperti kehamilan kembar yang menyatu.
Kerugiannya adalah perdarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak
karena terpotongnya otot.
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skalpel kedalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan
gunting berujung tumpul.
Indikasi:
1) Kesulitan dalam menyingkapkan segmen bawah yaitu adanya
pembuluh-pembuluh darah besar pada dinding anterior, vesika
urinaria yang letaknya tinggi dan melekat, serta mioma segmen
bawah.
2) Bayi yang tercekam pada letak lintang.
3) Beberapa kasus plasenta previa anterior.
4) Malformasi uterus tertentu.
Kerugian:
1) Miometrium harus dipotong, sinus-sinus yang lebar dibuka, dan
perdarahannya banyak.
2) Bayi sering diekstraksi dari bokong terlebih dahulu, sehingga
kemungkinan aspirasi cairan ketuban lebih besar.
3) Apabila plasenta melekat pada dinding depan uterus, insisi akan
memotongnya dan akan kehilangan darah dari sirkulasi janin yang
berbahaya
4) Insidensi pelekatan isi abdomen pada luka jahitan uterus lebih tinggi
5) Insiden ruptur uteri pada kehamilan berikutnya lebih tinggi
d. Sectio Caesarea Ekstraperitonial
Pembedahan ini dilakukan guna untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan
mencegah peritonitis generalisata yang sering berakibat fatal. Teknik pada
prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam kavum
peritonei dan insidensi cedera vesika urinaria meningkat.
e. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan
pengeluaran uterus.
Indikasi:
1) Perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal.
2) Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus plasenta
previa dan abruptioplasenta tertentu.
3) Pada kasus-kasus tertentu kanker serviks atau ovarium.
4) Ruptur uteri yang tidak dapat diperbaiki.
5) Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus.
Komplikasi:
1) Angka morbiditas sebesar 20%.
2) Lebih banyak kehilangan darah.
3) Kerusakan pada traktus urinarius dan usus termasuk pembentukan
fistula.
4) Trauma psikologis akibat hilangnya uterus.
C. MANIFESTASI KLINIK
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih
koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi
klinis sectio caesarea antara lain :
1) Nyeri akibat ada luka pembedahan
2) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3) Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
5) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6) Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
7) Biasanya terpasang kateter urinarius
8) Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10) Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11) Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya minus
paham prosedur
12) Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
D. PATOFISIOLOGI
Kelainan/hambatan pada proses persalinan yang dapat menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri mengancam,
partus lama, partus tidak maju, pre-eklamasi, distosia serviks, dan malpresentasi
janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan
yaitu Sectio Caesarea (Prawirohardjo, 2015).
Proses operasi sebelumnya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah hambatan mobilitas fisik. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan
diri (Prawirohardjo, 2015).
Proses pembedahan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan masalah nyeri dan terdapat luka post operasi, yang
mana bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi
(Prawirohardjo, 2015).
Sectio caesarea
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam
otak.
5. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan
hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
H. PENGKAJIAN FOKUS
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah-masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien post operasi sectio caesarea diantaranya sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (prosedur bedah)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
c. Gangguan mobilitan fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
(anestesi) dibuktikan dengan fisik lemah
d. Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi
berhubungan dengan kelemahan
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan mandiri yaitu yang harus dilakukan oleh
perawat dan tindakan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan
lainnya. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil yang
diharapkan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dikakukan tindakan Observasi :
dengan agen cedera keperawatan 1x24 jam Identifikasi lokasi,
fisik dibuktikan dengan diharapkan Tingkat nyeri karakteristik, frekuensi,
tampak meringis menurun. intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : Identifikasi factor penyebab
Keluhan nyeri menurun nyeri
(5) Monitor efek samping
Tampak meringis penggunaan analgetik
menurun (5)
Sikap protektif menurun Terapeutik :
(5) Berikan teknik
nonfarmakologis (tarik
nafas dalam, kompre
hangat atau dingin)
Kontrok lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suhu, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi pereda
nyeri
Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan teknik
nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik (jika perlu)
2. Resiko infeksi Setelah melakukan tindakan Observasi :
berhubungan dengan keperawatan 1x 8 jam Monitor tanda dan gejala
kerusakan integritas kulit. diharapkan Tingkat infeksi infeksi local dan sistemik
menurun.
Kriteria Hasil : Terapeutik :
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
mana sudah direncanakan atau di intervensikan sebelumnya sehingga
pemberian asuhan keperawatan dapat secara komprenhensif. Tindakan
keperawatan harus sesuai dengan perencanaan sebelumnya yang sudah di
indikasikan dengan keadaan klien dan keluarganya sehingga dapat terlaksana
semua rencana tindakan keperawatan tersebut. Perlu di perhatikan dalam
tindakan keperawatan, bila klien dalam keadaan atau kondisi yang berubah
sehingga tidak dapat di laksanakan tindakan keperawatan, maka perawat perlu
mengkaji ulang keadaan klien sehingga dapat merubah perencanaan
sebelumnya
E. Evaluasi
Evalusi keperawatan menunjukkan pencapaian tindakan keperawatan
berhasil atau tidak dengan di dapat dengan evaluasi hasil yang sebelumnya
diharapkan dalam perencanaan tindakan keperawatan. Maka evaluasi keperawatan
merupakan akhir dari proses keperawatan, yang mana seorang perawat
mengevaluasi keadaan klien dari hasil evaluasi somatic dan evalusi formatik.
Untuk evalusi somatic, seorang perawat mengevaluasi dari respon klien pada saat
melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan evaluasi formatik yang mana
seorang perawat dapat mendokumentasikan dalam format yang telah disediakan
yang berisi tentang evaluasi; subjektif, objektif, asertif dan pleaning yang akan
datang apakan teratasi atau tidak
DAFTAR PUSTAKA
Chairani, Nopi. 2015. Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman:Nyeri pada Post Operasi Sectio
Caesarea di R.S Fajar Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia. Diakses tanggal 1
Juni 2018.
<http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2624/142500028.pdf?
sequence=1&isAllowed=y>
Hartanti, Septi. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Sectio
Caesarea Hari Ke-1 Atas Indikasi Disproporsi Cefalopelvic Di Ruang Bougenvil
Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Diploma thesis,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Diakses tanggal 29 Mei 2018.
<http://repository.ump.ac.id/2643/>
Khasanah, Rafikatul. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Post SC Atas
Indikasi Janin Letak Sungsang Di Ruang Dewi Kunthi RSUD Kota Semarang.
Diakses tanggal 10 Mei 2018. <http://repository.unissula.ac.id/1517/3/Rafikatul
%20Khasanah%20%2089.331.61374.pdf>
Mayasari, Wulan. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nyeri Pada Ny. W:
Post SC Indikasi Postmatur Dengan Oligohidramnion Di Bangsal Bougenvil
RSUD Sukoharjo. Diakses tanggal 23 Mei 2018.
<http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl-wulanmayas-167-
1-wulanma-i.pdf>
Prawirohardjo, Sarwono. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Ratnawati, Agustina Dwi. 2016. Analisis Asuhan Keperawatan Pemberian Teknik
Relaksasi Benson Pada Ibu Post Sectio Caesarea Dengan Masalah Nyeri Akut
Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo Purwokerto. Karya
Ilmiah Akhir Ners. Diakses tanggal 11 April 2018. <http://
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/36/1/AGUSTINA%20DWI
%20RATNAWATI%20NIM.%20A31500816.compressed.pdf>
Oleh
NIM.202214901029
(RIZKI SARI UTAMI MUCHTAR,Ners .M.Kep) (Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep)
NIDN. 1007088703 NIP. 19840506 200803 2 002
I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Ny. M
b. Tanggal Lahir/ Umur : 15 Februari 2000/ 22 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMP
e. Alamat : Kp. Inang Batang
f. No. CM : 04-38-11
g. Diagnosa Medis : G2P1A0 purfunen aterm kala I fase laten,
Anemia Ringan
2. IDENTITAS ORANGTUA/PENANGGUNGJAWAB
a. Nama : Tn. A
b. Umur : 22Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMP
e. Hubungan dengan Pasien : Suami
f. Asal Pasien : Rawat Inap
A. Pre Operasi
1. Keluhan Utama : mules mules tadi malam dan ada lender darah dari
jalan lahir sejak jam 13.00
2. Riwayat Penyakit : tidak ada
3. Riwayat operasi : ada
4. Riwayat alergi : tidak ada
5. Jenis operasi : Sectio
6. TTV : suhu : 360C, Nadi : 80 x/menit, Respirasi : 22
x/menit, TD : 140/90 mmHg,
7. BB/TB : 122 KG/157 cm
8. Golongan darah : O Rhesus Positif
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
9. Status Emosional : kooperatif
10. Tingkat Kecemasan : Cemas
11. Skala Cemas : 1 = mengungkapakan kerisauan
12. Skala nyeri menurut VAS (Vusial Analog Scale)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri sedang Nyeri Berat. Sangat Nyeri
Nyeri Tak Tertahan
v
0-1 2-3 4-5 6-7 8-9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri sedang Nyeri Berat. Sangat Nyeri
Nyeri
v Tak Tertahan
0-1 2-3 4-5 6-7 8-9 10