Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 83 - 90, Januari 2020 p-ISSN 2089-0834

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8134

Finasteride Dan Minoxidil Sebagai Obat Pilihan Alopesia Androgenetik


Bagas Mukti*, Nabilah Amirah Salsabila
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng, Kec.
Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung, Indonesia 35145
*bagas.mukti17@gmail.com

ABSTRAK
Alopesia androgenetik adalah suatu kelainan kerontokan rambut yang progresif yang dialami oleh pria
maupun wanita. Alopesia androgenetik disebabkan karena dua factor, yang pertama dikarenakan oleh
kelainan poligenik yang sifatnya diturunkan, dan yang kedua dikarenakan oleh peningkatan 5-α-
dehydrotestosterone (DHT) diserum maupun dikulit kepala yang menyebabkan pemendekan dari fase
anagen siklus pertumbuhan rambut. Kelainan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan rambut dan
kulit kepala penderita tetapi juga mimiliki dampak psikososial dari perubahan yang ditimbulkan.
Sehingga tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengobatan apa yang paling tepat untuk
penyakit alopesia androgenetik.Jenis penelitian ini berupa penelitian deskriptif. Metode penulisan
berupa literature review dengan sumber pustaka yang didapatkan berjumlah 25 artikel yang berasal
dari buku, jurnal nasional dan jurnal internasional dan dipilih sebanyak 22 sumber yang sesuai dengan
penelitian ini yang berasal dari 2 buku, 3 jurnal nasional dan 17 jurnal internasional.dengan
menggunakan pencarian di PubMed, Elsevier, dan Google Scholar. Berbagai penelitian meta analisis
telah membuktikan hasil yang signifikan bahwa finasteride oral dan minoxidil topical dapat digunakan
sebagai first line therapy untuk penyakit alopesia androgenetik. Finasterid dan minoxidil juga telah
teruji dan terbukti memiliki efek yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan rambut kembali
dan hanya memiliki sedikit efek samping dibandingkan obat lainnya.

Kata kunci : alopesia androgenetik, finasteride, minoxidil

FINASTERIDE AND MINOXIDIL AS DRUG OF CHOICE ANDROGENETIC


ALOPECIA

ABSTRACT
Androgenetic alopecia is a progressive hair loss disorder experienced by both men and women.
Androgenetic alopecia is caused by two factors, the first is due to polygenic abnormalities that are
inherited, and the second is due to an increase in 5-α-dehydrotestosterone (DHT) in the serum or
scalp which causes shortening of the anagen phase of the hair growth cycle. This disorder does not
only affect the health of the patient's hair and scalp but also has a psychosocial impact from the
changes caused. So the purpose of this paper is to find out what treatment is most appropriate for
androgenetic alopecia. This type of research is in the form of descriptive research. The writing method
in the form of literature review with literature sources obtained amounted to 25 articles from books,
national journals and international journals and selected as many as 22 sources in accordance with
this study originating from 2 books, 3 national journals and 17 international journals. at PubMed,
Elsevier, and Google Scholar. Various meta-analysis studies have proven significant results that oral
finasteride and topical minoxidil can be used as first line therapy for androgenetic alopecia.
Finasterid and Minoxidil have also been tested and proven to have significant effects in promoting
hair regrowth and have few side effects compared to other drugs.

Keywords: androgenetic alopecia, finasteride, minoxidil

PENDAHULUAN fase transisi (catagen), dan fase istirahat


Hampir seluruh bagian tubuh manusia (telogen). Pertumbuhan rambut tersebut
memiliki rambut di permukaan kulitnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
kecuali pada telapak tangan dan kaki, bibir, faktor herediter, hormonal, nutrisi,
kuku, dan sebagian genitalia. Pertumbuhan metabolisme, vaskularisasi, obat-obatan dan
rambut tidaklah kontinyu melainkan mengikuti peradangan(Harrison & Bergfeld, 2009).
suatu siklus antara lain fase tumbuh (anagen), Kelainan yang terjadi pada rambut dapat

83
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 83 - 90, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

berupa kerontokan atau kebotakan (alopesia) terminal. Hail ini dari perubahan siklus
dan pertumbuhan yang berlebih.Alopesia pertumbuhan rambut, durasi fase anagen
memiliki dua macam tipe berdasarkan secara bertahap menurun dan fase telogen
morfologinya yaitu alopesia dengan sikatrik meningkat. Karena durasi fase anagen
yang bersifat permanen dan alopesia non menentukan panjang rambut, maka rambut
sikatrik yang masih dapat tumbuh kembali. anagen baru menjadi lebih pendek, akhirnya
Alopesia androgenetik merupakan salah satu mengarah pada tampilan kebotakan(Kaliyadan,
penyakit alopesia non sikatrik yang terjadi Nambiar, & Vijayaraghavan, 2013).
pada sebagian besar pria (Stough et al., 2005). Miniaturasi pada alopesia androgenetik
melibatkan induksi dari androgen khususnya 5-
Androgenetic alopecia (AGA), juga dikenal α-dehydrotestosterone (DHT) yang
alopesia androgenetik, merupakan kelainan menyebabkan rambut terminal menjadi rambut
rambut yang sering ditemukan baik pada laki- vellus di area kulit kepala. Walaupun ini
laki ataupun perempuan.Alopesia androgenetik merupakan fenomena fisiologis, akan tetapi
adalah jenis kerontokan rambut progresif yang alopesia androgenetik dapat memberikan
umumnya paling terlihat pada pria. Alopesia implikasi psikososial yang dalam pada
androgenetik merupakan kondisi poligenetik penderitanya karena perubahan yang signifikan
dengan berbagai derajat keparahan, usia pada penampilan (Tsuboi et al., 2012).
serangan, dan lokasi kulit kepala yang
mengalami kerontokan. Pada pria, pola Manajemen penanganan alopesia androgenetik
kerontokan menggambarkan pola “horseshoe” pada laki-laki sekarang dapat dilakukan
atau “tapal kuda”yang khas yang melibatkan melalui medikamentosa atau terap obat, terapi
daerah temporal dan vertex. Kerontokan pembedahan dan kamuflase(Nyoman & Utami,
rambut pada wanita yang mengalami alopesia 2015). Ada beberapa pilihan pengobatan untuk
androgenetik menggambarkan penipisan pada menangani alopesia androgenetik, yaitu:
bagian depan rambut (Lolli et al., 2017). (1)Antiandrogen yang memiliki dau sub
golongan, yang pertama golongan 5-α-
Angka kejadian dan prevalensi alopesia reductase inhibitor (finasteride oral,
androgenetik tergantung pada usia dan ras. dutasteride, finasteride topical, 17-α-
Prevalensi usia pada alopesia androgenetik propionate) dan yang kedua antagonis reseptor
yang dialami laki-laki bervariasi, tetapi terjadi androgen (spironolactone, cyproterone acetate,
pada rata-rata usia pertengahan 20-an. flutamide). (2)Androgen-Independent yang
Prevalensi dan keparahan meningkat seiring memiliki 3 jenis obat yaitu minoxidil,
usia. Pada pria kulit putih denhan usia 30 tahun antagonis dan analog prostaglandin, serta
menunjukkan prevalensi 30% mengalami ketoconazole. (3)Terapi Coadjuvant yaitu
alopesia androgenetik, pada usia 50 tahun dengan terapi laser, transplantasi rambut,
menunjukkan prevalensi sekurangnya 50% kamuflase. (4)Terapi Emerging yaitu dengan
mengalami alopesia androgenetik, dan 80% injeksi platelet rich plasma, scalp
terkena pada usia 70 tahun (Nyoman & Utami, microneedling, wnt signalling, stem cells, dan
2015). Alopesia androgenetik dapat terjadi JAK-STAT signalling (Kelly, Blanco, & Tosti,
pada semua ras dan prevalensi tertinggi 2016). Dari berbagai pilihan pengobatan
dialami oleh orang Kaukasia da hamper semua diatas, penulis tertarik untuk mencari obat apa
laku-lakinya mengalami pemunduran garis yang paling tepat sebagai terapi alopesia
rambut regio frontotemporal setelah pubertas, androgenetik. Oleh karena itu, tujuan dari
tetapi pada pria Asia dan Afrika jarang terjadi. literature review ini adalah untuk mengetahui
Laki-laki kulit putih empat kali lebih pengobatan apa yang paling tepat untuk
berpeluang menderita alopesia androgenetik penyakit alopesia androgenetik. Tanpa
daripada laki-laki kulit hitam (Chandrashekar, penanganan, alopesia androgenetik merupakan
2018). Di Amerika Serikat diperkirakan kondisi yang progresif.Jumlah rambut
dialami oleh 35 juta laki-laki. Kelainan dapat menurun dengan kecepatan hampir 5% per
dialami mulai usia remaja dan bertambah tahun.Sehingga penelitian ini penting untuk
parah seiring dengan pertambahan usia dilakukan untuk mencari obat yang teapat
(Legiawati, 2013). dalam mencegah dan menangani penyakit ini.

Alopesia androgenetik menunjukkan METODE


miniaturisasi progresif dari folikel rambut yang Jenis penelitian ini berupa penelitian
mengarah pada transformasi vellus rambut deskriptif.Penulisan ini menggunakan metode
84
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 83 - 90, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

literature review dengan sumber pustaka yang tersebutmenyebutkan bahwa finasteride 1 mg


didapatkan berjumlah 25 artikel yang berasal sperhari, dutasterid 0,5 mg per hari, dan
dari buku, jurnal nasional dan jurnal minoxidil topical 5% dua kali per hari untuk
internasional dan dipilih sebanyak 22 sumber MPHL, minoxidil topical 1% dua kali per hari
yang sesuai dengan penelitian ini yang berasal untuk FPHL, merupakan rekomendasi terapi
dari 2 buku, 3 jurnal nasional dan 17 jurnal lini pertama untuk penderita alopesia
internasional. Sumber pustaka dari penelitian androgenetik.
ini dicari dari PubMed, Elsevier dan Google
Scholar dengan kata kunci “Androgenetic Motofei et al., (2018) mengatakan bahwa
alopecia AND minoxidil AND finasteride”. finasteride lebih baik dibandingkan dutasterid
Sumber dipilih berdasarkan keterbaruan dan dalam manajemen terapi penderita alopesia
yang mendukung topic dari penulisan.Tahun androgenetik. Hal ini dikarenakan finasteride
penerbitan jurnal dan buku yang digunakan dapat mempertahankan peran fisiologis
adalah tahun 2005 sampai tahun 2019. penting dihidrotestosterone dan disamping itu
juga efek samping dari finasteride dapat
HASIL diprediksi. Sedangkan pada penelitian Gupta &
Sebuah studi meta-analisis yang telah Charrette (2015)yang menguji penggunaan
dilakukan oleh Adil & Godwin, (2017), dia minoxidil topical untuk terapi alopesia
melakukan sistematik review terhadap androgenetik menunjukkan bahwa minoxidil
berbagai penelitian randomized controlled lebih efektif dibandingkan plasebo dalam
trials (RCTs) dari penelitian yang paling awal meningkatkan pertumbuhan rambut non-vellus
hingga Desember 2016 yang dicari melalui dan total dengan perbedaan rata-rata (MD)
PubMed, Embase, dan Cochrane. Penelitian 16,68; interval kepercayaan (CI) 95%. Proporsi
tersebut membandingkan terapi yang dibagi yang secara signifikan lebih tinggi dari pasien
menjadi 5 kelompok, yaitu untuk pria: low- dalam kelompok minoxidil memiliki
level laser light therapy, minoxidil 5%, pertumbuhan rambut yang lebih besar daripada
minoxidil 2%, finasteride 1g dan untuk wanita pasien dalam kelompok plasebo (resiko
minoxidil 2% yang semuanya dibandingkan relative (RR) 2,28; CI 95%, 1,58-3,31 dan RR
dengan placebo dan penelitian bersifat double- 1,56: CI 95%, 1.34-1.80).
blind. Hasil dari studi meta-analisis tersebut
menyatakan bahwa minoxidil, finasteride, dan Berbagai penelitian meta analisis diatas sejalan
low-level laser light therapy efektif untuk dengan anjuran dari Food and Drug
meningkatkan pertumbuhan rambut pada pria Administration (FDA) yang telah menyetujui
dengan alopesia androgenetik sedangkan pada dua terapi obat, yaitu finasteride oral dan
wanita dengan alopesia androgenetik, minoxidil topical sebagai terapi pada alopesia
minoxidil efektif untuk meningkatkan androgenetik. Kedua obat ini aman dan efektif
pertumbuhan rambut. diberikan dalam jangka waktu yang lama bagi
pasien laki-laki dengan alopesia androgenetik
Varothai & Bergfeld, (2014) juga melakukan (Pramitha, Linawati, Made, & Rusyati, 2013).
sistematik review pada penelitian
RCTs.Pengumpulan data dilakukan hingga PEMBAHASAN
desember 2013 pada situs Medline, Scopus, Alopesia androgenetik pada laki-laki atau
dan Cochrane. Penelitian ini dilakukandengan sering disebut juga male-pattern hair loss
tujuan mencari terapi medis dan non-medis merupakan kelainan yang androgen-dependent
evidence-based yang tepat untuk penderita dan ditentukan secara genetic.Sedangkan
alopesia androgenetik.Hasil dari penelitian ini alopesia androgenetik pada wanita sering
juga menunjukkan bahwa finasteride oral disebut female-pattern hair loss, peran
(untuk pria) dan minoxidil topical (untuk pria androgen kurang jelas dibandingkan pada laki-
dan waniita) adalah perawatan terbaik untuk laki.Kelainan tersebut ditandai dengan
mengobati alopesia androgenetik. penurunan secara progresif lamanya fase
anagen, yaitu fase pertumbuhan rambut. Di
Manabe et al., (2018)menyusun sebuah lain sisi terjadi peningkatan fase telogen, dan
guidelines terbaru mengenai diagnosis dan miniaturisasi folikel rambut di daerah scalp,
treatment yang tepat untuk male-pattern hair yang berakhor dengan regresi folikel rambut
loss (MPHL) dan female-pattern hair loss (Goldsmith et al., 2012). Alopesia
(FPHL) atau yang disebut alopesia androgenetik bukanlah penyakit yang
androgenetik. Dalam guidelines
85
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 83 - 90, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

mengancam nyawa tetapi dapat menjadi botak(Sadick, Callender, Kircik, & Kogan,
masalah yang serius bagi kehidupan 2017);(Marchbein, Shapiro, & Nagler, 2019).
psikososial pasien.Genetik, hormonal, dan
factor lingkungan merupakan factor yang Diagnosis alopesia androgenetik pada laki-laki
berhubungan dalam kejadian alopesia dapat ditegagkkan berdasarkan gambaran
androgenetik. Laporan literature terbaru telah klinis, khususnya pasien dengan riwayat
membuktikan adanya peradangan dan juga kerontokan rambut yang bertahap pada
stress oksidatif pada tingkat sel papilla dermal keluarga.Pada wanita, biasanya diagnosis
pasien dengan alopesia androgenetik (Prie, membutuhkan evaluasi yang lebih
Iosif, Tivig, Stoian, & Giurcaneanu, 2016). kompleks.Pada pemeriksaan mikroskop
terdapat peningkatan jumlah rambut telogen
Alopesia androgenetik pada laki-laki memiliki terutama pada daerah vertex kepala.Gambaran
predisposisi genetic yang jelas dan rambut distrofik dapat ditemukan walaupun
kemungkinan karena respon yang berlebihan jarang.Pemeriksaan penunjang berupa
terhadap androgen.Pola alopesia adalah trikogram dapat memberikan data jumlah
kelainan poligenik dengan dengan melibatkan folikel dan persentase rambut anagen dan
gen ayah dan ibu. Anak laki-laki memiliki telogen.Pola kebotakan pada laki-laki dimulai
risiko lima sampai enam kali lebih tinggi untuk pada daerah dahi. Garis rambut (hair line)
terjadinya alopesia androgenetik jika ayah semakin melebar membentuk gambaran
mereka juga mengalami alopesia.Penelitian “M”shape. Rambut juga menipis pada daerah
pada manusia dewasa kembar ditemukan mahkota, dan sering mengalami progresifitas
prevalensi 80-90% pada kembar menjadi kebotakan parsial atau
monozigot.Osborn mengatakan bahwa alopesia komplit.Progresifitas alopesia androgenetik
androgenetik diturunkan secara autosomal pada pria secara umum diklasifikasikan oleh
dominan, sedangkan dari hasil evaluasi terbaru Hamilton-Norwood scale, yang berkisar dari
ditemukan bahwa penurunannya secara gradasi I sampai VII.Pola kerontokan rambut
poligenik.Pola alopesia juga membutuhkan pada wanita berbeda, yaitu rambut kepala
androgen untuk terjadi dan hanya berkembang menjadi lebih tipis, tetapi garis rambut tidak
setelah masa pubertas.Hal ini dikarenakan pernah melebar. Alopesia androgenetik pada
pada laki-laki yang dikastrasi atau dikebiri wanita jarang menjadi kebotakan total
sebelum pubertas tidak pernah muncul (Legiawati L, 2013).
kelainan alopesia androgenetik. Dari studi
eksperimental diketahui adanya pelepasan Umumnya tidak diperlukan pemeriksaan
factor penghambat pertumbuhan rambutt penunjang untuk menegakkan diagnosis, baik
(transforming growth factor-β) oleh androgen- pada laki-laki maupun wanita dengan pola
stimulated fibroblast dari folikular papilla kerontokan rambut yang khas. Namun, jika
dermis (Goldsmith et al., 2012); (Chan & kerontokan terjadi secara difus dan tidak
Cook, 2018); (Tanaka, Aso, Ono, Hosoi, & terjadi pada lokasi yang khas, perlu dilakukan
Kaneko, 2018). pemeriksaan tambahan antara lain pemeriksaan
thyroid stimulating hormone (TSH) dan kadar
Aktivasi reseptor androgen memperpendek besi serum pada pasuen dengan riwayat
fase anagen atau fase pertumbuhan dalam kekurangan zat besi dalam diet atau riwayat
siklus pertumbuhan rambut normal.Pada perdarahan. Sementara untuk wanita
alopesia androgenetik, aktivasi berlebihan dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan kadar
menyebabkan miniaturisasi folikel melalui fase ferritin seru,. TSH, dan kadar androgen serum.
anagen yang semakin pendek, menghasilkan Pemeriksaan androgen serum harus
folikel rambut yang lebih tipis dan lebih dipertimbangkan khususnya pada wanita
pendek yang pada akhirnya mungkin tidak dengan koinsidensi hirsutisme, akne dewasa
menembus melalui epidermis. Spesimen derajat sedang-berat, akantosis nigrikans, haid
patologis akan menunjukkan penurunan rasio yang tidak teratur, dan atau galaktorea.
5:0 dari rambut anagen ke telogen dimana Pemeriksaan minimal yang dilakukan
normalnya adalah 12:1. Pasien alopesia mencakup testosteron bebas atau total dengan
androgenetik memiliki produksi atau tanpa dehidroepiandrosteron sulfat
dihidrotestosteron yang lebih tinggi, dan kadar (Goldsmith et al., 2012). Ada dua obat yang
reseptor alfa-reduktase dan androgen yang disetujui FDA untuk terapi alopesia
lebih tinggi pada kulit kepala yang mulai androgenetik, yaitu minoxidil topical dan
finasteride oral, yang keduannya memerlukan
86
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 83 - 90, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

setidaknya 4-6 bulan pemakaian untuk terlihat alopesia androgenetik pada pria.Pada dosis ini,
peningkatan atau efek dari terapinya. Obat ini finasteride telah terbukti mengurangi DHT
digunakan secara rutin untuk mempertahankan kulit kepala sebesar 64% dan DHT serum
respon yang ditimbulkan oleh obat.Akan sebesar 68%.Profil efek samping dari
tetapi, kepatuhan dalam pengobatan sering kali finasteride termasuk penurunan libido,
buruk. Inisiasi obat dapat menyebabkan fase disfungsi ereksi dan depresi membuat beberapa
pelepasan awal dan kedua obat ini dapat pasien ragu untuk menggunakan
bekerja lebih baik jika diberikan secara finasteride.Pemeriksaan serangkaian biopsy
bersamaan(Manabe et al., 2018). kulit kepala pada pasien denga AGA
mengungkapkan bahwa setelah 12 bulan
Minoxidil Topikal perawatan dengan finasteride, jumlah rambut
Minoxidil merupakan obat turunan terminal meningkat dan jumlah rambut vellus
piperidinopyrimidine dan vasodilator arteriol menurun. Studi ini menunjukkan kemampuan
yang kuat (Trueb RM, 2010).Telah terbukti finasteride untuk membalikkan proses
efekttif dalam mengubah rambut vellus ke miniaturisasi dan mendorong pertumbuhan
rambut terminal pada 30% pasien bila rambut terminal. Sebaliknya penggunaan
diterapkan dalam larutan 2% dengan basis air finasteride topical dalam larutan 0,05% tidak
propilen glikol 10%.Minoxidil 1 mL diterapka menunjukkan efek pada pertumbuhan kembali
ke kulit kepala dua kali sehari.Efluvium rambut meskipun mengurangi serum DHT
telogen sementara dapat terjadi dalam 2-8 sebesar 40%(Irwig, 2012); (Chandrashekar,
minggu pertama.Perawatan dengan minoxidil 2018).
5% menghasilkan pertumbuhan rambut yang
lebih baik dibandingkan minoxidil 2% pada SIMPULAN
pria dan wanita.Sediaan tanpa propilen glikol Pengobatan yang paling tepat untuk menangani
memiliki lebih sedikit edek samping pada penyakit alopesia androgenetik adalah obat
kulit. Ada risiko yang lebih tinggi dari finasterid oral dan minoxidil topical atau
hipertrikosis wajah dengan penggunaan kombinasi dari kedua obat
sediaan 5% pada wanita (Chandrashekar, tersebut.Dikarenakan obat tersebut telah
2018). terbukti efek dan tingkat
keamanannya.Finasterid memiliki efek dalam
Respon terbaik dapat dilihat pada pria dan menurunkan kadar5α-dehydrotestosterone
wanita yang diterapi diawal proses kebotakan, (DHT) didalam serum dan kulit kepala,
dengan diameter maksimum kebotakan kurang pengurangan produksi DHT ini kemudian
dari 10 cm dan di mana kepadatan rambut pra- membatasi miniaturisasi folikel rambut.
perawatan lebih dari 20 rambut/cm2. Respon Minoxidil memiliki efek vasodilator arteriol
maksimal terlihat dalam 6 bulan pertama yang nantinya akan mempermudah darah dan
terapi, manfaat setelahnya bersifat nutrisi disuplai ke rambut dan juga akan
marjinal.Untuk mempertahankan manfaat ini, memperpanjang fase anagen dari siklus
pasien disarankan agar penggunaan minoxidil pertumbuhan rambut. Sehingga finasterid dan
harus dilanjutkan selama sisa hidup minoxidil dapat digunakan sebagai obat pilihan
mereka.Regresi hasil terjadi setelah 3 bulan untuk penyakit alopesia androgenetik.
penghentian dan menjadi kebotakan yang
mungkin terjadi jika pengobatan tidak DAFTAR PUSTAKA
diterapkan lagi. Penggunaan secara bersama Adil, A., & Godwin, M. (2017). The
minoxidil dengan spironolactone pada wanita effectiveness of treatments for
dapat menghasilkan efek aditif androgenetic alopecia: A systematic
(Chandrashekar, 2018). review and meta-analysis. Journal of
American Dermatology, 77(1), 136-
Finasteride 141.e5.https://doi.org/10.1016/j.jaad.201
Finasteride adalah azo-steroid sintesis yang 7.02.054
merupakan antagonis ampuh 5-α-reductase
tipe 2.Ia mengikat secara ireversibel pada Chan, L., & Cook, D. K. (2018). Female
enzim ini untuk menghambat konversi pattern hair loss, 47(7), 459–464.
testosterone menjadi DHT. Pengurangan
produksi DHT ini kemudian membatasi Chandrashekar, B. S. (2018). IADVL Textbook
miniaturisasi folikel rambut.Dosis 1 mg per of Trichology (1st ed.). New Delhi:
oral adalah dosis optimal untuk pengobatan Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
87
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 83 - 90, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Goldsmith, L. A., Katz, S. I., Gilchrest, B. A., 8138.14470


Paller, A. S., Leffell, D. J., & Wolff, K.
(2012). Fitzpatrick’s dermatology in Marchbein, S., Shapiro, J., & Nagler, A. R.
general medicine (8th ed.). New York: (2019). Androgens in women Androgen-
McGraw-Hill Companies Inc. mediated skin disease and patient
evaluation. Journal of the American
Gupta, A. K., & Charrette, A. (2015). Topical Academy of Dermatology, 80(6), 1497–
minoxidil: Systematic review and meta- 1506.https://doi.org/10.1016/j.jaad.2018.
analysis of its efficacy in androgenetic 08.062
alopecia. Skinmed, 13(3), 185–189.
Motofei, I. G., Rowland, D. L., Baconi, D. L.,
Harrison, S., & Bergfeld, W. (2009). Diffuse Tampa, M., Sârbu, I., Păunică, S., &
hair loss : Its triggers and management. Constantin, V. D. (2018). Expert
Cleveland Clinic Journal Of Medicine, Opinion on Drug Safety Androgenetic
76(6), 361–367. alopecia ; drug safety and therapeutic
https://doi.org/10.3949/ccjm.76a.08080 strategies. Expert Opinion on Drug
Safety, 17(4), 407–412.
Irwig, M. S. (2012). Depressive symptoms and https://doi.org/10.1080/14740338.2018.
suicidal thoughts among former users of 1430765
finasteride with persistent sexual side
effects. The Journal of Clinical Nyoman, D., & Utami, T. (2015). Alopesia
Psychiatry, 73(9), 1220–1223. androgenetik pada laki-laki. Medicinus,
https://doi.org/https://doi.org/10.4088/J 28(1), 40–45.
CP.12m07887
Pramitha, R. J., Linawati, N. M., Made, L., &
Kaliyadan, F., Nambiar, A., & Rusyati, M. (2013). Farmakoterapi
Vijayaraghavan, S. (2013). alopesia androgenetik pada laki-laki. E-
Androgenetic alopecia : An update. Jurnal Medika Udayana, 2(3), 515–534.
Indian Journal of Dermatology, Retrieved from
Venereology, and Leprology, 79(5), https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/arti
613–625. https://doi.org/10.4103/0378- cle/view/4937
6323.116730
Prie, B. E., Iosif, L., Tivig, I., Stoian, I., &
Kelly, Y., Blanco, A., & Tosti, A. (2016). Giurcaneanu, C. (2016). Oxidative stress
Androgenetic Alopecia : An Update of in androgenetic alopecia. Journal of
Treatment Options. Drugs, 76(14), Medicine and Life, 9(1), 79–83.
1349–1364.
https://doi.org/10.1007/s40265-016- Sadick, N. S., Callender, V. D., Kircik, L. H.,
0629-5 & Kogan, S. (2017). New insight into
the pathophysiology of hair loss trigger
Legiawati, L. (2013). Alopesia androgenetik. a paradigm shift in the treatment
MDVI, 40(2), 96–101. approach. Journal of Drugs in
Dermatology, 16(11), 135–140.
Lolli, F., Pallotti, F., Rossi, A., Fortuna, M. C.,
Caro, G., Lenzi, A., & Sansone, A. Stough, D., Stenn, K., Haber, R., Parsley, W.
(2017). Androgenetic alopecia : a M., Vogel, J. E., Whiting, D. A., &
review. Endocrine, 57(1), 9–17. Washenik, K. (2005). Psychological
https://doi.org/10.1007/s12020-017- Effect, Pathophysiology, and
1280-y Management of Androgenetic Alopecia
in Men. Mayo Clinical Proceedings,
Manabe, M., Tsuboi, R., Itami, S., Osada, S., 80(10), 1316–1322.
Amoh, Y., Ito, T., & Ohyama, M. https://doi.org/10.4065/80.10.1316
(2018). Guidelines for the diagnosis and
treatment of male-pattern and female- Tanaka, Y., Aso, T., Ono, J., Hosoi, R., &
pattern hair loss , 2017 version. The Kaneko, T. (2018). Androgenetic
Journal of Dermatology, 45(9), 1031– alopecia treatment in asian men. Journal
1043. https://doi.org/10.1111/1346- of Clinical and Aesthetic Dermatology,

88
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 83 - 90, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

11(7), 32–35.

Tsuboi, R., Itami, S., Inui, S., Ueki, R.,


Katsuoka, K., Kurata, S., & Kono, T.
(2012). Guidelines for the management
of androgenetic alopecia ( 2010 ). The
Journal of Dermatology, 39(2), 113–
120. https://doi.org/10.1111/j.1346-
8138.2011.01361.x

Varothai, S., & Bergfeld, W. F. (2014).


Androgenetic alopecia : An evidence-
based treatment update. American
Journal of Clinical Dermatology, 15(3),
217–230.
https://doi.org/10.1007/s40257-014-
0077-5

89
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 83 - 90, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

90

Anda mungkin juga menyukai