Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang
secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan
oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau
bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996). Muninjaya (1999)
menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi
pengawasan dan pengendalian (controlling). Dalam manajemen keperawatan kegiatan
pengawasan atau controlling sangat diperlukan untuk mengetahui kinerja staf, evaluasi
masalah dan perkembangan suatu organisasi untuk selanjutnya dilakukan pemecahan
masalah. Tujuan pokok dari supervisi sendiri yaitu menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan
yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli &
Bachtiar, 2008).
Namun dalam pelaksanaannya kegiatan supervisi jarang dilakukan karena, atau
dilakukan namun hanya pada waktu – waktu tertentu. Hal ini dikarenakan kurangnya
perhatian atasan terhadap bawahan, kurangnya kompetensi atasan mengenai manajemen
keperawatan, serta kurangnya kesadaran atasan untuk melakukan kegiatan supervisi atau
pemantauan. Hal ini sangat mungkin terjadi pada pemimpin dengan gaya kepemimpinan
bebas, dimana tanggung jawab pekerjaan, kebijakan dan hasilnyadiserahkan kepada
bawahan. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa keperawatan perlu mengetahui dan
memahami apa itu supervisi guna mendukung praktik di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan supervisi keperawatan ?
b. Apa saja manfaat dan tujuan supervisi keperawatan ?
c. Siapa saja pelaksana dan sasaran supervisi keperawatan ?
d. Apa saja model – model supervisi dalam keperawatan ?
e. Bagaimana penerapan supervisi keperawatan ?
f. Bagaimana cara penialaian dalam supervisi keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui definisi supervisi keperawatan.
b. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan supervisi keperawatan.
c. Untuk mengetahui siapa saja pelaksana dan sasaran supervisi keperawatan.
d. Untuk mengetahui apa saja model –model supervisi keperawatan.
e. Untuk mengetahui bagaimana penerapan supervisi keperawatan.
f. Untuk mengetahui bagaimana cara penilaian dalam supervisi keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan


Sebagai media informasi bagi pembaca agar lebih mengetahui dan memahami tentang
pentingnya supervisi dan penerapannya dalam keperawatan baik secara teoritis maupun
secara praktis.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Supervisi Keperawatan


Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila di temukan
masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya (azwar,1996). Supervisi adalah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi
pengawasan dan pengendalian (Muninjaya,1999).
Supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktivitas
bimbingan,pengarahan,observasi,motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehari hari (Arwani, 2006).
Supervisi keperawatan adalah segala bantuan dari pemimpin atau penanggung jawab
kepada perawat yang di tujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainya dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan
bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan
para perawat (suyanto,2008).

2.2. Manfaat dan Tujuan Supervisi Keperawatan


Manfaat Supervisi diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009) :

a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
bawahan.
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat
kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Tujuan pokok dari supervisi yaitu menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang
telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan
(Suarli & Bachtiar, 2008).

2.3. Pelaksana Supervisi Keperawatan


Menurut Suyanto 2008, Supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian
yang bertanggung jawab antara lain :
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang di berikan
pada pasien diruang perawatan yang di pimpinya, mengawasi perawat pelaksana
dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung
di sesuaikan dengan metode penugasan yang di terapkan di ruang tersebut
Contoh : Ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan
dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing
( Suarly dan Bahtiar,2009).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana
fungsional mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalanya
pelayanan keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manajer keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab
melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas
keperawatan.

2.4. Sasaran Supervisi Keperawatan


Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan,serta
bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran yang harus di capai dalam pelaksanaan
supervisi anatara lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang evektif dan
ekonomis, sistem dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang,
penyimpangan atau penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan.

2.5. Kompetensi Supervisor Keperawatan


Seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari hari harus
memiliki kemampuan (Suyanto,2008) :
a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat di mengerti oleh staff
dan pelaksana keperawatan.
b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksana perawatan.
c. Memberikan motifasi untuk meningkatkan semangat kerja pada staf dan pelaksana
keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok.
e. Memberikan latihan dan bimbingan yang di perlukan oleh staf dan pelaksana
keperawatan.
f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang di berikan lebih baik.

2.6. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan


Pelaksanaan supervisi keperawatan dibedakan menjadi dua teknik yaitu teknik langsung
dan teknik tidak langsung.

a. Teknik Langsung
Supervisi keperawatan dilaksanakan pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada
supervisi modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan
pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Umpan balik dan perbaikan dapat
dilakukan saat supervise.
Proses Supervisi langsung :
1.) PP melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi supervisor.
2.) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement, dan petunjuk.
3.) Setelah selesai, supervisor dan PA melakukan diskusi yang bertujuan untuk
menguatkan yang telah sesuai, dan memperbaiki apa yang belum/kurang sesuai.

b. Teknik Supervisi Tidak Langsung


Dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, sehingga kemungkinan terjadinya
kesenjangan fakta. Langkah-langkah supervisi tidak langsung yaitu :
1.) Lakukan supervisi secara tidak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada
buku rekam medik perawat.
2.) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3.) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai standart.
4.) Memberi penilaian atas dokumentasi yang di supervisi.
5.) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau tidak sesuai
standart.

2.7. Prinsip supervisi keperawatan


Prinsip-prinsip yang harus di penuhi anatar lain di dasarkan atas hubungan profesional,
kegiatan harus di rencanakan secara matang, edukatif, memberi perasaan aman pada
perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja yang demokratis. Prinsip
lain yang harus di lakukan secara objektif bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat
mengembangkan potensi, sifat kreatif dan konstruktif dalam menembangakan diri serta
meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuahan keperawatan
(Arwani,2006).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan (Nursallam,
2007) antara lain:

1) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.


2) Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar
manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
3) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan urian tugas dan standard.
4) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
5) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas dan
motivasi.
7) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.
2.8. Model - Model Supervisi Keperawatan
Beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain
(Suyanto, 2008) :
1) Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan
kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk
mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini
sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik
ataupun keberhasilan yang telah dilakukan
2) Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya
mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan
model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara
berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang
baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan
bimbingan.
3) Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam
pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis
melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat
selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
4) Model artistic
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa
aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi.
Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara
perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.

2.9. Kegiatan Supervisor


Untuk dapat mengkoordinasikan sistem kerja secara efektif, para supervisor harus
melakukan dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan tugas dan kegiatan supervisi. Kegiatan tugas
adalah kegiatan yang melibatkan supervisor dalam pelaksanaan langsung suatu pekerjaan.
Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoordinasikan pekerjaan yang dilkukan
orang lain. Supervisor yang efektif menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003).
Kegiatan dalam supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :
a) Persiapan :
 Menyusun jadwal supervisi.
 Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman pendokumentasian).
 Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat pelaksana.
b) Pelaksanaan supervisi :
 Melakukan observasi, wawancara dan memvalidasi hasil observasi tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh supervisor.
 Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada masing-masing tahap.
 Memberikan bimbingan / arahan tentang tindakan asuhan keperawatan.
 Mencatat hasil supervisi.
c) Evaluasi :
 Menilai respon perawat.
 Memberikan reinforcement pada perawat.
 Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi.
 Salam Penutup
BAB 3
PROPOSAL
KEGIATAN PELAKSANAAN SUPERVISI

3.1 Latar Belakang


Supervisi merupakan salah satu fungsi dari manajemen. Seorang manajer dalam hal ini
supervisor hendaknya mampu menjalankan fungsi-fungsi manajemen sebagaimana
mestinya agar dapat dicapai tujuan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Salah satu prinsip pokok dalam
setiap organisasi adalah delegasi kekuasaan (pelimpahan wewenang). Kekuasaan atau
wewenang merupakan hak seseorang untuk mengambil tindakan yang perlu agar tugas dan
fungsi-fungsinya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam mendelegasikan
kekuasaan agar proses delegasi dapat efektif maka pejabat yang mendelegasi kekuasaan
harus membimbing dan mengawasi (supervisi) orang yang menerima delegasi wewenang.
Wewenang dan instruksi-instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepeda bawahan
sehingga dapat diketahui apakah bawahan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Atas
dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan.
Suatu system pengawasan adalah efektif bilamana system pengawasan itu memenuhi
prinsip fleksibilitas. Titik berat pengawasan (supervisi) sesungguhnya berkisar pada
manusia sebab manusia itulah yang melakukan kegiatan-kegiatan dalam organisasi yang
bersangkutan.
Dalam proses supervisi ada beberapa fase yang harus diperhatikan oleh supervisor
yaitu, (1) menetepkan alat ukur (standart), (2) mengadakan penilaian (evaluation) dan (3)
mengadakan tindakan perbaikan (corrective actions).
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memahami tentang Rematoid astritis
b. Tujuan Khusus
1) Memahami konsep Rematoid astritis
2) Memahami langkah langkah kegiatan Rematoid astritis
2. Tempat dan Waktu
Tempat : Balai desa Kedungmaling
Waktu : 26 oktober 2020
Pukul :09.00-10.00
3. Sasaran
a. Subjek pengawasan : kader
4. Materi
Rematoid astritis
5. Metode
a. Diskusi
b. Demonstrasi
6. Alat Bantu
a. Format Instrumen Supervisi
b. Format laporan supervisi keperawatan
7. Cara Mengumpulkan Fakta Guna Pengawasan
a. Personal inspection
b. Oral report (laporan lisan)
8. Panitia Penyelenggara
Agar pelaksanaan aplikasi peran supervisi terselenggara dengan baik maka struktur
organisasinya sebagai berikut :
1) Kepala Ruangan ( supervisor) :
2) Kepala Tim :
3) Perawat Pelaksana :
4) Kegiatan Supervisi :
FORMAT SUPERVISI PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH KADER PENDIDIKAN
KESEHATAN RHEMATOID ASTRITIS LANSIA
Nama Kader : ................................................
Tema : ...............................................
Hari / Tanggal : ...............................................

Penilaian
No Unsur Yang dinilai
1 2 3 4

1 Menyampaikan salam

2 Menyampaikan tujuan penyuluhan

3 Menetapkan kontrak waktu

4 Penguasaan materi

5 Sikap tubuh meyakinkan

6 Penggunaan media & metode tepat

7 Penggunaan bahasa yang mudah dipahami

8 Memberikan kesempatan masyarakat untuk bertanya

9 Intonasi suara

10 Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut

Jumlah skor nilai

Nilai total: skor nilai x 2,5

Saran :...........................................................................................
Keterangan:
1 : Tidak dilakukan
2 : Sebagian kecil dilakukan
3 : Sebagian besar dilakukan
4 : Semua dilakukan
Rumus :
sp
N= x 100
sm

Kriteria penilaian :
Sangat baik : 80-100
Baik : 70-79
Cukup :60-69
Kurang : <60
Supervisor

(.............................................)

Anda mungkin juga menyukai