Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU HAMIL DENGAN POST PARTUM RUPTUR PERINEUM

Dosen Pembimbing:
CATUR PRASASTIA LD,S.KEP.,NS.,M.KES
Disusun Oleh:
Mei Fauzia (202173058)

Program Studi Profesi Ners


Stikes Bina Sehat Ppni Mojokerto
Tahun Ajaran
2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR PERINEUM

A. KONSEP MEDIS

1. Defenisi

Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin ata

bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur

sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Rukiyah, 2010).

Robekan jalan lahir adalah perdarahan dalam keadaan dimana plasenta

telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir (Rukiyah, 2012).

2. Etiologi

Ruptur pada perineum diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah

karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan

(Rukiyah, 2010).

3. Tingkatan luka perineum

Menurut Sarwono (2011) bahwa perlukaan pada perineum dapat dibagi

dalam 3 tingkatan, yaitu :

a. Tingkat I, bila perlukaan perineum hanya terbatas pada mukosa vagina

atau kulit perineum. Pada perlukaan tingkat I, bila hanya berupa luka lecet,

tidak diperlukan penjahitan.


b. Tingkat II, jika perlukaan yang lebih dalam dan bisa meluas ke vagina

dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenital.

c. Tingkat III, perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam dari tingkat II yang

menyebabkan muskulus sfingter ani eksternus terputus.

4. Anatomi Reproduksi Wanita

Gambar 1 : Anatomi Reproduksi Wanita (Eddyman, 2012)

Alat reproduksi wanita dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu bagian dalam

(genitalia interna) dan bagian luar (genitalia eksterna) (Joseph, 2010).

Bagian luar (genitalia eksterna) terdiri atas :

1) Vulva

Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari

mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,

orifisium urethra externum, dan kelenjar – kelenjar pada dinding vagina.

2) Mons Pubis (Mons Veneris)

Lapisan lemak di bagian anterior simfisis pubis. Pada masa pubertas

daerah ini mulai ditumbuhi oleh rambut pubis (kemaluan).

3) Bibir Kemaluan (Labia Mayora)


Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak

mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada

pria. Ligamentum rotudum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di

bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (Commisura posterior).

Labia mayora merupakan daerah yang berambut.

4) Bibir dalam kemaluan (Labia minora)

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, yang tidak berambut dan

memiliki jaringan serat sensorik yang luas dan sangat peka karena

mengandung ujung saraf dan terdiri atas otot polos.

5) Clitoris

Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,

dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.

Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor

androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,

dan sangat sensitif

6) Vestibulum

Daerah dengan batas atas clitoris, berasal dari sinus urogenitalia.

Terdapat 6 lubang (orifisium) yaitu orifisium urethra externum, introitus

vaginae,

ductus glandulae bartolini kanan dan kiri dan duktus skene kanan dan kiri.

7) Introitus/orifisium vagina

Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan

tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa robekan. Hymen


normal tedapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat

berbentuk bulan sabit, bulat, oval, dll. Akibat coitus atau trauma lain,

hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan

robekan.

8) Vagina

Vagina merupakan rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai

dari tepi serviks uteri yaitu rongga di bagian cranial dorsal sampai ke vulva

dibagian caudal ventral. Daerah di sekitar serviks disebut fornix. Vagina

memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastic. Dilapisi oleh epitel

skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Bagian atas vagina

terbentuk ductus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam

secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar

cerviks uteri.

9) Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot

diafragma pelvis (muskulus levator ani, muskulus coccygis) dan

diafragma urogenitalis (muskulus perinealis tranversus profunda dan

muskulus constrictor urethra). Perineum meregang pada persalinan,

kadang perlu dipotong (episiotomy) untuk memperbesar jalan lahir dan

mencegah robekan (ruptur).

Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam (Genitalia Interna) terdiri

atas :

1) Uterus
Suatu organ muscular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum

(serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implantasi , retensi

dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi

dinding uterus dan pembukaan serviks uterus , isi konsepsi dikeluarkan.

Uterus terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.

2) Serviks Uteri

Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis

(berbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis.

Terdiri dari 3 komponen utama yaitu : otot polos, jaringan ikat (kolagen

dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina

yaituportio servicis uteri (dinding) dengan lubang ostium externum (luar,

arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan osteum

uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan

(nullipara/primigravida) lubang osteum externum bulat kecil, setelah

pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis

melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal–posterior, setinggi spina

ischiadika. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks

yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan

berbagai garam, peptide dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir

serviks dipengaruhi siklus haid.

3) Corpus Uteri

Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada

ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan muscular/


miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut

otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium

yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid

akibat pengaruh hormone–hormone ovarium. Posisi corpus intraabdomen

mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica

urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus

bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.

4) Ligamentum penyangga uterus

Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinal,

ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundi-

bulopelvicum, ligamentum vesicouterina dan ligamentum rectouterina.

5) Vaskularisasi uterus

Terutama dari arteri uterine cabang arteri hypogastrica / iliaca interna,

serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

6) Tuba Fallopii

Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba

kiri dan kanan, panjang 8–14 cm, berfungsi sebagai jalan transfortasi

ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri atas 3 lapisan

: serosa, muscular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel

bersilia. Tuba Fallopii terdiri atas pars interstitialis, pars isthmica, pars

ampularis dan pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia

dan ketebalan dinding yang berbeda–beda pada setiap bagiannya.

7) Ovarium
Ovarium adalah organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga

peritoneum, sepasang kiri dan kanan. Dilapisi oleh mesovarium, sebagai

jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri atas korteks dan

medulla. Ovarium berhubungan dengan pars infundibulum tuba Fallopii

melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap“ ovum yang dilepaskan

pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium,

ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium.

Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri

renalis.

b. Fisiologi Reproduksi Wanita

1) Bagian luar (genitalia eksterna) terdiri atas :

a) Vulva terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris,

hymen, vestibulum, orifisium urethra externum, dan kelenjar – kelenjar

pada dinding vagina. Labia mayora merupakan daerah yang

berambut, berfungsi sebagai pelindung dan menjaga agar bagian

dalam tetap lembab. Bibir dalam kemaluan (Labia minora) memiliki

jaringan serat sensorik yang luas dan sangat peka karena

mengandung ujung saraf. Pada Clitoris terdapat reseptor androgen,

banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, dan sangat sensitif.

Hymen normal tedapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi,

dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, dll. Akibat coitus atau trauma

lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan

dengan robekan.
b) Perineum

Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong

(episiotomy) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah robekan

(ruptur).

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ruptur perineum ditegakkan dengan pemeriksaan

langsung pada tempat terjadinya perlukaan dimana akan timbul perdarahan

yang bisa bersifat perdarahan arterial (Sarwono, 2011).

6. Penatalaksanaan

a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber

perdarahan.

b. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan anti septik

c. Jepit dengan ujung klem sumber perdaraan dan ikat dengan benang yang

dapat diserap.

d. Lakukan penjahita luka mulai dari yang paling distal terhadap operator.

e. Khusus ruptur perineum komplit (hingga anus dan sebagian rektum)

dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum,

sebagai berikut:

1) Setelah prosedur aseptik dan anti septik, pasang busi rektum hingga

ujung robekan.

2) Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul

submukosa, menggunakan benang poliglikolik no.2/0 (Dexon/vicryl)


hingga ke sfingter ani. Jepit kedua sfingter ani dengan klem dan ahit

dengan benang no. 2/0.

3) Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan submukosa dengan

benang yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur.

4) Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara submukosal dan

subkutikuler.

5) Berikan antibiotika profilaksis (Ampisilin 2 gr dan metronidazol 1 gr per

oral). Terapi penuh antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak

kotor atau dibubuhi ramuan tradisional atau terdapat tanda-tanda

infeksi yang jelas (Prawirohardjo, 2010).

7. Waktu perawatan perineum

Menurut Rukiyah (2010) Waktu perawatan perineum yaitu :

a. Saat mandi

b. Setelah buang air kecil

c. Pada saat buang air besar

8. Dampak perawatan luka perineum yang tidak benar

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan

hal berikut ini :

a. Infeksi: Kondisi perineum yang terkena lokhia dan lembab akan sangat

menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya

infeksi pada perineum.


b. Komplikasi: munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada

saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat

munculnya infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

c. Kematian ibu post partum : Penanganan komplikasi yang lambat dapat

menyebabkan kematian pada ibu post partum mengingat kondisi ibu post

partum masih lemah (Rukiyah, 2010).

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Biodata yang perlu dikaji adalah biodata ibu dan suami yang terdiri

dari : Nama, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,

lamanya menikah, dan alamat sekarang.

a. Data Biologis – fisiologis

Data biologi – fisiologis mencakup tentang riwayat kesehatan ibu pada

saat sekarang dan masa lalu.

b. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang ditanyakan adalah tentang adanya penyakit

keturunan baik menular atau tidak. Begitu juga dengan status genogram

keluarga yang terdiri dari 3 generasi., yaitu :

1) Generasi I : Kakek dan nenek

2) Generasi II : Ayah dan ibu

3) Generasi III : Ibu / klien

c. Riwayat Reproduksi
Hal yang ditanyakan pada klien atau keluarga adalah siklus haid, durasi

haid, riwayat haid : kapan pertama haid dan terakhir haid, ini dilakukan

untuk mengetahui kelahiran sesuai bulan atau tidak. Hal yang perlu

ditanyakan adalah riwayat obstetric yang terdiri atas apakah pernah hamil

dan melakukan persalinan pada masa lalu, jumlah anak, keadaan ibu dan

anak, dan bagaimana jenis persalinannya. Hal lain yang perlu ditanyakan

adalah apakah ibu pernah ber – KB , apa jenisnya dan apa ada keluhan

saat menggunakannya.

d. Riwayat Aktivitas sehari – hari (Rukiyah, 2010)

1) Kebutuhan nutrisi

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh

mengkonsumsi makanan ringan.

2) Kebutuhan istirahat

Kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa

membuat ibu sulit untuk beristirahat. Ibu baru biasa merasa cemas

akan kemampuannya dalam merawat bayinya atau sering merasa

nyeri . Hal ini bisa membuatnya sukar untuk tidur.

3) Personal Hygiene

Klien yang harus istirahat di tempat tidur ( misalnya: karena

hipertensi, pemberian infus, Sectio Cesarea ) harus dimandikan

setiap hari dengan pencucian daerah perineum pada waktu sesudah

selesai membuang hajat. Setelah ibu mampu mandi sendiri, biasanya

daerah perineum dicuci sendiri dengan menggunakan botol atau


wadah lain. Penggantian tampon harus sering dilakukan sedikitnya

setelah pencucian perineum dan setiap kali habis ke belakang.

4) Kebutuhan eliminasi

a) Kebutuhan eliminasi BAB :

Buang Air Besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai

tiga hari setelah ibu melahirkan.

b) Kebutuhan eliminasi BAK :

Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas

kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi

menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun

e. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan fisik umum

a) Pemeriksaan fisik terdiri atas penampilan ibu, kesadaran ibu, TB /

BB ibu

b) Tanda – tanda vital

Beberapa perubahan tanda – tanda vital bisa terlihat jika wanita

dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik

peningkatan tekanan darah sistole maupun diastole dapat timbul

dan dapat berlangsung selama sekitar 4 hari setelah wanita

melahirkan

c) Fungsi pernafasan kembali ke fungsinya saat wanita tidak hamil

pada bulan ke – 6 setelah melahirkan. Suhu badan ibu dikaji saat

masuk ke ruang pemulihan dan di ulang 1 jam kemudian.


d) Kulit

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang

saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra

tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Diaforesis ialah

perubahan yang paling jelas terlihat pada sistem integumen.

e) Inspeksi Wajah

Wajah pada umumnha tidak ada edema namun ekspresi wajah

akan cemas dan nyeri akan terlihat.

f) Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi daerah perut:

- Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan

payudara selama hamil (estrogen, progesteron, human

chorionik gonadotropin, prolaktin, kortisol dan insulin)

menurun dengan cepat setelah bayi lahir

Denyut jantung dan curah jantung meningkat sepanjang masa

hamil.

- Perut

Striae masih tampak. Dalam 2 minggu setelah melahirkan,

dinding abdomen wanita itu akan rileks. Kulit memperoleh

elatisitasnya, tetapi sejum menetap. Nyeri after pain biasa

ditemukan pada multipara karena uterus yang teregang penuh

dua kali lipat jauh lebih kendur daripada uterus primipara dan
harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan involusi

(Rukiyah,2010)

Panggul / vagina/ serviks/ perineum/ anus :

- Serviks :

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam

pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi

lebih padat dan kembali ke bentuk semula

- Topangan otot panggul :

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera

sewaktu melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di

kemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang

terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu

sampai 6 bulan untuk kembali ke tonus otot semula.

- Vagina dan perineum :

Vagina yang teregang akan kembali secara bertahap ke

ukuran sebelum hamil, 6 – 8 minggu setelah bayi lahir. Pada

awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa,

terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi.

- Perineum diperiksa 2 kali sehari dengan penerangan yang

baik. Perawat / bidan melakukan observasi untuk menemukan

eritema, edema, memar, pengeluaran sekret, atau tarikan

pada bekas jahitan di daerah perineum.

- Anus : Hemoroid umumnya terlihat.


g). Inspeksi dan palpasi tungkai bawah

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama hamil

berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Akan tetapi,

walaupun semua sendi lain kembali ke keadaan normal sebelum

hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan.

f. Pemeriksaan Laboratorium : Hematokrit dan hemoglobin

Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang

lebih besar daripada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma

dan epningkatan sel darah merah dikaitkan dengan peningkatan

hematokrit pada hari ke -3 sampai hari ke -7 pascapartum.

g. Pengobatan : Pemberian antibiotik dan analgetik.


2. Pathway

faktor penyebab

( factor ibu, factor janin, factor persalinan pervaginam)

kala persalinan

rupture perineum

derajat 1( robek pada jaringan derajat 2 ( robek mengenai derajat 3( otot yang robek
luar dan jaringan kulit ) otot-otot) sampai dengan elevator ani

cidera jaringan lunak setelah persalinan


rupture jaringan

trauma mekanis personal hygine kurang baik pembulu darah rusak

nyeri akut genetalia kotor pendarahan

resiko infeksi syok hipovolemik


3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma

mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan

kulit, penurunan Hb, prosedur invasif, ruptur ketuban lama, malnutrisi.

c. Syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinyan pendarahan

4. Perencanaan

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma

mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal.

Tujuan : Klien dapat mengungkapkan berkurangnya nyeri

Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri berkurang

Intervensi :

1) Kaji skala nyeri

Rasional : mengetahui persepsi pasien mengenai tingkat nyeri yang

dirasakan

2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

Rasional : indikator tingkat nyeri dan mengetahui perkembangan

pasien terutama pilse dan tekanan darah

3) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

Rasional : relaksasi dan distraksi dapat mengurangi tingkat nyeri

4) Minimalkan stressor nyeri dan kondisikan lingkungan tenang dan

nyaman
Rasional : mencegah persepsi pasien tentang tingkat nyeri bertambah

b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan

kulit, penurunan Hb, prosedur invasif, ruptur ketuban lama, malnutrisi.

Tujuan : Klien menunjukkn tidak adanya tanda – tanda infeksi yang

ditandai dengan luka yang bebas dari drainase purulent, bebas infeksi,

tidak febris, dan mempunyai aliran lokhia dengan karakter normal.

Kriteria hasil : kondisi kulit membaik

Intervensi :

1) Kaji adanya perubahan suhu

Rasional : peningkatan suhu setelah melahirkan menandakan infeksi

2) Obsesvasi kondisi rupture perineum, seperti adanya luka kemerahan,

nyeri tekan yang berlebihan dan eksudat yag berlebihan

Rasional : dapat menunjukan trauma berlebihan pada

jaringanparenital atau terjadinya komplikasi

3) Anjurkan pada pasien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah

menyentuh genetal

Membantu mencegah penyebaran infeksi

4) Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka perineum

Rasional :meningkatkan penyetahuan klien tentang perawatan

vulva/perineum

c. Syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya pendarahan

Tujuan : tidak terjadi syok hipovolemik


Kriteria hasil :tidak terjadi penurunan kesadaran

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital

Rasional : perubahan vital sign menunjukan perubahan colume cairan

yang tidak adekuat

2) Monitor status sirkulasi, warna kulit, turgo kulit,suhu kulit, ritm nadi

dan CRT

Rasional : mengidentifikasi keadaan pendarahan, serta penurunan

sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan

pemekatan urin

3) Monitor tanda-tanda syok

Deteksi dini memungkinan tindakan segera


DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah, 2012, Asuhan Kebidanan Patologi, Trans Info Media, Jakarta

Aqila,2013,Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,Jakarta

Eddyman, 2012.Biologi Sel Dan Organ Reproduksi.EGC.Jakarta

Hamid Prasetyo Subagja.2014.Waspada Kanker-kanker Ganas Pembunuh


Wanita. Edisi 1 .FlashBooks.Jakarta

Ika,2010,Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,Jakarta

Marmi, 2015.Asuhan Keperawatan Patologi.Pustaka Pelajar.Jakarta

Marilynn E. Doenges, 2014, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC,Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, 2010, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal.Bina Pustaka. Jakarta

Sarwono Prawirohardjo, 2011, Ilmu Kandungan.Bina Pustaka. Jakarta

Yoseph HK.2010.Ginekologi dan Obstetri Untuk Keperawatan dan Kebidanan.


Nuha Medika.Yogyakarta

http://id.m.Wikipedia.org. Sistem Reproduksi. 2015

http://www.google.phena of phice:korpus utery.Langgocity.blogspot.com.


diakses tanggal12 juni 2010

http://.www.wsasyaratulmaulinalina.blogspot.com,diakses tanggal 25 Desember


2012

(http://www.google.harnawatiaj.wordpress.com.diakses 22 Maret 2012).


PENGKAJIAN

A. DATA UMUM KESEHATAN


1. Identitas Penanggung Jawab
Initial klien : Ny. M Nama : Tn. A. L
Umur : 34 Tahun Pendidikan : SLTA
Alamat : Lingkungan Meri 03/02 Pekerjaan : Swasta
Suku : Indonesia Hub. dengan klien : Suami
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
DX Medis : P3A1 post partum 1 hari
Riwayat Kehamilan/Persalinan Lalu
Keadaan Bayi Komplikasi
No Tipe Persalinan Tahun J.K BB Lahir Umur Sekarang
Waktu Lahir Nifas
1 Normal 2007 ♀ 3000 gr Sehat - 12 thn

2 Normal 2013 ♂ 2900 gr Sehat - 6 thn


3 Keguguran 2015 - - - - -
4 Normal 2019 ♀ 3200 gr Sehat - 1 hari

2. Masalah Kehamilan Sekarang : Nyeri Post Partum Ruptur Perineum Derajat 2


3. Riwayat Persalinan Sekarang : Jenis persalinan klien Post Partum normal dilaksanakan pada Tgl.
19/04/2022 Jam 13.03 WIB. Perdarahan ±150 cc. Dengan jenis kelamin bayi perempuan, BB 3200
gram PB 49 cm AS : 7-9
4. Riwayat KB : Klien menggunakan KB pil
5. Rencana KB : Klien mengatakan akan berencana menggunakan KB implan
B. DATA POST NATAL
1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt, SB : 36,5 °C, R: 20 x/mnt
2. Keadaan Umum : Compos Mentis
3. Kepala dan rambut : Bersih, rambut hitam, tidak lesi
4. Mata : Simetris kiri dan kanan, skelara tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis
5. Hidung : Simetris, tidak ada sekret, penciuman baik
6. Mulut : Bibir tampak sedikit kering, mukasa lembab, lidah bersih
7. Telinga : Tidak ada serumen, Tidak ada gangguan pendengaran
8. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar gatah bening, tidak
ada nyeri tekan
9. Payudara : Aerola menghitam, puting menojol, produksi ASI tidak ada
10. Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik.
11. Lokia
Jumlah :-
Warna : Lochia Rubra (merah terang)
Konsistensi : Cair
Bau : Khas
12. Ekstremitas : anggota gerak baik
13. Kebutuhan Dasar
a. Asupan nutrisi
Sebelumnya : klien makan 3-4 kali sehari (nasi + lauk)
Saat dikaji : klien makan makanan dari RS dan nafsu makan baik
b. Eliminasi
1. Kesulitan BAK :
Sebelumnya : BAK 6-8 x/hari
Saat dikaji : tidak ada gangguan BAK
2. Kesulitan BAB :
Sebelumnya : BAB 1-2x/hari
Saat dikaji : klien belum BAB
c. Aktifitas dan latihan
Sebelumnya : klien beraktivitas seperti biasa dirumah sebagai IRT
Saat dikaji : klien dapat beraktivitas dengan bantuan keluarga
d. Pola Tidur
Sebelumnya : klien tidur 7-8 jam/hari
Saat dikaji : klien tidur 7-8 jam/hari, ada nyeri tapi mampu terkontrol
e. Seksualitas
Sebelumnya : klien mengatakan biasanya 2-3 kali seminggu
Saat dikaji : tidak ada aktivitas seksual, klien masih merasakan nyeri jalan lahir
f. Keadaan Mental :
Baik, emosi stabil, berbicara baik dan merasa senang bayinya lahir dengan selamat namun
kurang pengetahuan tentang ASI eksklusif
g. Persepsi dan konsep diri
Klien berharap cepat sembuh dan ingin berkumpul kembali dengan anggota keluarga yang lain.
14. Terapi
Cefadroxil 500 mg/8 jam (Oral)
Sulfat Ferrous 200 mg/24 jam (Oral)
15. Rangkuman
Ny.M umur 34 tahun P3A1 dengan diagnosa post partum normal, melahirkan pada tanggal Tgl.
19/04/2022 Jam 13.03 WIB di RS Kamar Medika , melahirkan bayi perempuan BB 3200 gr, PB 49
cm, AS 7-9. Saat ini klien Ny. M dirawat di ruangan VK kamar 5 bed 2. Klien mengatakan masih
merasa nyeri pada jalan lahir, dan mengatakan ASI belum keluar.
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Klien mengatakan nyeri pada Faktor Janin Nyeri Akut
daerah perineum/ jalan lahir
DO : Ruptur Perineum
- Wajah klien tampak meringis
- TD : 120/90 S : 36,8 Derajat 2 ( Robek Mengenai Otot
- N : 80 RR: 20 –Otot )
- K/u Lemah
P : pasca melahirkan Cidera Jaringan L unak setelah
Q : seperti tertekan persalinan Ruptur Jaringan
R : di bagian perineum
S:3 Trauma Mekanis
T : 1-2 menit
Nyeri Akut
DS: Klien mengatakan ASI nya tidak Menyusui Tidak Efektif
keluar sejak melahirkan sampai
DO: - Klien tampak bingung
- ASI tidak menetes/memancar

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan , trauma mekanis
2. Menyusui tidak efektif d/d ASI tidak menetes/memancar
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
1 Nyeri Berhubungan dengan Tujuan : tingkat nyeri menurun 1. Kaji Skala Nyeri
terputusnya kontinuitas jaringan , Kriteria hasil : 2. Observasi TTD setiap 4 jam
trauma mekanis 1. Keluhan nyeri menurun 3. Ajarkan Teknik relaksasi dan distraksi
2. Meringis menurun 4. Minimalkan Stresor nyeri dan kondisikan lngkunga tenang
dan nyaman

3. Menyusui tidak efektif d/d ASI Tujuan : status menyusui 1. Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
tidak menetes/memancar membaik 2. Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses
Kriteria hasil : menyusui
3. Gunakan teknik mendengarkan aktif (mis. Duduk sama
1. Tetesan / pancaran ASI
tinggi, dengarkan permasalahan ibu)
meningkat - Edukasi perawatan payudara
2. Suplai ASI adekuat - Anjurkan menggunakan BRA yang menyokong
3.
payudara
- Anjurkan Ibu untuk banyak makan makanan bergizi
- Anjurkan Ibu untuk rajin menyusui bayinya
4. Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
5. Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuia kebutuhan ibu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/Tanggal Jam Implementasi Jam Evaluasi


Selasa, 11.25 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 13.00 S : klien mengatakan nyeri pada daerah jalan lahir /
19/04/2022 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri perineum
P : Pasca melahirkan
O:
Q : seperti tertekan
P : Pasca melahirkan
R : Bagian perineum
Q : seperti tertekan
S:3
R : Bagian perineum
T : hilang timbul ±1-2 menit
11.30 S:3
- Mengidentifikasi skala nyeri : 3
11.35 - Mengidentifikasi respons nyeri non verbal T : hilang timbul ±1-2 menit
Wajah klien tampak meringis - Terapi Cefadroxil 500 mg (per oral)
11.40 - Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan A : Masalah belum terartasi
memperingan nyeri : saat klien beraktivitas P : Lanjutkan intervensi
lebih
11.45 - Memerikan terapi nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Klien tampak nyaman dan dapat mengikuti
teknik relaksasi napas dalam
11.50 - Mengontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Membatasi jumlah pengunjung dan membiarkan
klien istirahat
11.55 - Memberikan edukasi tentang perwatan vulva
hygiene
Klien mampu memahami dan akan
melakukannya
12.00 - Memfasilitasi istirahat tidur
Klien tampak berbaring tidur
13.00 - Melakukan Kolaborasi pemberian analgetik
Melayani obat Cefadroxil 500 mg (per oral)
12.40 - Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui 13.00 S: Klien mengatakan ASI nya belum keluar
Klien sangat ingin menyusui bayinya
- Identifikasi permasalahan yang ibu alami
selama proses menyusui
12.45
ASI klien tidak keluar
O:
- Gunakan teknik mendengarkan aktif dan
memberi edukasi (mis. Duduk sama tinggi, - Klien mampu memahami edukasi yang
12.50 dengarkan permasalahan ibu)
diberikan
 Memberikan edukasi tentang perawatan
payudara yang baik dan benar
= Ibu mampu memahami
A: Masalah belum teratasi
 Menganjurkan ibu untuk memakai BRA
yang menyokong payudara P : Lanjutkan intervensi
= Ibu akan menggunakan BRA yang dapat
menyokong payudara
 Menganjurkan Ibu untuk banyak makan
makanan bergizi
= Ibu sedang diit TKTP
 Menganjurkan Ibu untuk rajin menyusui
bayinya agar bayi menghisap putting dan
merangsang hormone prolactin sehingga
ASI bisa keluar
12.55 = ibu sudah melakukannya, tapi belum
keluar asi
- Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang
benar
Hari/Tanggal Jam Implementasi Jam Evaluasi
Rabu, 09.00 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 10.00 S : klien mengatakan nyeri pada daerah jalan lahir /
20/04/2022 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri perineum
P : Pasca melahirkan
O:
Q : seperti tertekan
P : Pasca melahirkan
R : Bagian perineum
Q : seperti tertekan
S:2
R : Bagian perineum
T : ketika beraktivitas berlebih
09.00 S:2
- Mengidentifikasi skala nyeri : 2
09.05 - Mengidentifikasi respons nyeri non verbal T : ketika beraktivitas belrlebih
Wajah klien tampak tenang, hanya meringis - Terapi Cefadroxil 500 mg (per oral)
ketika nyeri terasa A : Masalah belum terartasi
09.10 - Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan P : Lanjutkan intervensi
memperingan nyeri : saat klien beraktivitas
lebih
09.15 - Memerikan terapi nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Klien tampak nyaman dan dapat mengikuti
teknik relaksasi napas dalam
09.20 - Mengontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Membatasi jumlah pengunjung dan
membiarkan klien istirahat
09.25 - Memfasilitasi istirahat tidur
Klien tampak berbaring tidur
- Memberikan edukasi tentang perwatan vulva
hygiene
Klien mampu memahami dan akan
melakukannya
12.00 - Melakukan Kolaborasi pemberian analgetik
obat Cefadroxil 500 mg (per oral)
10.00 - Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui 10.20 S: Klien mengatakan ASI nya sudah keluar
Klien sangat ingin menyusui bayinya
10.05 - Identifikasi permasalahan yang ibu alami
selama proses menyusui
Sudah tidak ada masalah karena ASI klien
O:
sudah keluar banyak, normal seperti ibu post
partum biasanya - Klien mampu melakukan edukasi yang
10.10 - Gunakan teknik mendengarkan aktif dan
telah di ajarkan
memberi edukasi (mis. Duduk sama tinggi,
dengarkan permasalahan ibu)
 Memberikan edukasi tentang perawatan
A: Masalah teratasi
payudara yang baik dan benar
= Ibu mampu memahami dan mampu P : lanjutkan observasi
melakukan
 Menganjurkan ibu untuk memakai BRA
yang menyokong payudara
= Ibu sudah menggunakan BRA yang
dapat menyokong payudara
 Menganjurkan Ibu untuk banyak makan
makanan bergizi
= Ibu sedang diit TKTP, makan makanan
yang diberikan oleh RS
 Menganjurkan Ibu untuk rajin menyusui
bayinya agar bayi menghisap putting dan
merangsang hormone prolactin sehingg
10.15 ASI bisa keluar
= ibu sudah menyusui bayi nya
- Berikan pujian terhadap perilaku yang benar
Hari/Tanggal Jam Implementasi Jam Evaluasi
Kamis , 09.00 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 12.00 S : klien mengatakan nyeri pada daerah jalan lahir /
21/04/2022 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri perineum
P : Pasca melahirkan
O:
Q : seperti tertekan
P : Pasca melahirkan
R : Bagian perineum
Q : seperti tertekan
S:1
R : Bagian perineum
T : ketika beraktivitas berlebih
09.00 S:1
- Mengidentifikasi skala nyeri : 1
09.05 - Mengidentifikasi respons nyeri non verbal T : ketika beraktivitas berlebih
Wajah klien tampak tenang, hanya meringis - Terapi Cefadroxil 500 mg (per oral)
ketika nyeri terasa A : Masalah belum terartasi
09.10 - Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan P : Lanjutkan intervensi
memperingan nyeri : saat klien beraktivitas
lebih
09.15 - Memerikan terapi nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Klien tampak nyaman dan dapat mengikuti
teknik relaksasi napas dalam
09.20 - Mengontrol lingkungan yang memperberat
nyeri
Membatasi jumlah pengunjung dan
membiarkan klien istirahat
09.25 - Memberikan edukasi tentang perwatan vulva
hygiene
Klien mampu memahami dan akan
12.00 melakukannya
- Memfasilitasi istirahat tidur
Klien tampak berbaring tidur
- Melakukan Kolaborasi pemberian analgetik
obat Cefadroxil 500 mg (per oral)

Anda mungkin juga menyukai