Anda di halaman 1dari 80

1.

SKENARIO
Ny. Pregnita berusia 37 tahun datang ke Klinik Keluarga menyatakan sudah 2 bulan tidak datang haid. Tiba-tiba
pagi ini keluar flek darah di celana dalam disertai kram perut.
Menurut Ny. Pregnita, ia mengira dirinya hamil karena adanya keluhan sering mual dan pusing, kadang muntah,
sering kali buang air kecil dan dada terasa kencang.
Ia sudah 3 tahun menikah tetapi belum juga dapat keturunan, takut infertile, tidak merokok, tidak minum
alkohol, tidak sedang makan obat, tidak pernah sakit menahun. Riwayat haid teratur, menarche usia 13 tahun,
siklus menstruasi rata-rata 28 hari teratur. Semua saudaranya mempunyai keturunan dan suaminya berusia 40
tahun, jarang pulang karena bekerja sebagai ABK antarbenua.
Hasil pemeriksaan fisik: TD 130/85 mmHg, RR 18/menit, BB 55 Kg, TB 155 cm, ukuran panggul normal, perut
datar, hyperpigmentasi areola dan nipple.
Pemeriksaan labor: tes urine HCG (+)
Menurut dokter keluarga, Ny. Pregnita hamil 8 minggu dengan ancaman abortus.

2. KLARIFIKASI ISTILAH
2.1

Flek darah : Bercak darah menyerupai menstruasi yang muncul pada awal kehamilan dikarenakan
darah yang dilepas saat telur dibuahi melekatkan diri ke dinding rahim.
2.2 Haid
: siklus bulanan pada wanita, yang dimulai dari akhir menstruasi sebelumnya sampai
akhir menstruasi berikutnya. Siklus ini dibagi dalam tiga fase atau tahap, yaitu fase folikular, ovulasi,
dan fase luteal.
2.3 Kram perut : sakit/kejang di bagian perut secara tiba-tiba. Kejang otot yang bersifat mendadak dan
terasa sangat sakit.
2.4 Mual
: Perasaan tidak menyenangkan pada epigastrium dan abdomen yang memiliki
kecendrungan untuk muntah
2.5 Infertile : Kurangnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan
2.6 Menarche : Pembentukan atau permulaan menstruasi
2.7 Siklus menstruasi : Perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi
secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus
2.8 Hyperpegmentasi areola dan nipple : Papilla mammae menonjol, dan areola dan nipple menjadi
berwarna lebih gelap
2.9 Urine
: Cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan
melalui uretra
2.10 HCG
: Hormon sub unit HCG yang digunakan untuk tes kehamilan yang mengandung 140
asam amino
2.11 Abortus : Janin dengan berat kurang dari 500g atau memiliki usia gestasional kurang dari 20
minggu pada waktu dikeluarkan dari uterus sehingga tidak ada kesempatan untuk hidup.

3. IDENTIFIKASI MASALAH
PRIORITAS MASALAH

MASALAH
Ny. Pregnita berusia 37 tahun datang ke
Klinik Keluarga menyatakan sudah 2 bulan
tidak datang haid. Tiba-tiba pagi ini
keluar flek darah di celana dalam disertai
kram perut.
Menurut Ny. Pregnita, ia mengira dirinya
hamil karena adanya keluhan sering mual
dan pusing, kadang muntah, sering kali

VV

buang air kecil dan dada terasa kencang.


Ia sudah 3 tahun menikah tetapi belum
juga dapat keturunan, takut infertile,
tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak
sedang makan obat, tidak pernah sakit
menahun.

Hasil pemeriksaan fisik: TD 130/85


mmHg, RR 18/menit, BB 55 Kg, TB 155
cm, ukuran panggul normal, perut datar,
hyperpigmentasi areola dan nipple.

Pemeriksaan labor: tes urine HCG (+)


Menurut dokter keluarga, Ny. Pregnita
hamil 8 minggu dengan ancaman abortus.

VVV

5. HIPOTESIS
5.1

Pasangan Ny. Pregnita dan suaminya mengalami infertilitas, karena belum memiliki keturunan
hingga usia pernikahan mencapai 3 tahun.

6. ANALISIS MASALAH
6.1

Ny. Pregnita berusia 37 tahun datang ke Klinik Keluarga menyatakan sudah 2 bulan tidak datang haid.
Tiba-tiba pagi ini keluar flek darah di celana dalam disertai kram perut.
6.1.1
Bagaimana struktur anatomi organ genitalia feminina?

ANATOMI EKSTERNA
Mons Pubis
Mons Pubis adalah bantalan jaringan lemak dan kulit yang terletak di atas simfisis pubis. Bagian ini
tertututp rambut pubis setelah pubertas. Pertumbuhan rambut pubis pada remaja puteri:
Tahap 1 (prapubertas) : tidak terdapat rambut pubis kecuali rambut tubuh yang halus
(rambut vellus) serupa dengan yang terdapat pada abdomen.
Tahap 2 : pertumbuhan rambut tipis, lurus, halus panjang dan sedikit berwarna di sepajang
labia (antara tahap 2 & 3 mulai terlihat rambut pubis)
Tahap 3 : rambut lebih gelap, kasar, ikal, menyebar tipis ke seluruh permukaan pubis
Tahap 4 : rambut pubis menebal, ikal, dan terdistribusi seperti pada orang dewasa namun
kurang banyak dan terbatas pada daerah pubis
Tahap 5 : rambut pada orang dewasa bertambah dalam jumlah, jenis, dan pola yang
menyebar pada permukaan media paha tetapi tidak sampai di atas abdomen.
Vaskularisasi :
1. Arteri vaginalis, asal dari arteri uterina, distribusi di vagina fundus kandung kemih.
2. Arteri uterina, asal dari arteri iliaka interna, distribusi di uterus, vagina, ligamentum teres uteri, tuba
uterina dan ovarium.

I.

II.

III.

IV.

Labia Major
Labia Mayora (bibir mayor) adalah dua lipatan kulit longitudinal yang merentang ke bawah dari
mons pubis dan menyatu di sisi posterior perineum, yaitu kulit antara pertemuan dua lipatan ini
dan anus. Labia mayor homolog (serupa dalam struktur dan asalnya) dengan scrotum pada laki-laki.
Fungsinya adalah untuk menutup dan melindungi struktur alat kelamin tersebut. Banyak
mengandung pleksus vena. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Vaskularisasi :
a. Arteri labia anterior yang merupakan cabang dari arteri pudenda eksterna
b. Arteri labia posterior yang merupakan cabang dari arteri pudenda interna
Inervasi :
a. Nervus labia anterior cabang dari nervus ilioinguinal
b. Nervus labia posterior cabang dari nervus pudendus
Aliran Limfe : Lnn. Inguinalis Superficial
Labia Minor
Labia Minora (bibir minor) adalah dua lipatan kulit diantara labia mayora. Lipatan ini tidak
berambut, tetapi mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat.
Prepusium klitoris adalah pertemuan lipatan-lipatan labia minora di bawah klitoris.
Frenulum adalah area lipatan di bawah klitoris.
Vaskularisasi : Arteri labialis anterior dan posterior. Inervasi : Nervus labialis anterior dan posterior.
Vestibulum
Diantara labia minora.
Batasnya, atas : clitoris. Bawah : fourchet. Lateral : labia minora.
Terdapat 6 lubang :
o Orificium urethra externum
o Introitus vaginae
o Ductus glandulae bartholini dextra
o Ductus glandulae bartholini sinistra
o Ductus skene dextra
o Ductus skene dextra
3

Diantra fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis (fossa vestibularis vaginae).
Orificium urethra externum : jalan keluar urine dari vesika urinaria.
Introitus vaginae : dibawah orificium urethra externa dibawah vestibulum. Pada gadis, tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen utuh tanpa robekan.

V.

Klitoris
Klitoris (kelentit) adalah organ dengan ukuran 2,5 cm yang paling peka terhadap rangsangan,
tersembunyi di pangkal atas labia minora atau bibir dalam vagina. Daerah ini juga banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Klitoris sangat sensitif dan berfungsi utama untuk
memberikan kenikmatan seksual. Klitoris akan menegang saat terpapar rangsangan seksual. Secara
embriologis, homolog dengan penis pada pria. Terdapat jaringan erektil.
Terdiri dari 2 crura :
1. Corpus yang mengandung 2 corpora canervosa. Kedua corpora canervosa ini dibungkus oleh fascia
clitoridis.
2. Gland clitoridis.
Antara nervus cavernosus dextra dan sinistra terdapat septum corporum cavernosum. Ujung
antara corpus clitoridis membentuk glands clitoridis, tonjolan bundar yang sangat sensitive.
Fiksasi :
o Pada facies ventralis symphysis osteum pubis oleh lig suspensorium clitoridis.
o Pada crura clitoris oleh rami inferior os ischii.
Vaskularisasi :
o A. profunda clitoridis pada crura clitoridis dan corpus clitoridis
o A. dorsalis clitoridis pada glands clitoridis
Innervasi :
o N. dorsalis clitoris
Aliran limfe :
o Lnn. Inguinalis superficial

VI.

Bulbus Vestibule
Ada sepanjang jaringan erektil yang memanjang, terletak pada sisi ostium vaginae, ditutupi oleh m.
bulbuspongiosus.
Dibagian dorsal bentuknya besar dan di bagian anterior kecil dan saling bertemu. Berada di sepanjang
tepi caudal corporis clitoridis sampai pada glands clitoridis.
Vaskularisasi : A. bulbi vestibule
Innervasi : Plexus uterovaginalis yang melanjutkan diri menjadi nervus cavernosus clitoridis.

VII.
Glandula Vestibularis
a. Glandula Vestibularis Major
Terdapat di sekitar clitoris dan urificium urethra externum.
Ada 2 buah kelenjar kecil berbentuk bundar yang mensekresi mucus, berada di sebelah dorsal
bulbus vestibule.
Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus
pudenda dan tepi hymen.
Kelenjar ini tidak teraba dalm keadaan normal, namun dapat membesar dan meradang bila
terinfeksi.
Vaskularisasi : a. bulbi vestibule dan a. vaginalis
Aliran limfe : Lnn. Inguinalis superficial
b. Glandula Vestibularis Minor
Terdapat di sekitar clitoris dan urificium urethra externum.
VIII.

Hymen (Selaput Dara)


Selaput dara merupakan satu lipatan selaput lendir yang menutupi pintu bibir vagina perempuan.
Letaknya diantara satu atau dua cm dari bibir luar vagina dan bentuknya bulat mengikut bentuk
liang vagina.
4

Secara biologisnya membrane ini tidak berfungsi, tetapi ia mempunyai beban yang berat kerena
dinilai sebagai bukti kegadisan seorang perempuan. Selaput dara hanya akan pecah apabila
berlakunya hubungan seksual, masturbasi, gangguan penyakit pada saluran vagina dan aktivitas
berat yang mempengaruhi alat kelamin perempuan.
Ketebalan selaput dara berbeda di antara satu wanita dengan wanita lainnya. Ada perempuan
yang mempunyai selaput dara amat tipis dan mudah koyak oleh aktivitas-aktivitas tertentu seperti
berenang, menunggang kuda dan memanjat. Ini semua memecahkan selaput daranya meskipun
dia belum pernah melakukan hubungan seks. Sebaliknya, ada juga perempuan yang sudah menikah
dan berhubungan seks berkali-kali tetapi selaput daranya masih utuh dan tidak koyak kerena
selaput daranya begitu elastik.
Variasi bentuk himen :

Dari kiri ke kanan:


Annular hymen: selaput melingkari lubang vagina.
Septate hymen: selaput yang ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka.
Cibriform hymen: selaput ini juga ditandai beberapa lubang yang terbuka, tapi lebih kecil clan jumlahnya
lebih banyak.
Introitus : Pada perempuan yang sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual, bisa saja lubang
selaputnya membesar. Namun masih menyisakan jaringan selaput dara.

ANATOMI INTERNA
Ovarium
adalah satu-satunya organ dalam rongga pelvis yang retroperitoneal.
Ovarium ini berjumlah 2 buah di kanan dan kiri dengan panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1 cm.
Bentuknya seperti kacang kenari.
Jaringan ikat pada ovarium disebut stroma.
Masing-masing ovarium mengandung sejumlah folikel primordial yang berkembang saat awal
kehidupan fetus dan menunggu saat pematangan menjadi ovum.
o Struktur anatomi
Panjang = 3 5 cm; lebar = 2 3 cm; tebal = 1 cm
Dilapisi epiteium germinal
Korteks adalah bagian stroma luar yang rapat dan mengandung folikel ovarian.
Medula mengandung sejumlah pembuluh darah dan limfatik, serabut saraf, sel-sel otot
polos, dan sel-sel jaringan ikat.
o Lokasi dan perlekatan
- Terletak pada dinding samping rongga pelvis posterior dalam sebuah ceruk dangkal yaitu fossa
ovarian ditahan dalam posisi itu oleh mesenterium pelvis (lipatan peritoneum antara
peritoneum visceral dan peritoneum parietal).

Tuba Fallopi
a) Struktur anatomi
Panjang 20 sm dan diameter 0,7 cm
Ditopang oleh ligamentum besar uterus (mesosalphinx)
Terdapat 2 ujung yaitu :
i. Ujung yang membuka pada ovarium
ii. Ujung yang bertemu dengan uterus
Merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dan uterus
Ovum berjalan dari ovarium menuju ke uterus melewati tuba fallopi membutuhkan waktu 4-5
hari
Fertilisasi umumnya terjadi pada 1/3 atas tuba (ampula)
b) Bagian
Infundibulum
Memiliki processus motil (fimbriae)yang terentang di atas ovarium yang berfungsi untuk menyapu
ovum menuju uterus.
Ampula
Merupakan bagian 2/3 dari tuba fallopi dan berdinding tipis
Isthmus
Merupakan segmen tuba terdekat dengan uterus, lanjutan ampula, bentuknya langsing dan sempit,
menghubungkan ampula dan rahim.

Uterus
a. Organ tunggal muskular berongga. Oosit yang telah dibuahi akan tertanam dalam lapisan endometrium
uterus dan dopenuhi kebutuhan nutisinya untuk tumbuh dan berkembang sampai lahir
b. Ukuran dan Lokasi
Uterus berbentuk seperti buah pir terbalik dan dalam keadaan tidak hamil memiliki panjang 7 cm,
lebar 5 cm, dan diameter 2,3 cm. Organ ini terletak di dalam rongga pelvis diantara rektum dan
kandung kemih. Uterus umumnya terfleksi ke depan (terantefleksi) dan teranteversi.
6

c. Penopang
Ditopang oleh lipatan peritoneal, ligamen besar yang melekatkan uterus pada dinding pelvis.
Ligamen bundar melentang dari sudut lateral uterus, melewati kanal inguinal menuju labia mayora.
Uterus juga diikat oleh ligamen kardinal dan uterosakral
d. Struktur
Dinding uterus terdiri dari bagian terluar serosa (perimetrium), bagian tengah (meometrium), dan
bagian terdalam (endometrium).
Fundus : bagian bundar yang letaknya superior terhadap mulut tuba uterina.
Badan Uterus : bagian luas berdinding tebal yang membungkus rongga uterus.
Serviks : bagian leher bawah uterus yang terkontriksi.
Os eksternal : mulut serviks ke dalam vagina.
Os internal : mulut uterus dalam rongga uterus.
e. Suplai darah
a. Darah arteri memperdarahi uterus melalui arteri-arteri uterus (berasal dari arteri iliaka interna)
dan bercabang menjadi arteri ovarian dan vagina
b. Dalam dinding uterus arteri menjadi arteri arkuata kemudian bercabang menembus
miometrium menjadi arteri radial kemudian memanjang menuju ke endometrium menjdi
arteriol spiral (terpilin)
c. Darah kembali ke uterus melalui vena uterus yang pararel dengan jalur arteri
f. Memiliki 3 lapisan:
Lapisan serosa luar (jaringan ikat dan mesotel)
Miometrium: Serat otot tersusun dalam berkas-berkas yang satu sama yang lain dipisahkan
oleh jaringan ikat. tebalnya kurang lebih 12-15 cm. Terdiri dari 3 lapisan otot polos yang akan
meningkat pada kehamilan (secara mitosis dan hipertropi), walaupun batas antarlapisan
kurang jelas karena adanya berkas-berkas yang saling berselusup, yaitu :
1. lapisan otot dalam terutama dibentuk oleh serat-serat yang tersusun memanjang disebut stratum
subvaskular.
2. lapisan otot tengah yang tebal, seratnya tersusun melingkar dan serong dilengkapi dengan banyak
pembuluh darah disebut stratum vaskular.
3. lapisan otot luar memanjang yang tipis tepat dibawahperitoneum disebut stratum supravaskular.
Endometrium: Menjalani perubahan siklus selama menstruasi dan membentuk lokasi implantasi untuk
ovum yang dibuahi.
Endometrium tersusun dari 2 lapisan:
1. Lapisan supefisial (stratum fungsionalis): endometrium berukuran lebih tebal. Lapisan ini
mengandung kelnjar yang merespons hormon steroid, dan biasanya hampir secara
keseluruhan runtuh saat menstruasi
2. Lapisan Basal (stratum basalis): tidak berubah selama siklus berlangsung
g. Jaringan Penunjang Uterus
Ligamentum kardinale sinistrum dan dextrum merupakan ligamntum yang penting untuk mencegah
uterus agar tidak turun. Terdiri atas jaringan ikat tebal. Banyak ditemukan pembuluh darah vena dan
arteria uterine.
Ligamentum sakriuterinum sinistrum dan dextrum untuk menahan uterus supaya tidak bergerak.
Ligamentum rotundum sinistrum dan dextrum menahan uterus dalam anterflexi.
Cervix Uteri
merupakan segmen uterus terbawah, terdiri dari :
1. Mukosa
mempunyai lipatan lipatan bercabang, terdiri dari : epitel selapis siindris tinggi terdiri ddari
sel mucous dan bersilia,timbul kelenjar bercabang disebut kelenjar cervic yang buntu disebut
kista besar /ovula naboth.
lamina propia terdiri dari jaringan ikat ,coiled arteri tidak ada
2. Myometrium
terdiri dari otot polos yang tidak teratur
bagian luar arah longitudinal sangat tipis,berlanjut ke vagina
3. Advenitia
7

o
o

terdiri dari jaringan ikat fibroelastik


Kanal endoservikal: melapisi jalur diantara 2 mulut
Portio Vaginalis: bagian serviks yang menonjol ke dalam ujung bagian atas vagina
saluran reproduksi berdinding tebal dan ujungnya menonjol ke dalam bagian atas vagina.
fundus = tempat kedua ujung tuba fallopi berakhir.
ismus = bagian sempit, peralihan dari badan rahim ke leher rahim.
Vagina
adalah tuba fibromuskular yang dapat berdistensi, merupakan jalan lahir bayi dan aliran menstruasi.
Ukuran dan lokasi
o panjang = 8 10 cm.
o menghadap uterus pada sudut 45o dari vestibula genitalia eksterna.
o terletak di antara kandung kemih dan uretra di sisi anterior dan rektum di sisi posterior.
Struktur
o dinding vagina (dari luar ke dalam) : adventitia selapis otot polos epitelium skuamosa
bertingkat nonkeratinisasi (lapisan vaginal).\
o sel-sel pada lapisan vaginal mempunyai reseptor pada membran untuk estrogen.
o sebelum pubertas dan setelah menopause, kadar estrogen rendah, maka lapisan vagina tipis
dan hampir seluruhnya terdiri dari sel-sel basal.
o saat reproduktif, kadar estrogen tinggi, maka lapisan vagina tebal dan terdiri dari 40 lapisan sel
basal, sel intermediate, dan sel superfisial.
6.1.2
Bagaimana struktur histologi organ genital feminina?
Secara histologis, vulva didominasi oleh serat keratin dan stratified squamous epithelium. Labia
majora tersusun oleh kelenjar keringat dan sebaseus, Labia minora tersusun atas jaringan ikat
padat dengan jaringan erektil dan serat elastik.
HIMEN
Himen tersusun atas jaringan fibrosa dengan sedikit pembuluh darah dan dilapisi oleh stratified
squamous epithelium. Klitoris terdiri 2 saluran; pembuluh darah dan ujung saraf yang berfungsi
sebagai jaringan erektil, corpora cavernosa.
Mukosa dari dua pertiga proksimal uretra terdiri dari epitel transisional berlapis mirip dengan
kandung kemih. Distal sepertiga terdiri dari epitel skuamosa berlapis. Kelenjar vestibular yang lebih
besar sebagian besar terdiri dari epitel kuboid, dengan saluran dilapisi oleh epitel transisional.
VAGINA
Vagina memiliki 3 lapisan. Lapisan pertama adalah mukosa, epitel yang terdiri dari sel-sel stratified
squamous yang mengandung sedikit keratin. Lamina propria terdiri dari jaringan ikat longgar yang
memiliki sejumlah besar serat elastis, yang membuat vagina bisa untuk menjadi elastis. Lapisan
kedua adalah otot, terutama otot halus. Lapisan terakhir adalah adventitia, yang juga kaya akan
serat elastis. Sebuah pleksus pembuluh darah besar juga hadir.
UTERUS
Korpus uterina memiliki 3 lapisan, dari terdalam ke terluar: endometrium, miometrium, dan serosa.
Endometrium terdiri dari sel-sel yang menyerupai jaringan ikat embrio, dengan jumlah kurang dari
sitoplasma dan inti besar. Endometrium dapat dibagi lagi menjadi 2 lapisan: stratum basale dalam
dan lapisan luar functionale. The functionale strata adalah lapisan endometrium yang merespon
stimulasi hormonal. Miometrium terdiri dari 3 lapisan otot polos. The serosa merupakan kelanjutan
dari peritoneum viseral.

Sebagian besar dinding uterus terdiri dari otot polos yang dinamakanmiometrium. Uterus harus
mampu untuk membesar selama kehamilan. Pembesaran uterus terjadi akibat hipertrofi sel otot
polos miometrium (miosit) dan penambahan miosit baru dari stem sel yang terdapat dalam
jaringan ikat miometrium.
Rongga uterus dilapisi oleh endometrium. Endometrium merupakan organ target dan kelenjar
endokrin. Dibawah pengaruh produksi siklis hormon ovarium endometrium mengalami perubahan
mikroskopik pada struktur dan fungsi kelenjar.

Selama fase pra ovulasi siklus menstruasi, sel epitel permukaan endometrium
mengadakan proliferasi di bawah pengaruh estrogen.Kelenjar endometrium mengalami proliferasi
dan masuk kedalam lapisan subepitelial atau stroma. Arteri muskular kecil (arteria spiralis) tumbuh
kedlam lapisan basal endometrium.
Setelah ovulasi, suasana hormonal uterus berubah dari dominan estrogen menjadi dominan
progesteron sehingga mitosis epitel kelenjar berhenti. Endometrium pasca ovulasi disebut
endometriumsekretorik.
Pasca ovulasi, sel stroma endometrium membesar dan tampak berbuih yang menadakan adanya
peningkatan metabolisme. Sel-sel tersebut menjadi eosinofilik dan disebut sebagai sel
desidua.Desidualisasi endometrium diawali sekitar arteri spiralis yang kemudian menyebar dibawah
epitel permukaan dan kelenjar saat 10 hari pasca ovulasi.
Jika tidak terjadi kehamilan, produksi progesteron corpus luteum berhenti pada hari ke 13 14
pasca ovulasi. Endometrium mengalami nekrosis iskemik dan meluruh sebagai debris menstruasi.
Bila terjadi kehamilan, masa hidup corpus luteum memanjang dan memperpanjang produksi
progesteron dan desidualisasi stroma berlanjut.
Stroma endometrium merupakan sumber penting sejumlah peptida kehamilan antara lain :

Prolaktin.

Faktor pertumbuhan yang mirip insulin (insulin like growth factor binding protein - IGFBP-1)

Peptida yang terkait dengan hormon paratiroid (parathyroid hormone-related peptide


PTHrP)
Perubahan histologis dalamk endometrium akiabt pengaruh hormon dapat digunakan untuk
menentukan ovulasi.
Sebagian besar serviks terdiri dari jaringan ikat kolagen, otot polos, dan zat tanah
mucopolysaccharide. Kanal endoserviks kaya kelenjar lendir dan terutama epitel kolumnar. Bagian
eksternal dari leher rahim yang terletak di dalam vagina terdiri dari epitel skuamosa berlapis.
Zona transformasi merupakan titik transisi antara sel skuamosa dan sel kolumnar eksternal dari
kanal endoserviks. Zona transformasi adalah daerah di mana perubahan sel serviks (yaitu, displasia)
dapat terjadi. Kebanyakan perubahan sel dijemput selama smear Papanicolaou, tes skrining untuk
kanker serviks.
TUBA UTERINA

Lumen Tuba Falopii dilapisi epitel kolumnar dengan silia panjang pada permukaan selnya. Silia
bergerak konsisten ke arah uterus untuk memfasilitasi pergerakan zygote ke dalam uterus agar
mengadakan implantasi pada endometrium

OVARIUM
Ovarium dapat dibagi menjadi 2 bagian utama: korteks luar dan medula batin. Sebuah mantel
lapisan germinal ovarium seluruh, terbuat dari sel-sel epitel kuboid. Korteks adalah dimana folikel
10

ditemukan pada berbagai tahap perkembangan dan degenerasi. Korteks tersusun atas jaringan ikat
padat. Medula adalah tempat pembuluh darah ovarium ditemukan dan terdiri terutama dari
jaringan stroma longgar.
6.1.3
Bagaimana struktur organ genitalia maskulina?
1. Genitalia Externa
a.
Mons pubis
Pada orang dewasa pubis ini ditumbuhi rambut/bulu yang tebal, ksar dan keriting membentuk pola
segitiga. Yang menjorok dari bagian abdomen bawah sampai anus. Daerah yang paling jelas pada
symphysis pubis yang menghubungkan ke mons pubis.
b. Penis
Sebuah organ yang terdiri atas jaringan seperti busa dan memanjang dari glands penis ke tempat
muara urethra. Kulit yang pembungkus glands penis disebut preputum kulup. Penis berfungsi
sebagai alat perkemihan atau pengeluaran urine dan sebagai alat persetubuhan, yang terdiri dari
batang/badan, glands atau kepala penis. Bagian batang ini merupakan organ reproduksi pria bagian
luar dimana akan dimasukkan kedalam vagina pada saat coiutus, terdiri dari 3 batang silinder
jaringan erektil yang dibungkus kulit: 2 batang copora cavernosa diatas dan 1 batang copus
spongiosum dibawah. Uretra berjalan dalam corpus spongiosum. Penis mempunyai jaringan ereksi
dimana fungsinya seperti clitoris, apabila terjadi rangsangan tertentu menyebabkan penis ereksi
trabeculae (ruangan dalam jaringan erektial) terisi oleh darah.
c.
Scrotum
Sebuah struktur berupa kantong yang terdiri atas kulit atau lemak subkutan yang terbagi 2 ruangan
oleh suatu sekat tipis yang dibangun oleh serat jaringan ikat dan otot polos, masing-masing
ruangan diisi tetstis kanan dan testis kiri. Scrotum merupakan jaringan kulit.pada lapisan subkutis
terdapat 2 lapisan otot, yaitu:

M.dartos, merupakan sel-sel otot polos

M. Cremaster merupakan serabut-serabut otot lurik lanjutan otot dinding perut


Dalam keadaan lingkungan panas dan dingin kedua otot diatas akan mengadakan relaksasi dan
kontraksi melonggarkan dan mengerutkan scrotum. Dengandemikian suhu scrotum tetap dijaga
optimal bagi spermatogenesis dimana suhu dapat mempengaruhi produksi dan kelangsungan
hidup sperma yang diproduksi.
d. Uretra
Sebuah saluran yang berfungsi mengeluarkan urin dan semen.
2. Genetalia Interna
a.
Testis
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm dan
diameter sekitar2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung
ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan
epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari peritoneum intraabdomen yang
bermigrasi ke dalam skrotum primitive selama perkembangan genetalia interna pria, setelah
migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup.
b. Epididimis
Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral testis. Epididimis
dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut duktus epididimis.
Panjang duktus epididimis sekitar 600 cm. Duktus ini berawal dari puncak testis (kepala epididimis)
dan berjalan berliku-liku, kemudian berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas
deferens. Epididimis merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma.
c.
Vas Deferens
Vas deferens merupakan lanjutan langsung dari epididimis. Panjangnya 45 cm yang berawal dari
ujung bawah epididimis, naik disepanjang aspek posterior testis dalam bentuk gulungan-gulungan
bebas, kemudian meninggalkan bagian belakang testis, duktus ini melewati korda spermatika
menuju abdomen.
11

d. Vesika Seminalis
Merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di
depan rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm dan menempel lebih erat pada
kandung kemih daripada pada rectum. Pasokan darah ke vas deferens dan vesikula seminalis
berasal dari arteri vesikulkaris inferior. Arteri ini berjalan bersama vas deferens menuju skrotum
beranastomosis dengan arteri testikukar, sedangkan aliran limfatik berjalan menuju ke nodus iliaka
interna dan eksterna. Vesikula seminalis memproduksi sekitar 50-60 % dari total volume cairan
semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari vesukula seminalis adalah fruktosa dan
prostaglandin.
e.
Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat merupakan organ dengan sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian
lagi otot dengan ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Organ ini mengililingi uretra pria, yang terfiksasi
kuat oleh lapisan jaringan ikat di belakang simpisis pubis. Lobus media prostat secara histologis
sebagai zona transisional berbentuk baji, mengelilingi uretrra dan memisahkannya dengan duktus
ejakulatorius. Saat terjadi hipertropi, lobus media dapat menyumbat aliran urin. Hipertropi lobus
media banyak terjadi pada pria usia lanjut.
f.
Kelenjar Bulbourethralis
Terletak dibawah kelenjar prostat, saluran keluarnya bermuara dibagian proximal urethra sebelum
masuk kedalam penis. Kelenjar ini menggetahkan lender yang keluar sewaktu ejakulasi yang
membantu sebagai pelumas pada penis.
g. Kelenjar Littre
Terdapat sepanjang urethra, getahnya berupa lender yang keluar sewaktu ejakulasi.
6.1.4
Bagaimana proses oogenesis dan spermatogenesis?
OOGENESIS
Oogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel ovum. Berbeda dengan laki-laki,
wanita hanya mengeluarkan satu sel telur saja selama waktu tertentu (siklus).
Ovulasi pada wanita berhubungan dengan siklus yang dikontrol oleh hormon (FELP).
Pada manusia dan primate siklus reproduksinya disebut siklus menstruasi. Sedangkan pada
mamalia lain disebut estrus.
Menstruasi dapat diartikan sebagai luruhnya ovum yang tidak dapat dibuahi beserta lapisan
dinding uterus (endometrium) yang terjadi secara periodik. (28 hari sekali) Darah menstruasi sering
disertai jaringan-jaringan epithel rahim darah yang luruh karena berkurangnya progesteron.
Oogeneis terjadi di ovarium. Di ovarium ini telah tersedia calon-calon sel telur (oosit primer) yang
terbentuk sejak bayi lahir. Ketika masa puber, oosit primer melakukan pembelahan meiosis
menghasilkan oosit sekunder dan badan polar pertama (polosit primer). Proses ini dipengaruhi oleh
FSH (Folicel Stimulating Hormon).

12

Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :


1. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum.dan
merangsang folicle menghasilkan estrogen
2. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.dan menghentikan LH
3. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel ovum).dan
merangsang keluarnya progesteron
4. Hormon Progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LHdan membuat endometrium
menebal membentuk pembuluh darah , menguatkan endometrium keempat hormon yang bekerja
berurutan itu disingkat dengan FELP me (me=menstruasi).
Selama sekitar 28 hari sekali sel ovum dikeluarkan oleh ovarium. Sel telur ini telah matang
(mengalami peristiwa ovulasi). Selama hidupnya seorang wanita hanya dapat menghasilkan kurang
lebih 400 buah sel ovum setelah masa menopause yaitu berhentinya seorang wanita untuk
menghasilkan sel ovum yang matang Karena sudah tidak dihasilkannya hormone, sehingga
berhentinya siklus menstruasi sekitra usia 45-50 tahun.
Berikut perbandingan spermatogenesis dan oogenesis:

SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di
tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun
dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada
saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis
(lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus
terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia
(spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel
tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian
dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.
13

Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel Sertoli,
dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang
terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu:
LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut
spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu
selama 2 hari.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit
primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A.
Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah
beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat
diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis.
Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami
meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder
kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi
masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I,
spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase
tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun,
setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor.

14

Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron)
tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik
kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari
kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang lakilaki dapat mengeluarkan 300 400 juta sel spermatozoa.
6.1.5

Bagaimana siklus haid yang normal?

15

1. Siklus endometrium
1) Fase proliferasi (fase estrogen)
Fase ini berlangsung sebelum terjadi ovulasi.Hormon estrogen yang dihasilkan oleh folikel ovarium
meningkat pada fase ini sehingga sel-sel stroma dan sel epitel berproliferasi dengan cepat.Fase ini
berlangsung sekitar sebelas hari dengan terbentuknya kelenjar-kelenjar endometrium dan
pembuluh darah yang progresif.Ketebalan endometrium mencapai 3-5 mm.
2) Fase sekresi (fase progesteron)
Fase ini terjadi setelah ovulasi.Hormon estrogen dan progesteron meningkat oleh korpus luteum
sehingga terjadi pembengkakan yang nyata pada endometrium.Kelenjar-kelenjar endometrium
menjadi berkelok-kelok, pembuluh darah berkelok-kelok, serta lipid dan glikogen meningkat
sebagai nutrisi untuk bakal janin yang berimplantasi.Ketebalan endometrium mencapai 5-6 mm.
3) Menstruasi
Dua hari sebelum akhir siklus, korpus luteum akan mulai mengalami involusi atau degenerasi.
Hormon estrogen dan progesteron akan menurun drastis sehingga terjadi menstruasi. Pembuluh
darah mengalami vasokonstriksi dan vasospasme (penurunan zat nutrisi endometrium) sehingga
pembuluh darah itu mengalami nekrosis dan darah merembes.
2. Siklus ovarium
1) Fase folikular
Pada fase ini terjadi perkembangan folikular yang progresif.Pada wanita yang belum pubertas
terdapat banyak folikel primordial yang dikelilingi oleh selapis sel granulosa.Folikel ini
menyekresikan faktor penghambat pematangan oosit.Namun pada masa pubertas, FSH dan LH
mulai disekresi oleh hipofisis anterior sehingga terjadi perkembangan folikel yaitu folikel primer
dan sekunder. Hanya ada satu folikel yang matang pada ovarium karena saat ada satu folikel yang
matang, sel teka pada folikel tersebut akan mensekresikan estrogen yang akan menekan sekresi
FSH oleh hipofisis. Folikel-folikel lain akan mengalami atresi dan menjadi folikel atretik, sedangkan
satu folikel yang matang itu disebut folikel degraf.
2) Ovulasi
Hormon estrogen meningkat, FSH menurun dan LH yang meningkat akan merangsang terjadinya
ovulasi. Ovulasi ini terjadi 14 hari setelah menstruasi dimulai.Oosit sekunder yang keluar dari folikel
degraf dilapisis oleh corona radiata.
3) Fase luteal
Sel granulosa akan mengalami luteinisasi menjadi sel lutein. Folikel ini akan menjadi korpus luteum
yang banyak menghasilkan estrogen dan progesteron. Dua hari sebelum akhir siklus korpus luteum
akan berdegenerasi sehingga estrogen dan progesteron turun drastis sehingga terjadi menstruasi.
6.1.6
Bagaimana hubungan antara keluar flek darah dengan kram perut?
Pada trimester awal ini, anda mungkin mengalami kram perut atau kram seperti menstruasi atau
rasa sakit seperti ditusuk yang timbul sebentar dan tidak menetap. Hal ini sering terjadi dan
kemungkinan karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligament
merenggang untuk menyokong rahim. Yang harus diingat apabila kram perut yang timbul disertai
perdarahan vagina,dapat berhubungan dengan keguguran.
6.1.7
Apa penyebab tidak datangnya haid pada Ny. Pregnita?
Penyebabnya karena Ny. Pregnita hamil. Tapi kalo Ny. Pregnita tidak hamil tapi tidak menstruasi
kemungkinan karena menstruasi yang tidak teratur yang disebabkan karena siklus ovarium yang
16

memanjang, yang berhubungan dengan kegagalan ovulasi yang mungkin disebabkan oleh
insufisiensi sekresi LH pada waktu lonjakan LH praovulasi, yang diperlukan untuk ovulasi itulah yang
menyebabkan tidak datangnya haid dalam beberapa bulan atau tidak sama sekali.
6.2

Menurut Ny. Pregnita, ia mengira dirinya hamil karena adanya keluhan sering mual dan pusing,
kadang muntah, sering kali buang air kecil dan dada terasa kencang.
6.2.1
Bagaimana ciri-ciri anatomis dan fisiologis pada seorang yang hamil?
Trimester 1
Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot sementara produksi meosit
yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik,
terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus.
Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan bertambahanya
usia kehamilan akan menipis pada akhir kehamilan ketebalanya hanya sekitar 1,5 cm bahkan
kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon esterogen dan sedikit
oleh progesteron.akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih penambahan ukuran uterus
didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi.pada awal kehamilan tuba fallopi,ovarium,dan
ligamentum rotundum berada sedikit dibawah apeks fundus,sementara pada akhir kehamilan akan
berada sedikit di atas pertengahan uterus.posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel
otot uterus,dimana bagian uterus yang mengelilingi implantasi plasenta akan bertambah besar
lebih cepat dibandingkan bagian lainnya. Sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena
ini dikenal dengan tanda piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah
alvokat.seiring dengan perkembangan kehamilannya,daerah fundus dan korpus akan membulat
dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu.
Isthmus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar.
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan menyentuh dinding abdominal mendorong usus
seiring perkembangannya,uterus akan menyentuh dinding abdominal mendorong usus kesamping,
dan keatas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Sejak trimester I kehamillan uterus akan
mengalami kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.
b. Serviks
Serviks menjadi lunak(soft) yang disebut dengan tanda Goodell, banyak jaringan ikat yang
mengandung kolagen,kelenjar servikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus karna
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi livid yang disebut tanda
Chadwick.
c. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda.hanya
satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 67 minggu awal kehamilan. Dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progeteron dlam
jumlah yang relatif minimal.
d. Vagina dan Vulva
Minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina tampak merah dan kebiruan (tanda
chatwick). pH vagina menjadi lebih asam. Dari 4 menjadi 6.5 menyebabkan rentan terhadap infeksi
vagina. Mengalami deskuamasi/pelepasan elemen epitel pada sel-sel vagina akibat stimulasi
estrogen membentuk rabas vagina disebut leukore (keputihan). Hormon kehamilan
17

mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan produksi mukosa vagina yang
tebal, jarinagn ikat longar, hipertropi otot polos dan pemanjangan vagina.
Payudara
Fungsi hormone yang mempersiapkan pemberian ASI antara lain sebagai berikut.
a.
Esterogen
Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.
Menimbulkan penimbunan lemak dan air,serta garam sehingga payudara tampak makin
besar.
Tekanan saraf-saraf akibat penimbunan lemak,air,dan garam menyebabkan rasa sakit pada
payudara.
b. Progesteron
Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
Menambah sel asinus.
c.
Somatomamotrofin
Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,laktabumin,dan laktoglobulin.
Penimbunan llemak sekitar alveolus payudara.
Sistem Endokrin
Meningkatnya hormon esterogen dan progesteron
HCG berfungsi memproduksi korpus luteum
HPL naik bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil naik.
Prolaktin terus meningkat
STH rendah ditekan HPL
Sistem Imun
Peningkatan PH vagina menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi vagina.
Sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh,kadar immunoglobin dalam kehamilan tidak
berubah.
PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN SISTEM TUBUH LAINNYA
1. Sistem respirasi
Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma juga terdorong ke kranial -> terjadi
hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat kompliansi dada (chest compliance) menurun. Volume
tidal meningkat. Volume residu paru (functional residual capacity) menurun. Kapasitas vital
menurun.
2. Sistem gastrointestinal
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain itu terjadi
juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar / perasaan
ingin makan terus (mengidam), juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik
tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis
gravidarum).
3. Sistem sirkulasi / kardiovaskular
Selama kehamilan dan masa nifas terjadi perubahan-perubahan luar biasa pada jantung dan
sirkulasi perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada delapan minggu pertama
kehamilan. Curah jantung meningkat sedini minggu kelima kehamilan dan peningkatan awal ini
merupakan fungsi dari penurunan resistensi vascular sistemik serta peningkatan frekuensi denyut
jantung. Antara minggu ke 10 sampai 20, peningkatan nyata pada volume plasma terjadi
sedemikian sehingga meningkatkan preload. Kinerja ventrikel selama masa kehamilan dipengaruhi
oleh penurunan resistensi vascular sistemik dan perubahan aliran darah arteri pulsatil. Kapasitas
vascular meningkat, sebagian disebabkan oleh peningkatan komplians vascular.
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan HEMODINAMIK
maternal, meliputi :
18

retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung


anemia relatif
akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
tekanan darah arterial menurun
curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir kehamilan
volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan,
kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir
kehamilan
4. Pada trimester pertama, terjadi :
penambahan curah jantung, volume plasma dan volume cairan ekstraselular, disertai
peningkatan aliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus
penambahan / retensi air dan natrium yang dapat ditukar di dalam tubuh, peningkatan TBW /
total body water
akibatnya terjadi aktifasi sistem renin-angiotensin dan penurunan ambang osmotik untuk
pelepasan mediator vasopresin dan stimulasi dahaga.
akibatnya pula terjadi penurunan konsentrasi natrium dalam plasma dan penurunan osmolalitas
plasma, sehingga terjadi edema pada 80% wanita yang hamil.
Terjadi peningkatan volume plasma sampai 25-45%, dengan jumlah eritrosit meningkat hanya
sedikit (kadar hemoglobin menurun akibat anemia relatif). Cardiac output meningkat sampai 2040%. Resistensi perifer juga menurun, sering tampak sebagai varisces tungkai. Leukosit meningkat
sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antiibodi fisiologik yang terjadi pada kehamilan. Infeksi
dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3. Trombosit meningkat sampai 300.000-600.000/mm3,
tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga
meningkat 350-750 mg/dl (normal 250-350 mg/dl). Laju endap darah meningkat. Protein total
meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn karena terjadi penurunan albumin alfa-1, alfa2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1, alfa-2 dan beta. Faktor-faktor pembekuan meningkat.
5. Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi tiroid. Kebutuhan karbohidrat
meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui). Kebutuhan protein 1
g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar kolesterol plasma meningkat sampai 300
g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor, magnesium, cuprum meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai
kadar 800 mg, untuk pembentukan hemoglobin tambahan.
(baca juga kuliah diabetes mellitus)
Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal, terjadi kadar glukosa plasma ibu
yang lebih rendah secara bermakna karena :
ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat,
produksi glukosa dari hati menurun
produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
aktifitas ekskresi ginjal meningkat
efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta lainnya,
hormon2 ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors, dsb).
Selain itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino. Terjadi juga peningkatan
aktifitas enzim-enzim metabolisme pada umumnya.
6. Traktus urinarius
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen dan
progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat sampai 60%-150%. Dinding
saluran kemih dapat tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin
hidronefrosis sementara.
Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.

19

7. Kulit
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan berupa
hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, linea alba (-> linea grisea), striae
lividae pada perut, dsb.
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan, umumnya muncul garis-garis kemerahan yang sedikit
mencekung pada kulit abdomen dan kadangkala pada kulit payudara dan paha pada sekitar
separuh semua wanita hamil. Pada wanita multipara, selain striae kemerahan dari kehamilan yang
sekarang, sering terlihat garis-garis keperakan mengkilat yang menunjukkan sikatriks
striaekehamilan sebelumnya.
Pada banyak wanita, garis tengah kulit abdomen menjadi sangat terpigmentasi, berwarna hitam
kecoklatan membentuk linea nigra. Kadangkala bercak-bercak kecoklatan irregular dengan
berbagai ukuran terlihat di wajah dan leher sehingga membentuk kloasma atau melasma
gravidarum (topeng kehamilan).
Angioma, yang juga disebut spider naevi, timbul pada sekitar dua per tiga wanita kulit putih dan
kira-kira 10 % wanita Amerika keturunan Afrika selama kehamilan. Angioma ini berupa bintik-bintik
penonjolan kecil dan merah pada kulit, terutama sering terdapat pada wajah, leher, dada atas dan
lengan, dengan jari-jari yang bercabang keluar dari badan sentralnya. Kondisi ini sering disebut
sebagai nevus, angioma atau telangiektasis. Eritema palmaris juga ditemukan pada kehamilan pada
sekitar dua per tiga wanita kulit putih dan sepertiga wanita kulit hitam. Kedua kondisi ini sering
terjadi bersamaan tetapi tanpa makna klinis, dan menghilang pada sebagian besar wanita segera
setelah terminasi kehamilan. Keduanya kemungkinan besar merupakan akibat hiperestrogenemia
kehamilan.
6.2.2
Bagaimana perubahan histologis pada seorang yang hamil?
1. Rahim atau uterus
~ Pembesaran uterus : stimulasi kadar hormon estrogen dan progesterone yang meningkat
Terjadi akibat :
Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
Hiperplasia ( produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis baru ) dan hipertropi (pembesaran
serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah ada )
Perkembangan desidua (membran mukosa yang melapisi rahim)
~ Uterus, serviks dan istmus melunak secara progresif dan serviks menjadi agak kebiruan ( tanda
Chadwick ) : peningkatan aliran darah uteri , edema dan kongesti panggul.
~ Istmus melunak dan dapat ditekan ( tanda Hegar )
~ Serviks melunak ( tanda Goodel ) : vaskularisasi bertambah
~ Rahim membesar kearah implantasi janin ( tanda Piskacek )
~ Fundus dan Serviks mudah fleksi ( tanda Mc. Donal )
~ Kontraksi uterus dirasakan memalui dinding abdomen ( tanda Braxton Hicks ) : kontraksi tidak
teratur yang tidak menimbulkan nyeri
2. Vagina dan Vulva
- Mukosa vagina dan serviks berwarna ungu kebiruan : peningkatan vaskularisasi , peningkatan
sensitivitas yang menyolok , meningkatkan keinginan dan bangkitan seksual ( trimester II ) : ( tanda
Chadwick )
- Edema & varises vulva : peningkatan kongesti + relaksasi dinding pembuluh darah & uterus yang
berat
- Struktur eksterna vulva membesar : peningkatan vaskularisasi, hipertropi badan perineum &
deposit lemak
- Cairan berwarna keputihan ( leukore ) : sel epitel vagina tanggal akibat hiperplasia
- PH sekresi vagina menjadi asam : 4 - 6.5 : rentan infeksi vagina , infeksi jamur
3. Ovarium
20

- Indung telur mengandung corpus luteum gravidarum : meneruskan fungsinya sampai


terbentuknya plasenta yang sempurna ( 16 minggu )
- Ovulasi terhenti
4. Payudara
- Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di payudara : peningkatan hormon
estrogen
- Putting susu dan areola berpigmen : merah muda pada areola
- Hipertropi kelenjar lemak di areola
- Kongesti vena di payudara : peningkatan suplai darah : pembuluh darah di bawah kulit berdilatasi
- Strie di luar payudara
6.2.3
Bagaimana patofisiologi mual dan muntah?
1. Peningkatan hormon estrogen.
Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat, hingga muncullah keluhan
rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari saat perut ibu dalam keadaan kosong dan
terjadi peningkatan asam lambung.
2. Faktor HCG.
Serum hCG diproduksi oleh tubuh setelah terjadinya perlekatan embrio dan terus meningkat
kadarnya hingga minggu ke-12 kehamilan. Itulah mengapa pada kebanyakan wanita morning
sickness menghilang setelah minggu ke-12. Penjelasan lainnya, morning sickness terjadi karena
calon janin mengeluarkan hormon Beta HCG (Human Chorionic Hormon) yang menimbulkan,
antara lain, rasa mual yang munculnya di pagi hari. Ini karena sepanjang malam ibu hamil kurang
minum, sehingga tidak buang air kecil. Akibatnya, Beta HCG dalam darah tidak dibuang dan
meningkat jumlahnya, sehingga menimbulkan rasa mual.
Puncak mual biasa terjadi di minggu ketigabelas usia kehamilan. Pada ibu bekerja, morning
sickness bisa terjadi pada sore hari, karena sepanjang pagi hingga siang ibu hamil beraktivitas dan
di sore hari kurang minum. Tetapi umumnya ibu bekerja punya motivasi kuat untuk sehat,
sehingga morning sickness yang diderita tidak terlalu parah.
Jika rasa mual dan muntah menetap atau semakin memburuk, maka kondisi tersebut disebut
hyperemesis gravidarum yang dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan), gangguan
keseimbangan elektrolit, dan kurangnya asupan nutrisi.
3. Perubahan metabolisme glikogen hati.
Kehamilan menyebabkan metabolisme glikogen hati dan inilah yang diduga sebagai biang
keladi pemicu keluhan mual muntah. Namun keluhan ini akan lenyap saat terjadi kompensasi dari
metabolisme glikogen dalam tubuh.
4. Peningkatan hormon progesteron.
Progesteron (hormon kehamilan) membuat otot-otot menjadi lemas agar memudahkan
perlekatan embrio, namun juga berefek memperlambat kerja lambung dan pencernaan.
Perlambatan kerja lambung tersebut mengakibatkan asam lambung berlebih karena tidak
diimbangi pergerakan sistem pencernaan dalam mengangkut makanan. Asam lambung yang
berlebih membuat rasa mual dan ingin muntah.
6.2.4
Bagaimana patofisiologi pusing?
Perkembangan bayi dalam perut Ibu memang menuntut banyak penyesuaian pada metabolisme
tubuh Ibu. Salah satunya, volume darah yang meningkat sebagai upaya penyaluran oksigen dan
nutrisi bagi bayi. Tekanan pada pembuluh darah pun biasanya meningkat karena sirkulasi darah Ibu
berlangsung cepat. Kondisi ini akan meningkat lagi di trimester kedua kehamilan.
Merasa pusing sering juga karena adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga sewaktu
berubah posisi dari tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba, system sirkulasi darah

21

kesulitan untuk beradaptasi. Bila rasa pusing tetap timbul ketika anda sedang duduk, ini biasanya
karena menurunnya level gula darah.
6.2.5
Bagaimana mekanisme sering buang air kecil?
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun akibat pengaruh estrogen dan
progesteron. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan
hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara.
Kemampuan reabsorpsi tubulus ginjal untuk natrium, klorida dan air meningkat sebanyak 50%
sebagai akibat peningkatan produksi hormone steroid oleh plasenta dan korteks adrenal. Laju
filtrasi glomelurus meningkat sebanyak 50% selama kehamilan, yang cenderung meningkatkan
kecepatan ekskresi air dan elektrolit di dalam urin. Ketika semua efek ini diperhitungkan, wanita
hamil yang normal biasanya mendapatkan tambahan air dan garam hanya kira-kira 6 pon.
6.2.6
Bagaimana mekanisme dada terasa kencang?
Kondisi ini disebut mastodinia. Payudara akan membesar dan kencang, ini terjadi karena pada awal
pembuahan terjadi peningkatan hormone kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh
darah dan memberi nutrisi pada jaringan payudara. Dalam 3 bulan pertama, akan terlihat juga
daerah sekitar putting/areola dan putting susu/nipple bewarna lebih gelap, dan karena terjadi
peningkatan persediaan darah keseluruh tubuh maka daerah sekitar payudara akan tampak
bayangan pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit payudara.
6.3

Ia sudah 3 tahun menikah tetapi belum juga dapat keturunan, takut infertile, tidak merokok, tidak
minum alkohol, tidak sedang makan obat, tidak pernah sakit menahun.
6.3.1
Apa saja penyebab infertilitas?
Penyebab Pada Pria
Tidak normalnya produksi atau fungsi sperma, contohnya pada testis yang tidak turun, cacat
genetik atau infeksi yang berulang
Masalah perjalanan sperma ke ovum pada hubungan seksual, contohnya karena ejakulasi
prematur, merasa sakit saat melakukan hubungan (dsypareunia), tersumbatnya saluran
epididimis, masalah genetik, dan msalaah-masalah kesehatan lainnya.
Masalah pada gaya hidup, yaitu karena sedikitnya nutrisi yang diterima tubuh, obesitas,
penggunaan alkohol, merokok, dan narkoba.
Terkontaminasi oleh bahan lingkungan sekitar, contohnya pestisida atau bahan-bahan kimia
lainnya. Terlalu sering berada lingkungan panas juga bisa mempengaruhi produksi sperma
menjadi lebih sedikit, contohnya pada sauna, pemandian air panas, dll.
Kerusakan akibat kanker dan pengobatannya, radiasi yang dihantarkan pada kemoterapi dapat
memperkecil produksi sperma. Semakin dekat radiasi yang diterima dengan testis, semakin
tinggi risiko infertil.
Usia, pria yang berusia lebih dari 40 tidak lebih fertil daripada pria yang lebih muda.
Penyebab Pada Wanita
Ketidaksuburan disebabkan baik karena fungsi fisiologis yang abnormal dari system genitalia
maupun karena perkembangan genetic yang abnormal dari ovum itu sendiri.
Sejauh ini penyebab sterilitas wanita yang paling umum adalah kegagalan berovulasi. Keadaan ini
dapat terjadi akibat hiposekresi hormone-hormon gonadotropin, yang pada kasus ini intensitas
rangsang hormonal tidak cukup untuk menimbulkan ovulasi; atau dapat diakibatkan kelainan
ovulasi.
Rusaknya atau terblokirnya tuba fallopi, yang berujung pada inflamasi dari tuba fallopi
(salpingitis); keadaan ini menyebabkan terjadinya fibrosis dalam tuba, sehingga menyumbat
tuba tersebut.
Sekresi mucus yang abnormal dari serviks uterus juga dapat menjadi penyebab infertilitas.
Biasanya pada saat ovulasi, lingkungan hormonal dari esterogen menyebabkan terjadinya
sekresi mucus dengan karakteristik khusus yang memungkinkan pergerakan sperma yang
sangat cepat ke dalam uterus dan yang sebenarnya menuntun sperma di sepanjang
22

benang-benang mucus. Kelainan serviks sendiri, seperti infeksi atau peradangan ringan
tingkat rendah, atau rangsangan hormonal yang abnormal dari serviks, dapat menyebabkan
sumbatan mucus kental yang mencegah permbuahan.
Endometriosis, suatu kondisi yang umum ketika jaringan endometrium yang hampir mirip
dengan jaringan endometrium normal tumbuh dan bahkan bermenstruasi dalam rongga
pelvis di sekeliling uterus, tuba falopoo, dan ovarium. Endometrosis menyebabkan fibrosis di
seluruh pelvis dan fibrosis ini kadang-kadang sangat menyempitkan ovarium sehingga ovum
tidak dapat dilepaskan ke dalam kavum abdominis. Sering kali, endometrosis ini menyumbat
tuba fallopii, baik pada ujung fimbria maupun di tempat lain di sepanjang perluasannya.
Kelainan ovulasi, yang menghambat ovum untuk melepaskan telur (anovulation).
Penyebabnya bisa dikarenakan oleh cedera, tumor, terlalu keras bekerja, dan kelaparan.
Polycystic ovary syndrome (PCOS), kondisi dimana tubuh memproduksi terlalu banyak
hormon androgen yang menyebabkan masalah ovulasi.
Menopause disi, dimana tidak terjadinya menstruasi pada usia kurang dari 40 tahun.
Uterine fibroids, merupakan tumor pada dinding uterus dan terkadang terjadi pada wanita
berusia 30an atau 40an.
Penyebab lainnya yaitu bisa disebabkan oleh salah pengobatan, masalah hormon tiroid, kanker dan
pengobatannya serta kondisi medis lainnya.
6.3.2
Bagaimana akibat merokok pada ibu hamil?
Wanita hamil yang merokok umumnya melahirkan bayi yang ukurannya lebih kecil. Berat lahir
rendah ini terutama disebabkan oleh keterlambatan pertumbuhan janin dan bukan karena lahir
premature. Persalinan kurng bulan, kematian perinata;, abnormalitas plasenta, dan komplikasi
kehamilan lainnya. Kondisi ini berbanding langsunng dengan jumlah rokok yang dikonsumsi. Efek
jangka panjang yang ditimbulkan adalah insiden pernapasan pada anak yang dilahirkan oleh ibu
perokok. Juga tinggi anak lebih pendek 1cm dan kemampuan intelektualnya 3-5 bulan tertinggal
daripada anak yang orang tuanya bukan perokok.
6.3.3
Bagaimana akibat minum alkohol pada ibu hamil?
Salah satu gangguan yang bisa disebabkan oleh pengaruh alcohol jika seorang ibu hamil
mengkonsumsinya adalah apa yang disebut gangguan FAS (Fetal Alcohol Syndrome).
Gangguan FAS adalah meliputi ketidaksempurnaan pembentukan wajah pada janin, cacat tangan
dan kaki, wajah, maupun kelainan jantung. Sebagian besar anak-anak yang mengalami FAS,
memiliki tingkat intelegensi dibawah rata-rata dan bahkan beberapa mengalami keterbelakangan
mental.
Sebuah studi menemukan bahwa kontak prakelahiran terhadap konsumsi alcohol berlebihan
dihubungkan dengan kemungkinan besar anak mempunyai skor IQ pada kisaran terbelakang
mental dan insiden kenakalan yang lebih tinggi pada umur 7 tahun (Bailey dkk, 2004). Meskipun
banyak ibu dari bayi FAS merupakan peminum berat, banyak ibu yang merupakan peminum berat
tidak memiliki anak dengan FAS atau memiliki satu anak dengan kelainan FAS, dan anak lainnya
tanpa ada kelainan FAS.
Sebuah studi lain melaporkan bahwa konsumsi alcohol dalam jumlah sedang oleh wanita hamil
dihubungkan dengan resiko kelahiran sebelum waktunya meningkat. Alkohol yang diminum pada
trimester pertama kehamilan, semakin anak berumur 14 tahun tertinggal dalam tanda-tanda
pertumbuhan dan perkembangannya, seperti berat badan, tinggi badan, maupun ukuran kepala.
Konsumsi alcohol, baik laki-laki maupun wanita selama minggu terjadinya pembuahan,
meningkatkan resiko keguguran di usia kandungan muda.
6.3.4
Bagaimana akibat bila bumil makan obat yang membahayakan kehamilan?
Obat yang diminum wanita hamil bisa mempengaruhi janin dengan beberapa cara:
1. Secara langsung bekerja pada janin, menyebabkan kerusakan, kelainan perkembangan atau
kematian.

23

2. Mempengaruhi fungsi plasenta, biasanya dengan cara mengerutkan pembuluh darah dan
mengurangi pertukaran oksigen dan zat gizi diantara janin dan ibu.
3. Menyebabkan otot rahim berkontraksi sekuat tenaga, yang secara tidak langsung
mencederai janin dengan mengurangi aliran darah ke janin.
Pengaruh obat terhadap janin tergantung kepada tingkat perkembangan janin dan dosis serta
kekuatan obat. Obat tertentu yang diminum pada awal kehamilan (sebelum hari ke-17 setelah
pembuhan) bisa menyebabkan kematian janin atau tidak mempengaruhi janin sama sekali. Pada
saat ini janin sangat kebal pada caat bawaan.
Pada hari ke-17-57 setelah pembuahan (dimana organ sudah terbentuk), janin sangat rentan
terhadap terjadinya cacat bawaan. Obat yang sampai ke janin dapat menyebabkan keguguran,
cacat bawaan yang terlihat jelas atau cacat yang kemudian tampak di kemudian hari.
Obat yang diminum setalah janin terbentuk sempurna, memiliki peluan yang kecil untuk
menyebabkan cacat bawaan yang nyata, tetapi bisa menyebabkan perubahan dalam pertumbuhan
dan fungsi organ dan jaringan yang telah terbentuk secara normal.
Pengaruh obat terhadap janin tergantung pada tingkat perkembangan janin, dosis, dan kekuatan
obat.
Obat yang diminum setelah organ tubuh janin terbentuk sempurna (usia kehamilan trimester I,
setelah 12 minggu), berpeluang kecil menyebabkan cacat bawaan yang nyata, tetapi bisa
menyebabkan perubahan dalam pertumbuhan dan fungsi organ serta jaringan yang telah
terbentuk secara normal. Misalnya, obat antibiotika golongan tetracycline, doxycycline,
streptomycin dan kanamycin, obat anti-pembekuan darah, golongan antihistamin, dan lain-lain.

6.4

Riwayat haid teratur, menarche usia 13 tahun, siklus menstruasi rata-rata 28 hari teratur. Semua
saudaranya mempunyai keturunan dan suaminya berusia 40 tahun, jarang pulang karena bekerja
sebagai ABK antarbenua.
6.4.1
Bagaimana pengaruh usia menarche terhadap kesuburan wanita?
Kebanyakan wanita muda mendapatkan menstruasi pertama mereka ketika mereka sedang sekitar
12 atau 13. Mulai mengalami menstruasi lebih dini atau lebih lambat dari yang seharusnya tidak
memiliki efek pada kesuburan. Jika mulai mendapat haid lebih awal, tidak ada bukti bahwa wanita
tersebut akan mengalami kesulitan hamil atau bahwa akan memasuki masa menopause (akhir
menstruasi) lebih cepat. Yang mengatakan, ada beberapa kondisi medis - seperti penyakit tiroid,
kegagalan ovarium, atau komplikasi genetik tertentu - yang dapat menunda periode pertama dan
membuat lebih sulit untuk hamil di jalan.
6.4.2
Bagaimana pengaruh usia terhadap kesuburan wanita dan pria?
Penurunan potensi kesuburan, kebanyakan terjadi di usia 35 tahun. Penurunan tersebut berkaitan
langsung dengan jumlah sel telur sehat dalam rahim wanita yang ikut menurun seiring
bertambahnya usia.
Seorang perempun terlahir dengan sel telur yang keseluruhannya mencapi 400.000 sel. Selama
masa reproduksinya, hanya ada satu sel telur yang siap dibuahi tiap bulannya. Seiring berjalannya
waktu, pasokan sel telur menurun dan sel telur yang tersisa menjadi tidak aktif. Kualitas sel telur
yang rendah memungkinkan kualitas embrio yang rendah. Hal ini berpengaruh pada kesempatan
wanita untuk hamil dan melahirkan nantinya.
Usia tidak memiliki pengaruh besar bagi kesuburan pria. Ini karena perempuan terlahir dengan
keseluruhan jumlah sel telur. Sedangkan pria secara terus menerus diproduksi setelah masa
pubertas. Walaupun begitu, semakin tua seorang pria, maka kualitas sel spermanya juga menurun
terutama dalam hal motilitas dan bentuk. Bagi beberapa pria, pertambahan usia berkaitan dengan
penurunan jumlah testoteron, berkurangnya ketertarikan akan seks, dan berkurangnya aktivitas
bersetubuh.
24

Kemampuan berenang sperma juga berkurang seiring dengan usia. Mobilitas sperma yang paling
baik adalah di usia 25 tahun dan paling rendah di usia 55 tahun. Dari usia 35-55 tahun, mobilitas
sperma berkurang sampai 54 persen, tak peduli berapa banyak ia berhubungan seks.
Namun, yang harus jadi perhatian adalah kualitas sperma berubah saat pria menginjak usia 50
tahun. Bila terjadi pembuahan sel telur di usia ini, besar kemungkinan anak yang dilahirkan akan
memiliki cacat bawaan atau gangguan kesehatan.
Sejauh ini penelitian ilmiah menunjukkan, makin tua usia si ayah ketika memiliki anak, makin besar
risikonya memiliki anak yang menderita down syndrome, schizophrenia, autisme, dan penyakit
genetik lainnya. Risiko si ibu untuk mengalami keguguran juga lebih tinggi.
Dengan kata lain, walau kesuburan pria tidak dipengaruhi usia seperti halnya kaum wanita, ada
faktor-faktor penurunan kualitas kesehatan bayi yang akan dilahirkan.
6.4.3
Apa saja faktor lain yang mempengaruhi kesuburan wanita dan pria?
Pada pria faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan adalah:
Alkohol, menurunkan jumlah sperma, bahkan ketika hanya diminum dalam jumlah sedikit.
Waktu, penelitian menunjukkan jumlah sperma lelaki lebih tinggi pada pagi hari
Temperatur, lelaki memiliki jumlah sperma lebih tinggi bila alat kelamin berada pada suhu
dingin. Sebaliknya, suhu panas dapat menyebabkan testikel menjadi terlalu panas, sehingga
menurunkan jumlah sperma.
Merokok, penelitian menunjukkan merokok mengurangi baik jumlah sperma mau pun motilitas
sperma.
Diet, juka lelaki kekurangan gizi atau tidak mendapatkan cukup makanan dan nutrisi yang tepat,
jumlah spermanya dapat menurun. Sejumlah nutrisi penting, misalnya zinc, selenium dan asam
folat yang memainkan peran sangat penting dalam kesehatan reproduksi laki-laki. Semua nutrisi
tersebut dapat ditemukan dalam berbagai makanan dan suplemen.
Kelelahan, dapat berdampak pada menurunnya nafsu seksual lelaki. Jadi, sangat penting bagi
lelaki untuk menemukan keseimbangannya.
Faktor-faktor lingkungan, berbagai racun lingkungan dan zat berbahaya, termasuk
pestisida/insektisida, pelarut organik, timah, radiasi ionisasi, logam berat, dan bahan kimia beracun
dapat menurunkan kualitas sperma.
Obat-obatan, sejumlah kecil ganja sudah dapat menurunkan jumlah sperma, memperburuk
kecepatan sperma, serta meningkatkan risiko kelainan sperma.
Olahraga, American Society of Reproductive Medicine melaporkan, olahraga teratur (lima kali
seminggu selama paling sedikit 45 menit), serta pola makan yang sehat, meningkatkan kesuburan
dengan cara menjaga berat badan pada tingkat normal dan menghilangkan stres serta kecemasan.
Ponsel, menurut penelitian oleh para ilmuwan di Hungaria, lelaki yang menyimpan ponsel yang
diaktifkan di dalam saku celana atau di ikat pinggang, secara signifikan mengalami penurunan
jumlah sperma dan risiko kesuburan menurun hingga sepertiga. Selain itu, motilitas sperma dapat
terpengaruh oleh panggilan telepon yang panjang.

Pada wanita, faktor-faktor yang memperngaruhi kesuburan adalah:


Usia, menurut sebuah penelitian antara usia 20-30 tahun, tingkat kesuburan wanita sangat
tinggi. Namun, di atas usia 35, tingkat kesuburan ini mulai drop. Di atas usia 40 tingkat kesuburan
wanita menurun tajam.
Usia saat menopause, wanita yang memiliki ibu dengan menopause normal atau terlambat,
lazimnya lebih fertil.
Siklus haid, siklus haid yang baik adalah jika jarak dari hari haid pertama hingga haid pertama
berikutnya adalah antara 21-35 hari.
Keputihan. Keputihan bisa menjadi bencana bagi kesuburan wanita, terutama bila jenis
keputihan tersebut tergolong infeksi.
25

Saat haid, produksi darah sangat sedikit, besar kemungkinan terjadi pada penderita sindrom
ovarium polikistik. Dampak dari kondisi ini adalah melonjaknya hormon androgen (hormon laki-laki).
Gejala lainnya adalah rasa lelah berlebihan, berat badan melonjak drastis, dan keinginan untuk
terus ngemil makanan berkadar gula tinggi.
Nyeri menjelang atau saat haid, nyeri menjelang atau saat haid merupakan gejala dari penyakit
endometriosis, yakni adanya sel endometrium (sel dalam rahim) yang menempel di tempat yang
tidak seharusnya.
Merokok, dapat mengganggu sistem vaskularisasi (peredaran darah) dalam tubuh. Padahal, bila
jaringan tidak mendapat aliran darah yang cukup, maka seluruh organ tubuh, termasuk organorgan reproduksi, menjadi tidak sehat. Ujung-ujungnya, produktivitas ovulasi ikut menurun.
Obesitas, dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormon.
Diet kelewat ketat, makan teratur sangat bermanfaat untuk kesuburan karena menyeimbangkan
kadar gula darah. Kadar gula darah yang rendah akan menghambat penyerapan hormon
progesteron. Padahal, hormon ini bermanfaat menjaga telur yang sudah dibuahi agar tetap berada
di rumah-nya.
6.4.4
Bagaimana cara memprediksi masa subur wanita?
Periode kesuburan wanita setiap bulan itu ada 4-5 hari sebelum ovulasi dan sampai beberapa jam
setelah ovulasi. Waktu interval dari ovulasi sampai menstruasi berikutnya hamper selalu diantara
13 dan 15 hari. Oleh karena itu, jika siklus menstruasi teratur, dengan jangka waktu tepat 28 hari,
ovulasi biasanya terjadi 1 hari menjelang hari ke-14 dari siklus bulanan. Sebaliknya, apabila periode
siklus adalah 40 hari, ovulasi biasanya terjadi antara 1 hari sebelum hari ke-26 dari siklus bulanan.
Akhirnya, jika periode siklus adalah 21 hari, ovulasi biasanya berlangsung I hari sebelum hari ke-7
dari siklus. Oleh karena itu, biasanya dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama 4 hari
sebelum hari ovulasi yang diperkirakan dan 3 hari sesudahnya, untuk mencegah pembuahan.
6.4.5
Apa saja kelainan yang dapat terjadi pada sperma?
a. Contoh-contoh abnormalitas sperma berdasarkan jumlahnya (Fertility-Docs, 2009) :
1. Polyzoospermia: tingginya konsentrasi cairan sperma
2. Oligozoospermia: jumlah sperma kurang dari 20 juta/ml
3. Hypospermia: volume cairan semen kurang dari 1,5 ml
4. Hyperspermia: volume cairan semen melebihi 5,5 ml
5. Aspermia: tidak memiliki cairan semen
6. Pyospermia: terdapat leukocytes (sel yang merusak) pada cairan semen
7. Hematospermia: terdapat sel darah merah pada cairan semen
8. Asthenozoospermia: pergerakan sel kurang dari 40%
9. Teratozoospermia: lebih dari 40% menunjukkan pergerakan sel sperma yang tidak aktif
10. Necrozoospermia: banyak sel sperma yang dihasilkan mengalami kematian
11. Oligoasthenozoospermia: pergerakan dan kepadatan yang ditunjukkan sperma kurang dari 8
juta sperm/ml
b. Contoh-contoh abnormalitas sperma berdasarkan bentuknya (Fertility-Docs, 2009) :
1. Kepala sperma yang Abnormal
Banyak perbedaan yang terjadi pada kepala sperma yang abnormal. Contohnya adalah
Macrocephalic yaitu kepala sperma yang terlalu besar, Microcephalic yaitu kepala sperma
yang terlalu kecil, teardrop shape yaitu bentuk kepala sperma yang terlalu meruncing, serta
terbentuknya lebih dari satu kepala sperma.
2. Ekor Sperma yang Abnormal
Terjadinya penggulungan dan pembengkokan ekor sperma terkadang terjadi.
Kerusakan ekor sperma yang terjadi jika melebihi setengahnya sudah dapat diketegorikan
abnormal. Selain itu, ekor sperma yang abnormal dapa dikatakan jika ekor yang terbentuk
lebih dari satu. Kejadian yang terjadi dapat sampai empat ekor. Sitoplasma yang menetes di
sepanjang ekor sperma dapat mengindikasikan bahwa sperma tersebut tidak mengalami
dewasa.

26

Kriteria yang mendukung dikatakannya suatu sperma berkualitas ialah (Darmawan, 2007):
1. Kuantitas.
Seorang pria dianggap subur bila memiliki lebih dari 20 juta sperma per milimeter cairan mani.
Meski begitu, menurut para ahli, memiliki sperma yang sehat (berkualitas) sama pentingnya
dengan jumlah sperma yang diproduksi. Dari berjuta-juta sel sperma yang dikeluarkan saat
ejakulasi, hanya 200 sel sperma yang bisa mencapai sel telur di tuba falopii (saluran indung telur).
Dari jumlah ini, hanya satu sel sperma yang beruntung bisa membuahi sel telur.
2. Kualitas
Seperti yang telah dibahas di atas, morfologi (bentuk dan struktur) harus sempurna mulai dari
kepala, leher, sampai ekor karena ketiganya saling berkaitan. Bila sepertiga dari jumlah sperma
yang dihasilkan memiliki bentuk dan struktur yang normal maka kemungkinan terjadinya
pembuahan juga makin tinggi. Sperma yang normal memiliki bentuk kepala oval dan ekor panjang
untuk mendorongnya maju dan berenang mencapai sel telur. Sperma yang bentuknya besar, kecil,
lonjong, keriting, atau memiliki ekor dobel, lebih sulit membuahi sel telur.
3. Pergerakan
Untuk mencapai target, sperma harus mampu bergerak. Bila tidak bisa bergerak, bisa-bisa sperma
malah akan terbawa cairan mani dan menjauhi sel telur. Sel sperma harus dapa bergerak sendiri
untuk dapat mencapai sel telur. Sel sperma harus gesit dan berenang sejauh beberapa inci untuk
mencapai dan membuahi sel telur.
6.5

Hasil pemeriksaan fisik: TD 130/85 mmHg, RR 18/menit, BB 55 Kg, TB 155 cm, ukuran panggul normal,
perut datar, hyperpigmentasi areola dan nipple. Pemeriksaan labor: tes urine HCG (+).
6.5.1
Bagaimana interpretasi pemeriksaan TD, RR, BB, dan TB?
Tekanan sistol dan diastole Ny. Pregnita sedikit naik di atas normal.Perubahan fisiologi pada
kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan HEMODINAMIK maternal.
Pertambahan berat badan selama kehamilan sebagian besar diakibatkan oleh uterus dan isinya
payudara, dan peningkatan volume darah serta cairan ekstraseluler ekstravaskular. Sebagian kecil

27

pertambahan berat badan terebut diakibatkan oleh perubahan metabolic yang menyebabkan
pertambahan air selular dan penumpukan lemak dan protein baru, yang disebut cadangan ibu.
Tinggi badan ukuran panggul ibu hamil sangat penting untuk mengetahui apakah persalinan dapat
dilakukan secara normal atau tidak. Karena jika diketahui bahwa tinggi badan ibu dianggap terlalu
pendek, dikhawatirkan memiliki panggul yang sempit dan juga dikhawatirkan proses persalinan
tidak dapat dilakukan secara normal, dan hal ini harus dilakukan secara caesar, maka ibu hamil
diharapkan segera menyiapkan diri baik dari segi materi dan mental untuk menghadapi persalinan
dengan caesar.
6.5.2
Bagaimana mekanisme hyperpigmentasi areola dan nipple?
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ii
disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini
adalah salah satu hormone yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang
terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Di
daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga di aerola mamma. Linea alba pada
kehamilan menjadi hiytam, dikenal sebagai linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolaholah retak, warnaya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut stridae lividae. Setelah
partus, striae lividaeini berubah warnanya menjadi putih dan disebut striae albikantes.
6.5.3

Bagaimana struktur anatomi panggul?

28

29

30

6.5.4
Bagaimana perbedaan panggul wanita dan pria?
1. Pada wanita, SIAS menghadap ke ventral. Pada pria, SIAS menghadap ke medial.
2 . Pada wanita, apertura pelvis superior berbentuk oval. Pada pria, apertura pelvis superior
berbentuk heart-shaped, lengkung, dengan promontorium os sacrum menonjol ke anterior.
3. Pada wanita, ukuran-ukuran diameter rongga panggul lebih besar (perbedaan sampai sebesar
0.5-1.5 cm) dibandingkan ukuran-ukuran diameter rongga panggul pria.
4. Pada wanita, apertura pelvis inferior berbentuk bundar, diameter lebih besar. Pada pria,
apertura pelvis inferior berbentuk lonjong dan kecil.
6. Pada wanita, arcus pubicus adalah sudut lebar / besar. Pada pria, angulus subpubicus
merupakan sudut tajam / kecil.
6.5.5
Bagaimana interpretasi tes urine HCG (+)?
HCG adalah subunit hormone HCG.HCG sendiri dikeluarkan oleh korion pada embrio awal.Ketka
HCG ini memasuki system sirkulasi ibu, maka hormone ini akan diekskresikan melalui urin. Hormon
ini dapat dideteksi pada urin ibu setelah 6-8 hari setelah konsepsi. HCG ini berfungsi untuk
menstimulasi korpus luteum untuk mengeluarkan estrogen dan progesterone,yang mana berfungsi
untuk mencegah myometrium untuk berkontraksi, agar tidak merusak janin di dalamnya.
Kadar
hormon HCG ini terus bertambah hingga minggu 14-16 kehamilan, terhitung sejak terakhir
mestruasi.Pada ibu hamil terjadi peningkatan dua kali lipat setiap 3 hari.

Sebagian besar test pack sudah dapat mendeteksi HCG dengan kadar 25-50 UI/L. HCG adalah
hormon protein yang memiliki subunit alpha yang sama dengan yang terdapat pada FSH,LH dan
TSH. Subunit beta adalah unik untuk hCG. Hormon ini paling mirip dengan LH. Beta sub-unit
hormon ini mempunyai 140 asam amino, sehingga sub-unit beta ini sering di gunakan untuk tes
kehamilan
6.6

Menurut dokter keluarga, Ny. Pregnita hamil 8 minggu dengan ancaman abortus.
6.6.1 Bagaimana proses fertilisasi,implantasi, hingga kehamilan?
Fertilisasi, proses penyatuan gamet pria dan wanita,terjadi di ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah
bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan
hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam.
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur.
Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada
saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu menbuahi oosit.
Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita,yang pada manusia
berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu,suatu selubung glikoprotein dari protein-protein
plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa.
Hanya sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi
akrosom.

31

Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh protein-protein
zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona
pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.
Pada fertilisasi mencakup 3 fase:
1. penembusan korona radiata
2. penembusan zona pelusida
3. fusi oosit dan membrane sel sperma

Fase 1 : penembusan korona radiata


Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500
yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan,
dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk
menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi
dengan bebas menembus sel korona.

Fase 2 : penembusan zona pelusida


Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah dan
mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim
akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan
membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh
permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul
korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan
32

perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat
tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies.
Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.
Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut
menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi
akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi
bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki
sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.
Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang
berbeda :
1. reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
a. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
b. zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan
penetrasi sperma
dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.
2. melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera
setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak mendapatkan sitoplasma dan
dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive. Kromosomnya (22+X)
tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita.
3. penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan
setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler
yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita.
Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan
berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah
itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Salama masa pertumbuhan, baik
pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan DNA-nya. Jika
tidak,masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai DNA separuh dari
jumlah DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk
mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromosom ayah
membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling
bergerak kea rah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing
mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid berpasangan
bergerak kearah kutub yang berlawanan, muncullah satu alur yang dalam pada permukaan sel,
berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagian.
Hasil utama pembuahan
1. pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan separuhnya dari ibu. Olah
karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang berbeda dari kedua orang tuanya.
2. penentuan jenis kelamin individu baru. Spermatozoa pembawa X akan menghasilkan satu mudigah
wanita (XX), dan spermatozoa pembawa Y menghasilkan satu mudigah pria (XY). Oleh karena itu, jenis
kelamin kromosom mudigah tersebut ditentukan pada saat pembuahan.
3. dimulainya pembelahan. Tanpa pembuahan,oosit biasanya akan berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi.
Proses Pembuahan Sel Telur oleh Sel Sperma
Pada umumnya, pembuahan mungkin saja terjadi dalam rentang satu minggu setelah calon ibu
selesai haid atau 14 hari sebelum siklus haid berikutnya. Dengan kata lain, inilah masa subur calon
ibu. Dalam 7 - 10 hari berikutnya, sel telur yang sudah dibuahi akan "tertanam" (implantasi) pada
dinding rahim.

33

CLEAVAGE (PEMBELAHAN)
Jika telah mencapai stadium dua sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan meiotik
sehingga jumlah selnya bertambah. Sel-sel ini yang semakin kecil pada setiap kali pembelahan,
dikenal sebagai blastomer (lihat gambar 7). sampai stadium delapan-sel, sel-sel ini berkumpul
secara longgar membentuk gumpalan. Namun setelah pembelahan ketiga, blastomer
memaksimalkan kontak satu sama lain. Membentuk suatu bola sel padat yang disatukan oleh tatu
erat. Proses ini, pemadatan, memisahkan sel-sel bagian dalam yang berkomunikasi secara ekstensif
melalui taut celah (gap junction), dari sel-sle luar. Sekitar 3 hari setelah pembuahan sel-sel mudigah
kembali membelah untuk membentuk morula 16 sel. Sel dibagian dalam morula membentuk massa
sel dalam, dan sel-sel disekitarnya membentuk massa sel luar. Massa sel dalam menghasilkan
jaringan mudigah yang sebenarnya, dan massa sel luar membentuk trofoblas yang kemudian
berkembang menjadi plasenta.
Perkembangan zigot dari stadium dua-sel hingga ke stadium morula lanjut. Stadium dua-sel
tercapai sekitar 30 jam setelah pembuahan; stadium empat sel tercapai setelah sekitar 40 jam;
stadium 12-16 sel tercapai setelah sekitar 3 hari; dan stadium morula lanjut tercapai setelah sekitar
4 hari. Selama periode ini, blastomer dikelilingi oleh zona pelusida yang lenyap pada akhir hari
keempat.
PEMBENTUKAN BLASTOKISTA
Pada waktu morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai merembes menembus zona
pelusida ke dalam ruang antar sel massa sel dalam. Secara bertahap ruang antar sel menjadi
konfluen dan akhirnya terbentuk sebuah rongga, blastokel. pada waktu ini mudigah disebut
blastokista. Sel-sel di massa sel dalam yang sekarang disebut embrioblas, terletak di satu kutub,
dan sel-sel di massa sel luar, atau trofoblas, menggepeng dan membentuk dinding epitel blastokista.
Zona pelusida telah lenyap sehingga implantasi dapat dimulai. Pada manusia, sel-sel trofoblastik di
atas kutub embrioblas mulai menembus diantara sel-sel epitel mukosa uterus sekita hari keenam.
L-selektin di sel trofoblas dan reseptor karbohidrat di epitel uterus memerantai perlekatan awal
blastokista ke uterus. Selektin adalah protein pengikat karbohidrat yang terlibat dalam interaksi
antara leukosit dan sel endotel yang memungkinkan leukosit dalam aliran darah tetangkap.
Mekanisme serupa diperkirakan bekerja pada penangkapan blastokista dari rongga uterus oleh
epitel uterus. Setelah selektin tetangkap, perlekatan dan invasi lebih lanjut oleh trofoblas
melibatkan integrin yang diekspresikan oleh trofoblas dan molekul matriks ekstra sel laminin dan
fibronektin. Reseptor integrin untuk laminin medorong perlekatan, sedangkan resptor fibrinektin
merangasang migrasi. Molekul-molekul ini juga berinterakasi disepanjang jalur transduksi sinyal
untuk mengatur diferensiasi trofoblas sehingga implantasi adalah hasil kerja sama trofoblas dan
endometrium. Karena itu, pada akhir minggu pertama perkembangan, zigot manusia telah
melampaui stadium morula dan blastokistaa dan telah mulai tertanam di mukosa uterus.
Blastokista manusia mulai menembus mukosa uterus pada hari keenam perkembangan.
Implantasi
Implantasi adalah suatu proses melekatnya blastosis ke endometrium uterus diawali dengan
menempelnya embrio pada permukaan epitel endometrium, menembus lapisan epitelium
selanjutnya membuat hubungan dengan sistem sirukulasi ibu. implantasi pada manusia terjadi 2-3
hari setelah telur yang telah dibuahi memasuki uterus atau 6-7 hari setelah terjadinya fertilasi
34

dimana ditandai dengan menempelnya blastosis pada epitel uterus. Dalam sistem reproduksi
manusia, implantasi merupakan proses yang harus dilalui, dan keberhasilan proses ini
membutuhkan kesiapan, koodinasi dan interaksi yang terus-menerus antara embrio dan ibu.
Endometrium banyak mengandung selama darah kaya akan gilikogen. sel-sel stroma terutama
disekitar pembuluh darah mengalami hipertrofi keadaan ini sangat baik untuk implantasi dan
pertumbuhan dari hasil konsepsi Implantasi didahului dengan bertambahnya permiabilitas kapiler
stroma uterus pada tempat blastosis akan tertanam.
UTERUS SAAT IMPLANTASI
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan : a. Endometrium atau lapisan mukosa di dinding bagian
dalam, b. Miometrium, lapisan tebal otot polos, dan c. Perimetrium, lapisan peritoneum yang
menutupi dinding sebelah luar. Dari pubertas hingga menopause, endometrium mengalami
perubahan dalam siklus sekitar 28 hari di bawah pengaruh hormon ovarium. Selama siklus haid ini,
endometrium melewati tiga stadium, fase folikular atau proliferasi, fase sekretorik atau
progestasional dan fase haid. Fase proliferasi, berada di bawah pengaruh estrogen dan sejajar
dengan pertumbuhan folikel ovarium. Fase sekretorik dimulai sekitar 2 sampai 3 hari setelah
ovulasi sebagai respons terhadap progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Jika tidak terjadi
pembuahan, pelepasan endometrium akan menandai dimulainya fase haid. Jika terjadi pembuahan
endometrium akan membantu implantasi dan ikut membentuk plasenta.
Pada saat implantasi mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu saat kelenjarkelenjar dan arteri-arteri uterus bergelung-bergelung dan jaringan menjadi tebal-basah. Akibatnya
dapat dikenali adanya tiga lapisan di endometrium yaitu : lapisan kompaktum dibagian superfisial
dan lapisan basale yang tipis. Dalam keadaan normal, blastokista manusia tertanam di
endometrium di sepanjang dinding anterior atau posterior korpus uteri, tempat blastokista itu
terbenam di antara lubang-lubang kelenjar.
Jika oosit tidak dibuahi, venula dan ruang sinusoid secara bertahap dipenuhi oleh sel darah,
dan tampak diapedesis darah yang ekstensif ke dalam jaringan. Satu fase haid dimulai, darah keluar
dari arteri-arteri superfisial, dan kepingan-kepingan kecil stroma dan kelenjar terlepas. Selama 2
sampai 4 hari ke depan lapisan kompaktium dan spongiosum dikeluarkan dari uterus, dan lapisan
basale menjadi satu-satunya bagian endometrium yang tersisa. Lapisan ini yang memeiliki pasokan
artei sendiri yaitu arteri basalis, yang berfungsi sebagai lapisan regeneratif dalam membentuk
kembali kelenjar dan arteri pada fase proliferasi.
6.6.2
Apa saja struktur yang terlibat pada proses kopulasi, fertilisasi, dan implantasi?
a. Kopulasi
Tindakan seks pria melibatkan dua komponen : (1) ereksi, atau mengerasnya penis yang
normalnya lunak agar penis dapat masuk ke dalam vagina, dan (2) ejakulasi, atau
penyemprotan kuat semen ke dalam uretra dan keluar dari penis. Ereksi dicapai melalui
pembengkakakn penis ileh darah. Penis hamper seluruhnya terdiri dari jaringan erektil yang
dibentuk oleh tiga kolom rongga-rongga vascular mirip spons yang terdapat di sepanjang
organ ini. Selama rangsangan seks, arteriol-arteriol ini secara reflex melebar dan jaringan
erektil terisi oleh darah sehingga penis bertambah besar serta menjadin kaku.
Faktor dalam Mekanisme Ereksi:
A. Peran Vaskuler (Pembuluh Darah)
Ereksi sebenarnya sangat terkait dengan darah dan pembuluh darah. Ereksi disebabkan
darah yang mengisi rongga penis sampai maksimal (dibatasi ukuran rongga, pembatas tunica
albuginea). Proses pengisian ini membutuhkan pembuluh darah yang berfungsi baik. Tingkat
ereksi tergantung pada keseimbangan aliran darah arteri menuju dan keluar dari rongga
penis. Ketika aliran darah arteri rendah atau sedikit maka penis dalam kondisi tidak ereksi
(flaccid). Bila aliran darah arteri menuju rongga penis meningkat dan aliran darah vena keluar
terhambat, maka darah akan mengisi rongga penis, terjebak disana dan terjadilah ereksi.
Banyak sedikitnya aliran darah dipengaruhi vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh darah.
Kedua hal tersebut terjadi karena kemampuan kontraksi dan relaksasi otot polos dinding
pembuluh darah.
35

B. Peran Otot Polos


Otot polos terdapat pada dinding pembuluh darah dan jaringan erektil. Apabila otot polos
berkontraksi, maka pembuluh darah menyempit (vasokontriksi) yang menyebabkan aliran
darah berkurang. Sebaliknya bila relaksasi lumen pembuluh darah akan melebar
(vasodilatasi) sehingga aliran darah akan bertambah banyak. Begitu pula dengan otot polos
rongga jaringan erektil. Bila kontraksi maka akan susah mengembang terisi darah sehingga
penis tidak ereksi (flaccid). Bila relaksasi, tahanan jaringan erektil berkurang sehingga mudah
terisi darah dan mengembang (ereksi). Otot polos ini bersifat tidak disadari, di bawah
pengaruh saraf otonom.
C. Peran Saraf
Ereksi adalah proses yang otonom atau tidak bisa dikontrol karena melibatkan otot polos
pembuluh darah dan jaringan erektil. Pada saat kondisi flaccid, saraf otonom yang dominan
adalah saraf simpatis. Saraf simpatis mempunyai efek merangsang kontraksi otot polos
pembuluh darah dan jaringan erektil. Akibatnya, karena terjadi vasokonstriksi arteri dan
kontraksi otot polos jaringan erektil (corpus cavernosum dan spongiosa) maka aliran menuju
rongga penis akan rendah. Sebaliknya pada saat kondisi ereksi, stimulasi parasimpatis
dominan. Parasimpatis menyebabkan vasodilatasi arteri dan relaksasi otot polos jaringan
erektil sehingga aliran darah ke penis meningkat.
b. Fertilisasi
Proses penggabungan dua gamet haploid (ovum & sperma) dan kombinasi materi genetik di
dalamnya.
Terjadi dalam ampula tuba fallopi.
Sebelum terjadi fertilisasi spermatozoa yang telah sampai di saluran kelamin wanita harus
mengalami reaksi-reaksi yaitu:
o Kapasitasi (peluruhan protein
o plasma & glikoprotein)
o Reaksi akrosom (pelepasan
o akrosom & hyaluronidase)
Fase fertilisasi (sepsis) terdiri dari:
Penembusan corona
Penembusan zona pellusida,
Penyatuan oosit dan membrane sel.
c.

Implantasi
Uterus atau dinding rahim adalah tempat implantasi
Terdiri dari tiga lapisan yaitu
endometrium
miometrium
perimetrium
Endometrium merupakan selaput lendir bagian dalam yang terdiri dari dua strata yakni:
o stratum basale
o stratum fungsional

6.6.3
Bagaimana tahap-tahap perkembangan janin pada kehamilan 8 minggu?
MINGGU KE-1
Merupakan perkembangan awal sejak ovulasi sampai implantasi. Spermatozoa bergerak dengan
cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke saluran telur akibat kontraksi otot-otot
rahim dan saluran telur. Dari sekitar 200-300 juta spermatozoa yang dipancarkan ke saluran
kelamin wanita, tinggal 300-500 yang mencapai tempat pembuahan, meski nantinya hanya 1 yang
dibutuhkan untuk pembuahan. Hanya sperma terbaik yang dapat membuahi sel telur.

36

Sekitar 80 jam sejak ovulasi, hasil konsepsi (pembuahan) ini berada di ampulla tuba fallopii, yakni
bagian terluas pada saluran telur yang terletak dekat dengan rahim. Sintesa inti sel telur dan inti
sel sperma inilah yang memungkinkan kromosom-kromosom dari masing-masing inti sel melebur,
memadukan semua gen, ciri fisik, sifat, dan temperamen dari ayah-ibu pada bayi mereka.
Selanjutnya, hasil pembuahan ini melanjutkan perjalanannya menuju isthmus tuba (bagian
saluran telur tersempit yang memanjang dan menciut antara pangkal saluran telur dan bagian
pojok rahim/kornu uteri), sebelum memasuki rongga rahim dalam bentuk embrio.
Sekitar 30 jam setelah terbentuk, zigot kemudian membelah diri. Mula-mula menjadi 2 sel,
selanjutnya membelah diri secara deret ukur tanpa henti dengan selang waktu antara 12 dan 15
jam. Sambil terus membelah, zigot yang terdiri dari 12-16 sel dan berbentuk mirip buah anggur
yang disebut morula, bergerak menggelinding dari tuba falopii menuju rahim. Dibantu hormon
yang dihasilkan oleh rahim, morula memantapkan implantasinya pada lapisan endometrium
(desidua) di dalam dinding rahim. Dari hari ke hari, sel-sel morula terus membelah dan
berkembang jadi embrio. Sambil terus membelah sesuai pola deret ukur, sel-sel embrio
menyusun diri membentuk tiga lapisan sel. Sel paling luar disebut ektoderm, yang tengah
mesoderm, dan lapisan terdalam disebut endoderm. Ketiga kelompok sel inilah yang membentuk
seluruh tubuh embrio beserta organ pelengkapnya.

MINGGU KE-2
Di minggu ini, embrio diperkirakan berukuran 0,1-0,2 mm. Sementara hCG (human Chorionic
Gonadotropin yang sering disebut hormon kehamilan) baru dapat dideteksi dalam darah ibu pada
hari ke-10 atau 11 setelah pembuahan, meski sebelumnya sudah dapat dideteksi lewat media
kultur. Karena itulah, kendati sebetulnya sudah dalam keadaan hamil, bila tes urin dilakukan
sebelum hari ke-10 sejak terlambat haid, bisa saja hasilnya negatif. Jadi, untuk memastikan
kehamilan, pemeriksaan serupa harus diulang beberapa hari kemudian.
MINGGU KE-3
Pada hari ke-15 sampai ke-17, embrio diperkirakan berukuran 0,4 mm. Hanya dalam hitungan hari,
yakni pada hari ke-17 sampai ke-19, ukurannya meningkat jadi sekitar 1,0-1,5 mm. Di minggu ini,
cikal-bakal sistem pembuluh darah dan sistem saraf mulai terbentuk. Bahkan, di hari-hari terakhir
saat cikal-bakal jantung janin mulai terbentuk, ukuran embrio sudah mencapai 1,5-2,5 mm.
Pembentukan mata pun mulai terjadi, meski rongga mata baru akan tampak jelas di minggu ke-6.
Secara keseluruhan, pada minggu ini sudah terdapat materi genetik, termasuk warna rambut,
bentuk mata, dan intelegensi si calon bayi.
Di kedua sisi tubuh embrio tumbuh suatu tonjolan kecil berupa sekelompok sel yang merupakan
cikal-bakal tangan. Selang beberapa hari kemudian, saat tunas tangan memipih, pada kedua sisi
tubuh sebelah bawah muncul tonjolan serupa yang merupakan cikal-bakal kaki. Beberapa jenis
obat antimual dan obat tidur, di antaranya thalidomide (semacam obat penenang) yang
dikonsumsi di awal-awal kehamilan,terbukti menyebabkan kecacatan pada tangan dan kaki.
Semisal berupa tonjolan daging lantaran tak mencapai panjang dan bentuk anggota tubuh yang
semestinya.
Demikian juga streptomisin dalam pengobatan TBC yang bisa menimbulkan gangguan pada
telinga. Atau kloramfenikol yang bisa membuat sumsum tulang janin rusak, hingga bayi yang
dilahirkan akan mengalami kelainan darah dan kelainan kulit yang dikenal sebagai grey syndrome.
Jamu-jamuan dan dan obat-obat penyubur yang tak terkontrol, juga bisa berdampak buruk. Yang
mengandung DES (dietil bestrol), misal, ternyata berpeluang menimbulkan kelainan pada alat
kelamin bawah. Mulai tak terbentuknya lubang vagina sampai kemungkinan si anak terkena
kanker vagina kelak saat ia besar.

MINGGU KE-4
Dengan ukuran sekitar 2 hingga 3,5 mm, jantung mulai berdenyut dan sistem peredaran darah
37

sudah melaksanakan fungsinya meski masih dalam taraf yang sangat sederhana. Cikal-bakal otak
sudah bisa dibedakan menjadi tiga bagian utama (prosensefalon, mesensefalon, dan
rombensefalon) yang kelak akan menjalankan fungsi masing-masing. Malnutrisi pada ibu hamil
akan merusak perkembangan otak janin.Pada minggu ini pula saraf-saraf spinal yang kelak
menjadi cikal-bakal tulang belakang sudah mengalami penebalan. Sementara cikal-bakal telinga
sudah terlihat meski masih berupa gelembung. Plasenta atau yang biasa disebut ari-ari juga
terbentuk pada minggu ini. Fungsinya bagi janin sangat banyak. Dari menyediakan hormonhormon yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan proses pembedaan sesuai jenis kelamin
janin, sampai mensuplai nutrisi dan oksigen. Di samping itu, ia juga berfungsi sebagai alat
pernapasan dan pembuangan sisa-sisa metabolisme janin.
MINGGU KE-5
Di minggu ini embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm. Pembentukan telinga makin
sempurna dengan terbentuknya duktus endolimfatikus, yakni saluran untuk menyalurkan cairan
yang terdapat dalam selaput labirin telinga dalam. Demikian pula sistem pencernaan makin
sempurna dengan terjadi pembedaan yang kian nyata antara cikal-bakal usus besar dan usus
buntu. Bahkan cikal-bakal ginjal dan hati pun sudah terbentuk. Begitu juga struktur muka secara
keseluruhan mulai bisa terbaca.

MINGGU KE-6
Saat ini embrio diperkirakan berukuran sekitar 7-9 mm, pembuluh-pembuluh nadi di bagian
kepala kian jelas terbagi-bagi menurut tugas masing-masing. Di minggu ini rongga mulut sudah
tampak. Begitu juga struktur mata sudah terbentuk meski masih berjauhan letaknya. Di tengahtengah wajah muncul tonjolan hidung. Ruas-ruas tulang belakang sudah terbentuk meski masih
terlihat samar. Organ tubuh lain yang juga mulai berkembang di usia kehamilan ini adalah
pembungkus saraf, penciuman, kandung kemih, jari-jemari, bahkan otot-otot punggung.
Kekurangan asam folat atau anemia akut bisa mengakibatkan janin mengalami fetal neural tube
defect (gangguan tabung saraf) dengan tak terbentuknya sebagian tulang belakang janin sampai
kepala dan otak janin.
MINGGU KE-7
Di minggu ini embrio diperkirakan berukuran sekitar 11-17 mm. Pembesaran kepala relatif stabil,
sementara tubuhnya yang menyerupai bentuk kubus mengalami pemanjangan meski masih
membungkuk seperti udang. Bagian ujung yang semula terlihat seperti ekor kecebong menghilang
akibat nekrosis atau kematian jaringan secara fisiologis. Ujung hidung dan tonjolan telinga tampak
jelas membentuk cikal-bakaldaun telinga yang sesungguhnya. Kendati kelopak mata masih terlihat
samar. Tunas-tunas lengan sudah menyiku, sementara jari-jari tangan pun sudah mengarah
terpisah satu sama lain. Sedangkan pemisahan jemari kakinya samar terlihat, meski telapak
kakinya masih rata. Tunas tangan yang lebih cepat tumbuh ketimbang tunas kaki inilah yang
agaknya bisa menjawab pertanyaan mengapa bayi kelak lebih dulu belajar memegang bendabenda di sekitarnya ketimbang belajar berjalan.Sistem saraf pusat, pembuluh-pembuluh nadi, dan
saluran usus makin berkembang. Di minggu ini pula proses penulangan tubuh dimulai. Sedangkan
batas-batas antara cikal-bakal lengkung ruas tulang belakang dan ruas-ruas tulang iga baru
tampak sebagai alur-alur memanjang. Begitu juga persendian pada bahu, panggul, dan lutut mulai
kelihatan.

MINGGU KE-8
Pada akhir masa embrional ini, ukuran embrio mencapai kisaran 27-31 mm. Kepalanya membulat
dan wajah polos kekanak-kanakan mulai tampak nyata dengan tertariknya bagian antara dahi dan
pangkal hidung ke arah dalam, hingga kian memperjelas cikal-bakal kemancungan hidung si janin.
Langit-langit mulut mulai terbentuk, begitu juga kelopak mata serta daun telinga luar. Secara
keseluruhan makin menyerupai bayi dengan taksiran berat sekitar 5 gram. Meski masih lemah,
permulaan dari rangka tubuh secara keseluruhan sudah rampung dan lengkap terbentuk dalam
38

minggu ini. Semua organ tubuh juga mulai bekerja, meski belum sempurna. Semisal otak yang
mulai mengirim sinyal/perintah ke organ-organ tubuh atau hati yang mulai memproduksi sel-sel
darah. Tubuh yang ringkih ini pun mulai bisa bergerak secara tak teratur, yang jika dijumlahkan
rata-rata sebanyak 60 kali gerakan dalam sejam.
6.6.4
Apa saja hormon yang berperan saat kehamilan?
- Human Chorionic Gonadotropin (hCg)
Disintesis dan disekresi oleh plasenta. hCG mulai dapat dideteksi satu hari setelah implantasi.
Sekresi hormone ini akan mempengaruhi hidup korpus luteum dan menstimulasi produksi
progesterone melalui sistem minggu saat plasenta mampu menyintesis progesterone dan estrogen
sendiri untuk mempertahankan kehamilan. Fungsi hCG yang lain : merangsang proses diferensiasi
sitotrofoblas, stimulasi produksi testosterone testis janin, diduga mempunyai efek imunosupresif
selama kehamilan, memiliki efek tirotropik yang menyebabkan peningkatan produksi tiroksin.
- Human Placental Lactogen (hPL)
Disintesis di sinsitiotrofoblas, dapat dideteksi mulai hari ke-12 setelah fertilisasi/ segera setelah
implantasi. hPL mempunyai efek proteksi pada janin. Kadar hPL yang rendah ditemukan pada
preeclampsia, pertumbuhan janin terhambat, dan neoplasma trofoblas.
- Chorionic Adrenocorticotropin (CACTH)
Protein yang mirip ACTH. Kadar meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan. Plasenta
menghasilkan ACTH yang kemudian disekresikan ke dalam sirkulasi maternal dan janin, tetapi ACTH
maternal tidak masuk ke dalam sirkulasi janin.
- Chorionic Thyrotropin (CT)
Disekresi oleh plasenta. Ikut berperan dalam terjadinya peningkatan produksi tiroksin pada
kehamilan.
- Relaksin
Mempunyai struktur kimia mirip insulin. Hormon ini bekerja pada miometrium untuk merangsang
adenyl cylase dan menyebabkan relaksi uterus.
- Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
Disintesis oleh plasenta. Berperan sebagai hCG-releasing hormone.
- Corticotropin Releasing Hormone (CRH)
Ditemukan di plasenta pada trofoblas, amnion, korion, dan desidua. Perannya diduga berhubungan
dengan relaksasi otot polos (baik miometrium maupun pembuluh darah), imunosupresi,
merangsang pembentukan prostaglandin plasenta.
- Thyrotropin Releasing Hormone (cTRH) dan Growth Hormone Releasing Hormone (GHRH)
Juga dikenal sebagai somatokrinin, dapat dideteksi pada plasenta. Aktivitas biologisnya belum
diketahui.
- Progesteron
Saat usia kehamilan aterm, plasenta menghasilkan progesterone + 210 mg/hari. Fungsi antara lain :
mempertahankan keadaan tenang uterus dengan mempertahankan afinitas yang tinggi dari
reseptor 2-adrenergic miometrium, berpengaruh terhadap otot polos arteriol sehingga kapasitas
vascular meningkat dan tahanan perifer menurun, selaku substrat bagi produksi glukokortikoid dan
mineralokortikoid oleh adrenal janin.
- Estrogen
Plasenta pada kehamilan aterm menyekresi baik estron, estradiol, maupun estriol ke dalam
sirkulasi maternal dan janin. Estrogen berfungsi meningkatkan sintesis progesterone melalui
peningkatan uptake LDL dan aktivitas P450cc sinsisiotrofoblas, menyebabkan vasodilatasi sirkulasi
39

uteroplasenta, stimulasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron, neovaskulerisasi plasenta,


meningkatkan kontraktilitas uterus dan mempunyai efek mitogenik terhadap pertumbuhan dan
perkembangan glandula mammae.
6.6.5
Apa saja macam-macam abortus?
Pertama. Abortus iminens: Terjadinya perdarahan dari uterus (rahim) pada kehamilan kurang dari
20 minggu, di mana janin masih di dalam rahim, serta leher rahim belum melebar (tanpa dilatasi
serviks).
Kedua. Abortus insipien: Terjadinya perdarahan dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu,
di mana janin masih di dalam rahim, serta diikuti dengan melebarnya leher rahim (dengan dilatasi
serviks).
Ketiga. Abortus inkomplet: Keluarnya sebagian dari organ janin (hasil konsepsi) pada kehamilan
sebelum 20 minggu, di mana sebagian organ janin lain masih tertinggal di dalam rahim.

Abortus inkomplet.

Keempat. Abortus komplet: Keluarnya semua bagian dari janin pada kehamilan sebelum 20 minggu.

Abortus komplet.

Kelima. Missed abortion: Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati tersebut
tidak dikeluarkan 8 minggu atau lebih. Dengan kata lain, missed abortion adalah abortus iminens
yang "bertahan" selama 8 minggu atau lebih.
Keenam. Abortus habitualis: Abortus spontan (non-provokatus) yang telah terjadi 3 kali atau lebih
secara berturut-turut pada seorang wanita.
40

Ketujuh. Abortus septik: Abortus provokatus yang disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Dari ketujuh abortus tersebut, yang paling menjadi momok sekaligus perbincangan adalah abortus
septik karena abortus jenis ini dilatarbelakangi oleh abortus provokatus kriminalis yaitu abortus
yang tindakannya dilakukan secara ilegal atau dilakukan oleh tenaga medis yang tidak kompeten.

Abortus provokatus kriminalis.

6.6.6
Bagaimana mekanisme abortus?
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat
adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat
perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses
abortus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu :
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis
cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil
konsepsi.
Pada kehamilan 8 14 minggu:
Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti
dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.Plasenta
mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri.Jenis
ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
Pada kehamilan minggu ke 14 22:
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian.
Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi
uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak.
Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri
dengan intensitas beragam.
6.6.7
Pada rentang usia berapa janin mudah mengalami abortus?
Biasanya terjadi pada sebelum usia janin mencapai 12 minggu atau 3 bulan atau dimana janin
memiliki berat dibawah 500 gram. Abortus sering terjadi pada usia kandungan kurang dari 20
minggu pada trisemester I dan II, contohnya pada abortus imminens dimana terjadi pendarahan
dari uterus usia kurang dari 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa
adanya dilatasi serviks.
41

Pada abortus insipiens terjadi pendarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
6.6.8
Faktor apa saja yang bisa menyebabkan abortus?
1. Abnormalitas embrio atau janin
2. Abnormalitas uterus yang mengakibatkan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan
dan pembesaran uterus
3. Kerusakan pada serviks akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat
tindakan pembedahan
4. Penyakit maternal dan penggunaan obat: penyakit mencakup infeksi virus akut, panas tinggi
dan inokulasi.
5. Trauma,tapi biasasnya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual, khususnya
kalau terjadi orgasme.
6. Factor hormonal
7. Sebab psikosomatik: stress dan emosi yang kuat dapat mempengaruhi fungsi uterus lewat
system hipotalamus-hipofise.
6.6.9
Mengapa dokter menyatakan Ny. Pregnita memiliki ancaman abortus?
1. Kejang dan nyeri di perut bagian bawah sambil mengeluarkan darah. Kejang dan nyeri ini
berlangsung berulang-ulang dalam periode waktu yang lama. Kram atau kejang juga dapat
terjadi di daerah panggul.
2. Pendarahan terus menerus tapi bukan karena menstruasi. Pendarahan ini terjadi karena
tidak sempurnanya pembentukan janin dalam rahim sehingga darah keluar diikuti bagian
jaringan yang robek yang ikut keluar bersamaan dengan darah.
3. Nyeri yang menghebat selama 24 jam atau lebih tanpa disertai pendarahan. Rasa nyeri ini
terjadi pada bagian bawah perut kadang juga dapat terjadi di bagian bawah panggul,
selangkangan, dan daerah alat kelamin.
4. Keluarnya bercak darah ringan yang terjadi terus menerus selama 3 hari atau lebih.

42

7. RESTRUKTURISASI / KERANGKA KONSEP


Menikah usia 34 tahun

Hamil

Estrogen,
progesterone
tinggi

Abortus
imminens

Melanophore
stimulating
hormone (MSH)
tinggi

Hemodinamika
maternal
kehamilan

Hiperpigmentasi
areola dan
nipple

TD naik

& meningkatnya
somatomamotrofin

& meningkatnya
HCG

Laju filtrasi
gromerulus
naik

Tonus otot
saluran kemih
turun

Flek darah

Mual dan
muntah

Hipertrofi
jaringan pada
kel. mammae

Dada terasa
kencang
Sering buang
air kecil

43

Tingginya
faktor
risiko

8. TOPIK PEMBELAJARAN/LEARNING ISSUES


8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
8.10

Organ genitalia feminina


Organ genitalia masculina
Gametogenesis
Embriogenesis
Siklus menstruasi
Fertilisasi dan implantasi
Kehamilan
Infertilitas
Abortus
Panggul Pria dan Wanita

TOPIK
Organ genitalia
feminina
Organ genitalia
masculina
Gametogenesis

Embriogenesis

YANG SAYA
TAHU
Anatomi
organ
Anatomi
organ
Proses
gametogenes
is
Permulaan
embriogenes
is
usia normal

Siklus menstruasi

saat haid

YANG SAYA TIDAK TAHU


Struktur histologi dan
fisiologi
Struktur histologi dan
fisiologi

Tahap embryogenesis

Embriogenesis setelah 8
minggu

Faktor yang
mempengaruhi saat

Siklus nya

haid
Penyebab infertilitas

Cirri-ciri ibu

Factor yang

hamil

mepengaruhi ibu hamil

Infertilitas

Abortus

Definisi

Panggul Pria dan


Wanita

Anatomi
panggul pria
dan wanita

Penyebab infertilitas
Jenis-jenis dan
penyebab
Pengaruh faktor pinggul
wanita terhadap
kelahiran bayi

Kehamilan

Kelainan pada proses


gametogenesis

Proses
fertilisasi dan
implantasi

Fertilisasi dan
implantasi

YANG HARUS
DIBUKTIKAN KEMBALI

44

Infertilitas
Perubahan anatomi dan
histology pada
kehamilan
Perbedaan panggul pria
dan wanita

BAGAIMANA
SAYA
BELAJAR
Textbook
Internet
Jurnal

9. SINTESIS
9.1 Organ genitalia feminina
ORGAN EKSTERNAL
Caput/glans clitoridis
Terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridisyang tertanam di dalam dinding anterior
vagina.Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada
clitoris.Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasaldari
sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum,introitus vaginae,
ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.Antara fourchet dan vagina
terdapat fossa navicularis.
Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosayaitu
selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulansabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat
coitus atau trauma lain, hymendapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan
robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae
myrtiformis adalah sisa2selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan /
para.Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup
totallubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranialdorsal
sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix,dibagi dalam 4
kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri.Vagina memiliki dinding
ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosaberlapis, berubah mengikuti siklus
haid. Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uteruspada haid, untuk jalan lahir dan untuk
kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus
urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornicesanterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix
uteri.Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior
dindingvagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma
pelvis(m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus
profunda,m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus
danvagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi)
untuk memperbesar jalan lahirdan mencegah ruptur.
GENITALIA INTERNAL
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).Selama kehamilan
berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Padasaat persalinan dengan
adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isikonsepsi dikeluarkan. Terdiri dari
corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalamvagina)
dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringanikat (kolagen
dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portiocervicis uteri (dinding)
dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisiepitel skuamokolumnar mukosa
45

serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan
(nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelahpernah/riwayat melahirkan
(primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisiserviks mengarah ke kaudal-posterior,
setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviksmenghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin)dan larutan berbagai garam, peptida dan air.
Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviksdipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latumuteri di
intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dariluar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisanendometrium
yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haidakibat pengaruh hormonhormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar denganfleksi ke anterior, fundus uteri
berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadapisthmus dan serviks uterus
bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.
Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentumovarii,
ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentumvesicouterina,
ligamentum rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovaricacabang
aorta abdominalis.
Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang8-14 cm,
berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.Dinding tuba terdiri tiga
lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri
dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria,
dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
Pars isthmica (proksimal/isthmus)Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat
sfingter uterotuba pengendali transfergamet.
Pars ampularis (medial/ampula)Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula
/ infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding
tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale
padaujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan.Dilapisi
mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri darikorteks dan
medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadiovum (dari sel
epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi(pengeluaran ovum),
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka internafolikel, progesteron oleh
korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars
infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap
ovum yangdilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii
proprium,ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang
aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

46

ORGAN REPRODUKSI / ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL


Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri darimassa
payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40lobus), tiap lobus
terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktinmemproduksi air susu. Dari
lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara didaerah papila / puting. Fungsi utama
payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktindan oksitosin pascapersalinan. Kulit daerah
payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.

9.2 Organ genitalia masculina

Alat kelamin dalam


Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran pengeluaran dan kelenjar asesoris.
a. Testis
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan dan manusia. Testis berjumlah sepasang (testes
= jamak). Testis dibungkus oleh skrotum, kantong kulit di bawah perut. Pada manusia, testis
terletak di luar tubuh, dihubungkan dengan tubulus spermatikus dan terletak di dalam skrotum. Ini
sesuai dengan fakta bahwa proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu
lebih rendah dari suhu tubuh (< 37C). Pada tubulus spermatikus terdapat otot kremaster yang
apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan diturunkan,
otot kremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh. Fenomena ini dikenal dengan
refleks kremaster.
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis. Ukuran testis
bergantung pada produksi sperma (banyaknya spermatogenesis), cairan intersisial, dan produksi
cairan dari sel Sertoli.
Pada umumnya, kedua testis tidak sama besar. Dapat saja salah satu terletak lebih rendah dari
yang lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan struktur anatomis pembuluh darah pada testis kiri dan
kanan.
Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis:
- memproduksi sperma (spermatozoa)
- memproduksi hormon seks pria seperti testosteron.
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di dalam testis terdapat
banyak saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang
sudah atau tengah berkembang.
Spermatozoa (sel benih yang sudah siap untuk diejakulasikan), akan bergerak dari tubulus menuju
rete testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila mendapat rangsangan seksual, spermatozoa dan
cairannya (semua disebut air mani) akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan
akhirnya, penis. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig.
Sel Leydig memproduksi hormon testosteron. Pengangkatan testis disebut orchidektomi atau
kastrasi.
47

a. Saluran reproduksi
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran
ejakulasi dan uretra.
STRUKTUR MIKROSKOPIS SISTEM REPRODUKSI PRIA
Testis

Testis memiliki, seperti ovarium, dua fungsi: mereka menghasilkan gamet jantan atau spermatozoa,
dan mereka menghasilkan hormon seksual pria, testosteron, yang merangsang organ aksesori
seksual pria dan menyebabkan perkembangan karakteristik seks maskulin ekstragenital.
Testis ini dikelilingi oleh kapsul yang tebal, tunika albuginea, dari yang berbentuk kerucut massa
dari jaringan ikat, testis mediastinum, proyek ke dalam testis. Tunika albuginea ditutupi secara
eksternal oleh sebuah serosa.
Jaringan interstitial antara tubulus berbelit kontinu dengan lapisan jaringan ikat longgar vaskular,
tunika vasculosa testis, yang ditemukan di bawah tunika albuginea.
Setiap tubulus seminiferus terus dekat mediastinum menjadi tubulus lurus, sebuah tubulus rektus.
Tubulus lurus terus ke rete testis, sistem labirin rongga di mediastinum.
Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis
berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens
Vas deferens (saluran sperma dari testis ke kantong sperma)
Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke
atas dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung
salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat
jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra.
Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra
Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai
saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung
kemih.
Kelenjar kelamin
48

Kumpulan kelenjar aksesoris terdiri dari vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbouretralis.
Sebelum ejakulasi, kelenjar tersebut mensekresikan mucus bening yang menetralkan setiap urine
asam yang masih tersisa dalam uretra.
Sel-sel sperma dapat bergerak dan mungkin aktif mengadakan metabolisme setelah mengadakan
kontak dengan plasma semen. Plasma semen mempunyai dua fungsi utama yaitu: berfungsi
sebagai media pelarut dan sebagai pengaktif bagi sperma yang mula-mula tidak dapat bergerak
serta melengkapi sel-sel dengan substrat yang kaya akan elektrolit (natrium dan kalium klorida),
nitrogen, asam sitrat, fruktosa, asam askorbat, inositol, fosfatase sera ergonin, dan sedikit vitaminvitamin serta enzim-enzim. Kelenjar aksesoris terdiri dari:
Vesikula seminalis (tempat penampungan sperma)
Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang
terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang
merupakan sumber makanan bagi sperma.
Vesikula seminalis menyumbangkan sekitar 60 % total volume semen. Cairan tersebut mengandung
mukus, gula fruktosa (yang menyediakan sebagian besar energi yang digunakan oleh sperma),
enzim pengkoagulasi, asam askorbat, dan prostaglandin.

Gambar 1. Vesikula seminalis


Kelenjar prostat (penghasil cairan basa untuk melindungi sperma)
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih.
Kelenjar prostat adalah kelenjar pensekresi terbesar. Cairan prostat bersifat encer dan seperti susu,
mengandung enzim antikoagulan, sitrat (nutrient bagi sperma), sedikit asam, kolesterol, garam dan
fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.

49

Gambar 2. Kelenjar prostat


Kelenjar bulbouretra / cowper (penghasil lendir untuk melumasi saluran sperma)
Kelenjar bulbouretralis adalah sepasang kelenjar kecil yang terletak disepanjang uretra, dibawah
prostat. Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung
menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa).

Alat kelamin luar


1. Penis
Penis (dari bahasa Latin yang artinya ekor, akar katanya sama dengan phallus, yang berarti sama)
adalah alat kelamin jantan. Penis merupakan organ eksternal, karena berada di luar ruang tubuh.
Pada manusia, penis terdiri atas tiga bangunan silinder berisi jaringan spons. Dua rongga yang
terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian
bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Ujung penis
disebut dengan glan penis. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang ronggarongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu
rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan
mengembang (ereksi).
50

Fungsi penis secara biologi adalah sebagai alat pembuangan sisa metabolisme berwujud cairan
(urinasi) dan sebagai alat bantu reproduksi. Penis sejati dimiliki oleh mamalia. Reptilia tidak
memiliki penis sejati karena hanya berupa tonjolan kecil serta tidak tampak dari luar, sehingga
disebut sebagai hemipenis (setengah penis).

Gambar 4. Struktur penis


2. Skrotum
Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testis atau buah zakar.
Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini serupa
dengan labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di
antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos
(otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan
mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik
dinding perut yang disebut otot kremaster. Pada skrotum manusia dan beberapa mamalia bisa
terdapat rambut pubis. Rambut pubis mulai tumbuh sejak masa pubertas.
Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki
suhu 1-8oC lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana
disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding
tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin.
Pada manusia, suhu testis sekitar 34C. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengeratkan atau
melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak mendekat atau menjauhi tubuh. Testis akan
diangkat mendekati tubuh pada suhu dingin dan bergerak menjauh pada suhu panas.

51

Pria Aksesori Reproduksi Kelenjar


Aksesori (atau sekunder) kelenjar seks pria terdiri dari vesikula seminalis, yang bersujud dan
kelenjar bulbourethral.
1. Prostat
Prostat adalah kelenjar seks aksesori terbesar pada pria (sekitar 2 3 4 cm). Ini berisi 30 - 50
tubuloalveolar kelenjar, yang bermuara 15 - 25 saluran ekskretoris independen. Saluran ini
membuka ke uretra. Kelenjar yang tertanam ke dalam stroma fibromuskular, yang terutama terdiri
dari otot polos dipisahkan dengan untaian jaringan ikat yang kaya serat kolagen dan elastis. Otot
membentuk massa padat di sekitar uretra dan di bawah kapsul cukup tipis dari sujud.
Alveoli yang keluar dari prostat sangat tidak teratur berbentuk karena proyeksi papiler mukosa ke
dalam lumen kelenjar. Epitel adalah kuboid atau kolumnar. Sel basal adalah kembali hadir, dan
epitel mungkin terlihat semu di mana mereka ditemukan. Sel-sel sekretori sedikit acidophilic dan
butiran sekretori dapat terlihat di sitoplasma. Ekstensi kecil dari sitoplasma apikal ke dalam lumen
alveoli dapat mewakili sel yang melepaskan produk sekretori mereka (adalah sekresi apokrin /
merocine). Sekresi prostat mengandung asam sitrat, yang fibrinolisin enzim (mencairkan air mani),
asam fosfatase, sebuah sejumlah enzim lain dan lipid. Sekresi prostat adalah bagian pertama dari
ejakulasi.
Saluran sekresi dari prostat dilapisi oleh epitel kolumnar sederhana, yang berubah menjadi epitel
transisional dekat bukaan dari saluran-saluran ke dalam uretra.
Sebuah fitur karakteristik prostat adalah munculnya corpora amylacea dalam alveoli sekresi.
Mereka dibulatkan badan eosinofilik. Diameter rata-rata mereka adalah sekitar 0,25 mm (hingga 2
mm) Mereka muncul sudah dalam bulan ketujuh dari perkembangan janin Jumlah mereka
meningkat dengan usia -. Di 50 masa lalu tertentu.. Mereka dapat mengalami kalsifikasi. Corpora
amylacea mungkin muncul dalam air mani.
Makroskopik yang bersujud dapat dibagi menjadi lobus, tetapi mereka tidak mencolok di bagian
histologis. Dalam bagian histologis yang baik adalah mungkin untuk membedakan tiga zona
konsentris yang mengelilingi bagian prostat dari uretra.
Zona perifer mengandung besar, yang disebut kelenjar utama, yang menjalankan posterior saluran
untuk membuka ke uretra.
Zona internal yang terdiri dari apa yang disebut kelenjar submukosa, sedangkan
zona paling dalam berisi kelenjar mukosa.
Ini pembagian prostat adalah penting secara klinis. Dengan usia prostat menjadi membesar karena
hiperplasia nodular jinak. Usia terjadinya perubahan hiperplastik adalah 45. Sekitar 3/4 dari laki-laki
di atas 60 yang terpengaruh dimana setengahnya akan gejala. Kondisi ini mempengaruhi kelenjar
mukosa. Kanker prostat, yang merupakan tumor ganas kedua yang paling umum pada laki-laki
barat, melibatkan zona perifer.

2. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis berkembang dari vas deferens. Organisasi histologis menyerupai mereka sampai
batas tertentu bahwa dari vas deferens. Mereka adalah kantung memanjang (sekitar 4 cm dan 2
cm lebar), yang lancip di mana mereka bersatu dengan vas deferens. Setiap vesikula seminalis
52

terdiri dari satu tabung melingkar (sekitar 15cm panjang). Semua lumina terlihat di bagian-bagian
dari vesikula seminalis berada dalam kontinuitas dalam organ utuh.
Mukosa menunjukkan tipis, bercabang, lipatan anastomosing. Struktur epitel kolumnar muncul
adalah variabel atau kolumnar semu (kolumnar dan sel basal). Lamina propria mukosa ini cukup
tipis dan longgar. Para muskularis terdiri dari lingkaran bagian dalam dan lapisan longitudinal yang
luar otot polos.
Vesikula seminalis dianggap menyimpan air mani - maka ada nama. Hal ini ternyata salah. Mereka
adalah kelenjar, sekresi yang merupakan 60-70% dari ejakulasi. Produk yang keluar dari sel
kolumnar, yang dapat dilihat dalam lumen vesikula seminalis, adalah sangat acidophilic. Ini berisi
sejumlah besar fruktosa yang spermatozoa memanfaatkan sebagai sumber energi. Selanjutnya,
sekresi mengandung prostaglandin, flavin (fluorescing pigmen kuning - digunakan dalam
kedokteran forensik untuk mendeteksi noda air mani) dan beberapa protein lain dan enzim.
Campuran senyawa yang dikeluarkan oleh vesikula seminalis selain fruktosa memiliki tiga fungsi
utama:
Pembentukan koagulum sperma,
Pengaturan motilitas sperma dan
Penindasan fungsi kekebalan dalam saluran kelamin perempuan.
Sekresi vesikula seminalis adalah bagian ketiga dari ejakulasi (spermatozoa dilepaskan dengan fraksi
kedua - isi vas deferens).

9.3 Gametogenesis
OOGENESIS
Oogenesis merupakan proses pematangan ovum di dalam ovarium. Tidak seperti spermatogenesis
yang dapat menghasilkan jutaan spermatozoa dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya
mampu menghasilkan satu ovum matang sekali waktu (Carlson, 1999).
Proses oogenesis ialah sebagai berikut
(Campbell, 2004):
1. Oogonium yang merupakan prekursor dari ovum tertutup dalam folikel di ovarium.
2. Oogonium berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom. Oosit primer melakukan
meiosis , yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama.
3. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid. Ukurannya dapat
mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena berisi lebih banyak sitoplasma dari oosit
primer.
4. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.
53

5. Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba Fallopi. Apabila oosit sekunder
difertilisasi, maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua . begitu pula dengan badan
polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi.
Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus oogenesis
diulang kembali.
6. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat haploid dengan 23
kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid. Ketika inti nukleus sperma dan ovum siap
melebur menjadi satu, saat itu juga ootid kemudian mencapai perkembangan finalnya menjadi
ovum yang matang.
7. Kedua sel haploid (sperma dan ovum) bersatu membentuk sel zygot yang bersifat dipoid (2n).

Oogenesis (Tarleton, 2009)

1.
2.
3.
4.

Proses oogenensis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :


Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum.dan
merangsang folicle menghasilkan estrogen
Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.dan menghentikan LH
Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel ovum).dan
merangsang keluarnya progesteron
Hormon Progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LHdan membuat endometrium
menebal membentuk pembuluh darah , menguatkan endometrium keempat hormon yang bekerja
berurutan itu disingkat dengan FELP me (me=menstruasi).
Selama sekitar 28 hari sekali sel ovum dikeluarkan oleh ovarium. Sel telur ini telah matang
(mengalami peristiwa ovulasi). Selama hidupnya seorang wanita hanya dapat menghasilkan kurang
lebih 400 buah sel ovum setelah masa menopause yaitu berhentinya seorang wanita untuk
54

menghasilkan sel ovum yang matang Karena sudah tidak dihasilkannya hormone, sehingga
berhentinya siklus menstruasi sekitra usia 45-50 tahun.
SPERMATOGENESIS
Spermatogenesis, artinya proses pembentukan sperma. Proses ini terjadi di dalam alat genital pria,
yakni testis. Pembentukan sperma ini dimulai pada saat pubertas, ketika produksi hormon
gonadotropin sudah cukup maksimal untuk merangsang pembentukan spermatozoa.

Pada mulanya, diwaktu masih dalam kandungan, sel-sel germinal primordial tampak pada tingkat
perkembangan yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning telur di dekat allantois.
Kemudian pada minggu ke-3 masa janin, mereka akan bermigrasi ke rigi urogenital yang saat itu
tumbuh di daerah lumbal. Semenjak dari dalam kandungan sampai masa pubertas nanti, sel-sel
germinal primordial ini akan mengalami fase istirahat, sampai suatu saat ketika lumen tubulus
seminiferus telah sempurna dibentuk pada pubertas, mereka akan berdiferensiasi menjadi
spermatogonia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, spermatogonia itu berasal dari sel-sel germinal
primordial tersebut.
Spermatogonia tipe A adalah spermatogonia awal yang dibentuk. Seiring perkembangan ilmu
pengetahuan, saat ini diketahui bahwa spermatogonia tipe A ini akan mengalami serangkaian fase
pembelahan secara mitosis, dan akhirnya membentuk spermatogonia tipe B. Spermatogonia tipe B
ini kemudian yang akan bergerak ke lumen, termodifikasi dan membesar membentuk spermatosit
primer. Spermatosit primer nantinya akan semakin ke arah lumen sambil membelah secara miosis
menjadi spermatosit sekunder. Pada fase miosis pertama ini (atau miosis I), proses yang
berlangsung cukup lama adalah pada tahap profase I, yakni sekitar 22 hari. Sedangkan proses
selanjutnya yakni metafase, anafase dan telofase berlangsung dengan cepat.
Setelah terbentuk spermatosit sekunder, alamiahnya ia akan langsung membelah kembali secara
miosis (atau miosis II) menjadi spermatid. (Inilah mengapa secara histologis sel spermatosit
sekunder jarang ditemukan dalam preparat histologi). Spermatid yang dihasilkan sekarang telah
haploid, atau memiliki setengah dari kromosom induknya (spermatosit primer).
Langkah selanjutnya adalah tahap dimana spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa.

1.

2.
3.
4.

Proses ini secara keseluruhan dikenal dengan spermiogenesis. Spermiogenesis terdiri dari empat
tahapan:
Pembentukan akrosom, yaitu pelindung kepala sperma yang menutupi separoh permukaan nukleus
sperma dan berisi enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus lapisan-lapisan sel telur pada saat
fertilisasi. (contohnya, enzim hyaluronidase dan proteolitik).
pemadatan inti/kondensasi nukleus.
pembentukan leher, badan tengah dan ekor dari sperma
penglepasan sitoplasma yang tersisa menjadi bahan residu yang kemudian difagosit oleh sel sertoli.
Hasil akhir dari spermatogensis adalah spermatozoa yang haploid (n), dimana 1 spermatosit primer
menghasilkan 4 spermatozoa. Proses ini berlangsung di dalam testis lebih kurang selama 64 hari,
dimana sebenarnya spermatozoa yang terbentuk adalah sekitar 300 juta sel spermatoza baru
setiap hari.

55

Proses diatas sesungguhnya didukung oleh peranan sel-sel lain yang ada di dalam testis. Sel sertoli
berguna untuk men-support dan melindungi sel benih, menutrisinya dan berperan dalam
pelepasan sel sperma yang telah matur. Sedangkan sel leydig menghasilkan testosteron yang
berfungsi bersama-sama dengan sel sertoli untuk menjadi pemicu awal proses spermatogenesis.
Struktur Sperma
Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai memproduksi sperma saat pubertas
(kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma dewasa sampai usia tua.
Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah
ditempatkan di dalam vagina sang wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah
2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml.

1.

2.
3.
4.

Spermatozoa masak terdiri dari :


Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung inti (nukleus)
dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma
terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan
proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.
Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma.
Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferen dan ductus
ejakulotoris.

9.4 Embriogenesis
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan
tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi
56

pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel
embriogenik.
Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain:
1. Sel tunggal (yang telah dibuahi)
2. Blastomer
3. Blastula
4. Gastrula
5. Neurula
6. Embrio / Janin
Untuk mengetahui tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses embryogenesis ini digunakan
embrio katak Xenopus laevis sebagai sediaan. Adapun tahapan yang akan diamati adalah tahap
pembelahan awal, pembelahan akhir, tahap pembentukan blastula, ampioksous gastrula, tahapan
pembentukan yolg plug, neural fold, dan neural tube.
1. fase cleavage dan blastulasi
cleavage dan blastulasi adalah proses awal yang menyebabkan terbentuknya individu baru bersel
banyak dari sebuah ovum yang mengalami amphinuklei (zigot). Untuk katak sendiri mempunyai
tipe cleavage holoblastik, total unequal. Pada prosesnya, terbentuk bidang cleavage pertama,
yaitu meridional, setelah itu tebentuk bidang cleavage yang kedua yaitu meridional lagi, bidang
cleavage yang ketiga adalah horizontal yang menghasilkan sel makromer (besar) dan sel mikromer
(kecil). Setelah terbentuk sel-sel tersebut, dilanjutkan dengan cleavage yang keempat yaitu
meridional simultan yang merupakan dua cleavage yang berlangsung bersama dan saling tegak
lurus. Kemudian bidang cleavage yang kelima adalah horizontal simultan yang diikuti oleh cleavage
hingga membentuk rongga pada bagian dalam (membentuk struktur bola berongga). Pada katak,
rongga ini disebut blastocoel dan terisi cairan internal yang dibatasi oleh sel epitel. bola berongga
ini disebut blastula.

2. fase gastrulasi
Saat blastula terus mengalami pembelahan dan pertambahan jumlah sel, kutub animal akan
berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi, yang sering
disebut sebagai proses gastrulasi.
Gastrulasi ini berlangsung dengan urutan kronologis sebagai berikut:
o
Pembentukan blastopore (saluran invaginasi)
o
Pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
o
Selanjutnya sel bermigrasi dan berkohesi dengan bantuan senyawa cadherin dan integrin
3. fase neurulasi
Fase gastrula kemudian dilanjutkan dengan neurulasi. Neurulasi adalah proses penempatan
jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal dari diferensiasi ektoderm sehingga
disebut neural ektoderm. Dalam proses ini chorda mesoderm bertindak sebagai inducer. Pada
bagian dorsal embrio akan terjadi penebalan ektoderm membentuk neoroplate, lalu terbentuk
57

lipatan saraf (neural groove) ke arah yang dibatasi oleh neural fold. Neural fold lalu mengalami
fusisehingga terbentuk neural tubedengan rongganya neoraocoel. Selama proses ini akan
terbentuk pial neural yang kemudian akan membentuk ganglion-ganglion saraf, sementara itu,
neural tube akan membentuk sistem saraf pusat.
Setelah seluruh fase berlangsung, sel terus tumbuh dan berkembang sampai keluar dari rahim atau
telur dan menjadi organisme dewasa, lalu menghasilkan sel gamet dan melakukan pembuahan sel,
dan siklus ini pun terulang kembali
2. fase gastrulasi
Saat blastula terus mengalami pembelahan dan pertambahan jumlah sel, kutub animal akan
berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi, yang sering
disebut sebagai proses gastrulasi.
Gastrulasi ini berlangsung dengan urutan kronologis sebagai berikut:
o
Pembentukan blastopore (saluran invaginasi)
o
Pembentukan lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
o
Selanjutnya sel bermigrasi dan berkohesi dengan bantuan senyawa cadherin dan integrin
3. fase neurulasi
Fase gastrula kemudian dilanjutkan dengan neurulasi. Neurulasi adalah proses penempatan
jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal dari diferensiasi ektoderm sehingga
disebut neural ektoderm. Dalam proses ini chorda mesoderm bertindak sebagai inducer. Pada
bagian dorsal embrio akan terjadi penebalan ektoderm membentuk neoroplate, lalu terbentuk
lipatan saraf (neural groove) ke arah yang dibatasi oleh neural fold. Neural fold lalu mengalami
fusisehingga terbentuk neural tubedengan rongganya neoraocoel. Selama proses ini akan
terbentuk pial neural yang kemudian akan membentuk ganglion-ganglion saraf, sementara itu,
neural tube akan membentuk sistem saraf pusat.
Setelah seluruh fase berlangsung, sel terus tumbuh dan berkembang sampai keluar dari rahim atau
telur dan menjadi organisme dewasa, lalu menghasilkan sel gamet dan melakukan pembuahan sel,
dan siklus ini pun terulang kembali.

9.5 Siklus menstruasi


Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan(deskuamasi)
endometrium. Sekarang diketahui bahwa dalam proses ovulasi, yangmemegang peranan penting
adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium(hypothalamic-pituitary-ovarium axis).
Menurut teori neurohumoral yang dianut sekarang, hipotalamus mengawasi sekresi hormon
gonadotropin oleh adenohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel
adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah
dapat diisolasi dan disebutGonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang
pelepasanLutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis(Speroff,
Glass and Kase,1994; Scherzer and McClamrock, 1996; Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi,
1999).
Penyelidikan pada hewan menunjukkan bahwa pada hipotalamus terdapat dua pusat, yaitu pusat
tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nukleus arkuatus, dan pusat siklik di bagian depan
hipotalamus di daerah suprakiasmatik. Pusat siklik mengawasi lonjakan LH (LH-surge) pada
pertengahan siklus haid yang menyebabkan terjadinyaovulasi. Mekanisme kerjanya juga belum
jelas benar (Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).
Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan satu saat,
yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadarhormon sepanjang
siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon steroid dan hormon
gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatifterhadap FSH, sedangkan terhadap LH,
estrogen menyebabkan umpan balik negatif jikakadarnya rendah, dan umpan balik positif jika
kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balikterhadap hormon gonadotropin ini mungkin pada
58

hipotalamus (Speroff, Glass andKase,1994; Scherzer and McClamrock, 1996; Wiknjosastro,


Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).
Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh
FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga
hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini
menekan produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia,
sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga meningkat, namun
peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan
folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel
yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar
estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara berangsurangsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif
terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan
terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal.
Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat,
estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH itu menurun. Menurunnya estrogen
mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu
disebabkan oleh umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang
cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat yang matang, agar ia
dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16 24 jam setelah lonjakan LH. Pada
manusia biasanya hanya satu folikel yang matang. Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan
oleh karena meningkatnya tekanan dalam folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degeneratif
kolagen pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2 memegang
peranan dalam peristiwa itu (Speroff,
Glass and Kase,1994; Scherzer andMcClamrock, 1996; Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi,
1999).
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk
pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga
bertambah dan mencapai puncaknya pada 89 hari setelah ovulasi.4Luteinized granulose
cell dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak, danluteinized theca cell membuat pula
estrogen yang banyak, sehingga kedua hormon itu meningkat tinggi pada fase luteal. Mulai 1012
hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami regresi berangsur-angsur disertai dengan
berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa
hidup korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali
terbentuk ia berfungsisendiri (autonom). Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya
korpus luteum, diperlukan sedikit LH terus-menerus. Steroidegenesis pada ovarium tidak mungkin
tanpa LH. Mekanisme degenerasi korpus luteum jika tidak terjadi kehamilan belum
diketahui.Empat belas hari sesudah ovulasi, terjadi haid. Pada siklus haid normal umumnya terjadi
variasi dalam panjangnya siklus disebabkan oleh variasi dalam fase folikular (Wiknjosastro,
Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).
Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya rangsangan dari Human
Chorionic Gonadothropin (HCG), yang dibuat oleh sinsisiotrofoblas. Rangsangan ini dimulai pada
puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah
terjadinya regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 910
minggu kehamilan. Kemudian, fungsi itu diambil alih oleh plasenta.4 Dari uraian di atas jelaslah
bahwa kunci siklus haid tergantung dari perubahan-perubahan kadar estrogen, pada permulaan
siklus haid meningkatnya FSH disebabkan oleh menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya.
Berhasilnya perkembangan folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi
estrogen oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat pada
pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus luteum tergantung pula pada
kadar minimum LH yang terus-menerus. Jadi, hubungan antara folikel dan hipotalamus bergantung
pada fungsi estrogen, yang menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik positif atau negatif.
59

Segala keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus
reproduksi yang normal (Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).

Histologi Lapisan Endometrium ketika Siklus Menstruasi


1.Fase Proliferasi
Endometrium ditutupi oleh epitel selapis silindris
Kelenjar yang dibentuk oleh sel epitel selapis silindris berbentuktabung lurus dengan lumen
sempit
Lamina propria tebal.
Sel-selnya berangsur-angsur lebih banyak sisterna RE kasar
dankompleks Golgi bertambah besar untuk persiapan aktivitassekresi
Stratum basal mulai membentuk stratum fungsional yang baru.
A.Spiralis biasanya tidak meluas sampai 1/3 bagian superfisialendometrium.
Ketebalan endometrium
o Awal proliferasi : 1-2 mm
o Akhir proliferasi : 3.5-5 mm2.Fase Sekretori
Stratum fungsional dan stratum basal menebal karenabertambahnya sekresi kelenjar dan edema
didalam laminapropria.
Sel-sel epitel mulai menimbun glikogen di bawah intinya
Epitel kelenjar uterine mengalami hipertrofi (karena menimbunbanyak produk sekresi) sehingga
kelenjar uterine masih sangatberkelok-kelok dan lumennya melebar.
B.Spiralis meluas sampai bagian atas endometrium.
Ketebalan endometrium : 5-6 mm3.Fase Menstruasi
Lapisan fungsional endometrium terlepas/meluruh dan sisaendometrium mengkerut akibat
hilangnya cairan interstisialsehingga akhir fase menstruasi Endometrium hanya berupalapisan tipis.
Mengandung fragmen-fragmen stroma yang hancur, bekuandarah, kelompok-kelompok eritrosit
yng keluar dari pembuluhdarah yang robek dan rusak
Ketebalan endometrium : 0.5 mm

60

9.6 Fertilisasi dan implantasi

Fertilisasi, proses penyatuan gamet pria dan wanita,terjadi di ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah
bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan
hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam.

61

Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur.
Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada
saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu menbuahi oosit.
Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita,yang pada manusia
berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu,suatu selubung glikoprotein dari protein-protein
plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa.
Hanya sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi
akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh protein-protein
zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona
pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.
Pada fertilisasi mencakup 3 fase:
4. penembusan korona radiata
5. penembusan zona pelusida
6. fusi oosit dan membrane sel sperma
Fase 1 : penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita, hanya 300-500
yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan,
dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk
menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi
dengan bebas menembus sel korona.
Fase 2 : penembusan zona pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang mempermudah dan
mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim
akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan
membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh
permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul
korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan
perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat
tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies.
Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.
Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut
menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi
akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi
bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki
sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.
Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang
berbeda :
2. reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
a. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
b. zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan
penetrasi sperma
dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.
4. melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera
setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak mendapatkan sitoplasma dan
dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive. Kromosomnya (22+X)
tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita.
62

5. penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa. Penggiatan
setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler
yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita.
Intinya membengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan
berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah
itu mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Salama masa pertumbuhan, baik
pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus menggandakan DNA-nya. Jika
tidak,masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel tersebut akan mempunyai DNA separuh dari
jumlah DNA normal. Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk
mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromosom ayah
membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling
bergerak kea rah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing
mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid berpasangan
bergerak kearah kutub yang berlawanan, muncullah satu alur yang dalam pada permukaan sel,
berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagian.
Hasil utama pembuahan
4. pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan separuhnya dari ibu. Olah
karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang berbeda dari kedua orang tuanya.
5. penentuan jenis kelamin individu baru. Spermatozoa pembawa X akan menghasilkan satu mudigah
wanita (XX), dan spermatozoa pembawa Y menghasilkan satu mudigah pria (XY). Oleh karena itu, jenis
kelamin kromosom mudigah tersebut ditentukan pada saat pembuahan.
6. dimulainya pembelahan. Tanpa pembuahan,oosit biasanya akan berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi.
Proses Pembuahan Sel Telur oleh Sel Sperma
Pada umumnya, pembuahan mungkin saja terjadi dalam rentang satu minggu setelah calon ibu
selesai haid atau 14 hari sebelum siklus haid berikutnya. Dengan kata lain, inilah masa subur calon
ibu. Dalam 7 - 10 hari berikutnya, sel telur yang sudah dibuahi akan "tertanam" (implantasi) pada
dinding rahim.

Pada akhir minggu berkutnya, sel telur sudah melekat erat dengan plasenta yang menghubungkan
janin dengan ibunya. Berikut ini gambaran detil proses pembuahan
Sel telur dikeluarkan dari permukaan ovarium sekitar hari ke 14 dari siklus haid. Sel telur ini ditangkap
oleh ujung saluran telur (tuba Fallopii) yang berbentuk corong, kemudian berjalan di dalam tuba karena
adanya kontraksi otot.
Fertilisasi atau pembuahan oleh satu sperma umumnya terjadi pada sepertiga dari panjang saluran telur.
Sel yang sudah dibuahi akan membelah diri dalam 24 jam.
Pembelahan berulang-ulang akan membentuk bola sel yang disebut zigot.
Zigot terus membelah diri selama berjalan di dalam saluran.
Di dalam bola sel terbentuk rongga kecil berisi cairan yang disebut blastosit.
Blastosit sampai di rongga rahim.
Implantasi terjadi sekitar hari ke 7, biasanya bagian atas rahim di sisi ovarium mengeluarkan sel telur.
Pada hari ke 10, embrio sudah tertanam erat. Masa embrionik ini dimulai sejak momen ini sampai
minggu ke-8. Setelah minggu kedelapan, embrio disebut sebagai janin.
IMPLANTASI & PERKEMBANGAN PLASENTA
Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam.
Blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian depan maupun dinding belakang.
Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel.
Sel-sel di bagian dalam pada dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio,
sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (ari-ari).

63

Plasenta menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kehamilan dan memungkin


perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin.
Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada hari ke 9-10.
Dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus embrio (korion). Lapisan
dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan membentuk kantung amnion.
Kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion) dan akan mengembang untuk membungkus
embrio yang sedang tumbuh, yang mengapung di dalamnya.
Tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh, memanjang ke dalam dinding rahim dan
membentuk percabangan seperti susunan pohon.
Susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta, sehingga zat
gizi dari ibu lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari janin ke ibu.
Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi plasenta
akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya mencapai 500 gram.
PERKEMBANGAN EMBRIO
Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah pembuahan.
Kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak dan medulla spinalis,
sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada hari ke 16-17. Jantung mulai
memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke 20 dan hari berikutnya muncul sel darah
merah yang pertama.
Selanjutnya, pembuluh darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta.
Organ-organ terbentuk sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah
permbuahan), kecuali otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami pematangan selama
kehamilan.
Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester pertama (12
minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan organ dimana embrio
sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. Karena itu seorang wanita hamil sebaiknya
tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi obat-obatan pada trimester pertama kecuali
sangat penting untuk melindungi kesehatannya. Pemberian obat-obatan yang diketahui dapat
menyebabkan malformasi harus dihindari.
Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada salah satu sisi rongga
rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan setelah usia kehamilan mencapai 8
minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga lapisan pada kedua sisi rahim
bertemu (karena janin telah memenuhi seluruh rahim).

9.7 Kehamilan
KONSEP DASAR KEHAMILAN
A. Pengertian
a. Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari/
40 minggu, dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)
b. Kehamilan merupakan suatu proses yang terjadi antara perpaduan aspek : sperma, ovum,
konsepsi
B. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3
bagian:
a. Kehamilan trimester pertama (0-12minggu)
b. Kehamilan trimester kedua (12-28minggu)
c. Kehamilan trimester ketiga (28-40minggu)
C. Istilah istilah dalam kehamilan
ANC (AntevNatal Care) : Asuhan yang diberikan ibu sebelum persalinan/ selama
kehamilan
Antenatal : Sebelum persalinan
Gravida : Jumlah berapa kali seorang wanita hamil
64

Paritas : Jumlah berapa kali seorang wanita melahirkan janin yang dapat hidup diluar kandungan (>
28 minggu)
Abortus : Pengeluaran hasil konsepsi sebelum 20 minggu
Gestasi : Usia kehamilan/ lamanya waktu sejak konsepsi
DJJ : Detak Jantung janin
Pre Natal : Selama kehamilan
A Term : Seorang bayi yang lahir pada usia kehamilan > 37 minggu
Prematur : Seorang bayi yang lahir pada usia kehamilan antar 28 36 minggu
Primigravida : Seorang wanita yang baru hamil pertama kali
Primipara : Seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia
kehamilan > 28 minggu
Multigravida : Seorang wanita yang sudah pernah hamil 2 kali atau lebih
Multipara : Seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkan dua kali atau lebih
Nulligravida : Seorang wanita yang belum pernah hamil
Nillipara : Seorang wanita yang belum pernah melahirkan lebih dari 28 minggu (belum pernah
melahirkan janin yang pernah hidup diluar kandungan)
IUFD : (Intrauterine Fetal Death) Kematian janin dalam rahim
IUGR : (Intrauterine Growth Retardation) Pertumbuhan janin yang terhambat didalam kandungan
D. Tanda-tanda presumtif (dugaan) hamil
a. Amenorea (tidak dapat haid)
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan HPL (hari Perkiraan lahir)
b. Mual dan muntah (nausea dan emisis)
Pengaruh esterogen dan progesteron terjadi pengeluaran lendir yg berlebihan
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama,karena terjadi
pada pagi hari disebut morning sickness (sakit pagi), bila mual dan muntah terlalu sering disebut
hiperemesis.
c. Mengidam (ingin makanan khusus)
Ibu hamil sering meminta makanan dan minuman tertentu (ngidam) terutama pada bulan-bulan
triwulan pertama.
d. Tidak tahan suatu bau-bauan
e. Pingsan (sinkope)
Bila pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa pingsan
f. Tidak ada selera makan (anoreksia)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama,kemudian nafsu makan timbul kembali
g. Lelah
h. Payudara Tegang
Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen- progestreon dan
somatomamotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam merangsang duktus dan alveoli
payudara, kelenjar montgemery terlihat lebih membesar.
i. Miksi sering
Karena kandung kemih tertekan oleh pembesaran uterus. Gejala ini akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan, pada akhir kehamilan gejala ini kembali terulang karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terendah janin yang mulai masuk pintu atas panggul

65

j. Konstipasi / obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan BAB
k. Pigmentasi kulit
Pengaruh keluarnya hormon Melanophore Stimulating Hormon (MSH). Dijumpai dimuka (cloasma
gravidarum), areola mamme, leher dan di dinding perut (linea nigra)
l. Epulis = hipertrosi dan papil gusi
m. Penekanan vena-vena (varices)
Pengaruh esterogen dan progesterone dapat terjadi pada kaki, betis,vulva dan payudara, biasanya
dijumpai pada triwulan terakhir.
E. Tanda tanda tidak pasti kehamilan
a. Perut membesar
b. Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk
besar dan konsistensi dari rahim
c. Tanda hegar
ismus rahim mengadakan hipertropi dan bertambah panjang, sehingga teraba lebih lunak (soft)
disebut
d. Tanda Chadwick
Vulva dan vagina kebiruan
e. Tanda Piscaseck
Uterus membesar kesalah satu jurusan sehingga menonjol
jelas kejurusan pembesaran tersebut
f. Kontraksi-kontraksi kecil uterus (Braxton-Hicks)
g. Tanda ballottement
F. Tanda positif (tanda pasti hamil)
a. Gerakan janin yang dapat dilihat atau di rasa.
Primigrvida 18 minggu
Multigravida 16 minggu
b. Denyut jantung janin.
Di dengar dgn Laenec (monoscope) 18-20 mg
Di catat dan didengar dengan Doppler 12 mg
Di catat dgn fetoelektro kardiogram (12 mg)
Dilihat pada ultra sonografi
c. Terlihat tulangtulang janin pada foto rongten. Pada kehamilan yg lebih tua dapat diraba
Ballotemen (lentingan) dan bagian2 janin.
G. Diagnosa kehamilan dapat ditegakan bila
a. Dapat diraba kemudian dikenal bagian2 janin
b. Dapat dicatat dan didengar bunyi jantung janin (DJJ) dengan beberapa cara
c. Dapat dirasakan gerakan janin dan ballotemen
d. Pada pemeriksaan sinar rontgen terlihat kerangka janin
e. Pada USG dapat dilihat ukuran kantong janin, panjang janin dan ukuran biparietalis sehingga
dapt diperkirakan tuanya kehamilan
PERUBAHAN ANATOMI DAN FISIOLOGI WANITA HAMIL
TERJADINYA KEHAMILAN
Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan :
1. Pembuahan / fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih / spermatozoa
pria.
66

2. Pembelahan sel (zigot).hasil pembuahan tersebut.


3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal :
implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri).
4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot embrio janin menjadi bakal individu baru.
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin,
human somatomammotropin, prolaktin dsb.
Human Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal
masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.
Terjadi perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi DAN organ-organ
sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal
tersebut.
PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN SISTEM REPRODUKSI
1. Uterus
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin.
Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas / kelenturan
uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
kehamilan 8 minggu : telur bebek
kehamilan 12 minggu : telur angsa
kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan, pada kehamilan trimester
I memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan korpus, dan
pada kehamilan akhir di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus. Vaskularisasi sedikit, lapis
muskular tipis, mudah ruptur, kontraksi minimal -> berbahaya jika lemah, dapat ruptur,
mengancam nyawa janin dan nyawa ibu.
Serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat
progesteron (-> tanda Hegar), warna menjadi livide / kebiruan.
Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan.
2. Vagina / vulva
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan (tanda
Chadwick).
3. Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi
progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal
menstruasi.
4. Payudara
Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara.
Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan
pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin,
laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi
kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh
melanofor. Puting susu membesar dan menonjol. (beberapa kepustakaan tidak memasukkan

67

payudara dalam sistem reproduksi wanita yang dipelajari dalam ginekologi)


PERUBAHAN PADA ORGAN-ORGAN SISTEM TUBUH LAINNYA
1. Sistem respirasi
Kebutuhan oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma juga terdorong ke kranial -> terjadi
hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat kompliansi dada (chest compliance) menurun. Volume
tidal meningkat. Volume residu paru (functional residual capacity) menurun. Kapasitas vital
menurun.
2. Sistem gastrointestinal
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain itu terjadi
juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar / perasaan
ingin makan terus (mengidam), juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik
tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis
gravidarum).
3. Sistem sirkulasi / kardiovaskular
Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan HEMODINAMIK
maternal, meliputi :
retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
anemia relatif
akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
tekanan darah arterial menurun
curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir kehamilan
volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan,
kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir
kehamilan
4. Pada trimester pertama, terjadi :
penambahan curah jantung, volume plasma dan volume cairan ekstraselular, disertai
peningkatan aliran plasma ginjal dan laju filtrasi glomerulus
penambahan / retensi air dan natrium yang dapat ditukar di dalam tubuh, peningkatan TBW /
total body water
akibatnya terjadi aktifasi sistem renin-angiotensin dan penurunan ambang osmotik untuk
pelepasan mediator vasopresin dan stimulasi dahaga.
akibatnya pula terjadi penurunan konsentrasi natrium dalam plasma dan penurunan osmolalitas
plasma, sehingga terjadi edema pada 80% wanita yang hamil.
Terjadi peningkatan volume plasma sampai 25-45%, dengan jumlah eritrosit meningkat hanya
sedikit (kadar hemoglobin menurun akibat anemia relatif). Cardiac output meningkat sampai 2040%. Resistensi perifer juga menurun, sering tampak sebagai varisces tungkai. Leukosit meningkat
sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antiibodi fisiologik yang terjadi pada kehamilan. Infeksi
dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3. Trombosit meningkat sampai 300.000-600.000/mm3,
tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada kehamilan dan persalinan. Fibrinogen juga
meningkat 350-750 mg/dl (normal 250-350 mg/dl). Laju endap darah meningkat. Protein total
meningkat, namun rasio albumin-globulin menururn karena terjadi penurunan albumin alfa-1, alfa2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1, alfa-2 dan beta. Faktor-faktor pembekuan meningkat.
5. Metabolisme
Basal metabolic rate meningkat sampai 15%, terjadi juga hipertrofi tiroid. Kebutuhan karbohidrat
meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari (menyusui). Kebutuhan protein 1
g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar kolesterol plasma meningkat sampai 300
g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor, magnesium, cuprum meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai
kadar 800 mg, untuk pembentukan hemoglobin tambahan.
(baca juga kuliah diabetes mellitus)
68

Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal, terjadi kadar glukosa plasma ibu
yang lebih rendah secara bermakna karena :
ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat,
produksi glukosa dari hati menurun
produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
aktifitas ekskresi ginjal meningkat
efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta lainnya,
hormon2 ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors, dsb).
Selain itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino. Terjadi juga peningkatan
aktifitas enzim-enzim metabolisme pada umumnya.
6. Traktus urinarius
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen dan
progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat sampai 60%-150%. Dinding
saluran kemih dapat tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin
hidronefrosis sementara.
Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
7. Kulit
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan berupa
hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, linea alba (-> linea grisea), striae
lividae pada perut, dsb.
DIAGNOSTIK KEHAMILAN
Berdasarkan perubahan-perubahan anatomik dan fisiologik, dapat dikumpulkan hal-hal yang
mungkin bermakna pada pemeriksaan fisis maupun penunjang, untuk menuju pada diagnosis
kehamilan.
Gejala dan tanda yang dapat mengarahkan diagnosis adanya suatu kehamilan :
1. amenorea (sebenarnya bermakna jika 3 bulan atau lebih)
2. pembesaran uterus (tampak disertai pembesaran perut, atau pada kehamilan muda diperiksa
dengan palpasi)
3. adanya kontraksi uterus pada palpasi (Braxton-Hicks)
4. teraba/terasa gerakan janin pada palpasi atau tampak pada imaging. Ballotement (+). Jika (-)
curiga mola hidatidosa.
5. terdengar jantung janin (dengan alat Laennec/ Doppler) atau visual tampak jantung berdenyut
pada imaging (fetal ultrasound echoscopy).
6. teraba bagian tubuh janin pada palpasi (Leopold) atau tampak pada imaging (ultrasonografi)
7. perubahan serviks uterus (Chadwick / Hegar sign)
8. kurva suhu badan meningkat
9. tes urine B-hCG (Packs test / GalliMainini) positif. Hati-hati karena positif palsu dapat juga terjadi
misal karena urine kotor, alat kadaluwarsa atau cara pemeriksaan yang salah.
10. Titer B-hCG meningkat pada kehamilan sekitar 90 hari, kemudian menurun seperti awal
kehamilan, bahkan dapat sampai tidak terdeteksi.
11. perasaan mual dan muntah berulang, morning sickness.
12. perubahan payudara
13. poliuria

9.8 Infertilitas
Apa itu infertilitas?
Infertilitas (ketidaksuburan) merupakan kondisi ketidakmampuan pasangan untuk mendapatkan
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi
selama 1 tahun atau lebih, atau jika pada wanita berusia 35 tahun selama 6 bulan atau lebih.
Bagaimana infertilitas bisa terjadi?
69

Kehamilan bisa terjadi bila ada proses berikut: tubuh wanita melepaskan sel telur dari salah satu
indung telur (proses ovulasi), sel telur itu akan berjalan melewati tuba falopi menuju uterus (rahim).
Selama perjalanan menuju uterus tersebut harus ada sperma dari pria yang akan bergabung
dengan sel telur (proses pembuahan). Sel telur yang telah dibuahi akan menempel ke bagian dalam
uterus (proses implatansi). Terdapatnya gangguan atau masalah di salah satu proses di atas bisa
mengakibatkan infertilitas.
Apa penyebabnya?
Infertilitas bisa disebabkan oleh salah satu pasangan atau mungkin bahkan keduanya, dan masingmasing memiliki peluang yang sama besar sebagai penyebab infertilitas.
Penyebab infertilitas pada pria, antara lain:
Kegagalan menghasilkan sperma berkualitas akibat cacat bawaan sejak lahir (genetik),
kegagalan testis (buah zakar) untuk turun ke kantung buah pelir (scrotum) selama pubertas,
infeksi berulang, atau penyakit pada masa pertumbuhan anak.
Gangguan pada pengeluaran sperma akibat adanya gangguan seksual seperti ejakulasi dini
atau painful intercouse (dyspareunia); gangguan kesehatan seperti retograde ejaculation;
penyakit genetik tertentu seperti cystic fibrosis; atau gangguan struktural seperti
penyumbatan pada saluran sperma (epididymis).
Faktor gaya hidup dan lingkungan seperti pola makan, obesitas, polusi udara (paparan zat
beracun), kebiasaan minum alkohol dan merokok, mengkonsumsi obat-obatan tertentu,
pekerjaan yang mengharuskan duduk berjam-jam dan bersinggungan dengan radiasi tinggi,
serta kebiasaan memangku laptop.
Gangguan yang terkait dengan kanker dan pengobatannya seperti radiasi dan kemoterapi.
Faktor usia, pria berusia 40 tahun kurang subur dibandingkan dengan pria yang lebih muda.
Penyebab infertilitas pada wanita, antara lain:
Kerusakan atau penyumbatan tuba falopi biasanya akibat adanya inflamasi di tuba falopi
(salpingitis) yang penyebab utamanya yaitu infeksi penyakit menular seksual (Chlamydia).
Endometriosis terjadi ketika jaringan rahim tertanam dan tumbuh di luar rahim, sehingga
bisa mempengaruhi fungsi sperma, sel telur dan indung telur, uterus, dan tuba falopi.
Gangguan ovulasi akibat cedera, tumor, aktivitas yang berlebihan, berat badan kurang, atau
pemakaian obat-obatan tertentu.
Peningkatan prolaktin (hyperprolactinemia)
Polycystic ovary syndrome (PCOS) merupakan suatu kondisi di mana tubuh menghasilkan
terlalu banyak hormon androgen, dan dikaitkan dengan resistensi insulin dan obesitas.
Menoupase dini yaitu suatu kondisi berhentinya menstruasi dan penipisan folikel ovarium
dini sebelum usia 40 tahun. Meski penyebanya sering tidak diketahui, namun kondisi
tertentu berhubungan dengan menopause dini, sepertti penyakit sistem imun, pengobatan
radiasi dan kemoterapi, dan merokok.
Penyebab lainnya: pemakaian obat-obatan tertentu, gangguan tiroid (hipertiroid, hipotiroid),
kanker dan pengobatannya, atau gangguan kesehatan lainnya yang terkait dengan
keterlambatan pubertas atau amenorrhea seperti Cushings disease, sickle cell disease,
penyakit ginjal dan diabetes.
Selain itu beberapa faktor risiko bisa meningkatkan infertilitas pada pria dan wanita, seperti:
usia, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, kelebihan atau kekurangan berat badan, dan
aktivitas yang berlebihan.
Bagaimana gejalanya?
Ketidakmampuan pasangan untuk mendapatkan kehamilan adalah gejala utama infertilitas. Selain
itu, tidak terdapat gejala yang lebih jelas atau khas. Pada beberapa kasus, wanita yang mengalami
infertilitas memiliki periode menstruasi yang tidak teratur (abnormal). Sementara pria yang
mengalami infertilitas seringkali memiliki masalah hormonal seperti perubahan pertumbutan
rambut atau fungsi seksual.
Bagaimana diagnosisnya?

70

Mengetahui penyebab infertilitas sangat perlu untuk bisa segera mengatasi kondisi sulit
mendapatkan keturunan. Penyebab infertilitas bisa diketahui awalnya melalui pemeriksaan riwayat
medis (anamnesa) dan pemeriksaan fisik oleh dokter, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang diagnosa lainnya seperti seperti pemeriksaan laboratorium dan ultrasound).
Pemeriksaan laboratorium bagi pria yang umumnya dilakukan:
Analisa sperma
Folicle-stimulating hormone (FSH)
Luteinizing hormone (LH)
Testosteron
Prolaktin
Sementara pemeriksaan ultrasound bagi pria yaitu transrectal and scrotal ultrasound. Pemeriksaan
ini dapat membantu dokter untuk melihat adanya retograde ejaculation dan kerusakan pembuluh
ejakulator.
Pemeriksaan laboratorium bagi wanita yang umumnya dilakukan:
Thyroid-stimulating hormone (TSH)
Prolaktin
Luteinizing hormone (LH)
Folicle-stimulating hormone (FSH)
Progesteron

Sementara pemeriksaan ultrasound bagi wanita yaitu:


Hysterosalpingography (HSG) untuk melihat kondisi uterus dan tuba falopi.
Laparoscopy untuk memeriksa indung telur, tuba falopi dan uterus terkait masalah penyakit
seperti jaringan parut dan endometriosis.

Pengobatan yang dilakukan


Pemilihan pengobatan untuk infertilitas umumnya berdasarkan pada berapa lama terjadinya
infertilitas, penyebab infertilitas dan faktor usia.
Untuk pria, bila penyebab infertilitasnya adalah gangguan seksual seperti impotensi atau ejakulasi
dini bisa diatasi dengan pemberian obat atau perubahan perilaku. Bila penyebabnya adalah
produksi sperma yang kurang, biasanya dilakukan tindakan pembedahan, pemberian obat hormon
reproduksi, atau dengan bantuan teknologi reproduksi (assisted reproductive technology/ART).
Untuk wanita, obat penyubur merupakan pilihan utama untuk mengatasi infertilitas yang
disebabkan oleh gangguan ovulasi. Obat penyubur bekerja layaknya FSH dan LH untuk merangsang
ovulasi. Beberapa obat penyubur antara lain: klomifen sitrat, pergonal (ekstrak FSH dan LH), human
chorionic gonadotropin (HCG), hypothalamic releasing factors, bromokriptin, dan sebagainya. Bila
penyebabnya adalah kondisi yang terkait dengan tuba falopi seperti penyumbatan, biasanya
dilakukan tindakan pembedahan.
Bila penyebab infertilitas sudah cukup parah dan tidak bisa diatasi dengan pemberian obat ataupun
pembedahan, maka tindakan yang diambil adalah dengan ART seperti in vitro fertilization (IVF),
meningkatkan ejakulasi dengan stimulasi elektrik atau vibrator, aspirasi sperma dengan
pembedahan, intracytoplasmic sperm injection (ICSI), dan assisted hatching.

9.9 Abortus
1. Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar kandungan. Batasan
abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram
( Greenhill, 1965). Sedang menurut WHO /FIGO (1998) adalah jika kehamilan kurang dari 22
minggu, bila berat janin tidak diketahui. Di Indonesia umumnya batasan untuk abortus adalah
sesuai dengan definisi Greenhill yaitu jika umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram. Abortus spontan dibagi menjadi abortus awal dan abortus yang terlambat.
Abortus awal terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Abortus yang terlambat terjadi
pada usia kehamilan 12 sampai 20 minggu (Gilbert dan Harmon,2003).
71

2. Frekuensi dan Rekurensi


Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila
terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga
pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap haid yang terlambat. Diperkirakan
frekuensi abortus spontan berkisar antara 10 dan 15 % (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2000).
Rekurensi terjadinya abortus sebanyak 20 % jika terdapat riwayat 1 kali abortus spontan
sebelumnya, 35 % jika terdapat riwayat 2 kali abortus spontan sebelumnya, 50 % jika terdapat
riwayat 3 abortus spontan sebelumnya, dan 30 % jika terdapat riwayat 3 kali abortus spontan
sebelumnya dan telah 1 kali mengalami partus spontan ( Naylor, 2005)
3. Etiologi
Lebih dari 80 % abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian
menurun secara cepat ( Cunningham dkk., 2000). Penelitian menunjukkan bahwa hampir 60 %
abortus awal (sebelum 12 minggu pertama kehamilan) memiliki abnormalitas kromosom (Gilbert
dan Harmon, 2003).
Menurut Siegler dan Eastman, abortus terjadi pada 10% kehamilan. Rumah Sakit Pirngadi Medan
juga mendapati angka 10 % dari seluruh kehamilan. Menurut Eastman, 80% abortus terjadi pada
bulan ke 2-3 kehamilan, sementara Simens mendapatkan angka 76 % ( Mochtar,1998)
Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus dini ini, dan kemudian
secara pasti dan cepat angka ini akan menurun. Risiko abortus spontan kelihatannya semakin
meningkat dengan bertambahnya paritas disamping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah
(Cunningham dkk.,2000). Frekuensi abortus yang dikenali secara klinis bertambah dari 12 % pada
wanita yang berusia kurang dari 20 tahun, menjadi 26 % pada wanita berumur diatas 40 tahun.
Insiden abortus bertambah jika kandungan wanita tersebut melebihi umur 3 bulan (Cunningham
dkk.,2000).
Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya, pada
kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup (Wibowo dan
Wiknjosastro,1999). Mekanisme pasti yang bertanggung jawab atas peristiwa abortus tidak tampak
jelas, tetapi dalam beberapa bulan kehamilan, ekspulsi ovum yang terjadi secara spontan hampir
selalu didahului kematian embrio atau janin. Dengan alasan tersebut, pertimbangan untuk
menentukan etiologi abortus dini harus melibatkan kepastian mengenai penyebab kematian janin.
Dalam beberapa bulan kehamilan berikutnya, sering ditemukan sebelum ekspulsi masih hidup
dalam uterus (Cunningham dkk.,2000).
Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus, dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu :
3.1. Faktor fetal
Penemuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini spontan adalah abnormalitas
dalam perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau kadang-kadang plasenta. Perkembangan
janin yang abnormal, khususnya dalam trimester pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan
menjadi perkembangan janin dengan kromosom yang jumlahnya abnormal (aneuploidi) atau
perkembangan janin dengan komponen kromosom yang normal (euploidi).
Abnormalitas kromosom sering terjadi di antara embrio dan janin fase awal yang mengalami
abortus spontan serta menjadi sejumlah besar atau sebagian besar kehamilan awal yang sia-sia.
Penelitian menyebutkan bahwa 50 60 % dari abortus dini spontan berhubungan dengan anomali
kromosom pada saat konsepsi.
Menurut Hertig dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan.
Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus spontan, maka 48,9 % disebabkan oleh ovum
yang patologis (Mochtar,1998).
Hasil konsepsi dengan kromosom normal yang mengalami abortus biasanya akan menghilang
belakangan dalam kehamilan. Laporan menyatakan bahwa abortus an euploidi terjadi pada atau
72

sebelum kehamilan 8 minggu, sedangkan abortus euploidi mencapai puncaknya sekitar 13 minggu
(Cunningham,2000). Insiden abortus euploidi akan meningkat secara dramatis setelah usia
maternal 35 tahun. Namun sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut belum diketahui secara pasti.
Dua keadaan yang mungkin menjadi penyebab terjadinya abortus diatas : (1) abnormalitas genetik
(2) sejumlah kasus maternal (Cunningham dkk.,2000).

1.

1.

1.

1.

1.

3.2. Faktor maternal


Penyakit maternal berkaitan dengan abortus euploidi. Peristiwa abortus tersebut mencapai
puncaknya pada kehamilan 13 minggu (Cunningham dkk.,2000).
Keadaan yang menjadi faktor penyebab adalah :
Infeksi
Beberapa infeksi kronis pernah terlibat atau sangat dicurigai sebagai penyebab abortus,
diantaranya Listeria monocytogenes dan Toxoplasma.
Pengaruh endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes mellitus, dan defisiensi
progesteron. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum
atau plasenta, mempunyai kaitan dengan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi
mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi
pada hasil konsepsi dan berperan dalam peristiwa kematian janin.
Faktor imunologis
Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang berhubungan dengan abortus,
yaitu : mekanisme alloimun dan mekanisme autoimun. Mekanisme autoimun adalah mekanisme
timbulnya reaksi seluler atau humoral yang ditujukan kepada suatu lokasi spesifik dalam tubuh
hospes. Alogenitas digunakan untuk menjelaskan ketidaksamaan genetik antar binatang dari
spesies yang sama. Janin manusia merupakan cangkokan alogenik yang diterima dengan baik oleh
tubuh ibu berdasarkan alasan yang tidak diketahui secara lengkap. Beberapa mekanisme imunologi
dilaporkan bekerja untuk mencegah penolakan janin. Mekanisme tersebut mencakup faktor
histokompatibilitas, faktor penghambat sirkulasi, faktor supressor lokal dan antibodi
antileukositotoksik maternal atau anti paternal. Tidak adanya atau tidak disintesisnya salah satu
faktor diatas oleh tubuh ibu menyebabkan terjadinya reaksi imun maternal abnormal yang berbalik
melawan antigen dalam plasenta atau dalam jaringan janin lainnya dan mengakibatkan abortus.
Gamet yang menua
Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden abortus spontan. Gamet yang
bertambah tua dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya abortus.
Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, myoma uteri, atau kelainan-kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus,
tetapi hanya retroversio uteri gravidi incarserata atau myoma submukosa yang memegang peranan
penting (Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2000).
3.3. Faktor paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam proses timbulnya abortus
spontan. Translokasi kromosom dalam sperma dapat menimbulkan zigot yang mendapat bahan
kromosom terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus (Cunningham,2000).

4. Patologi
Abortus biasanya disertai dengan pendarahan didalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di
dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Hal tersebut menyebabkan
ovum dapat terlepas seluruhnya atau sebagian dan mungkin menjadi benda asing dalam uterus,
sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.
Sebelum minggu kesepuluh, hasil konsepsi biasanya akan dikeluarkan lengkap. Hal ini disebabkan
karena villi koriales belum menanamkan diri dengan erat kedalam desidua, hingga hasil konsepsi
mudah lepas. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan secara sempurna yang dapat menyebabkan
73

banyak pedarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas, umumnya mula-mula dikeluarkan setelah
ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang lengkap
terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap (Wibowo dan
Wiknjosastro,1999).
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong amnion
kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin
pula janin lahir mati atau dilahirkan hidup.
5. Klasifikasi
Berdasarkan jenis tindakan yang dilakukan, abortus dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Abortus spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan dan terjadi dengan sendirinya (Wibowo dan
Wiknjosastro,1999). Jenis abortus spontan merupakan 20 % dari semua abortus (Anonim,1981).
2. Abortus provokatus
Yaitu abortus yang terjadi akibat tindakan atau disengaja. Merupakan 80 % dari semua kasus
abortus (Anonim,1981).
Abortus provokatus dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Abortus provokatus therapeutik
Adalah abortus provokatus atas indikasi medik yaitu kehamilan yang dapat membahayakan jiwa ibu,
misalnya karena pasien menderita penyakit jantung yang berat (Anonim,1981). Adalah peristiwa
pengakhiran kehamilan karena penyakit atau kelainan yang serius pada ibu dan jika kehamilan
dilanjutkan akan membahayakan jiwa ibu (Eastman,1956).
b. Abortus provokatus kriminalis
adalah abortus provokatus tanpa ada alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum.
Berdasarkan gambaran klinik, abortus dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu :
1. Abortus imminens
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, sedang hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks (Wibowo dan
Wiknjosastro,1999).
Diagnosis abortus imminens diduga bila perdarahan berasal dari intrauteri muncul selama
pertengahan pertama kehamilan, dengan atau tanpa kolik uterus, tanpa pengeluaran hasil konsepsi
dan tanpa dilatasi serviks. Menurut Taber (1994), umumnya kira-kira 50 % wanita dengan gejala
abortus imminens kehilangan kehamilannya, persentase kecil lahir prematur dan lainnya berlanjut
ke kelahiran cukup bulan.
2. Abortus insipiens
Abortus insipiens ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa
mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah (Wibowo dan Wiknjosastro,1999).
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat dan sering, serviks terbuka
3. Abortus inkompletus
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan abortus ini dapat banyak sekali,
sehingga dapat menyebabkan perdarahan banyak dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi
dikeluarkan.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi,serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
4. Abortus kompletus
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit,ostium uteri sebagian besar telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks menutup, ada keluar jaringan, tidak
ada sisa dalam uterus.
5. Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin sebelum usia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih (Wibowo dan Wiknjosastro,1999). Setelah retensi yang
lama dari hasil konsepsi yang mati, dapat terjadi kelainan pembekuan darah yang serius, khususnya
74

bila kehamilan telah mencapai trimester kedua sebelum janin mati (Cunningham dkk.,2000).
6. Abortus habitualis
Definisi abortus spontan yang berkali-kali (habitualis) telah dibuat berdasarkan berbagai kriteria
jumlah dan urutannya, tapi definisi yang paling mungkin diterima saat ini adalah abortus spontan
yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih (Cunningham dkk.,2000)
Menurut Hertig abortus spontan terjadi dalam 10 % dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6
9,8 % dari abortus spontan.
Etiologi :
(1) Kelainan ovum atau spermatozoa, dimana bila terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan
yang patologis
(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, korpus luteum, kesalahan plasenta yaitu
tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis, kelainan
anatomis, hipertensi dan keadaan malnutrisi.

6. Manifestasi Klinis
Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus
Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau
busuk dari vagina
b. Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,ada/tidak
jaringan keluar dari ostium, ada/tidak jaringan berbau busuk dari ostium
c. Vaginal toucher : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat portio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri

9.10 Panggul Pria dan Wanita


RONGGA PANGGUL
Rongga panggul dibagi atas dan bawah oleh bidang apertura pelvis superior (dalam obstetri sering
disebut sebagai pintu atas panggul, PAP).
Apertura pelvis superior dibentuk oleh :
- promontorium os sacrum di bagian posterior
- linea iliopectinea (linea terminalis dan pecten ossis pubis) di bagian lateral
- symphisis os pubis di bagian anterior
Inklinasi panggul
adalah sudut yang terbentuk antara bidang yang melalui apertura pelvis superior dengan bidang
horisontal (pada keadaan normal sebesar 60).
Bagian di atas / kranial terhadap apertura pelvis superior disebut sebagaipelvis spurium (pelvis
major), merupakan bagian bawah / kaudal daripada rongga abdomen.
Makna obstetriknya adalah untuk menahan alat-alat dalam rongga perut dan menahan uterus yang
berisi fetus yang terus bertambah besar secara bermakna mulai usia kehamilan bulan ketiga.
Bagian di bawah / kaudal terhadap apertura pelvis superior disebut sebagai pelvis verum (pelvis
minor), merupakan rongga panggul yang sangat menentukan kapasitas untuk jalan lahir bayi pada
waktu persalinan (verum=sebenarnya, disebut juga true pelvis).

Dinding-dinding rongga panggul


75

1. dinding anterior : pendek, dibentuk oleh corpus, rami dan symphisis ossium pubis
2. dinding posterior : dibentuk oleh permukaan ventral os sacrum dan os coccygis serta muskulus
pyriformis yang membentang pada permukaan ventral os sacrum dan diliputi oleh fascie pelvis.
3. dinding lateral : dibentuk oleh bagian os coxae di bawah apertura pelvis superior, membrana
obturatoria, ligamentum sacrotuberosum, ligamentum sacrospinosum, dan muskulus obturator
internus dengan fascia obturatoria.
4. dinding inferior / dasar panggul : dibentuk oleh diaphragma pelvis (mm.levator ani, mm coccygei,
fascia diaphragmatis pelvis, trigonum urogenitale) yang berfungsi menahan alat-alat rongga
panggul. Diaphragma pelvis membagi lagi rongga panggul bagian bawah menjadi bagian rongga
panggul utama (bagian atas diaphragma pelvis) dan bagian perineum (bagian bawah diaphragma
pelvis).

PELVIS VERUM
Mempunyai pintu masuk yaitu apertura pelvis superior, dan pintu keluar apertura pelvis
inferior (dalam obstetri disebut sebagai pintu bawah panggul, PBP).
Apertura pelvis inferior merupakan dua segitiga yang bersekutu pada alasnya (pada garis yang
menghubungkan kedua tuber ischiadica), dibentuk oleh :
1.
segitiga bagian dorsal, trigonum anale, dibentuk oleh kedua ligamentum sacrotuberosum dan
puncaknya terletak pada os coccygis.
2.
segitiga bagian ventral, trigonum urogenitale, dibentuk oleh ramus inferior os pubis dan
ramus inferior os ischium kiri dan kanan, dan puncaknya terletak pada symphisis os pubis.
Cavum pelvis (rongga panggul) yang mempunyai kepentingan obstetrik pada proses persalinan
adalah rongga yang terletak antara pintu masuk dan pintu keluar panggul tersebut, berupa saluran
pendek yang melengkung dengan bagian cekung menghadap ke depan.

KLASIFIKASI PANGGUL CALDWELL-MOLOY


Ada 4 tipe panggul dasar / karakteristik, menurut klasifikasi Caldwell-Moloy :
1. tipe gynaecoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips melintang kiri-kanan, hampir mirip
lingkaran. Diameter transversal terbesar terletak di tengah. Dinding samping panggul lurus.
Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).
2. tipe anthropoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter
transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul juga lurus. Merupakan jenis
panggul tipikal golongan kera (ape type).
3. tipe android : bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter transversal terbesar terletak
di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah
bawah. Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).
4.tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti kacang atau ginjal. Diameter transversal
terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping panggul membentuk sudut yang makin lebar ke
arah bawah.

PERBEDAAN BENTUK PANGGUL WANITA DAN PRIA


1. Pada wanita, dinding pelvis spurium dangkal, SIAS menghadap ke ventral. Pada pria, dinding
pelvis spurium tajam / curam, SIAS menghadap ke medial.
2. Pada wanita, apertura pelvis superior berbentuk oval. Pada pria, apertura pelvis superior
berbentuk heart-shaped, lengkung, dengan promontorium os sacrum menonjol ke anterior.
3. Pada wanita, pelvis verum merupakan segmen pendek suatu kerucut panjang. Pada pria, pelvis
verum merupakan segmen panjang suatu kerucut pendek.
4. Pada wanita, ukuran-ukuran diameter rongga panggul lebih besar (perbedaan sampai sebesar
0.5-1.5 cm) dibandingkan ukuran-ukuran diameter rongga panggul pria.
5. Pada wanita, apertura pelvis inferior berbentuk bundar, diameter lebih besar. Pada pria,
76

apertura pelvis inferior berbentuk lonjong dan kecil.


6. Pada wanita, angulus subpubicus adalah sudut lebar / besar. Pada pria, angulus subpubicus
merupakan sudut tajam / kecil.

BEBERAPA UKURAN PANGGUL WANITA YANG MEMILIKI MAKNA / KEPENTINGAN OBSTETRIK


Diameter anteroposterior pintu atas panggul (conjugata interna, conjugata vera)
Jarak antara promontorium os sacrum sampai tepi atas symphisis os pubis. Tidak dapat diukur
secara klinik pada pemeriksaan fisis.
Secara klinik dapat diukur conjugata diagonalis, jarak antara promontorium os sacrum dengan tepi
bawah symphisis os pubis, melalui pemeriksaan pelvimetri per vaginam.
Diameter obliqua pintu atas panggul
Jarak dari sendi sakroiliaka satu sisi sampai tonjolan pektineal sisi kontralateralnya
(oblik/menyilang).
Diameter transversa pintu atas panggul
Diameter terpanjang kiri-kanan dari pintu atas panggul. Bukan sungguh diameter karena tidak
melalui titik pusat pintu atas panggul.
Diameter / distantia interspinarum pada rongga panggul
Jarak antara kedua ujung spina ischiadica kiri dan kanan.
Diameter anteroposterior pintu bawah panggul
Jarak antara ujung os coccygis sampai pinggir bawah symphisis os pubis.
Diameter transversa pintu bawah panggul
Jarak antara bagian dalam dari kedua tuberositas os ischii.
Diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul
Jarak antara bagian tengah diameter transversa sampai ke ujung os sacrum.

PERKIRAAN UKURAN RATA-RATA PANGGUL WANITA NORMAL


Pintu atas panggul (pelvic inlet)
Diameter transversa (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua
diameter minimal 22.0 cm.
Pintu tengah panggul (mid pelvis)
Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. Jumlah ratarata kedua diameter minimal 20.0 cm.
Pintu bawah panggul (pelvic outlet)
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum +10.5 cm. Jumlah rata-rata
kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang
sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.

77

10. KESIMPULAN

Ny. Pregnita dan suaminya menikah pada usia yang tua meningkatkan faktor risiko, dan Ny. Pregnita
mengalami abortus imminens.
Esterogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara. Progesteron menambah sel asinus pada
mammae. Somatomamotrofi memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,laktabumin,dan
laktoglobulin, serta penimbunan lemak sekitar alveolus payudara. Menyebabkan dada terasa kencang.
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain itu terjadi juga
perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi, dll. Pada keadaan patologik tertentu
dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).
Curah jantung meningkat sedini minggu kelima kehamilan dan peningkatan awal ini merupakan fungsi
dari penurunan resistensi vascular sistemik serta peningkatan frekuensi denyut jantung.
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat pengaruh estrogen dan progesteron.
Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat sampai 60%-150%. Dinding saluran kemih dapat
tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan ibu hamil sering buang air kecil.
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan berupa
hiperpigmentasi areola dan nipple.

78

12. DAFTAR PUSTAKA


Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta: EGC.
Moore, K. L. 1993. The Developing Human: Clinically Oriented Embryology, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders
American College of Obstetrican and Gynecologist ; ACOG tehnical Bulletin no. 212, Early Pregnancy Loss
September 1995.
Albar, Erdjan. 2007. Ilmu Kandungan Kontrasepsi. Edisi kedua Cetakan Kelima. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Blohm F, Platz-Christensen JJ et al : Expectant management of first trimester-miscarriage in clinical practiece.
Acta Obstet Gynecol Scand 82;654, 2003
Baltzer, F.R., et al. 1983. Landmarks during the first forty-two days of gestation demonstrated by the B-sub-unit
of human chorionic gonadotropin and ultrasound. Am. J. Obstet. Gynecol. 146(8):973-979
Farrer, Helen. Perawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Army. 2006. Dasar-dasar Ilmu Kebidanan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Bobak. 2004. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta .
Cunningham, F.G, dkk. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21 Bahasa Indonesia. EGC. Jakarta.
Kusmiyati, yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil . Yogyakarta: Fitra Maya.
WHO. 2003. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Pusdiknakes-WHO. 2003. Asuhan Antepartum.
Saifuddin, Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Granger K, Pattison N. 1994. Vaginal Bleeding In Pregnancy J. Obstetri dan Gynekologi. 20:14-16
Fraser, Diane M. 2009. Myles Buku Ajar Bidan . Edisi 14 EGC. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.
Scherzer WJ, McClamrock H. 1996. Amenorrhea. In: Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Novaks gynecology. 12 th
edition. Baltimore: Williams & Wilkins : 820-832
Soejoenoes, A.& Wibowo, B. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Halaman 275-280, 303-308

79

Speroff, L., et al. 1994. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Baltimore: Williams and Wilkins: 401456
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : 203-223
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Hartanto, Hanafi. 1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hidayati, Ratna. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Penerbit Salemba.
Mansjoer,A., dkk, 2005. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam., Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas kedokteran UI. Hal 261, 265-266, 375-376, 379.
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Nardho, Gunawan. 1991. Kebijaksanaan Dep.Kes. RI, dalam upaya menurunkan kematian maternal. Simposium
Kemajuan Pelayanan Obstetri I. Semarang Penerbit UNDIP : 1-4
Prawirohardjo, S. &Wiknjosastro, H.. 2007. Ilmu Kandungan Mola Hidatidosa. Edisi kedua Cetakan Kelima.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

80

Anda mungkin juga menyukai