Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PASIEN Ny. O
DIAGNOSA SISA PLASENTA DENGAN TINDAKAN PEMBEDAHAN
KURET TEKNIK GENERAL ANESTESI DI RUANG IBS
PADA TANGGAL 15/9/2023

Disusun Oleh:
Nama:
NIM:

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


ANESTESIOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2023
A. PENGERTIAN KURETASE

Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat

pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi

instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.

Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsesi memakai alat kuretase

(sendok kerokan). Sebelum dilakukan kureatase, pengidap harus dicek terlebih

dahulu untuk menentukan letak uterus serta keadaan serviks dan besarnya

uterus. Hal tersebut berguna untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan

misalnya perforasi.

Kuretase adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam

rahim. Jaringan tersebut biasanya berupa tumor, selaput rahim, dan janin yang

tidak berkembang maupun sudah dinyatakan meninggal.

B. ETIOLOGI

1. Atonia Uteri

Faktor terjadinya atonia uteri:

a. Umur: umur yang terlalu muda atau tua

b. Paritas: sering dijumpai pada multiple, grandemultipra, dan

grandemultipara

c. Partus lama dan partus terlantar

d. Obstetri operatif dan partus narkosa

e. Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemeli, hidraniom atau

janin besar
f. Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri

g. Faktor sosial ekonomi, misalnya malnutrisi

2. Sisa Plasenta dan selaput ketuban

Sebab-sebab plasenta belum lahir dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena tumbuh melekat lebih

dalam, berikut adalah tingkat pelengketannya dibagi menjadi tiga:

 Plasenta adhesive, yang melekat pada desidua endometrium lebih

dalam.

 Plasenta inkreta, dimana vili korialis tumbuh lebih dalam dan

menembus desidua sampai ke miometrium.

 Plasenta akreta, yang menembus lebih dalam kedalam miometrium

tetapi belum menembus serosa atau peritonium dinding rahim

b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan karena atoni uteri dan

akan menyebabkan perdarahan yang banyak atau karena adanya

lingkaran kontriksi pada bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala

III, sehingga menghalangi plasenta untuk keluar.

Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:

 Darah penderita terlalu banyak hilang

 Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah sehingga perdarahan

 tidak terjadi.

 Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam


Plasenta manual dengan segera mungkin:

 Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang

 Terjadi perdarahan postpartum berulang

 Pada pertolongan persalinan dengan narkosa

 Plasenta belum lahir setelah menunggu setengah jam.

C. TANDA DAN GEJALA

Nyeri

Perdarahan yang disertai rasa nyeri patut diwaspadai sebagai tanda-tanda -

tanda keguguran. Bagian tubuh yang terasa nyeri biasanya adalah panggul,

perut, dan punggung belakang. Rasa nyeri ini biasanya terasa lebih hebat

dibandingkan nyeri haid dan bisa muncul terus-menerus atau sesekali.

Perubahan Gejala Kehamilan

Perubahan gejala kehamilan, seperti tidak lagi mual atau muntah, bisa menjadi

tanda-tanda keguguran. Namun, perlu diingat bahwa perubahan ini juga dapat

terjadi karena adanya faktor lain, seperti hormon kehamilan. Oleh karena itu,

konsultasikan ke dokter jika Bumil merasakan perubahan gejala kehamilan.

Keluar Cairan Atau Jaringan Dari Vagina

Cairan atau jaringan yang keluar dari vagina dapat menjadi tanda-tanda

keguguran. Jika Bumil mengalami kondisi ini, letakkan jaringan di dalam

wadah yang bersih, lalu bawalah ke dokter untuk mendapatkan analisis lebih

lanjut. Perdarahan pada trimester awal juga tidak selalu berkaitan dengan
keguguran, karena banyak juga ibu hamil yang tetap bisa melanjutkan

kehamilan dan melahirkan bayi dengan sehat.

D. INDIKASI KURET

Kuret biasanya dilakukan untuk dua tujuan, yaitu:

1. Diagnostik: Jaringan endometrium unutk diagnosis histologi

2. Terapeutik: Pengangkatan jaringan plasenta setelah abortus atau melahirkan,

mengangkat polip uterus atu endometrium hiperplastik.

Indikasi:

a. Abortus Inkomplit

b. Abortus Septic

c. Sisa Plasenta (pasca-persalinan)

d. Sisa selaput ketuban

E. JENIS KURET

1. Kuretase Besi

Cara ini dapat dilakukan di bawah anesthesia umum atau blok paraservikal.

Sebelumnya, uterus harus diukur dan ditentukan posisinya dengan

pemeriksaan bimanual. Vagina dan serviks dibersihkan dengan larutan

antiseptik.Serviks dipegang dengan sebuah tenakulum atau klem Jacob.

Kavum uteri diukur dengan sonde uterus.Kanalis servikalis dikuretase

dengan sebuah kuret endoserviks. Kanalis servikalis dilebarkan dengan

dilator Hegar atau Pratt sampai ukuran yang cukup untuk dimasuki sebuah
kuret dan forsep polip. Polip endometrium, bila ada dikeluarkan. Dinding

uterus kemudian dikuret dengan cara yang sistematik dengan pengerokan ke

arah bawah sepanjang dinding anterior, dinding sisi, dan dinding posterior.

Sebuah kuret kecil mungkin berguna untuk area kornu.

2. Kuretase AVM

Kuretase jenis ini biasanya digunakan untuk mengeluarkan sisa jaringan

plasenta setelah abortus inkomplet atau setelah persalinan. Dilakukan di

bawah anestesi umum, analgetic sistemik, atau anestesi blok paraservikal.

Infus oksitosin intravena dianjurkan. Vagina dan servks diberiksan dengan

larutan antiseptik yaitu Nacl dan bethadine. Bibir serviks anterior dipegang

dengan sebuah tenaculum. Masukkan kanul iisap, lalu aspirasi darah dan

jaringan yang tersisi atau ada.


F. PATOFISIOLOGI

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Setelah

kontriksi, sel miometrium tidak berelaksasi melainkan menjadi lebih pendek

dan lebih tebal. Dengan kontriksi yang berlangsung kontinyu, miometrium

menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran

implantasi placenta juga mengecil.

Ketika jaringan plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat

berkontriksi mul;ai terlepas dari dindinguterus. Tegangan yang ditimbulkannya

menyebabkan lapisan dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan

pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di

uterus berada diantara di uterus berada diantara serat-serat otot miometrium

yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh

darah terjepit serta perdarahan berhenti. Persalinan kala tiga yang normal di

bagi ke dalam 4 fase, yaitu:

1. Fase Laten, ditandai dengan menebalnya dinding uterus yang bebas, namun

dinding uterus tempat melekatnya plasenta masih tipis.

2. Fase kontriksi, ditandai dengan menebalnya dinding uterus tempat

melekatnya plasenta.

3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan

pemisahannya darei dinding uterus dan lepas, tidak ada hematom yang

terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta

disebabkan oleh kekuatan antara plsenta. Terpisahnya plasenta disebabkan


oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada

tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek dilapisan spongiosa.

4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta

bergerak turun, daerah pemisahan tetapi tidak berubah dan sejumlah kecil

darah terkumpul di rongga rahim.

Faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta:

1. Kelainan dari uterus sendiri yaitu anomali daru uterus atau serviks

2. Kelelahan dan tidak efektif kontraksi uterus

Dorongan pada fundus uteri hanya boleh dikerjakan pada rahim yang

kontraksinya baik, sebab pada Rahim yang lembek dapat menimbulkan

Inversion uteri.

G. TUJUAN KURETASE

Menurut Ginekolog mengatakan bahwa kuret terbagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kret ditepuh oleh dokter

obgyn untuk membersihkan Rahim dan dinding Rahim dari benda-benda

atau jaringan yang tidak diharapkan.

2. Penegakkan diagnosis, Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada

Rahim atau sejenis tumor yang tumbuh di dalam Rahim. Meski tujuan

tersebut berbeda namun Tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berikut beberapa pemeriksaan penunjang sebelum dilakukannya kuret sisa

plasenta pasca-melahirkan:

1. Pemeriksaan fisik. Pucat, disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah,

nadi cepat kecil, ekstremitas dingin dan tampak darah dari vagina secara

terus menerus.

2. Pemeriksaan obstetrik. Kontraksi ulkus lembek, uterus membesar bila ada

atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik mungkin karena perlukaan di jalan

lahir.

3. Pemeriksaan ginekologi. Dilakukan dalam keadaan baik atau telah

diperbaiki, dapat diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa

plasenta.

4. Pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium, tes radiologi.

I. PENATALAKSANA MEDIS

Plasenta manual merupakan tindakan operasi untuk melahirkan retensio

plasenta. Plasenta manual adalah tindakan untuk melepaskan plasenta secara

manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian

melahirkan keluar dari kavum uteri. Prosedur manual plasenta.

Tindakan penetrasi ke dalam uterus (kavum uteri):

 Pastikan kandung kemih kosong.

 Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva. Tegangkan

dengan satu tangan sejajar nlantai


 Secara obstetrik, masukan tangan lainnya (punggung tangan menghadap

kebawah) ke dalam vagina menyusuri sisi bawah tali pusat

 Setelah pencapaian pembukaan serviks, minta seorang asisten atau penolong

untuk memegang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk

menahan fundus uteri.

 Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan dalam sampai kavum uteri

sehingga mencapai tempat implantasi plasenta

 Bentangkan tangan obstetric ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat

menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan

jari-jari saling merapat)

Melepaskan plasenta dari dinding uterus:

 Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah

 Bila plasenta berimplantasi di korpus bagian belakang, tali pusat tetap di

sebelah atas, dan sisikan unjung-ujung bjaro tenaga di antara plasenta

dengan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah

(posterior ibu).

 Bila di korpus depan, maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan

sisipkan ujung jari tangan di antara plasenta dan dinding uterus. Perluas

perlepasan dengan jalan menggeser ke kanan dan ke kiri sambil digeser ke

atas (cranial ibu) sehingga semua perlengketan plasenta terlepas dari

dinding uterus.
Mengeluarkan plasenta:

 Sementara satu tangan masih dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk

menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal

 Pindahkan tangan luar dari fundus ke suprasimpisis (tahan segamen bawah

rahim) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali

pusat sambil tangan dalam mem,bawah plasenta keluar.

 Lakukan penekanan dengan tangan yang menahan seprasimfisis uterus

kearah dorsol cranial setelah dilahirkan dan tempatkan plasenta dibawah

yang telah disediakan.

J. PERTIMBANGAN ANESTESI

1. Definisi Anestesi

Anestesi adalah hilangnya seluruh mobilitas dari sensasi yang meliputi

sensasi sakit / nyeri, rabaan, suhu, posisi/proprioseptif, sedangkan analgesia

yaitu hilangnya sensasi sakit/nyeri, tetapi mobilitas yang lain masih tetap

ada. Anestesi umum atau general anesthesia mempunyai tujuan agar dapat

menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar, dan menyebabkan amnesia

yang bersifat reversible dan dapat diprediksi. Anestesi umum disebut juga

sebagai narkose atau bius. Anestesi umum juga menyebabkan amnesia yang

bersifat anterograd yaitu hilangnya ingatan saat dilakukan pembiusan dan

operasi sehingga saat pasien sudah sadar, pasien tidak mengingat peristiwa

pembedahan/pembiusan yang baru saja dilakukan menurut Pramono (2015).


2. Jenis Anestesi

a. General Anestesi

Pramono (2015), mengatakan bahwa General anestesi atau anestesi

umum bertujuan untuk menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar, dan

menyebabkan amnesia yang bersifat reversible dan dapat diprediksi. Tiga

pilar anestesi umum meliputi hipnotik atau sedatif, yaitu membuat pasien

tertidur atau mengantuk/ tenang, analgesia atau tidak merasa sakit,

rileksasi otot, yaitu kelumpuhan otot skelet, dan stabilitas otonom antara

saraf simpatis dan parasimpatis.

Resiko anestesi Umum:

• Mual muntah

• Mulut kering

• Sakit tenggorokan

• Suara serak

• Rasa kantuk

• Menggigil

• Timbul nyeri dan memar di area yang disuntik atau dipasangkan infus

• Kebingungan

• Sulit buang air kecil

• Kerusakan gigi

Risiko untuk mengalami efek samping anestesi akan semakin tinggi

apabila pasien memiliki penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.


Misalnya penyakit jantung atau obesitas, usia yang terlalu muda atau

terlalu tua, kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol, serta

konsumsi obat-obatan tertentu juga akan meningkatkan risiko terjadinya

efek samping anestesi.

b. Regional Anestesi

Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat

sebagai analgesik. Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi

pasien tetap dalam keadaan sadar. Oleh sebab itu, teknik ini tidak

memenuhi trias anestesi karena hanya menghilangkan persepsi nyeri saja

(Pramono, 2015). Jenis Anestesi Regional menurut Pramono (2017)

digolongkan sebagai berikut:

1) Anestesi spinal

Penyuntikan anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid

disegmen lumbal 3-4 atau lumbal 4-5. Untuk mencapai ruang

subaraknoid, jarum spinal menembus kulit subkutan lalu menembus

ligamentum supraspinosum, ligamen interspinosum, ligamentum

flavum, ruang epidural, durameter, dan ruang subaraknoid. Tanda

dicapainya ruang subaraknoid adalah dengan keluarnya liquor

cerebrospinalis (LCS).

Anestesi spinal memiliki komplikasi. Beberapa komplikasi yaitu

hipotensi terjadi 20-70% pasien, nyeri punggung 25% pasien,

kegagalan tindakan spinal 317% pasien dan post dural punture


headache di Indonesia insidensinya sekitar 10% pada pasien paska

spinal anestesi (Tato, 2017).

2) Anestesi epidural

Anestesi yang menempatkan obat di ruang epidural (peridural,

ekstradural). Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan

durameter. Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum di dasar

tengkorak dan bagian bawah dengan selaput sakrokoksigeal.

Kedalaman ruang rata-rata 5 mm dan di bagian posterior kedalaman

maksimal terletak pada daerah lumbal. Anestetik lokal di ruang

epidural bekerja langsung pada saraf spinal yang terletak di bagian

lateral. Onset keija anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi

spinal. Kualitas blokade sensoris dan motoriknya lebih lemah.

Resiko Anestesi Spinal:

Umumnya, gejala yang muncul akibat prosedur ini adalah mual, pusing,

kedinginan, dan kelelahan. Selain itu, pasien juga dapat merasakan gatal

dan mengalami tekanan darah rendah setelah prosedur ini.

Resiko yang dapat ditimbulkan akibat anestesi regional :

• Infeksi di sekitar tulang belakang

• Kerusakan saraf

• Kelumpuhan atau kematian

• Mual

• Kedinginan
• Anestesi spinal gagal

• Tekanan darah rendah

• Sakit kepala

• Gatal gatal

• Kesulitan buang air kecil

• Nyeri punggung

• Kemampuan pendengaran hilang atau berubah

• Kolaps kardiovaskular

• High block

3. Teknik Anestesi

Anestesi intravena (TIVA) merupakan teknik anastesi umum dengan

hanya menggunakan obat-obat anastesi yang dimasukkan lewat jalur

intravena. TIVA digunakan untuk ketiga trias anastesi yaitu hipnotik,

analgetik, dan relaksasi otot. Kebanyakan obat-obat anastesi intravena

hanya mencakup 2 komponen anastesi, akan tetapi ketamin mempunyai

ketiga trias anastesi sehingga ketamin dianggap juga sebagai agent anastesi

yang lengkap.

4. Rumatan Anestesi

 Propofol 20 ml

 Fentanyl 100 mcg

 Oxytocin 1 ml
 Methergyn 1 ml

 Ketorolac 30 mg

 Tramadol 50 mg
K. WEB OF CAUTION (WOC)

L. PERSIAPAN SEBELUM KURETASE

1. Konseling pra-tindakan

- Memberikan informed consent

- Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit yang diderita


- Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kurat yang akan dilakukan/

garis besar prosedur rindakan, tujuan, dan manfaat Tindakan

- Memeriksakan keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien

dipuasakan terlebih dahulu

2. Pemeriksaan sebelum kuretase

- Mempersiapkan hasil USG

- Mengukur Tensi dan memeriksa sistem pernafasan

- Memastikan pasien dalam keadaan yang sehat dan fit

- Memastikan pasien sudah mengikuti prosedur sebelum dilakukannya

tindakan kuret seperti sudah puasa pre-operasi

3. Persiapan Tindakan

- Memcuci tangan yang bersih 6 langkah

- Menyiapkan pasien

- Membantu pasien naik ke meja ginek

- Lakukan pemeriksaan umum: OBS TTV

- Pemeriksaan infus pasien

- Anamnesis pasien mulai dari alergi makanan dan obat-obatan serta

riwayat penyakit sebelumnya atau Tindakan operasi sebelumnya

- Menanyakan kepada pasien mengenai puasa yang dijalani pasien

- Membantu mengatur posisi pasien dengan perawat lainnya

- Mempersiapkan kelengkapan instrumen anestesi alat-alat yang akan

dilakukan dalam Tindakan kuret

4. Persiapan Alat dan Obat anestesi


ALAT:

- Mempersiapkan STATICS

- Mempersiapkan NK (nasal kanul)

- Mempersiapkan Abocat cadangan

- Melakukan pengecekkan ulang pada Infus pasien dan cairan infus RL

(Ringer Laktat) tambahan

OBAT-OBATAN:

- Propofol 5 ml/2,5 mg)

Cara kerja: mencegah otak untuk memproses rasa sakit dengan cara

membuat pasien tidak sadar/tertidur

Onset: 20 menit

- Ketorolak 30 mg

Cara kerja: memblokir saraf otot agar tidak merasakan nyeri

Onset: 4-6 jam

- Paracetmol 500 ml

Cara kerja: Sebagai obat analgetik atau obat anti nyeri jika pasien

tersebut dibawah umur 12 thn, untuk lansia mulai dari umur 60 thn agar

tidak terjadinya nyeri pada ginjal, dan untuk pasien yang memiliki alergi

pada obat

- NK dan Oksigen 2-5

Cara kerja: Membantu pasien tetap mendapatkan oksigenasi saat tidak

sadar dikarenakan obat hipnotik

- Metergyn 1 ml
Cara Kerja: sebagai obat untuk menahan terjadinya perdarahan pada

Rahim serta melembekkan uteri.

- Fentanyl 100 mcg

Cara kerja: Memblokir sinyal rasa sakit di dalam otak dan sebagai obat

anti nyeri

- Midazolam 1 mg

Cara Kerja: berfungsi untuk memperkuat obat tidur yang sudah diberikan

kepada pasien (obat sedasi)

Onset; 15-30 menit

M. TINJAUAN TEORI ASUHAN PEMBEDAHAN KHUSUS

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Santa, 2019).

a. Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat

ditentukan perawat tetapi melalui interaksi atau komunikasi terhadap

pasien.

b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh

perawat, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium,

raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan,

tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.

2. Masalah Kesehatan Anestesi

a. Pra-Anestesi

Prioritas Utama : RK Cedera Anestesi

Prioritas Sedang : Nyeri

Prioritas Rendah : Cemas

b. Intra-Anestesi

Prioritas Utama : Risiko Cedera trauma fisik pembedahan

Prioritas Sedang : RK Gangguan fungsi Kardiovaskuler

c. Pasca-Anestesi

Prioritas Rendah : Risiko Jatuh

3. Rencana Intervensi

a. Pra-Anestesi

Prioritas Utama : RK Cedera Anestesi

Definisi:

Kondisi yang sedang dan/atau berisiko yang tidak dikehendaki sehingga

menyebabkan gangguan fungsi tubuh akbat anestesi.

Prioritas Sedang : Nyeri


Definisi:

Pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak.

Priortias Rendah : Cemas

Definisi:

Keadaan ketika individu atau mengalami perasaan gelisah

(kekhawwatiran) dan aktivasi sistem saraf otonom sebagai respons

terhadap ancaman yang tidak jelas dan non-spesifik.

b. Intra-Anestesi

Masalah Utama : Risiko Cedera Trauma Fisik pembedahan

Definisi:

Kondisi Ketika individu berisiko mengalami kerusakan jaringan selama

intra-anestesi.

Masalah Sedang : RK Gangguan fungsi Kardiovaskuler

Definisi:

Kondisi yang sedang dan/atau berisiko mengalami ketidakmampuan

fungsi jantung dan pembuluh darah dalam pencapaian hemeostatis tubuh.

c. Pasca-Anestesi

Masalah Ringan : Risiko Jatuh

Definisi:
Kondisi Ketika individu rentan untuk terjatuh yang menyebabkan

kerusakan fisik.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Yusari & Idawati. (2016). Riwayat Kuretase Dan Sectio Caesaria Pada
Pasien Dengan Plasenta Previa Di Rumah Sakit Provinsi Lampung. Jurnal
Keperawatan, 7(2), 179-184

Brahmana, Ivanna Beru. (2018). Perdarahan Pascapersalinan Oleh Kkarena


Retensi Plaseta Pada P4a0 Postpartum Spontan, Janin Besar, Dengan
Hipertensi Dalam Kehamilan. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 18(1), 1-8.

Prawirohardjo S. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Putri, Nadila Ayuni. (2019). Plasenta Previa Sebagai Faktor Protektif Kejadian
Preklamsia Pada Ibu Hamil. Jurnal Imiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2),
79-84. Doi: 10.35816/Jiskh.V10i2.113

Nurlela, Jihan., Sari, Ratna Dewi Puspita Sari., Rahim, Taufiqurrahman., &
Zullfadli. (2016). P2a0 Partum Spontan 11 Jam (Di Luar) Dengan Hpp Dini
Ec Sisa Plasenta + Anemia Berat. Jurnal Medula Unila, 6(1), 62-66

Elvera. (2020). Kuretase. Diakses dalam Lp Kuretase [pnxk86q9y94v] (idoc.pub)

Anda mungkin juga menyukai