Anda di halaman 1dari 6

HIRSUTISM

1. PENGERTIAN
Hirsutisme berasal dari bahasa latin hirsutus yang mempunyai arti berbulu atau
berambut. Hirsutisme adalah pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wanita di
tempat yang seharusnya tidak ada atau minimal jumlahnya yang biasanya tumbuh
pada laki-laki dewasa. Pertumbuhan rambut ini biasanya tumbuh pada area yang
dipengaruhi oleh hormon androgen.

Taylor, Hugh S., et al. 2020. Speroff’s Clinical Gynecologic


Endocrinology and Infertility. Philadelphia: Wolters Kluwer.

2. PATOFISIOLOGI
Rambut manusia memiliki 3 macam tipe, yaitu: rambut lanugo, rambut velus,
rambut terminal. Folikel rambut adalah unit struktural yang bertanggung jawab
dalam pembentukan rambut, menentukan bentuk serta ukuran rambut. Meskipun
tipe rambut tidak ada batasan yang jelas, umumnya terminologinya lebih
dipentingkan: alis mata panjangnya kurang dari 1 cm tetapi merupakan rambut
terminal. Panjang rambut jenggot seorang wanita normal hanya beberapa
milimeter dapat disebut rambut velus, lain halnya pada hirsutism atau
hypertrichosis yang lebih panjang dan kasar. Faktor sistemik seperti androgen,
estrogen, glukokortikoid, hormon tiroid dan hormon pertumbuhan dapat
memodulasi pertumbuhan rambut. Papil folikel merupakan target dari androgen
oleh karena sel tersebut mengekspresikan reseptor androgen dan androgen
metabolizing enzymes (5a-reductase, tipe I dan II). Papil folikel pada kulit kepala
botak mengandung kadar reseptor androgen yang tinggi dibandingkan pada kulit
kepala yang tidak botak.
Sirkulasi hormon androgen pada wanita tergantung pada sekresi dari ovarium dan
kelenjar adrenalin. Beberapa hormon androgen yang berperan penting pada
terjadinya hirsutisme, antara lain 5a-dihydrotestosterone (DHT) yang 2–3 kali
lebih poten dari testosteron (T), 5–10 kali lebih poten dari adrostenedione (A) dan
20 kali lebih poten dibanding dihydroepiandrosterone (DHEA), androstenedione
(A), dehydroepiandrosterone (DHEA), dan dihydroepiandrosterone – sulfat
(DHEA-S). Pada wanita yang tidak hamil, testosteron dalam sirkulasi 98% lebih
terikat pada plasma protein yang spesifik, antara lain: sex hormone binding
globulin (SHBG 78%); cortisol binding globulin (CBG 1%); albumin 20%),
sedangkan testosteron bebas yang tidak terikat pada protein dalam sirkulasi
kadarnya sebesar 1%. Di intrasel, testosteron mengalami reduksi menjadi 5a-DHT
(dihydrotestosteron) oleh enzim 5a-reduktase (Gambar 1). Sel target dari hormon
androgen adalah sel dari papila dermis, keratinosit, melanosit, dan sel endotel.
Reseptor androgen yang spesifik diperlukan supaya folikel rambut dapat
memberikan respons terhadap hormon androgen, reseptor ini terletak pada sel
papila dermis. Setelah hormon androgen terikat pada reseptor tersebut
pertumbuhan rambut mulai dikontrol.
Pada pasien dengan hirsutisme, perubahan dari testosteron ke 5α-DHT mengalami
peningkatan secara signifikan yang hampir mencapai kadar rata-rata seperti pada
laki-laki. Interleukin-1 juga memiliki peranan ikut mengontrol siklus pertumbuhan
rambut sebagai penghambat pertumbuhan folikel rambut secara in vivo maupun in
vitro. Selanjutnya pada konsentrasi yang rendah sekitar 0,01 mg/ml0,01 mg/ml
mg/ml–1 IL-1aIL-1a secara in vitro mempunyai pengaruh memperpanjang batang
rambut dan akar rambut sebelah luar serta mendegradasi bulbus rambut (hair
bulb).
Indramaya, Diah, dan Utomo Atmojo. 2010. Patogenesis dan Penegakan Diagnosis
Hirsutisme pada Bidang Dermatologi. FKUA, Surabaya. Vol. 22 No. 3 Desember
2010.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-bik34c729e1454full.pdf
3. Diagnosis
Diagnosis hirsutisme sangat bergantung pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang cermat.
Unsur-unsur penting dari sejarah termasuk usia thelarche, usia menarche,
dan riwayat menstruasi berikutnya. Usia timbulnya hirsutisme, sifatnya (vellus
vs.terminal), dan tingkat perkembangan harus ditentukan. Bentuk jinak dari
hirsutisme [hipertekosis, hiperplasia adrenal kongenital nonklasik (CAH), dan
resistensi insulin terkait obesitas] cenderung dimulai pada tahun-tahun pubertas
dan cenderung "dataran tinggi". Hirsutisme yang muncul dengan jelas sebelum
pubertas atau setelah pubertas lebih sering disebabkan oleh neoplasma ovarium
atau adrenal, atau terkait dengan pengobatan. Obat-obatan, termasuk resep yang
dijual bebas dan naturopati, harus ditinjau. Hasil pertemuan medis sebelumnya,
termasuk diagnosis dan perawatan, harus dicatat. Penting untuk mengembangkan
perasaan tentang bagaimana perasaan pasien tentang hirsutisme. Misalnya, apakah
dia menderita karena hirsutisme, atau apakah orang tuanya yang menderita?
Menurut dia, bagaimana gangguan itu akan mempengaruhi masa depannya?
Riwayat keluarga harus fokus pada pola pertumbuhan rambut pada kerabat
wanita lainnya. Pemahaman tentang konsep keluarga dari pola rambut wanita
normal adalah penting.
Pemeriksaan fisik harus fokus pada penilaian yang cermat dari proses yang
diperantarai androgen, seperti pertumbuhan rambut terminal di area kulit yang
biasanya tidak memiliki rambut terminal pada wanita. Pipi, bahu, dada, dan perut
bagian atas sangat penting. Bagan Ferriman-Gallwey dapat membantu dalam
penentuan ini. Jerawat dan produksi sebum harus diperhatikan. Kulit kepala harus
diperiksa untuk kebotakan temporal. Laring, terutama kartilago tiroid dan krikoid,
harus dinilai untuk perkembangan yang diperantarai androgen. Massa relatif otot-
otot dada harus diperkirakan. Jika tekanan darah tinggi, harus diulang beberapa
kali selama pemeriksaan untuk mendapatkan perkiraan terbaik dari tekanan darah
yang sebenarnya. Pemeriksaan panggul sangat penting. Perhatian khusus harus
diberikan pada penilaian ukuran klitoris dan bukti fusi lipatan labioskrotal
posterior. Massa adneksa harus dicari.

D. Lynn Loriaux. 2012. An Approach to the Patient with Hirsutism. Department of


Medicine, Oregon Health & Science University, Portland, Oregon 97239.
https://www.obstetrics-gynaecology-journal.com/article/S1751-7214(21)00037-3/fulltext

4. PENATALAKSANAAN
a. Perlakuan Medis dari Hirsutisme

Shreyaa, dkk. 2021. Hirsutism. Obstetric Gynaecology and Reproductive


Medicine Vol 31:4.
https://www.obstetrics-gynaecology-journal.com/article/S1751-7214(21)00037-3/
fulltext (untuk jurnal tidak berbayar bisa di lihat melalui remotexs unair ya)
● Spironolakton
sebuah diuretik antagonis aldosteron. pada terapi hisutisme, spironolakton
memiliki aksi ganda, menghambat biosintesis androgen di ovarium dan
adrenal, berkompetisi untuk reseptor androgen pada folikel rambut, dan
langsung menghambat aktivitas androgen aktivitas 5𝝰-reduktase. dampak
terapi ini tergantung pada dosisnya, dan efek yang lebih baik dijumpai
dengan dosis 200 mg perhari. setelah jangka waktu tertentu, bisa
menurunkan dosisi spironolakton hingga dosis pemeliharaan 25-50mg
perhari.
● Flutamid
adalah sebuah antiandrogen non steroid pada tingkat reseptor. flutamid ini
akan langsung menghambat pertumbuhan rambut tanpa efek samping yang
bermakna (yang tersering adalah kulit kering), namun flutamid ini juga bisa
menimbulkan hepatotoksisitas. karena efek toksiknya yang berat pada
hepar (meskipun jarang), direkomendasikan untuk memulai dengan dosis
rendah. dosis 250 mg perhari dapat memberi manfaat yang bermakna pada
hirsutisme dalam waktu 6 bulan.
● Finasteride
dosis yang diberikan 5 mg perhari dapat mengurangi hirsutisme tanpa efek
samping.
b. Prosedur Kosmetik
1) Cukur
Pencukuran bulu efektif dalam semua bentuk hirsutisme. Ini pada dasarnya
tanpa risiko. Ada “kisah istri lama” yang menyatakan bahwa mencukur
membuat hirsutisme semakin parah. Ini telah dipelajari dan terbukti tidak
berdasar ( 29 ). Wanita yang lebih muda adalah yang paling tahan terhadap
pencukuran sebagai pengobatan. Mereka puas mencukur lengan, kaki, dan
garis bikini, tapi tidak wajah. Namun, ketika digunakan bersama dengan
perawatan lain yang menjanjikan, pada waktunya, untuk membuat
pencukuran tidak perlu, pasien ini bisa jauh lebih reseptif.
2) Mencabut
Pencabutan itu menyakitkan, lambat, dan sementara. Folikel rambut tidak
dihancurkan oleh proses tersebut dan akan menghasilkan rambut pada
siklus pertumbuhan berikutnya. Ini adalah komitmen jangka panjang.
3) Waxing
Waxing pada dasarnya adalah pencabutan massal. Ini lebih menyakitkan,
biasanya merupakan prosedur berbasis salon, dan mahal. Itu harus diulang
pada interval yang sering.
4) Electrolysis
Elektrolisis Adalah metode penghilangan rambut secara permanen dengan
memasukkan jarum yang halus ke folikel rambut dan diberikan arus listrik.
Metode ini dilakukan dengan tujuan merusak sel-sel dari matriks dan
folikel rambutnya. Metode elektrolisis dapat dirasa nyeri sehingga
umumnya dapat diberikan anestesi topikal seperti EMLA (eutectic mixture
of local anesthetics) dengan lidocaine 2% untuk mengurangi rasa nyeri
terutama pada area-area tubuh yang sensitif. Beberapa efek samping yang
mungkin dapat timbul setelah elektrolisis antara lain seperti eritema,
perubahan pigmen kulit setelah inflamasi, kerusakan jaringan, hingga
timbulnya jaringan parut.

5) Laser Hair Removal


Metode penghilangan rambut dengan laser dilakukan dengan mengurangi
rambut melalui fototermolisis. Metode ini bekerja dengan merusak folikel
rambut terminal yang berpigmen melalui energi termal dan metode yang
paling sering dipilih untuk menghilangkan rambut secara permanen.
Prosedur laser lebih cepat dibandingkan elektrolisis, serta metode ini cukup
efektif pada sebagian besar pasien dengan pigmen rambut yang lebih gelap.
Risiko umum dari terapi laser untuk menghilangkan rambut antara lain
eritema, nyeri, jaringan parut, reaksi melepuh, dan hiperpigmentasi. Untuk
mengurangi rasa sakit selama prosedur, krim anestesi seperti EMLA dapat
dioleskan ke area yang dirawat 20-30 menit sebelum prosedur

D. Lynn Loriaux. 2012. An Approach to the Patient with Hirsutism. Department of


Medicine, Oregon Health & Science University, Portland, Oregon 97239.
https://www.obstetrics-gynaecology-journal.com/article/S1751-7214(21)00037-3/fulltext

Anda mungkin juga menyukai