Hirsutisme
Hirsutism
2
sebasea, dan otot-otot erektor pili) terbentuk. Warna rambut ditentukan oleh
pigmen yang diproduksi oleh melanosit dalam bulbus.
Pertumbuhan rambut dimulai dengan proliferasi sel-sel epitel pada dasar
kolom yang berhubungan dengan papilla dermis. Rambut lanugo yang
menyelimuti janin berpigmen terang, diameternya tipis, pendek, dan
perlekatannya rapuh. Perlu untuk diperhatikan adalah fakta bahwa pertumbuhan
folikel rambut yang lengkap selesai pada awal tahap kehamilan (pada minggu ke-
22) dan tak ada folikel rambut yang baru yang akan dibentuk dalam kandungan.
Konsentrasi folikel rambut yang terletak per unit daerah kulit wajah tak
berbeda antar jenis kelamin, namun memang berbeda antar kelompok etnis dan
ras (kulit putih > Asia; Mediterania > Nordik). Selain itu, perbedaan pertumbuhan
rambut antar ras kemungkinan mencerminkan perbedaan aktivitas 5α-reduktase
pada folikel rambut (produksi dari androgen aktif, dihidrotestosteron). Pola
pertumbuhan rambut telah ditentukan sebelumnya secara genetis.
__________________________________________________________________
Struktur dan Pertumbuhan
Rambut tidak tumbuh terus menerus, namun, ia tumbuh dalam sebuah
siklus dengan fase aktivitas dan inaktivitas yang berselang-seling. Siklus
pertumbuhan ini disebut sebagai berikut:
Hirsutism
3
Hirsutism
4
Hirsutism
5
Hirsutism
6
__________________________________________________________________
PRODUKSI ANDROGEN
Angka produksi testosteron pada wanita normal adalah 0,2 hingga 0,3
mg/hari. Sekitar 50% testosteron berasal dari konversi androstenedion di perifer,
sedangkan kelenjar adrenal dan ovarium berkontribusi dalam jumlah yang
seimbang (sekitar 25%) pada kadar testosteron yang bersirkulasi, kecuali pada
pertengahan siklus mens di mana kontribusi ovarium meningkat sebesar 10-15%.
Dehidroepiandrosteron sulfat (DHAS) hampir seluruhnya dihasilkan dari kelenjar
adrenal, sedangkan 90% dehidroepiandrosteron (DHA) berasal dari adrenal.
Sekitar 80% testosteron yang bersirkulasi terikat pada suatu globulin beta
yang dikenal sebagai globulin pengikat hormon steroid seks (SHBG). Pada
wanita, sekitar 19% berikatan longgar dengan albumin, sehingga hanya 1% yang
tak terikat. Androgenisitas sangat tergantung pada fraksi tak terikat, dan sebagian
oleh fraksi yang berikatan dengan albumin. DHA, DHAS, dan androstenedion tak
berikatan dengan protein secara bermakna, dan immunoassay rutin mencerminkan
aktivitas hormon yang tersedia secara biologis. Hal ini tak berlaku untuk
testosteron karena pemeriksaan rutin mengukur konsentrasi testosteron total, baik
terikat maupun fraksi bebasnya.
Hirsutism
7
Hirsutism
8
Hirsutism
9
Hirsutism
10
1. Jumlah folikel rambut yang ada (wanita-wanita Asia yang menderita tumor-
tumor penghasil androgen jarang menderita hirsutisme karena rendahnya
konsentrasi folikel rambut per unit area wajah).
2. Derajat sejauh mana androgen telah mengubah rambut vellus yang beristirahat
menjadi rambut dewasa terminal.
3. Rasio fase pertumbuhan dibanding fase istirahat pada folikel rambut yang
terkena.
4. Asinkroni siklus pertumbuhan pada keseluruhan folikel rambut
5. Ketebalan dan derajat pigmentasi masing-masing rambut.
Faktor utama pada hirsutisme adalah peningkatan kadar androgen (biasanya
testosteron) yang menghasilkan stimuli pertumbuhan awal dan kemudian beraksi
untuk mempertahankan pertumbuhan yang terus-menerus. Secara umum, hampir
semua wanita yang menderita hirsutisme akan memiliki peningkatan angka
produksi testosteron dan androstenedion.
Wanita-wanita anovulatorik yang tidak hirsut seringkali dapat dijumpai
memiliki bukti laboratorik peningkatan produksi androgen. Namun, keluhan
tersering yang diutarakan oleh wanita dan berhubungan dengan peningkatan
produksi androgen adalah hirsutisme. Pada urutan berikutnya adalah akne dan
peningkatan keminyakan wajah, peningkatan libido, klitoromegali, dan yang
terakhir, maskulinisasi. Maskulinisasi dan virilisasi adalah istilah-istilah yang
hanya digunakan untuk efek androgen yang ekstrem (biasanya, namun tak selalu,
disebabkan oleh tumor) yang menyebabkan timbulnya pola rambut laki-laki,
klitoromegali, suara lebih berat, peningkatan massa otot, dan postur tubuh secara
umum yang menyerupai laki-laki. Sistem skoring Ferriman-Gallwey dan
modifikasinya digunakan untuk mengkuantifikasi tingkat hirsutisme, namun
kegunaan klinisnya sangat kecil. Sistem skoring hanya digunakan untuk
penelitian-penelitian hirsutisme, namun, bahkan untuk tujuan ini, mereka
memiliki keterbatasan karena variabilitas subyektif.
Alopesia dapat menjadi masalah yang mengganggu bagi pasien maupun
dokternya. Pada mayoritas kasus, alopesia adalah fenomena temporer, suatu
respon terhadap perubahan pada rambut kepala yang memicu periode
Hirsutism
11
pertumbuhan dan kerontokan rambut yang sinkron. Hal ini dapat merupakan
respon terhadap peristiwa-peristiwa stress akut. Effluvium telogen sering terjadi
pada akhir kehamilan atau postpartum. Seiring berjalannya waktu, biasanya 6
bulan hingga setahun, rambut kepala kembali asinkron dan rambut akan menebal.
Pada penelitian terhadap wanita-wanita yang mengalami alopesia difus, mayoritas
pasien ini tak memiliki bukti adanya hirsutisme atau disfungsi menstruasi; namun,
masalah terseringnya adalah anovulasi dengan ovarium polikistik, dan hampir
40% pasien mengalami hiperandrogenisme. Pasien-pasien yang mengeluhkan
alopesia patut menjalani pemeriksaan untuk hiperandrogenisme karena mayoritas
pasien tadi dapat diterapi dengan benar. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi disfungsi tiroid atau penyakit kronis. Namun,
karena alopesia mencerminkan peningkatan aktivitas 5α-reduktase pada kulit
kepala, kadar hormon bersirkulasi yang normal tak boleh menyingkirkan perlunya
pemberian terapi. Kerontokan rambut juga merupakan konsekuensi dari penuaan,
dimulai pada sekitar usia 50 tahun untuk kedua jenis kelamin.
Akne adalah tanda lain dari peningkatan aktivitas androgen. Hingga 60%
wanita yang menderita akne yang memiliki kadar androgen bersirkulasi yang
normal menunjukkan bukti peningkatan aktivitas 5α-reduktase pada unit
pilosebaseus. Wanita-wanita inilah yang akan membaik bila diterapi dengan
antiandrogen.
Akantosis nigrikan pada pasien yang kelebihan berat badan dan hirsutisme
adalah petanda klinis yang handal untuk resistensi insulin dan hiperinsulinemia.
Perubahan warna abu-abu-coklat-keunguan pada kulit ini biasanya muncul pada
leher, lipat paha, dan ketiak; namun, vulva juga lokasi yang sangat sering pada
wanita-wanita hirsut. Akantosis nigrikan mengindikasikan perlunya penentuan
status metabolisme glukosa, seperti dibicarakan pada bab 12. Kita harus memberi
perhatian khusus pada keberadaan hiperinsulinemia pada wanita-wanita
hiperandrogenik.
Masalah klinis tersering adalah wanita-wanita hirsut dengan mens yang tak
teratur, dengan awitan hirsutisme pada usia-usia remaja atau pada awal usia 20-an,
dan perburukan kondisi yang perlahan-lahan dan bertahap. Sekitar 70% wanita
Hirsutism
12
Hirsutism
13
Hirsutism
14
__________________________________________________________________
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK UNTUK HIRSUTISME
Bagian terpenting dari evaluasi hirsutisme adalah anamnesis medis dan
pemeriksaan fisik. Presentasi pasien dan perjalanan waktu penyakitnya biasanya
sesuai dengan anovulasi dan ovarium polikistik. Semua wanita anovulatorik
membutuhkan pemeriksaan teliti untuk galaktore dan pemeriksaan laboratorium
kadar prolaktin serta fungsi tiroid. Penggunaan laboratorium lebih lanjut
diarahkan untuk menegakkan diagnosis resistensi insulin, hiperplasia adrenal, atau
tumor penghasil androgen.
Pemeriksaan laboratorium awal untuk hirsutisme terdiri dari pemeriksaan
kadar testosteron dan 17α-hidroksiprogesteron (17-OHP) dalam darah. Kami tak
lagi menganggap pengukuran DHAS dibutuhkan (dibahas pada bagian
berikutnya). Wanita-wanita anovulatorik harus dievaluasi menurut rekomendasi-
rekomendasi pada bab 12. Sebagai bagian dari evaluasi untuk anovulasi, kadar
prolaktin dan fungsi tiroid harus diperiksa, pemeriksaan teliti pada payudara untuk
keberadaan galaktore juga penting, dan biopsi endometrium aspirasi harus
dipertimbangkan. Penapisan hormon penstimulasi tiroid (TSH) juga diindikasikan
pada wanita-wanita yang mengeluhkan alopesia. Selain itu, kita harus
mempertimbangkan kemungkinan adanya hiperinsulinemia. Pasien-pasien
dengan aksi androgen yang hebat mungkin amenorik karena supresi
endometrial (dengan respon desidual) dan mungkin tak mengalami withdrawal
bleeding pasca stimulasi progestasional.
Sindroma Cushing dapat muncul bersama hirsutisme dan, selanjutnya,
maskulinisasi. Ingat bahwa salah satu diagnosis banding tersering adalah
sindroma Cushing, namun ia termasuk salah satu diagnosis akhir yang paling
jarang. Bila kecurigaan klinisnya tinggi, diindikasikan untuk melakukan
penapisan sindroma Cushing.
__________________________________________________________________
Penapisan untuk Sindroma Cushing
Sindroma Cushing adalah oversekresi kortisol yang persisten. Ia dapat
terjadi melalui lima jalan yang berbeda: kelebihan produksi hormon
Hirsutism
15
Hirsutism
16
Hirsutism
17
adrenal memberikan resolusi yang lebih baik dan lebih dipilih dibanding MRI dan
USG.
Evaluasi seorang pasien dengan sindroma Cushing dapat menghasilkan
hasil yang tak pasti, dan kegagalan untuk mengenali neoplasma pensekresi ACTH
ektopik yang tersembunyi dapat menimbulkan operasi pituitari atau adrenal yang
sebenarnya tak diperlukan. Sampling darah vena bilateral dari sinus petrosus
inferior (sampling darah yang berasal dari kelenjar pituitari) untuk pengukuran
kadar ACTH sebelum dan pasca stimulasi CRH adalah cara yang efektif untuk
mencapai diagnosis asal ACTH dari pituitari yang akurat. Sekitar 15% pasien
dengan sindroma Cushing yang ACTH-dependen akan memiliki sumber ACTH
ektopik yang tersembunyi. Mayoritas lesi pensekresi ACTH ini berada di thoraks
(biasanya karsinoma paru sel kecil), dan sebagian terletak di abdomen. Sampling
sinus petrosus direkomendasikan pada semua pasien dengan sindroma Cushing
ACTH-dependen yang tak memiliki tumor adrenal yang jelas pada pemeriksaan
pencitraan.
Satu penyebab sindroma Cushing yang sangat jarang adalah produksi
kortisol otonom oleh tumor ovarium. Pencitraan dada dan abdomen
direkomendasikan untuk semua presentasi klinis yang atipik.
Hirsutism
18
Hirsutism
19
__________________________________________________________________
Penilaian Sekresi Insulin
Hiperandrogenisme dan hiperinsulinemia biasanya saling berhubungan,
seperti telah dibicarakan pada bab 12. Pada banyak pasien, kelainan aksi insulin
mendahului peningkatan androgen. Hiperinsulinemia dapat langsung memperkuat
produksi androgen oleh sel theka di ovarium dan, selain itu, hiperinsulinemia
berkontribusi pada hiperandrogenisme dengan cara menghambat sintesis globulin
pengikat hormon seks (SHBG) dan IGF-1 di hepar, aksi ini masing-masing
meningkatkan kadar testosteron bebas dan memperkuat stimulasi IGF-1 pada
sintesis androgen oleh sel theka.
Penurunan berat badan akan mengurangi hiperinsulinemia maupun
hiperandrogenisme dan seringkali diikuti oleh kembalinya fungsi ovulatorik.
Wanita-wanita anovulatorik yang kelebihan berat badan, hiperinsulinemik, dan
hiperandrogenik harus diberi konseling tentang peningkatan resiko untuk
menderita diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskuler di masa depan.
Mekanisme hiperandrogenisme dapat dikaitkan dengan hiperinsulinemia
pada kasus yang jarang di mana kondisinya sulit untuk dipahami, misalnya,
awitan hirsutisme pada wanita usia lanjut yang ternyata didapati mengalami
hiperthekosis pada ovarium. Timbulnya hirsutisme pada kasus seperti ini bukan
disebabkan karena respon ovarium terhadap hipergonadotropisme, namun karena
timbulnya hiperinsulinemia.
Karena alasan-alasan ini, kami membuat rekomendasi-rekomendasi
berikut ini:
Hirsutism
20
Hirsutism
21
Hirsutism
22
peningkatan kadar testosteron yang bermakna akan lebih efektif dari segi biaya
dibanding mengukur DHAS pada semua wanita hirsut.
__________________________________________________________________
Hiperplasia Adrenal Non Klasik
Hiperplasia adrenal kongenital disebabkan karena defek enzim yang
mengakibatkan produksi androgen yang berlebih. Kondisi yang parah ini, dengan
awitan prenatalnya, diwariskan secara autosomal-resesif (dibicarakan di bab 9).
Bentuk yang lebih ringan dari penyakit ini, yang muncul pada usia yang lebih tua,
telah dinamai dengan berbagai kata keterangan, termasuk hiperplasia adrenal
awitan-lambat, parsial, nonklasikal, dilemahkan, dan dapatan. Suatu bentuk yang
asimptomatik, hiperplasia adrenal tersamar, hanya dapat dijumpai melalui
pemeriksaan biokimiawi.
Meskipun masing-masing tahap enzimatik dari kolesterol menjadi kortisol
dapat dipengaruhi pada penyakit klinis tertentu, enzim yang paling sering
mengalami defisiensi adalah 21-hidroksilase (p450c21), 11β-hidroksilase
(p450c11), dan 3β-hidroksisteroid dehidrogenase.
Defek 21-hidroksilase
Wanita-wanita dengan hiperplasia adrenal awitan lambat karena defisiensi
21-hidroksilase berespon terhadap stimulasi ACTH secara moderat, antara respon
homozigot klasik dan reaksi heterozigot ringan. Defisiensi 21-hidroksilase kini
dikenali sebagai kelainan autosomal-resesif yang paling sering, melampaui
fibrosis kistik dan anemia sel sickle. Presentasi klinisnya sangat bervariasi, dan
gejalanya dapat hilang dan timbul sepanjang waktu. Maka, diagnosisnya
membutuhkan pemeriksaan laboratorium seperti yang dibicarakan dalam bagian
ini,”Kadar 17-OHP”. Diagnosis genetik untuk mutasi-mutasi pada gen CYP21
yang telah diketahui dibicarakan dalam bab 9.
Setidaknya ada tiga alasan yang menyebabkan akan bermanfaat bila kita mencari
diagnosis yang tepat:
1. Terapi harus diberikan dengan akurat karena ia harus dalam jangka panjang.
Hirsutism
23
Hirsutism
24
Hirsutism
25
polikistik karena anovulasi), dan tes stimulasi ACTH yang sederhana harus
digunakan.
Hirsutism
26
Hirsutism
27
__________________________________________________________________
KELENJAR ADRENAL DAN ANOVULASI
Keterlibatan adrenal pada sindroma anovulasi dan hirsutisme telah lama
diketahui. Supresi adrenal, sebagai contoh, akan memicu mens yang teratur dan
ovulasi pada sejumlah pasien, dan terapi empiris dengan glukokortikoid telah
disarankan di masa lalu.
Hiperplasia adrenal awitan-lambat tak menjelaskan semua wanita
anovulatorik yang dijumpai dengan peningkatan DHAS moderat. Pertanyaan
klinis yang penting adalah berikut ini: Apakah sekresi androgen yang berlebihan
oleh kelenjar adrenal merupakan kelainan utama pada wanita-wanita ini; atau
Hirsutism
28
Hirsutism
29
Hirsutism
30
Hirsutism
31
Hirsutism
32
Hirsutism
33
Hirsutism
34
Hirsutism
35
Hirsutism
36
Hirsutism
37
steroidogenik pada ovarium yang dipicu oleh insulin masih tetap bergantung pada
LH, dan terapi dengan metformin adalah pilihan lainnya yang baik pula.
Bila dicurigai ada suatu tumor penghasil androgen dan massa adneksalnya
tak dapat diraba, pencitraan kelenjar adrenal dan ovarium harus dilakukan.
Pencitraan adrenal adalah teknik diagnostik yang sensitif untuk tumor-tumor kecil
yang menyebabkan sindroma Cushing maupun utnuk adenoma-adenoma adrenal
pemvirilisasi. Untuk pencitraan adrenal, CT scan memberikan resolusi yang lebih
baik dan lebih dipilih dibanding MRI dan USG. Untuk pencitraan ovarium, USG
transvaginal adalah metdoe pilihannya.
Hirsutism
38
Hirsutism
39
perlakuan; kadar norepinefrin di atas 500 pg/mL atau 50% lebih tinggi dari
kadar jam ke-0 adalah hasil positif)
__________________________________________________________________
Rangkuman Rekomendasi-rekomendasi Kunci untuk Evaluasi Hirsutisme
1. Evaluasi laboratorium untuk hirsutisme terdiri dari pengukuran kadar
testosteron dan 17-OHP yang bersirkulasi. Bila ada alopesia, juga
dindikasikan tes penapisan TSH untuk mengetahui fungsi tiroid.
2. Tes deksametason malam sebelumnya (overnight) dosis tunggal
digunakan untuk penapisan sindroma Cushing. Hasil abnormal
dikonfirmasi dengan mengukur kadar kortisol bebas dalam urin 24 jam.
3. Dokter harus selalu mempertimbangkan kemungkinan hiperinsulinemia
dan mengutamakan intervensi-intervensi kesehatan preventif (seperti
dibahas pada bab 12).
4. Semua pasien dengan virilisasi yang progresif cepat harus dievaluasi
untuk mencari tumor pensekresi androgen tanpa mempedulikan hasil-
hasil dari tes penapisan laboratorik.
5. Massa-massa adrenal yang ditemukan secara insidental (tak sengaja)
membutuhkan evaluasi
__________________________________________________________________
TERAPI HIRSUTISME
Hampir semua pasien yang mengalami hirsutisme mencerminkan produksi
androgen yang berlebihan yang berhubungan dengan kondisi stabil dari anovulasi
persisten. Terapinya diarahkan kepada pemutusan kondisi stabil tadi. Pada pasien-
pasien yang ingin hamil, ovulasi dapat diinduksi seperti dibicarakan pada bab 31.
Pada pasien-pasien yang tak ingin hamil, kondisi stabil tadi dapat diputus dengan
supresi steroidogenesis ovarium menggunakan aksi inhibitorik yang poten dari
agen-agen progestasional pada sekresi LH.
Produksi androgen pada wanita-wanita hirsutisme biasanya adalah suatu
proses yang bergantung LH. Supresi steroidogenesis ovarium bergantung pada
supresi LH yang adekuat. Selain aksi inhibitorik dari komponen progestasional,
kontrasepsi estrogen-progestin memberikan manfaat lebih karena peningkatan
Hirsutism
40
Hirsutism
41
Hirsutism
42
Hirsutism
43
Hirsutism
44
Hirsutism
45
Hirsutism
46
Hirsutism
47
Hirsutism
48
Hirsutism
49
pada Dianette (siproteron asetat 2 mg dan etinil estradiol 35 μg) tak menimbulkan
perbaikan yang bermakna pada hasil-hasil klinisnya. Setelah 1 tahun,
perbandingan terapi agonis GnRH dengan rejimen siproteron asetat dosis tinggi
menunjukkan effikasi yang setara, meskipun terapi agonis menimbulkan remissi
yang lebih panjang. Hasil-hasil yang saling bertolak-belakang ini mencerminkan
variabilitas pada keparahan penyakit dan derajat supresi androgennya. Dampak
kombinasi agonis GnRH dengan kontrasepsi oral maksimal bila kadar testosteron
tertekan hingga di bawah 40 ng/dL dan pada pasien-pasien yang kelebihan berat
badan dengan hirsutisme berat.
Metode terapi in relatif rumit dan mahal, dan sebaiknya hanya digunakan
untuk kasus-kasus hiperandrogenisme ovarii yang berat, yang biasanya
disebabkan oleh hiperthekosis yang bermakna dan hiperinsulinemia berat (suatu
kondisi yang responnya kurang baik terhadap metode terapi standar). Satu
alternatif yang layak dipertimbangkan adalah terapi hiperinsulinemia dengan
metformin atau glitazone. Setelah respon maksimal dapat dicapai dengan salah
satu dari metode-metode yang lebih mahal ini, supresi pertumbuhan rambut
jangka panjang dapat dipertahankan dengan obat kontrasepsi estrogen-progestin
atau antiandrogen.
__________________________________________________________________
Flutamide
Flutamide (Eulexin) adalah sebuah antiandrogen non steroid pada tingkat
reseptor. Flutamide langsung menghambat pertumbuhan rambut tanpa efek
samping yang bermakna (yang tersering adalah kulit kering); namun, ia dapat
menimbulkan hepatotoksisitas. Karena efek toksiknya yang berat pada hepar
meskipun jarang, direkomendasikan untuk memulai dengan dosis rendah. Dosis
250 mg per hari dapat memberi manfaat yang bermakna pada hirsutisme dalam
waktu 6 bulan. Namun, meski menggunakan dosis rendah, kita tetap harus
memonitor enzim hepar. Pada sebuah penelitian perbandingan, flutamide (250 mg
tiap dua hari) tidak lebih baik dibanding spironolakton (100 mg/hari). Terapi
dengan flutamide harus dikombinasikan dengan metode kontrasepsi; blokade
reseptor-reseptor androgen pada janin laki-laki dapat mengganggu perkembangan
Hirsutism
50
__________________________________________________________________
Finasteride
Finasteride menghambat aktivitas 5α-reduktase, sehingga memblok
konversi testosteron menjadi dihidrotestosteron. Enzim 5α-reduktase terdapat
dalam dua bentuk, tipe I dan II, masing-masing dikode oleh gen yang berbeda,
enzim tipe I dijumpai di kulit dan enzim tipe II lebih banyak diekspresikan pada
jaringan-jaringan reproduktif. Finasteride (Proscar), yang digunakan untuk
mengobati kanker prostat, menghambat kedua isoenzim di atas, namun potensinya
untuk terapi hirsutisme dan alopesia terbatas karena ia kurang aktif terhadap
enzim tipe I. Dosis 5 mg per hari dapat mengurangi hirsutisme tanpa efek
samping. Dosis yang lebih kecil, 1 mg (Propecia), tersedia untuk terapi
kerontokan rambut pada laki-laki. Pada sebuah percobaan klinis teracak,
finasteride, flutamide, dan spironolakton (100 mg per hari) dilaporkan sama
efektifnya. Pada percobaan klinis teracak yang lain, spironolakton dengan dosis
100 mg per hari lebih efektif daripada finasteride. Meskipun efektif, finasteride
kurang poten dibanding flutamide atau rejimen sekuensial terbalik dengan
estrogen dan siproteron. Finasteride, dalam dosis 1 mg maupun 5 mg, belum
terbukti efektif untuk terapi alopesia pada wanita-wanita pasca menopause.
Keuntungan utama finasteride adalah kurangnya efek sampingnya. Karena
perkembangan sinus urogenital dan tuberkel urogenital menjadi genitalia eksterna
laki-laki, uretra, dan prostat membutuhkan aksi dihidrotestosteron, pasien-pasien
Hirsutism
51
yang diterapi dengan finasteride harus diberitahu tentang potensi resikonya pada
kehamilan, dan harus digunakan metode kontrasepsi yang efektif.
Setelah terapi jangka panjang (6 bulan hingga satu tahun), hanya ada sedikit
perbedaan klinis pada effikasi obat-obat mayor yang digunakan untuk terapi
hirsutisme (obat kontrasepsi oral, spironolakton, flutamide, dan finasteride).
__________________________________________________________________
Eflornitin Hidroklorid (Vaniqa)
Krim eflornitin hidroklorid 13,9% menghambat ornitin dekarbiksilase,
sebuah enzim pada papilla dermis rambut yang penting untuk pertumbuhan
rambut. Pengolesan lokal pada rambut wajah akan memperlambat pertumbuhan
rambut secara keseluruhan dan membuat rambut lebih lembut. Percobaan-
percobaan klinis telah membuktikan bahwa pengolesan krim topikal dua kali
sehari memberikan perbaikan dalam waktu beberapa minggu pada 60% wanita
yang memiliki rambut wajah (32% mendapat perbaikan yang bermakna), namun
pertumbuhan rambut berlanjut kembali setelah obat dihentikan dan kembali ke
tingkat pra terapi dalam waktu 8 minggu. Krim dapat memperberat akne karena ia
menyumbat kelenjar pilosebaseus. Kami merekomendasikan terapi ini hanya
untuk wanita-wanita yang mengeluhkan rambut wajahnya pada situasi-situasi
yang spesifik, seperti peningkatan rambut sedikit pada bibir atas yang terjadi
pasca menopause.
Hirsutism
52
__________________________________________________________________
Obat-obat lainnya
Simetidin (300 mg empat kali sehari) telah digunakan untuk mengobati
hirsutisme, namun ia adalah penghambat reseptor androgen yang paling tidak
poten, dan respon klinisnya mengecewakan. Penggunaan krim kulit yang
mengandung progesteron efektif, namun ia harus diberikan dengan sering, dan
aksinya sangat terpusat pada titik pengolesannya. Minoksidil dengan pengolesan
topikal dua kali sehari menghasilkan peningkatan moderat pertumbuhan rambut
pada wanita-wanita dengan alopesia; namun, dibutuhkan terapi jangka panjang,
dan pemulihan ke pola rambut sebelumnya tak dapat dicapai. Ketokonazol dengan
dosis 400 mg per hari menghambat sintesis androgen dengan cara menghambat
sistem sitokrom P450. Meskipun dampak pada hirsutisme bermakna, ada insidensi
efek samping yang tinggi maupun peningkatan enzim hepar. Ketokonazol
sebaiknya hanya digunakan sebagai pilihan terakhir, dan memerlukan pengawasan
fungsi hepar yang sering. Selain itu, terapi jangka panjang dengan ketokonazol
dapat menekan produksi kortikosteroid adrenal.
__________________________________________________________________
HIPERSENSITIVITAS END-ORGAN (HIRSUTISME IDIOPATIK)
Ada beberapa pasien yang menderita hirsutisme namun mengalami ovulasi
yang teratur dan biasanya memiliki kadar androgen yang normal. Kategori pasien
ini di masa lalu disebut hirsutisme idiopatik atau familial dan lebih menonjol di
daerah-daerah geografis dan kelompok etnis tertentu (khususnya yang berasal dari
daerah Mediteranea / Laut Tengah). Namun, harus diingat bahwa ovulasinya
harus terbukti; wanita-wanita dengan mens yang sangat teratur dapat anovulatorik.
Satu-satunya penjelasan yang memuaskan untuk masalah hirsutisme idiopatik
yang merepotkan ini adalah hipersensitivitas organ rambut kulit terhadap kadar
androgen yang normal, kemungkinan karena peningkatan aktivitas enzim 5α-
reduktase. Karena sensitivitas yang berlebihan ini, kadar androgen yang normal
akan menstimulasi pertumbuhan rambut. Bahkan pada kasus-kasus ini pun,
hirsutisme berepson terhadap supresi ovarium dengan obat kontrasepsi estrogen-
Hirsutism
53
Hirsutism
54
Hirsutism