Anda di halaman 1dari 49

PROLAPS UTERI

Oleh:
dr.Meli Ardianti Muchtaridi

Pendamping:
dr.Hj.Helmanizar
Alasan Pemilihan Kasus:
Pemahaman masyarakat yang masih kurang
tentang Prolaps Uteri
Nama : Ny. Y
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 78 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
No.Reg : 13.2XX
Alamat : Pasar Melintang
Tanggal Masuk : 30 Mei 2017
Keluhan Utama :
Benjolan yang keluar dari vagina yang dirasakan kurang
lebih 3 tahun terakhir.

Telaah :
Timbul benjolan pada lubang kemaluan sejak 3 tahun yang
lalu. Sebelumnya ia tidak merasa terganggu karena benjolan
tersebut kecil tetapi lama-kelamaan sebesar kurang lebih
seperti bola kasti. Selama sebulan ini, pasien merasa terganggu
oleh benjolan tersebut, sehingga pasien memeriksakan diri
Puskesmas Pasar Ikan. Pasien mengaku benjolan tersebut tidak
sakit, dapat bertambah besar terutama sesudah batuk dan
mengejan, tetapi dapat mengecil lagi apabila ia
tiduran/berbaring.
Benjolan tersebut juga dapat dimasukkan lagi ke lubang
kemaluan, benjolan dirasakan lembek dan terlihat
berwarna kemerahan.
Pasien juga mengeluhkan seperti ada yang mengganjal di
daerah kemaluannya.
Pasien mengaku BAB lancar

BAK semakin sering dan terasa tidak puas.

Tidak terdapat keluhan nyeri perut

Perdarah sedikit-sedikit seperti flek-flek.

Batuk lama disangkal oleh pasien.

Pasien sering mengangkat beban berat.

Pasien mengaku sudah menopause sejak usia 50 tahun


Riwayat Pengobatan : belum pernah berobat untuk penyakit
ini sebelumnya
Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Riwayat trauma (-), Riwayat
batuk-batuk lama (-) riwayat operasi (-) RIwayat hipertensi
dan DM (-)
Riwayat Obstetrik Ginekologi
Riwayat Perkawinan dan Kehamilan Dahulu.
Menikah 1 kali, umur saat menikah 20 tahun, usia
pernikahan 48 tahun
Kehamilan: P8A0
Kehamilan 1: Tahun 1960, bayi laki-laki, spontan
pervaginam, BBL ?, PBL ?, di rumah oleh bidan, hidup.
Kehamilan 2: Tahun 1962, bayi laki-laki, spontan
pervaginam, BBL ?, PBL ?, di rumah oleh bidan, hidup.
Kehamilan 3: Tahun 1964, bayi laki-laki, spontan
pervaginam, BBL ?, PBL ?, di rumah oleh bidan, hidup.
Kehamilan 4: Tahun 1966, bayi perempuan , spontan
pervaginam, BBL ?, PBL ?, di rumah oleh bidan,
hidup.
Kehamilan 5: Tahun 1968, bayi perempuan, spontan
pervaginam, BBL ?, PBL ?, di rumah oleh bidan,
hidup.
Kehamilan 6: Tahun 1970, bayi perempuan, spontan
pervaginam, BBL ?, PBL ?, di rumah oleh bidan,
hidup
Kehamilan 7: Tahun 1972, bayi perempuan, spontan
pervaginam, BBL ?, PBL ?, di rumah oleh bidan,
hidup
Kehamilan 8: Tahun 1974, bayi perempuan, spontan
pervaginam, BBL ?, PBL ?, di rumah oleh bidan,
hidup
Riwayat Haid
Menarche pada umur 14 tahun, siklus teratur, lamanya
4 hari.
Riwayat nyeri waktu haid hingga tidak dapat bekerja:
disangkal.
Menopause pada usia 50 tahun
Riwayat penggunaan KB :

Pasien menggunakan KB AKDR setelah melahirkan


anak ke delapan, dan sudah dicabut saat ibu berusia 44
tahun.
Riwayat Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit


seperti ini
Riwayat Pekerjaan : Pasien seorang ibu rumah tangga
Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien seorang
ibu rumah tangga, sehari-hari sering melakukan aktivitas
berat, seperti memompa air dan menggendong cucu.
Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak ada
riwayat berbaganti-ganti pasangan.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital:
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis


Nadi : 84 x/mnt
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nafas : 18 x/mnt
Suhu : 36,70C
Pemeriksaan ginekologi:
Inspeksi : tampak jaringan uterus keluar di
depan dinding vagina pada vulva tidak
ditemukan adanya benjolan, keputihan, atau
luka, pada introitus vagina tidak ditemukan
keputihan, darah atau perlukaan.
Palpasi : benjolan (+) konsistensi kenyal, nyeri
tekan (-)
Inspekulo : tidak dilakukan
Manajemen:

Pasien dirujuk ke rumah sakit poli obstetrik dan


ginekologi untuk mendapatkan tatalaksana lebih
lanjut
Edukasi :

Hindari hal hal yang menjadi faktor resiko


ataupun memperberat penyakit seperti
mengedan, batuk, mengangkat beban berat dan
aktivitas lainnya yang meningkatkan tekanan di
dalam perut.
Jika tidak sedang beraktivitas perbanyak
berbaring dengan posisi kaki dan panggul
lebih tinggi daripada badan
Konsumsi sayur, buah-buahan dan
banyak minum karena kurangnya asupan
menjadi resiko konstipasi.
Hindari menahan BAK karena
meningkatkan tekanan di dalam perut
PROLAPS UTERI
Menurut Paraton dkk, prolaps uteri adalah
turun atau keluarnya sebagian atau
seluruh uterus dari tempat asalnya
melalui vagina sampai mencapai atau
melewati introitus vagina.
Menurut Tinelli dkk, prolaps uteri adalah
hilangnya dukungan fibromuskular
terhadap visera pelvis sehingga terjadi
penonjolan pada vagina dan menyebabkan
turunnya organ-organ di dalam pelvis ke
dalam vagina terutama uterus.2
EPIDEMIOLOGI
Di indonesia wanita yang telah melahirkan,
wanita tua, dan wanita dengan pekerjaan berat.
Djafar siddik (1969-1970) memperoleh 63 kasus
prolapsus genitalis dari 5.372 kasus ginekologi di
rumah sakit Dr.Pirngadi di Medan
Terbanyak pada grande multipara dalam masa
menopause
Dari 63 kasus tersebut 69 % berumur 40 tahun.

Jarang sekali prolapsus uteri dapat ditemukan


pada wanita nullipara.
1. Ligamen Rotundum

- Menahan uterus dalam posisi antefleksi

- Berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke arah


inguinal kiri dan kanan

2. Ligamentum sacrouterina

Menahan uterus supaya tidak banyak bergerak

Belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum ke


arah os sacrum kiri dan kanan
3. Ligamentum cardinale
Mencegah agar uterus tidak turun

Terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari servikss


dan uncak vagina ke arah lateral ke dinding pelvis
Banyak pembuluh darah a/v uterina

4. Ligamentum Latum
Dari arah uterus ke arah lateral

5. Ligamentum infundibulopelvikum
Menahan tuba falopi, berjalan dari arah infundibulum ke
arah pelvis
Saraf, saluran limfe, a/v ovarika
JARINGAN YANG MENUNJANG VAGINA
1. Fasia puboservikalis
Antara dinding depan vagina dan dasar kandung
kemih
Membentang dari belakang simfisis ke serviks
uteri melalui bagian bawah kandung kencing,
lalu melingkari urethra menuju ke dinding
depan vagina.
Kelemahan fasia ini menyebabkan kandung
kencing dan juga uretra menonjol ke arah lumen
vagina.
2. Fasia rektovaginalis
Antara dinding belakang vagina dan rectum

Kelemahan fasia ini menyebabkan menonjolnya


rektum ke arah lumen vagina.
3. Cavum Douglas
Dilapisi peritonium yang berupa kantong buntu
yang terletak antara ligamentum sacrouterinum
di sebelah kanan dan kiri , vagina bagian atas di
depan dan rektum dibelakang.
Di daerah ini, oleh karena tidak ada otot atau
fasia, tekanan intraabdominal yang meninggi
dapat menyebabkan hernia (enterokel).
4. M. Pubovaginalis berfungsi sebagai:
Penggantung vagina.

Robekan atau peregangan yang berlebihan


merupakan predisposisi terjadinya prolapsus
cystocele dan rectocele.
Sebagai sphincter vaginae dan apabila otot
tersebut mengalami spasme maka keadaan ini
disebut vaginismus
Kelemahan jaringan ikat pada daerah
rongga panggul, terutama jaringan ikat
tranversal.
Pertolongan persalinan yang tak terampil
sehingga meneran terjadi pada saat
pembukaan belum lengkap. Terjadi
perlukaan jalan lahir yang dapat
menyebabkan lemahnya jaringan ikat
penyangga vagina.
Ibu yang banyak anak sehingga jaringan
ikat di bawah panggul kendor.
Menopause juga dapat menyebabkan
turunnya rahim karena produksi hormon
estrogen berkurang sehingga elastisitas
dari jaringan ikat berkurang dan otot-otot
panggul mengecil yang menyebabkan
melemahnya sokongan pada rahim2.
Tekanan abdominal yang meninggi
karena ascites, tumor, batuk yang kronis
atau mengejan (obstipasi atau striktur
dari traktus urinalis).
Partus dengan penyulit.
PATOFISIOLOGI
Otot dan ligamentum pembentuk dasar pelvis
fiksasi uterus di tempatnya

Dasar pelvis (otot dan ligamentum) mengalami peregangan

Terjadi kerusakan dan kelemahan

Tidak sanggup menyokong organ pelvis

Uterus dan organ pelvis lain jatuh ke introitus vagina


Dapat menjadi SISTOKEL karena kendornya fasia dinding
depan vagina

Dapat terjadi REKTOKEL, karena kelemahan fasia di dinding


belakang vagina

Dapat terjadi ENTEROKEL, karena suatu hemia dari kavum


dauglasi yang isinya usus halus.
Lima stadium prolaps menurut Doshani A. dkk:
Stadium 0: Tidak ada prolaps.

Stadium I: Bagian terbawah (distal) uteri


prolaps > 1 cm di atas himen.
Stadium II: Bagian terbawah (distal) uteri
prolaps 1 cm di proksimal atau distal himen.
Stadium III: Bagian terbawah (distal) uteri
prolaps > 1 cm di bawah himen tetapi menonjol
kurang dari 2 cm total panjang vagina.
Stadium IV: Uteri prolaps sepenuhnya (lebih
dari 2 cm dari total panjang vagina).
Klasifikasi menurut Soejoenoes A. dkk:
Desensus uteri, uterus turun, tetapi serviks
masih dalam vagina.
Prolaps uteri tingkat I, uterus turun dengan
serviks uteri turun paling rendah sampai
introitus vagina.
Prolaps uteri tingkat II, sebagian besar uterus
keluar dari vagina.
Prolaps uteri tingkat III atau prosidensia uteri,
uterus keluar seluruhnya dari vagina, disertai
dengan inversio vaginae.
Perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal di vagina atau menonjol di
genitalia eksterna
Rasa sakit di panggul atau pinggang
(backache) merupakan gejala klasik dari
prolapsus
Luka dan dekubitus pada porsio uteri akibat
gesekan dengan celana atau pakaian
dalamGangguan berkemih, seperti
inkontinensia urin atau retensi urin
Kesulitan buang air besar
Infeksi saluran kemih berulang

Perdarahan vagina

Rasa sakit atau nyeri ketika berhubungan


seksual (dispareunia)
Keputihan atau cairan abnormal yang
keluar melalui vagina
Prolapsus uteri derajat III dapat
menyebabkan gangguan bila berjalan dan
bekerja
DIAGNOSA

Pemeriksaan Fisik
Anjuran Friedman and Little:
* Penderita posisi jongkok mengejan
tentukan apakah portio uteri posisi normal atau
sampai introitus vagina, atau serviks uteri sudah
keluar dari vagina
*Penderita berbaring posisi litotomi tentukan
panjang serviks uteri lebih panjang
elongasio kolli
* Pemeriksaan Penunjang
* Pemeriksaan Laboratorium
- tidak banyak membantu
- Papanicolaou (Pap smear sitologi) / biopsi
indikasi curiga karsinoma
* Pemeriksaan USG
- apabila anamnesa dan pemeriksaan fisik
meragukan
KONSERVATIF : biasanya diberikan pada penderita prolaps
ringan tanpa keluhan.
1. Latihan otot dasar panggul

2. Stimulasi otot dengan alat listrik

3. Pengobatan dengan pessarium


PESSARIUM : alat untuk menahan
uterus di tempatnya selama alat tersebut
digunakan

Prinsip : mengadakan tekanan


pada dinding vagina bagian atas
sehingga vagina dan uterus tidak dapat
turun.
MACAM MACAM PESSARIUM :
Indikasi : prolaps uteri dalam kehamilan,
penderita yang menolak untuk tindakan operasi.
Kontraindikasi : radang pelvis akut,
keganasan.
Komplikasi : ulserasi, fistula vesikovaginalis,
fistula rektovaginalis.
Pada pemasangan pessarium pasca menopause
dilakukan preparat estrogen dosis rendah :
0,3 mg/hr (conjugated estrogen)
OPERATIF : indikasi = jika didapatkan keluhan pada
penderita.

Macam-macam operasi:

1. Ventrofiksasi : memendekkan atau mengikat lig.


Rotundum ke dinding perut

2. Operasi Manchester : amputasi serviks uteri dan


dilakukan penjahitan lig. Cardinale yang telah dipotong
di muka serviks.
3. Histerektomi pervaginam : uterus diangkat,
kemudian puncak vagina digantungkan pada lig.
Rotundum kanan-kiri. Dilakukan pada prolapsus uteri
lanjut pada wanita yang telah menopause.
4. Kolpokleses : yaitu operasi sederhana dengan
menjahitkan dinding vagina depan dengan dinding
bagian belakang sehingga lumen vagina tertutup dan
uterus terletak diatas vagina.
Pemanjangan serviks (elongatio)

Sistokel

Enterokel

Rektokel
Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri

Dekubitus

Hipertrofi serviks dan elongatio kolli

Gangguan miksi dan stres inkontinensia

Infeksi Saluran Kemih

Kemandulan

Kesulitan waktu persalinan

Hemoroid

Inkarserasi usus halus


Pemendekan waktu persalinan

Menghindari paksaan dalam pengeluaran placenta

Mengawasi involusi uterus pasca persalinan yang


tetap baik dan cepat

Mencegah dan mengobati hal-hal yang dapat


meningkatkan tekanan intraabdominal

Menghindari mengangkat benda berat

Menganjurkan wanita tidak terlalu sering melahirkan


Sekian.

Anda mungkin juga menyukai