Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM SPONTAN

OLEH :
ANISA NUR AZIZAH
J210210047

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Post partum atau masa nifas disebut juga Puerperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata Puer yang berarti bayi dan Parous yang berarti
melahirkan. Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas
perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi
pada masa nifas. Dalam Angka Kematian Ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya
wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post
partum (Maritalia, 2016).
Masa nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah
kelahiran.Namun secara populer, diketahui istilah tersebut mencakup 6 minggu
berikutnya saat terjadi involusi kehamilan normal. Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal
(Lenggu, 2019).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Genetalia Eksterna
a) Mons Veneris
Adalah bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang
menutupi bagian depan symphysis pubica dan apabila seorang wanita
setelah pubertas, kulit mons veneris tertutup oleh rambut.
b) Bibir besar kemaluan (labia mayora)
Berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan
kebawah dan belakang, labium majus dekstra dan labium majus sinistra
bersatu disebelah belakang pada commisura labiorum posterior dan
merupakan batas depan dari perineum yang disebut frenulum labiorum
pudendi. Labia mayora homolog dengan skrotum laki laki, terdiri dari dua
permukaan : bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut,
bagian dalam, menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar
sebacea.
c) Bibir kecil kemaluan (labia minora)
Didapatkan sebagai liapatan di sebelah medial dari labia mayora, kedua
lipatan tersebut (kiri & kanan) bertemu diatas klitoris (preputium
clitoridis) dan dibawah klitoris (frenulum clitoridis). Dibagian belakang
kedua lipatan bersatu juga setelah mengelilingi orificium vaginae dan
disebut fourchette (hanya tampak pada perempuan yang belum pernah
melahirkan anak.
d) Klitoris
Merupakan suatu tunggul yang erektil, klitoris mengandung banyak urat-
urat saraf sensoris dan pembuluh-pembuluh darah, analog dengan penis
laki-laki.
e) Vulva
Berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan dan kiri
dibatasi bibir kecil sampai kebelakang dibatasi perineum.
f) Vestibulum Vaginae
Merupakan rongga yang dibatasi oleh kedua labia minora disebelah lateral,
klitoris disebelah anterior, dan fourchette disebelah dorsal. Pada
vestibulum terdapat muara vagina, urethra dan empat lubang kecil yaitu :
1) Dua muara kelenjar
Bartholin yang terdapat di samping dan agak kebelakang dari introitus
(ostium) vaginae. Glandula vestibularis major (Bartholin) merupakan
kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina. Kelenjar ini
mengeluarkan sekret mukus terutama pada waktu sanggama
2) Dua muara kelenjar Skene di samping dan agak dorsal dari urethra.
g) Intoroitus Vagina, adalah pintu masuk ke vagina
h) Selaput Darah (Hymen)
Berupa lapisan tipis yang menutupi sebagian besar introitus vaginae,
biasanya hymen berlubang sebesar ujung jari hingga getah dari genitalia
interna dan darah haid dapat mengalir keluar, bila hymen tertutup sama
sekali disebut hymen oclusivum. Setelah partus, hanya tinggal sisa-sisa
kecil pada pinggir introitus dan disebut carunculae hymenales
(myrtiformes).
i) Lubang kemih (orifisium uretra eksterna)
Adalah tempat keluarnya air kemih yang terletak dibawah klitoris.
j) Perineum, terletak diantara vulva dan anus
2. Genetalia Interna
a) Vagina
Merupakan suatu saluran muskulo-membranosa yang menghubungkan
uterus dengan vulva, terletak antara vesica urinaria dan rektum, dinding
depan vagina (± 9 cm) lebih pendek dari dinding belakang (± 11 cm). Pada
dinding vagina terdapat lipatan-lipatan yang berjalan sirkuler dan disebut
rugae vaginales, terutama pada bagian bawah vagina. Setelah melahirkan,
sebagian rugae akan menghilang. Walaupun disebut selaput lendir vagina,
selaput ini tidak memiliki kelenjar sama sekali sehingga tidak dapat
menghasilkan lendir ; mungkin lebih baik disebut kulit. Ujung serviks
menonjol ke dalam puncak vagina, bagian serviks yang menonjol kedalam
vagina disebut portio, oleh portio ini, puncak vagina dibagi menjadi 4
bagian, yaitu fornix anterior, fornix posterior dan tornix lateralis kanan dan
kiri. Vagina mempunyai faal penting sebagai :
1) Saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah sewaktu haid
dan sekret dari uterus
2) Alat persetubuhan
3) Jalan lahir pada saat persalinan. Sel-sel dari lapisan atas epitel vagina
mengandung glikogen. Glikogen ini menghasilkan asam susu karena
adanya basil-basil Doderlein sehingga vagina mempunyai reaksi asam
dengan pH 4.5. hal ini memberi proteksi terhadap invasi kuman-kuman.
b) Uterus
Dalam keadaan tidak hamil uterus terdapat dalam ruangan perlvis minordi
antara vesica urinaria dan rectum. Permukaan belakang uterus sebagian
besar tertutup oleh peritoneum sedangkan permukaan hanya di bagian
atasnya saja. Bagian bawah dari permukaan depan uterus melekat pada
dinding belakang vesica urinaria. Uterus merupakan alat berongga dan
berbentuk seperti bola lampu yang gepeng. Uterus terdiri dari 2 bagian :
1) Corpus uteri yang berbentuk segitiga
2) Cervix uteri yang berbentuk silindris
Bagian corpus uteri antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri
(dasar rahim). Pinggir kanan/kiri uterus tidak tertutup oleh peritoneum
karena berbatasan dengan parametrium kanan/kiri, bentuk dan ukuran
uterus sangat berbeda-beda tergantung dari usia, pernah atau tidak
melahirkan anak. Panjang uterus pada anak-anak : 2-3 cm, Nullipara :
6-7 cm, Multipara : 8-9 cm. Panjangnya corpus uteri terhadap serviks
uteri juga berbeda-beda. Pada anakanak panjang corpus uteri ½ dari
panjang serviks uteri. Pada remaja, corpus uteri sama panjang dengan
serviks uteri. Pada multipara, panjang corpus uteri 2x panjang serviks
uteri.
Cavum uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga, lebar di daerah fundus
dan sempit ke arah serviks, sebelah atas rongga rahim berhubungan
dengan saluran telur (tuba Fallopii) dan sebelah bawah dengan saluran
leher rahim (canalis cervicis uteri). Hubungan antara cavum uteri dan
canalis cervicis uteri ostium uteri internum, sedangkan muara canalis
cervicis uteri kedalam vagina disebut ostium uteri externum.
Sebetulnya ada 2 buah ostium uteri internum, yaitu sebagai berikut :
1) Ostium anatomicum uteri internum yang betul-betul merupakan
batas antara canalis serviks uteri dan cavum uteri.
2) Ostium histologicum uteri internum yang merupakan tempat selaput
lendir cavum uteri berubah menjadi selaput lendir serviks pada
canalis serviks. Tempat ini letaknya sedikit dibawah ostium
anatomicum uteri internum. Bagian serviks antara ostium
anatomicum uteri internum dan ostium uteri histologicum internum
disebut isthmus uteri. Bagian tersebut dapat melebar selama
kehamilan dan disebut segmen bawah uterus.
c) Tuba Uterina Falopii
Alat ini terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah lateral,
mulai dari cornu uteri dekstra et sinistra. Panjangnya ±12 cm, dengan
diameter 3-8 mm. Tuba ini dibedakan menjadi 4 bagian.
1) Pars interstisialis (intramuralis); bagian tuba yang berjalan dalam
dinding uterus mulai dari ostium tuba internum
2) Isthmus tubae uterinae; bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus,
merupakan bagian tuba yang lurus dan sempit
3) Ampulla tubae uterinae; bagian tuba antara isthmus dan infundibulum,
merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S
4) Infundibulum; ujung tuba dengan umbai-umbai yang disebut fimbrae,
lubangnya disebut ostium abdominale tubae. Fungsi utama tuba ialah
untuk membawa ovum yang dilepaskan ovarium menuju ke uterus.
d) Ovarium Ovarium berjumlah dua buah
Letaknya pada dinding lateral panggul dalam sebuah lekuk yang disebut
fossa ovarica waldeyeri, di sebelah kiri dan kanan uterus. Ovarium dihub
ungkan dengan uterus oleh ligamentum ovari proprium dan dihungkan
dengan dinding panggul oleh ligamentum infundibulopelvicum. Di sini,
terdapat pembuluh darah ovarium, yaitu arteri dan vena ovarcia. Ada
beberapa hal yang dibedakan pada ovarium.
1) Permukaan medial yang menghadap ke arah cavum Douglasi dibedakan
dengan permukaan lateral.
2) Ujung atas yang lebih dekat dengan tuba dibedakan dengan ujung
bawah yang lebih dekat dengan uterus (ekstremitas tubaria dan
ekstremitas uterina)
3) Pinggir yang menghadap ke depan (margo mesovarica)dan melekat
pada lembar belakang ligamentum latum dengan perantara mesovarium
dibedakan dengan pinggir yang menghadap ke belakang (margo liber).
Ovarium terdiri dari bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula).
Pada korteks terdapat folikel-folikel primordial. Pada medula terdapat
pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe.
e) Parametrium
Jaringan ikat yang terdapat antara kedua lembar ligamentum latum disebut
parametrium. Bagian atas ligamentum latum yang mengandung tuba
disebut mesosalpinx dan bagian kaudalnya yang berhubungan dengan
uterus disebut mesometrium. Pada sisi depan ligamentum latum berjalan
ligamentum teres uteri, pada sisi belakang berjalan ligamentum ovarii
proprium.
Mesovarium merupakan lipat pritoneum untuk ovarium dan terdapat
antara mesosalpinx dan mesometrium. Ligamentum suspensorium ovarii
berjalan dari ekstremitas tubaria ovarii ke dinding panggul. Pada
parametrium berjalan ureter, arteri dan vena uterina. Parametrium sebelah
bawah yang menyelubungi arteri dan vena uterina lebih padat dari jaringan
sekitarnya, disebut ligamentum cardinale (Wirakusumah, et. al, 2015).

C. ETIOLOGI
Etiologi post partum menurut Oktarina (2016) sebagai berikut :
1. Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang
mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa prostaglandin di
chorioamnion.
2. Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen menyebabkan iritability miometrium, estrogen memungkinkan
sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput ketuban sehingga
menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).
3. Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton HikS
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung lama
dengan persiapan semakin meningkatnya reseptor oksitosin. Oksitosin adalah
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Distribusi
reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan korpusuteri, ia makin berkurang
jumlahnya di segmen bawah rahim dan praktis tidak banyak dijumpai pada
serviks uteri.
4. Teori Ketegangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot – otot
rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero plasenter.
5. Teori Fetal Membran
Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified yang
menghasilkan arachnoid acid, arachnoid acid bekerja untuk pembentukan
prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi miometrium.
6. Teori Plasenta Sudah Tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada plasenta
menurun segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi penurunan
produksi hormon.
7. Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf sehingga
serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR
(Segmen Atas Rahim) dan SBR (Segmen Bawah Rahim) bekerja berlawanan
sehingga terjadi kontraksi dan retraksi.

D. PATOFISIOLOGI
Pada kasus post partus spontan akan terjadi trauma pada jalan lahir,
sehingga dapat menyebabkan terganggunya aktivitas, aktivitas yang terganggu
dapat menurunkan gerakan peristaltik pada usus yang berakibat konstipasi.
Pengeluaran janin dengan cara episiotomi menyebabkan terputusnya jaringan
pada perineum sehingga merangsang area sensorik untuk mengeluarkan hormon
bradikinin, histamin dan seritinus yang kemudian diteruskan oleh medulla
spinalis ke batang otak, diteruskan ke thalamus sehingga merangsang nyeri di
korteks serebri, kemudian timbul gangguan rasa nyaman yang mengakibatkan
nyeri akut.
Pembuluh darah yang rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor dan
terjadi juga perdarahan dan proteksi pada luka kurang, dapat terjadi invasi
bakteri sehingga muncul masalah keperawatan resiko infeksi. Pengeluaran janin
dapat memicu terjadinya trauma kandung kemih sehingga terjadilah edema dan
memar di uretra, mengakibatkan penurunan sensitivitas berdapak pada sensasi
kandung kemih sehingga muncul masalah keperawatan gangguan eliminasi urin.
Laktasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan peningkatan prolaktin,
sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi terkadang terjadi juga aliran darah
dipayudara berurai dari uterus (involusi) dan retensi darah di pembuluh payudara
maka akan terjadi bengkakdan penyempitan pada duktus intiverus. Sehingga asi
tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidak efektif (Nurarif
& Kusumua, 2015).

E. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinis post partum menurut Oktarina (2016) sebagai berikut :
1. Sistem Reroduksi
Uterus ditandai dengan kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.
Keluarnya lochea, komposisi jaringan endometrial, darah dan limfe.
Tahapan :
a) Rubra (merah): 1-3 hari
b) Sanguinolenta : warna merah kekuningan, berisi darah dan lendir terjadi
pada hari ke 3-7
c) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada
hari ke 7-14 pasca persalinan
d) Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2mingg pasca
persalinan
e) Lochea purulenta : terjadi karena infeks, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
f) Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya
2. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi akan mengalami perubahan saat ibu mulai menyusui.
3. Serviks
Setelah lahir serviks akan mengalami edema, bentuk distensi untuk beberapa
hari, struktur interna akan kembali setelah 2 minggu.
4. Vagina
Nampak berugae kembali 3 minggu.
5. Perineum
Akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomy yang akan terjadi masa
penyembuhan selama 2 minggu.
6. Payudara
Payudara akan membesar karena vaskularisasi dan engorgemen (bengkak
karena peningkatan prilaktin).

F. PENATALAKSANAAN
1. Mobilisasi
Ibu nifas dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam post
partum.perawatan mobilisasi ini memiliki keuntungan untuk melancarkan
pengeluaran lochea, mengurangi infeksi perineum, melancarkan fungsi
gastrointestinal dan perkemihan serta meningkatkan kelancaran perdarahan
darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
2. Diet makanan
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya ibu nifas
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-
sayuran dan buah-buahan.
3. Miksi
Ibu nifas mengalami kesulitan BAK, dikarenakan sphingter urethra tertekan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama
persalinan, jika kandung kemih ibu post partum penuh dan mengalami
kesulitan untuk BAK, maka dapat dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Jika mengalami kesulitan
dapat diberikan obat lactat per oral atau per rektal
5. Perawatan payudara
Perawatan payudara hendaknya dilakukan sejak wanita hamil supaya puting
susu lemas, tidak keras dan tidak kering sebagai persiapan menyusui bayinya
6. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjar mammae, yaitu proliferasi jaringan pada
kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah. Keluarnya cairan
susu, hipervaskularisasi dan setelah persalinan pengaruh supresi esterogen
dan progesteron hilang. Maka, timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin akan merangsang keluarnya air susu ibu. Di samping itu, pengaruh
oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI
keluar (Indriyani D, 2013).

G. KEMUNGKINAN DATA FOKUS


1. Wawancara
Data subyektif (Anamnesa)
a) Identitas
 Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
 Umur : Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
 Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
 Suku bangsa : Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebisaan sehari-hari.
 Pendidikan : Berpengaruh kebidanan dan dalam untuk tindakan
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya.
 Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
 Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa
nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c) Riwayat penyakit
 Riwayat penyakit sekarang : Data-data inidiperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubunganya dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
 Riwayat penyakit sistemik : Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :
Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas.
 Riwayat penyakit sekarang : Data-data inidiperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubunganya dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
 Riwayat penyakit sistemik : Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :
Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas.
 Riwayat keturunan kembar : Dikaji untuk mengetahui apakah dalam
keluarga ada yangmempunyai riwayat keturunan kembar
 Riwayat operasi : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah
dilakukan tindakan operasi atau belum, yang sekiranya dapat
mengganggu dalam proses kehamilan ini.
d) Riwayat menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah menarche,
siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan utama
yang dirasakan saat haid (Sulistyawati, 2013).
e) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, beapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
f) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak,
karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan
Wulndari, 2010).
g) Riwayat kehamilan sebelumnya
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, penolong
jumlah anak, cara keadaan persalinan nifas yang lalu, persalinan,
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
h) Riwayat kehamilan saat ini
Dikaji untuk mengetahui hari pertama haid terakhir dan apakah siklus
menstruasi normal, gerakan janin (kapanmulai dirasakan dan apakah ada
perubahan yang terjadi), masalah dan tanda-tanda bahaya, keluhan-
keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-obatan (termasuk jamu-
jamuan) serta kekhawatira lain yang dirasakan (Dewi dan Sunarsih, 2011).
i) Riwayat persalinan sekarang
Untuk mngetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jeniskelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu di kaji
untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisaberpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
2. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Keadaan umum, meliputi tentang kesadaran, nilai glasgow coma scale
(GCS) yang berisi penilaian eye, movement, verbal. Mencakup juga
penampilan ibu seperti baik, kotor, lusuh.
b. Tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu dan
respirasi.
c. Antropometri, meliputi tinggi badan, berat badan sebelum hamil, berat
badan saat hamil dan berat badan setelah melahirkan.
d. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala, observasi bentuk kepala, apakah terdapat lesi atau tidak,
persebaran pertumbuhan rambut, apakah terdapat pembengkakan
abnormal, warna rambut dan nyeri tekan
2) Wajah, pada wajah ibu postpartum biasanya terdapat cloasma
gravidarum sebagai ciri khas perempuan yang pernah mengandung,
apakah terdapat lesi atau tidak, nyeri pada sinus, terdapat edema atau
tidak
3) Mata, observasi apakah pada konjungtiva merah mudah atau pucat, ibu
yang baru mengalami persalinan biasanya banyak kehilangan cairan,
bentuk mata kiri dan kanan apakah simetris, warna sklera, warna pupil
dan fungsi penglihatan
4) Telinga, dilihat apakah ada serumen, lesi, nyeri tekan pada tulang
mastoid dan tes pendengaran
5) Hidung, observasi apakah ada pernafasan cuping hidung, terdapat
secret atau tidak, nyeri tekat pada tulang hidung, tes penciuman
6) Mulut, dilihat apakah ada perdarahan pada gusi, jumlah gigi ada berapa,
terdapat lesi atau tidak, warna bibir dan tes pengecapan
7) Leher, pada leher dilihat apakah bentuknya proporsional, apakah
terdapat pembengkakan kelenjar getah bening atau pembengkakan
kelenjar tiroid
8) Dada, observasi apakah bentuk dada simetris atau tidak, auskultasi
suara nafas pada paru-paru dan frekuensi pernafasan, auskultasi suara
jantung apakah ada suara jantung tambahan dan observasi pada
payudara, biasanya pada ibu post partum payudara akan mengalami
pembesaran dan aerola menghitam serta normalnya ASI akan keluar
9) Abdomen, pada abdomen observasi bentuk abdomen apakah cembung,
cekung atau datar. Observasi celah pada diastasis recti, tinggi fundus
uteri pasca persalinan, pada ibu yang mengalami kehamilan tanda khas
pada abdomen terdapat linia nigra, observasi juga pada blas apakah
teraba penuh atau tidak
10) Punggung dan bokong, dilihat apakah ada kelainan pada tulang
belakang, apakah terdapat nyeri tekan
11) Genetalia, observasi perdarahan pervaginam, apakah terpasang
dower cateter, observasi apakah terdapat luka ruptur, episiotomi
bagaimana keadaan luka, bersih atau tidak
12) Anus, observasi apakah ada pembengkakan, terdapat lesi atau tidak,
apakah terdapat hemoroid
13) Ekstremitas Atas : pada ekstremitas atas dilihat tangan kiri dan
kanan simetris atau tidak, terdapat lesi atau tidak, edema, observasi juga
apakah ada nyeri tekan serta ROM. Bawah : pada ekstremitas bawah
diobservasi apakah terdapat varises, edema, pergerakan kaki serta
ROM.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang (Nurarif & Kusuma, 2015)
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, elektrolit
e. Golongan darah
f. Urinalisis
g. Ultrasonogafi
H. ANALISA DATA
No. Data Etilogi Masalah
Keperawatan
1 DS : Keluhan nyeri Agen pencedera Nyeri akut
DO : fisiologis (D.0077)
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis:
waspada, posisi menghindari
nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

2 DS : Keluhan defekasi lama Kelemahan otot Risiko Konstipasi


DO : abdomen (D.0053)
1. Kontrol pengeluaran feses
menurun
2. Mengejan saat defekasi
3. Konsistensi feses buruk
4. Frekuensi BAB menurun
5. Peristaltik usus menurun

3 DS : Keluhan nyeri Prosedur invasif Risiko infeksi


DO : (D.0142)
1. Demam
2. Kemerahan
3. Bengkak
4. Kadar sel darah putih
meningkat
4 DS : Kerusakan atau Gangguan eliminasi
1. Desakan berkemih (urgensi) ketidakadekuatan urine
2. Urin menetes (dribbling) jalur aferen (D.0040)
3. Sering buang air kecil
4. Nocturia (buang air kecil
pada malam hari)
5. Mengompol
6. Enuresis (tidak dapat
menahan kencing)
DO :
1. Distensi kandung kemih
2. Berkemih tidak tuntas
(hesistancy)
3. Volume residu urin
meningkat

5 DS : Menanyakan masalah yang Kurang terpapar Defisit pengetahuan


dihadapi informasi (D.0111)
DO :
1. Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
2. Risiko konstipasi b.d kelemahan otot abdomen (D.0053)
3. Risiko infeksi b.d prosedur invasif (D.0142)
4. Gangguan eliminasi urine b.d kerusakan atau ketidakadekuatan jalur aferen
(D.0040)
5. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0111)
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan selama…x 24 (I.08238)
dengan agen jam diharapakan tingkat Observasi :
cedera fisik nyeri menurun dengan KH : 1. Identifikasi lokasi,
(D.0077) Tingkat nyeri (L.08066) karakteristik,
 Keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi,
 Meringis menurun kualitas, intensitas
 Gelisah menurun nyeri
Terapeutik :
2. Berikan teknik
distraksi :
menonton video
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
4. Anjurkan teknik
relaksasi nafas
dalam
5. Edukasi ganti
balutan jika penuh
Kolaborasi :
6. Kolaborasi
pemberian analgetik
2 Risiko Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Konstipasi
berhubungan keperawatan selama…x 24 (I.04160)
dengan jam diharapkan risiko Observasi :
kelemahan otot konstipasi menurun dengan 1. Identifikasi fakto
abdomen KH : risiko konstipasi
(D.0053) Eliminasi fekal (L.04033) (mis. Asupan
 Distensi abdomen serat tidak
menurun adekuat, asupan
 Nyeri abdomen cairan tidak
berkurang adekuat,kelemahan
 Konsistensi feses otot abdomen,
membaik aktifitas fisik
berkurang)
Terapeutik :
2. Lakukan masase
abdomen
Edukasi :
3. Anjurkan
mengkonsumsi
makan bereserat
(25-30 gram/hari)
Kolaborasi :
4. Kolaborasi dengan
ahli gizi
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Tingkat infeksi
berhubungan keperawatan selama…x 24 (L.14137)
dengan prosedur jam diharapkan tingkat Observasi :
invasif (D.0142) infeksi menurun dengan KH : 1. Monitor tanda dan
Tingkat infeksi (L.14137) gejala infeksi
 Demam menurun Terapeutik :
 Kemerahan menurun 2. Cuci tangan
 Nyeri menurun sebelum dan
 Bengkak menurun sesudah kontak
 Kadar sel darah putih dengan pasiendan
membaik lingkungan pasien
 Kultur darah 3. Pertahankan teknik
membaik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
4. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
Kolaborasi :
5. Kolaborasi dalam
pemberian
antibiotik

4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine


eliminasi urin keperawatan selama…x 24 (I.04152)
berhubungan jam diharapkan gangguan Observasi :
dengan kerusakan eliminasi urin menurun 1. Identifikasi tanda
atau dengan KH : dan gejal retensi
ketidakadekuatan Eliminasi urine (L.04034) atau inkontinensia
jalur aferen  Desakan berkemih urine
(D.0040) (urgensi) membaik Terapeutik :
 Distensi kandung 2. Catat watu-
kemih menurun waktu dan
 Berkemih dengan haluaran berkemih
tuntas Edukasi :
 Frekuensi BAK 3. Ajarkan tanda dan
normal gejala infeksi
saluran kemih
Kolaborasi :
4. Kolaborasi
pemberian obat
supositoria uretra,
jika perlu

5 Defisit Setelah dilakukan tindakan ... Edukasi kesehatan


pengetahuan b.d x 24 jam diharapkan (I.12383)
kurang terpapar pengetahuan meningkat. Observasi :
informasi Dengan KH : 1. Identifikasi
(D.0111) Tingkat pengetahuan kesiapan dan
meningkat (L.12111) kemampuan
1. Perilaku sesuai anjuran menerima
meningkat informasi
2. Verbalisasi minat dalam Terapeutik :
belajar meningkat 2. Sediakan materi
dan media
Pendidikan
Kesehatan
3. Jadwalkan
Pendidikan
Kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
5. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
6. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Wulandari.2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha


Medika
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika
Indriyani. 2013. Aplikasi Konsep & Teori Keperawatan Maternitas Postpartum
dengan Kematian Janin. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Lenggu, Y. M. (2019). Asuhan Keperawatan Post Partum Normal Hari Ketiga
Pada Ny. IF Dengan G2p2a0 Diwilayah Kerja Puskesmas Bakunase Kota
Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang)
Maritalia, Dewi. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Martaadisoebrata, D., Wirakusumah, F.F., Effendi, J. 2015. Obstetri Patologi:
Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 3, Penerbit EGC, Jakarta
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Oktarina, Mika. 2016. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru
lahir. Ed. 1. Cet. 1. Yogyakarta : Deepublish
Sulistyawati, A. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika
Tim Poka SLKI DPP PPNI. 2018. Standar luaran keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar diagnosa keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan
Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai