A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. I
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Kp. Seuseupan, Kec. Ciranjang
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Status Pernikahan: Menikah
No. RM
: 61XXXXX
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Luka disertai benjolan di payudara kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak + 1 tahun yang lalu, pasien mengeluh adanya benjolan pada payudara kanan.
Benjolan sebesar kelereng kemudian semakin lama semakin membesar. Lalu
dilakukan operasi pengambilan sampel benjolan. Luka operasi tidak dikontrol oleh
pasien ke RS melainkan ke mantri. Oleh mantri pasien diberikan obat berupa salpe dan
pil, tetapi pasien lupa obat apa saja yang diberikan. Semakin lama luka berkembang
menjadi besar, gatal dan mengeluarkan nanah dan darah.
Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat penyakit yang sama disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat penyakit yang sama disangkal
o Riwayat penyakit keganasan disangkal
Riwayat Operasi
o Operasi biopsi insisi November 2013
Riwayat Alergi
o Alergi makanan disangkal
o Alergi obat ibu disangkal
Riwayat Menstruasi
Menarche saat usia 14 tahun, haid teratur dengan siklus 30 hari, lama haid 7 hari. Saat
ini pasien sudah menopause sejak + 1 tahun yang lalu.
Riwayat Obstetri
1.
2.
3.
4.
5.
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah usia 17 tahun. Perkawinan ke-1. Lama menikah 24 tahun
Riwayat KB
Paisen mengaku mulai menggunakan KB setelah melahirkan anak ke-3, dan pasien
mengaku hanya pernah menggunakan satu jenis alat KB, yaitu KB implant
Riwayat Psikososial
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien mengaku kebiasaan mengonsumsi
makanan asin seperti ikan asin dan lalapan.
: Normoceephale
Mata
Mulut
Gigi
: caries (-)
Leher
Dada
: asimetris
Jantung
: Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2 normal, murmur (-) gallop (-)
Paru paru
Abdomen
Inspeksi
: Tampak datar
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
ronkhi
Ekstremitas
Atas
Bawah
Status lokalis
Regio mammae dextra
Inspeksi
Pada payudara dextra terdapat nodul (+), ulkus (+), discharge (+), hiperemis
(+)
Palpasi
RESUME
Seorang perempuan usia 55 tahun MRS dengan keluhan adanya luka dan benjolan
pada payudara kanan. Benjolan dirasakan sejak + 1 tahun yang lalu. Benjolan awalnya
sebesar kelereng kemudian semakin lama semakin membesar. Lalu dilakukan operasi
pengambilan sampel benjolan. Luka operasi tidak dikontrol oleh pasien ke RS
melainkan ke mantri. Oleh mantri pasien diberikan obat berupa salep dan pil, tetapi
pasien lupa obat apa saja yang diberikan. Semakin lama luka berkembang menjadi
besar, gatal dan mengeluarkan nanah dan darah.
Pada payudara dextra terdapat nodul (+), ulkus (+), discharge (+), hiperemis
(+)
Palpasi
D. ASSESSMENT
Tumor mammae dextra suspek Carsinoma mammae dextra (T4bN0Mx)
E. RENCANA
Usulan radical mastektomi, kemoterapi, radioterapi
F. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: dubia at bonam
: dubia at malam
: dubia at bonam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Payudara
Payudara perempuan atau kelenjar mammae terletak pada dinding anterior thorax
jaringan subkutaneus (fascia superficial). Ukuran payudara atau kelenjar mammae setiap
individu bervariasi, batas-batas payudara atau kelenjar mammae, yaitu batas superior :
costa 2, batas inferior : costa 6, batas medial : sternum, dan batas lateral : linea mid
axillaris. Duktus lactiferus menyatu kearah radial untuk membuka puting susu. Jaringan
fibrous menghubungkan dermis dari kulit ke fascia, dan untuk menjaga tonjolan payudara
muda, payudara yang atrofi pada menjadi pendulus, penyebab pitting kulit pada karsinoma.
Antara jaringan kapsul dengan fascia pectoralis mayor disebut dengan ruang
retromammary. Dilalui oleh percabangan limfatik dan vaskularisasi. Kelenjar getah bening
axillaris dipisahkan menjadi tiga tingkatan berdasarkan muskulus pectoralis minor, yaitu
tingkat 1 Kelenjar limfe dari muskulus pectoralis lateral, tingkat 2 nodus dibawah otot,
tingkat 3 nodus medial yang berasal dari muskulus pectoralis minor. Kelenjar limfe
interpectoralis axillaris anterior terletak diantara muskulus pectoralis mayor dan muskulus
pectoralis minor.
A. Vaskularisasi Payudara
1. Arteri
Suplai darah berasal dari arteri thoracic lateralis dengan percabangan disekitar perbatasan
pektoralis mayor dan percabangan lainnya. Arteri thoracic interna juga mempunyai
percabangan melalui ruang intercostalis. Pasokan darah payudara didapatkan dari rami
perforans arteriae thoracicae internae dan arteriae intercostales. Arteri axillaris juga
mengalir darah ke glandula mammae, yaitu melalui cabang-cabangnya, arteri thoracica
lateralis dan arteria thoracoacromialis.
2. Vena
Vena mengikuti arteri, pada aksilla, pada internal thorakalis dan aliran vena pada kelenjar
payudara terdapat di intercosta 3 sampai intercosta 5
a.axillary
a.mammary interna
a.intercostal posterior
a.thoracic lateral
getah
torakodorsalis,
bening
mulai
terletak
dari
sepanjang
percabangan
vasa
v.
suskapularis
Aksilaris
dan
menjadi
v.
ke
sedikit
medial
dari
percabangan
v. Aksilaris
v.
Torakoakromialis.
6. Kelenjar getah bening subklavikula. Kelenjar ini terletak sepanjang v.
Aksilaris, mulai dari sedikit medial percabangan v. Aksilaris v. Torakoakromialis sampai v. Aksilaris menghilang dibawah tendon m. Subklavius.
Kelenjar ini merupakan kelenjar tertinggi dan kelenjar yang letaknya paling
medial.
Nervus
N. torasikus (of Bell)
Persarafan
Serratus anterior
Defisit fungsional
Winging scapula
N. torakodorsalis
Latissimus dorsi
menuju
bagian lengan
dalam lengan
Tabel 1. Persyarafan Payudara
2.2 Fisiologi Payudara
Payudara terdiri dari stroma fibrosa padat dan dilapisi oleh epitel yang sangat padat. Di
Amerika Serikat, puberitas ditentukan dari perkembangan payudara dan pertumbuhan
rambut kemaluan biasanya terjadi pada usia 9 tahun dan 12 tahun selain itu juga di tandai
dengan menarche (awal siklus haid/menstruasi) biasanya terjadi pada usia 12 tahun sampai
13 tahun. Pembentukan dan pertumbuhan payudara bergantung pada hormon estrogen,
hormon progesteron, dan hormon prolaktin yang sangat penting dalam perkembangan
fungsi payudara. Hormon esterogen sebagai perkembangan duktus, hormon progesteron
sebagai perkembangan lobus dan kelenjar epitel pada payudara. Hormon prolaktin hormon
yang merangsang laktogenesis post partum, hormon adrenal, hormon pituitari, hormon
oxytosin, hormon tiroid, hormon kortisol, hormon pertumbuhan. Istilah prapubertas
ginekomastia mengacu pada masa perkembangan pada anak perempuan sebelum usia 12
tahun dan disertai dengan perubahan pubertas yang lain. Pasca pubertas payudara
mengandung lemak, stroma, duktus laktiferus, dan unit lobular. Selama siklus menstruasi
berlangsung hormon ekstrogen, stroma dan kelenjar epitel berstimulasi.
yang
didiagnosa kanker payudara karena faktor risiko usia dan jenis kelamin, karena kanker
payudara sebagian besar diderita oleh perempuan, gender sering kali tidak dilihat sebagai
faktor risiko. Faktor risiko usia seringkali diabakaikan. Banyak perempuan, khususnya
perempuan muda dengan risiko tinggi kanker payudara. Usia faktor risiko utama pada
kanker payudara. Pada perempuan usia dibawah 30 tahun, kanker payudara sangat jarang.
Dari tahun 1992 sampai 1996, kejadian kanker payudara pada perempuan usia 35 tahun
sampai 39 tahun per 100.000. Namun pada perempuan usia 55 tahun sampai 59 tahun
296/100.000
2.6 Etiologi
Kanker payudara adalah hasil mutasi dalam satu atau lebih critical genes. Dua gen pada
perempuan dalam kromosom 17 terlibat. Gen paling penting disebut BRCA-1 (di 17q21);
lainnya adalah gen p53 (di 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 gen pada kromosom 13.
Gen keempat yang terlibat pada etiologi kanker payudara adalah gen reseptor androgen,
ditemukan di kromosom Y. Mutasi gen telah dikaitkan dengan beberapa kasus kanker
payudara laki-laki tetapi tidak pada kanker payudara perempuan.
Hasil penelitian dan kejadian epidemiologi yang berpengaruh kuat terhadap patogenesis
kanker payudara adalah pengaruh hormonal dan konsumsi makanan.
a. Faktor Hormonal
Perkembangan kanker payudara pada perempuan berkaitan dengan hormon. Menurut
epidemiologi faktor risiko kanker payudara dikaitkan dengan peningkatan paparan
estrogen dan endogen. Usia saat menarche, usia saat pertama kali melahirkan, usia
menopause semuanya mencakup faktor risiko kanker payudara. Pada perempuan
potsmenopause, obesitas dan post terapi hormon, keduanya berhubungan dengan tingkat
estrogen plasma dan tingkat estradiol plasma merupakan faktor risiko kanker payudara.
Angka kejadian kanker payudara meningkat tajam sampai usia menopause. Usia saat
menarche dan pembentukan siklus ovulasi sangat terkait dengan faktor risiko kanker
payudara. Pada perempuan yang mengalami menarche dini maka hormonnya lebih tinggi
dari pada perempuan yang terlambat menarche. Dari data tentang menarche dan
menopause, paparan hormon terhadap estrogen endogen merupakan faktor risiko kanker
payudara.
Pada perempuan yang hamil di usia lebih dari 30 tahun dan perempuan yang melahirkan di
usia kurang dari 18 tahun merupakan faktor risiko kenaker payudara. Pada nulipara selama
kehamilan, terjadi proliferasi, pertumbuhan, dan pematangan sel payudara untuk perisapan
laktasi mengarah ke pengembangan laktasi. Setelah itu, sel-sel ini akan lebih banyak
waktu untuk perbaikan DNA di G1. Efek dari hormon eksogen dalam bentuk terapi
hormon dan kontrasepsi oral, penelitian menunjukkan bahwa perempuan postmenopause
memiliki risiko lebih besar terkena kanker payudara dibanding dengan perempuan dengan
tingkat estrogen yang lebih rendah.
b. Asupan Makanan
Asupan makanan di negara-negara Barat biasanya tinggi lemak dan gula. Asupan makanan
dengan kandungan lemak dan total kalori berhubungan erat dengan kejadian kanker
payudara. Perempuan di negara maju 6 kali berisiko dibanding perempuan negara
berkembang di Asia. Rendahnya tingkat kanker payudara pada perempuan Asia
berhubungan dengan tingginya asupan phytoestrogen di Asia dibanding Amerika Serikat
dan Eropa.
Risiko peningkatan yang progresis pada kanker payudara terkait dengan usia kecuali
negara dengan asupan rendah lemak, dimana risikonya lebih stabil dan cenderung menurun
pada perempuan tua.
c. Hubungan Asupan Makanan dan Hormonal
Perbedaan kadar estrogen dan progestin pada populasi perempuan berhubungan dengan
perbedaan dalam konsumsi lemak. Diet tinggi lemak berhubungan dengan peningkatan
hormon sekresi. Obesitas berhubungan dengan meningkatnya produksi adrenal dari
androstenedione, yang akan diubah menjadi estrogen dalam jaringan lemak, dan sumber
produksi akan terus berubah setelah menopause. Dan akhirnya, Tumor promoting steorid
hormon akan larut lemak dan akan terakumulasi di jaringan payudara.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga kanker payudara telah lama diakui sebagai faktor risiko pada kanker
payudara. Mayoritas dari perempuan yang didiagnosa kanker payudara tidak memiliki
riwayat penyakit keluarga, dan hanya 5% sampai 10% memiliki riwayat penyakit keluarga.
Banyak perempuan dengan riwayat keluarga positif berisiko kanker payudara, dan
perempuan mempertimbangkan tes genetik untuk mengetahui adanya mutasi gen.
Keseluruhan, faktor risiko meningkat dari 1,5 sampai 3,0 jika ibu atau saudara
perempuannya memiliki riwayat kanker payudara.
2.7 Patologi
a. Kanker payudara noninvasif
Neoplasma noninvasif dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : LCIS dan DCIS (atau karsinoma
intraductal). LCIS pernah dianggap sebagai lesi ganas, tetapi sekarang dianggap sebagai
faktor risiko pengembangan kanker payudara.LCIS adalah morfologi lesi yang bersifat
heterogen dan dapat dikenali dengan empat kategori, yaitu : papiler, cribriform, padat dan
comedo. Tipe papiler dan cribriform dapat berubah menjadi invasive dalam waktu yang
lama sedangkan pada tipe solid dan comedo dapat berubah dengan cepat dan menjadi
invasive dan stadium yang tinggi. DCIS dikelilingi oleh membran basal dengan sel-sel
ganas. Basally terletak pada sel lapisan yang terdiri dari sel-sel mioepitel yang normal.
b. Kanker payudara invasif
Kanker invasif disebabkan oleh sejumlah variabel stroma yang mengalami infiltrasi sel-sel
atau pembentukan sel secara terus-menerus dan sel tanpa bentuk dapat mengganggu fungsi
kelenjar payudara. Berdasarkan ilmu kedokteran dari segi histologi kanker payudara dibagi
menjadi kanker payudara invasif lobular dan duktal.
Non Invasive Ephitelial Invasive Ephitelial Cancer
Cancer
- Lobular
Carcinoma In Situ
Carcinoma
(LCIS)
15%)
Ductal Carcinoma
In Situ (DCIS)
-
Invasive
Tipe
papillar,
cribriform,
solid
Invasive
(10%Ductal
NOS (50%-70%)
Tubular
carsinoma
(2%-3%)
Mucinous/colloid
carsinoma (2%-3%)
-
Medullary carcinoma
(5%)
Invasive
and
tumor
benign
malignant
Connective
Epithelial Tumor
Lobular
- Phyllodes
Carcinoma
dan comedo
Mixed
cribriform
Carcinosarcoma
Angiocarcinoma
and
carcinoma (1%-2%)
-
Adenoid
cystic
carcinoma (1%)
-
Metaplastic
carcinoma (1%)
Tabel 4. Klasifikasi Kanker Payudara Primer
Penyebaran kanker payudara
1. Invasi lokal
Penyebaran kanker payudara terjadi dengan invasi langsung ke parenkim payudara,
sepanjang duktus mammae, dan meluas ke jaringan limfatik payudara.
2. Metastasis kelenjar limfe regional
Kelenjar limfe regional yang terlibat adalah kelenjar aksilaris, mammae interna dan
kelenjar supraklavikular.
3. Metastasis hematogen
Sel kanker dapat bermetastasis melalui saluran limfatik kemudian masuk ke pembuluh
darah dan menginvasi kemudian masuk ke pembuluh darah melalui vena kava atau sistem
vena interkostal-vertebral. Lokasi metastasis tersering adalah paru, tulang, hati, pleura, dan
adrenal
Ukuran Tumor (cm)
<1
25
1-2
35
2-3
50
>3
55-65
usia pasien, tanyakan riwayat reproduksi pasien termasuk tanyakan pada usia berapa pasien
menarche, selain itu tanyakan juga menstruasi pasien teratur atau tidak, dan pada usia
berapa saat menopause. Tanyakan apakah pernah melakukan operasi payudara sebelumnya,
khususnya biopsi payudara dan apa saja temuan patologisnya jika pasien pernah
melakukan biopsi payudara. Tanyakan apakah pernah histerektomi. Tanyakan tentang
riwayat kehamilan dan menyusui. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi oral dan HRT pada
menopasue. Tanyakan tentang riwayat keluarga pasien, apakah ada yang menderita kanker
payudara dikeluarga pasien. Menggali keluhan utama yang dirasakan pasien terutama yang
berkaitan pada bagian payudara, apakah pasien merasakan nyeri di payudara, teraba masa
atau tidak di bagian payudara jika teraba sejak kapan teraba benjolan atau masa di bagian
payudara pasien, pernah keluar cairan dari puting payudara, tanyakan apakah ada
perubahan siklus haid. Apabila keluhan-keluhan yang dijelaskan pasien mengarah pada
kanker, segera lakukan pemeriksaan tentang gejala konstitusional seperti nyeri pada tulang,
penurunan berat badan dan perubahan pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada pasien kanker payudara pada posisi duduk tegak dengan
inspeksi visual untuk melihat apakah terdapat masa, asimetris, untuk mengetahui asimetris
atau tidak dapat dilakukan dengan manuver sederhana yaitu dengan cara peregangan
tangan ke atas kepala atau menegangkan otot pectoralis dengan cara ini dapat menilai
kesimetrisan payudara dan dimpling, pada saat pasien mengangkat lengan dapat pula
dilakukan palpasi pada axillaris untuk mendeteksi adanya pembesaran kelenjar getah
bening axilla yaitu dengan cara supraklavikula dan infraklavikularis diraba secara
bersamaan untuk mengetahui adanya pembesaran kelnjar limfe. Apabila teraba masa
deskripsikan lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, mobile atau terfiksir, nyeri atau tidak.dan
perubahan warna kulit. Puting susu di inspeksi apakah ada retraksi atau tidak, keluar cairan
atau tidak, apabila keluar cairan pada puting susu, cairan yang keluar dari puting susu
berwarna apa dan perhatikan apakah ada retraksi payudara, perubahan warna pada
payudara misalnya perubahan warna menjadi kemerahan, raba pada daerah axilla apakah
teraba adanya massa dan kelainan pada otot sekitar payudara. Pemeriksaan fisik sebaiknya
dilakukan ditenpat yang terang dan pencahayaan yang cukup sehingga dapat
mengobservasi adanya dimpling halus dari kulit atau puting susu yang disebabkan oleh
neoplasma yang menarik ligamen Cooper. Edema kulit, sering disertai dengan eritema
yang biasa dikenal dengan peau dorange. Tetapi apabila terdapat peradangan dapat keliru
dengan mastitis akut. Inflamasi dan edema pada kanker disebabkan oleh obstruksi saluran
limfatik subkutis oleh emboli sel karsinoma. Nodul satelit disebabkan karena adanya
obstruksi saluran getah bening.
1) Pemeriksaan payudara (sadari)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan posisi telentang, duduk atau berdiri.
a. Berbaring telentang dengan sebuah bantal dibawah bahu kanan. Tempatkan
lengan kanan di bawah kepala
b. Gunakan permukaan ventral tiga jari (telunjuk, jari tengah, dan jari manis) dari
tangan kiri untuk meraba benjolan pada payudara kanan. Permukaan ventral jari
tangan merupakan finger pads (bantalan jari) pada bagian sepertiga distal setiap
jari tangan
c. Lakukan penekanan yang cukup kuat untuk mengetahui adanya benjolan pada
payudara
d. Tekan kuat-kuat pada payudara dan gerakkan jari-jari tangan sambil terus
menekan dengan pola naik-turun atau pola garis-garis atau dengan pola sirkuler
atau pasak, lakukan keseluruh daerah payudara
e. Ulangi pemeriksaa pada payudara kiri dengan cara yang sama
f. Tekan puting susu untuk melihat apakah ada cairan yang keluar
2) Fine-Needle aspirasi
Fine-Needle aspirasi merupakan bagian rutin yang harus dilakukan pada diagnosis fisik
apabila ditemukan massa ditangani dengan menggunakan jarum 22 gauge atau disesuaikan
ukurannya dan persiapan alkohol pad. Keuntungan dari FNA adalah untuk membedakan
massa yang solid dari massa kistik jika ditemukan massa pada payudara. Penundaan
prosedur sederhana ini dilakukan jika evaluasi radiografi meragukan dan perlu mamografi.
Dalam pemeriksaan rutin payudara menggunakan FNA, dapat terhindar biopsi terbuka
kecuali dibutuhkan pemeriksaan penunjang yang lain. Karsinoma tidak terdeteksi jika
biopsi bedah dilakukan saat cairan dan massa tidak teraspirasi, cairan yang kental dan
bercampur darah, dan terdapat cairan namun tidak terdapat massa.
Sensitivitas kanker payudara dengan FNA 90-99% dan spesifitasnya 98%
Biopsy Ultrasound
Teknik ini dilakukan oleh ahli bedah sebagai alternatif dengan biopsy terbuka tetapi
prosedur ini masih sangat jarang digunakan
Setelah dilakukan biopsi terbuka specimen harus segera dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan pemeriksaan histologi.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Mamografi
Skrining mamografi dilakukan pada perempuan dengan gejala asimptomatik untuk
mendeteksi kanker payudara yang belum terbukti secara klinis. Dengan dilakukannya
skirining mamografi prognosis kanker payudara lebih baik. Indikasi mamografi yaitu :
a) Skrining pada perempuan yang mempunyai faktor risiko tinggi kanker payudara
b) Teraba adanya masa atau benjolan pada payudara
c) Teraba adanya benjolan pada kelenjar getah bening, seperti pada aksila dan
supraklavikula
d) Untuk usia 40-50 tahun dilakukan 2x setahun
2) MRI
MRI
mendeteksi
adanya
kanker mammae
sama
seperti
mamografi.
mamografi tidak
saat
pemeriksaan
kemungkinan
MRI
dilakukan
sangat
Biasanya
untuk screening
MRI
digunakan
rendah.
mempunyai
riwayat genetik kanker mammae dan evaluasi dengan mamografi terbatas disebabkan
peningkatan densitas jaringan mammae, pada perempuan yang baru saja didiagnosis
kanker mammae dan pada perempuan yang punya riwayat kanker mammae kontralateral.
3) Duktografi
Indikasi utama untuk duktografi adalah keluarnya cairan dari puting termasuk jika
mengandung darah. Sebelumnya kontras disuntikan ke salah satu atau lebih duktus kelenjar
mammae kemudian lakukan mammografi dengan posisi supinasi. Kanker akan terlihat
sebagai massa irregular atau multipel filling defect intraluminal.
4) Ultrasonografi
USG merupakan pemeriksaan penunjang kedua yang paling sering digunakan selain
mamografi. USG sangat penting dalam memcahkan masalah temuan equivocal pada
mamografi, medefinisikan kista dan menunjukan keabnormalan lesi solid secara spesifik.
Pada USG kista mammae digambarkan dengan batas halus dengan gambaran echoic.
Massa benigna digambarkan dengan kontur halus, berbentuk lingkaran atau oval, echoic
dan batas jelas. Kanker mammae digambarkan sebagai massa dengan dinding yang
irregular dan batas halus tetapi tidak bisa mendeteksi massa < 1 cm. Usg juga digunakan
sebagai guide FNA.
5) Tumor Marker
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tumor marker. Untuk
kanker mammae, tumor marker yang paling spesifik adalah CEA dan CA 15-3, digunakan
untuk mengetahui perjalanan penyakit dan respon terhadap therapi. Normalnya bernilai <
35 /ml dan bisa meningkat pada kehamilan menjadi 50 /ml.
Tis
Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau pagets disease pada puting tanpa
tumor
T1
Tumor 2 cm
T1a
T1b
T1c
T2
T3
Tumor >5 cm
T4
Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding dada atau
kulit
T4a
T4b
T4c
T4d
Karsinoma inflamatory
N0 (i-)
N0 (i+)
N0
(mol-)
N0
(mol+)
N1
Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari biopsy
N1b
N1c
Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan biopsy
N2
Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+) tanpa
metastasis ke axilla
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
Klinik int. mammary (+) 1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+) dengan
int. mammary (+) dari biopsy
N3c
M (Metastasis)
M0
M1
Tis N0 M0
T1 N0 M0
karsinoma
insitu
mikroinvasi)
belum
mengenai nodal
Stage II
IIA : T0 N1 M0
T1 N1 M0, T2 N0 M0
dan belum
bermetastasis.
Invasive karsinoma 5 cm
tetapi dengan nodal aksila yang
Stage III
IIB : T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA : T0 N2 M0
T1 N2 M0, T2 N2 M0
T3 N1 M0, T3 N2 M0
yang
tidak
dapat
gejala
karsinoma
anyT anyN M1
jauh
dengan
(termasuk
Stage
Angka harapan hidup 5 tahun
I
92 %
II
87 %
III
75 %
IV
13 %
Tabel 8. Perkiraan Angka Harapan Hidup % tahun berdasarkan Stase
Untuk mendiagnosis kanker payudara dapat dilakukan biopsi dari lesi yang teraba
massa atau gambar yang sudah dideteksi. FNA juga berguna untuk mendiagnosa lesi pada
payudara, meskipun pada hasil pemeriksaan negatif palsu tinggi dapat dilakukan
pemeriksaan tambahan. FNA biopsi jugaadapat digunakan untuk membedakan lesi
invasive insitu
2.10
progesteron,
hipofisektomi.
antiestrogen,
ooforektomi,
adrenalektomi,
DAFTAR PUSTAKA
Casciato, A.D. and Lowitz B.B. 2000. Manual of Clinical Oncology 4th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Devita,Jr. Vincent T, et al. 2001. Cancer: Principles and Practice of Oncology 6th Ed. Vol.
2A. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Lukitto, Pisi. 2010. Penuntun Diagnostik Dan Tindakan Terapi Tumor Ganas. Bandung: CV.
Sagung Seto
Norton, A. Jefrey, et al. 2001. Surgery: Basic Science and Clinical Evedence. New York:
Springer-Verlag New York
Putz, Reinhard and Pabst Reinhard. 2006. Atlas Anatomi Manusia Ed. 22. Jakarta: EGC
R.M.H. McMinn. 1994. Last anatomy, regional and applied. United Kingdom: Royal
College of Surgeons of England and University of London, UK
Towsend, M. Jr, et al. 2008. The Breast at Sabiston textbook of Surgery. United State of
America: Elsivier