TELOGEN EFFLUVIUM
Penyusun :
NPM :
21710152
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Sebagian besar kasus telogen effluvium bersifat subklinis; oleh karena itu,
kejadian sebenarnya tidak diketahui dengan jelas 5. Tidak ada predileksi rasial dari
penyakit ini yang diketahui dan mempengaruhi pria dan wanita, dengan tingkat
insiden yang lebih tinggi pada wanita. Namun, harus diingat bahwa wanita
menangani masalah kerontokan rambut lebih serius daripada pria dan cenderung
lebih sering mencari perawatan medis 1. Hubungan telogen effluvium dengan usia
tidak jelas; namun, wanita lanjut usia diketahui lebih rentan terhadap telogen
effluvium akut setelah demam, trauma, perdarahan, atau stres psikologis 1. Studi
telah melaporkan kejadian telogen effluvium pada anak-anak sekitar 2,7% 6.
2.3 Etiologi
a. Kekurangan Nutrisi
3
Kekurangan gizi dapat menjadi penyebab melemahnya batang rambut dan
dapat meningkatkan kerontokan serta kerusakan rambut. Masalah rambut yang
disebabkan oleh kekurangan gizi dapat diperbaiki dengan diet yang tepat. Tiga
unsur yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan kesehatan rambut di
antaranya tembaga, besi dan zinc4.
Zat besi bertugas untuk membawa oksigen dalam hemoglobin sel darah
merah. Total kebutuhan harian untuk besi adalah sekitar 18 miligram. Kekurangan
zat besi dapat menyebabkan anemia dan dapat menyebabkan kemungkinan rambut
rontok. Anemia defisiensi besi telah dilaporkan sebanyak 72% dari wanita yang
mengalami rambut rontok4.
b. Stress
c. Obat
4
Obat-obatan dapat berpengaruh dalam peningkatan jumlah kerontokan
rambut. Tingkat keparahan tergantung pada obat dan predisposisi individual.
beberapa obat dapat menyebabkan kelainan pada rambut tapi pada beberapa orang
lain dapat menyebabkan kerontokan rambut yang parah, bahkan dengan dosis
yang tepat. Obat-obat seperti antikoagulan, retinol, interferon, obat anti
hiperlipidemia hanya beberapa contoh obat yang dapat menginduksi telogen
efluvium. Rambut rontok dari kulit kepala, alis, dan daerah kemaluan
diidentifikasi sebagai efek samping yang mungkin dari kebanyakan obat
psikotropika. Proses ini biasanya dapat kembali setelah penghentian pengobatan5.
d. Endokrin6
e. Intoksikasi6
- Thallium
- Merkuri
- Arsenik
- Dermatitis seboroik
- Eritroderma
g. Kemoterapi
Pada alopesia areata difus hair pull test positif bermakna (< 10 helai tiap
traksi) dan secara mikroskopik dapat ditemukan rambut anagen distrofik maupun
rambut telogen. Pada alopesia androgenetika rambut rontok rambut rontok
berlebihan dan menipis terutama di bagian crown, vertex atau frontal dan pada
pemeriksaan histologis terdapat pengecilan folikel pangkal rambut menjadi folikel
5
yang menyerupai velus. Sementara pada AE ditandai dengan pelepasan atau
patahnya rambut anagen yang berlebihan, biasanya disebabkan terapi radiasi di
kepala dan kemoterapi sistemik.3,6
2.4 Patogenesis
6
Headington membuat pembagian tipe fungsional telogen effluvium
berdasarkan fase yang berbeda dari siklus folikuler yaitu1 :
7
rambut dalam jumlah besar dan telah berlangsung selama lebih dari 6
bulan6.
Biasanya setelah penyakit yang disertai panas yang tinggi diatas 39°
celcius, misalnya pneumonia atau tifus. Kerontokan rambut pascademam akan
terjadi dalam 2-5 bulan setelah sakit. Demam melalui pirogen endogen
(interleukin 1 α dan β, faktor tumor nekrosis atau interferon α) secara langsung
mempengaruhi proliferasi sel matriks folikel.
b. Penyakit sistemik
Jarish Herxheimer
8
65%. Kerontokan rambut ini bermula dari 1 sampai 4 bulan dan dapat mencapai 1
tahun. Selanjutnya, pertumbuhan rambut akan normal kembali.
Biasanya, terjadi pada bayi sejak lahir sampai berumur 4 bulan dan akan
tumbuh kembali pada umur 6 bulan. Alopesia yang terbentuk mengikuti distribusi
male pattern alopecia. Hitung telogen berkisar 64-87%.
Kerontokan rambut secara tiba-tiba dapat terjadi setelah syok psikis atau
stress mental serta menetap lama dan sering berulang.
a. Gejala Kulit
b. Lesi Kulit
c. Rambut.
Adanya kerontokan yang luas pada kulit kepala, tarikan yang halus saja
pada rambut akan menyebabkan rambut terlepas.
9
Wanita 52 tahun dengan keluhan peningkatan rambut rontok dan menipis selama
3 bulan. Menunjukkan kulit kepala rambut menipis.
d. Distribusi
Kehilangan rambut yang luas pada kulit kepala, termasuk bagian tepi dan
belakang kepala, apabila terjadi kehilangan rambut secara signifikan yang
menyebabkan penipisan rambut, alopesia atau kebotakan dapat terjadi.
10
Dapat pula ditemukan adanya pertumbuhan rambut yang pendek, rambut tersebut
lebih tipis dari rambut yang sebelumnya dan memiliki ujung lancip.
e. Kuku
2.6 Diagnosis
Untuk mengetahui rasio anagen atau telogen, harus dilakukan uji cabut
rambut. Pada pemeriksaan ini, rambut kira-kira 50 helai dijepit dengan penjepit
jarum (needle holder atau hemostat) pada dasar rambut kemudian dicabut secara
cepat. Pemeriksaan ini memberikan rasa tidak nyaman. Rambut yang tercabut
diletakkan pada gelas objek dan di hitung jumlah rambut anagen dan telogen.
Kadang-kadang dijumpai rambut katagen yang mempunyai bentuk gada, seperti
telogen, tetapi bentuk akar menyerupai bawang disertai selubung akar rambut.2
c. Pemeriksaan mikroskopik
11
Ujung proksimal rambut yang tercabut harus dievaluasi secara
mikroskopik. Ujung proksimal diletakkan di gelas objek dengan setetes lem
sianoakrilat. Secara kasat mata, rambut telogen terlihat kering, ujung membulat
warna putih. Secara mikroskopik terlihat seperti gada tanpa pigmen dan zona
keratogenus. Sebaliknya, rambut anagen terlihat basah dan berpigmen. Pada
rambut anagen terlihat basah, berpigmen, bulbus berbentuk pyramid disertai
selubung dalam dan luar rambut. Rambut anagen hanya tercabut pada hair pluck.
Jika ada rambut anagen tercabut pada hair pull, menunjukkan diagnosis anagen
effluvium, alopesia areata, atau loose anagen syndrome.
(exclamation hair).2
d. Darah Rutin
e. Kimia darah
f. TSH
g. Serologi
Pada telogen effluvium post febrile ditemukan IgM (1/128) dan IgG (1/256),
dengan reaksi Weil-Felix positif. 9
h. Histopatologi
12
Tidak ditemukan kelainan yang berarti, selain adanya peningkatan proporsi folikel
telogen.
2.7 Penatalaksanaan
Salah satu obat yang juga dapat digunakan untuk menangani telogen
efluvium adalah Pantogar. Pantogar dapat digunakan untuk mengatasi berbagai
jenis penyebab rambut rontok (misalnya karena gangguan metabolik, gangguan
endokrin, kekurangan vitamin, intoksikasi, iradiasi, kelelahan, gangguan
psikologi.) pantogar dapat digunakan dengan dosis dewasa 1 kapsul tiga kali
sehari, Anak-anak dari usia 12 tahun satu sampai dua kali sehari, tergantung pada
usia10.
A. Suplementasi Besi
Pasien wanita tanpa adanya inflamasi sistemik atau gangguan lain yang
mendasarinya, kadar feritin serum di bawah atau sama dengan 30ng/mL sangat
terkait dengan telogen rambut rontok. Suplementasi besi sulfat oral dianjurkan
sampai tingkat serum ferritin mencapai 70 mg / ml.
13
B. Suplementasi Biotin
C. Suplementasi Sistein
14
BAB III
PENUTUP
15
perkembangannya. Besi juga merupakan kofaktor untuk enzim pembatas laju
reduktase ribonukleotida yang berperan penting untuk sintesis DNA dan replikasi
sel, selain itu besi juga mempengaruhi ekspresi gen tertentu pada area tonjolan
folikel rambut.
Zat besi dalam tubuh terbagi menjadi 3 bagian; besi cadangan, besi
transportasi, dan besi fungsional. Penipisan besi terjadi karena cadangan besi
berkurang, tetapi besi fungsional dan transportasi normal; iron-deficient
erythropoesis (IDE) terjadi karena cadangan dan transportasi besi berkurang tetapi
fungsional besi normal; Anemia defisiensi besi (IDA) terjadi karena cadangan,
transportasi dan fungsional besi berkurang.
16
DAFTAR PUSTAKA
2. Soepardiman, Lily. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7 ed. Jakarta. Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.
4. Hamad, W.A.M., Said, A.F., Abd El Hamid, A.A.,. Role Of Some Trace
Element In The Pathogenesis Of Telogen Effluvium In Egyptian Females.
Departement o Dermatology & Venereology and Departement of Clinical
Pathology, Faculty of Medicine or Girls, Al Azhar University and National
Cancer Institute, Cairo University, Egypt. Vol. 7 number 1. 2009.
6. Wolff, K., dkk. Messenger. Hair Growth Disorders. In: Klaus Wolff LAG,
Stephen I. Katz, Barbara A. Gilchrest, Amy S. Paller, David J. Leffell, editor.
Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. 7 ed. USA: McGraw-Hill; p. 761.
2008.
7. Harrison, S., Bergfeld, W. 2009. Diffuse Hair Loss : Its Tiggers and
Management. Cleveland Clinic Journal of Medicine, Vol. 76 number 6, page 361-
367.
8. Patel, M., dkk. Drugs And Hair Loss. Departement Of Medicine, St. Vincent’s
Hospital, Univesity Of Melbourne. 2013
17
9. Shiravastava, S.B. Diffuse hair loss in an adult female: Approach to diagnosis
and management. Department of Dermatology Venereology and Leprosy, Dr
Baba Sahib Ambedkar Hospital, Delhi, India. Vol. 75. Issue 1. 2009
18