Anda di halaman 1dari 96

REFERAT

TERAPI TERKINI ALOPESIA


ANDROGENIK
Pembimbing : dr. Rompu Roger Aruan, Sp.KK

Emelia Sienly Soedianto 112019057


Jessica Averina 112019098
Jessica Amara Wijaya 112019223
Marcho 112019051
Puspa Pelita Sukma Hermawan 112019159
Yenny Ratnasari 112019104

Senin, 2 November 2020


Stase Kulit dan Kelamin RSUD Koja
Periode (19 oktober 2020 – 4 November 2020)
Pendahuluan
• Rambut rontok merupakan gejala klinis yang paling sering dikeluhkan
• Prevalensi bervariasi antar kelompok etnis, dengan tingkat prevalensi
dan menganggu.
yang lebih tinggi dilaporkan pada pria Kaukasia (50%) dan wanita (19%)
•• Tujuan
Jenispengobatan
3dibandingkan
Kerontokan utama
: danadalah
pria Asia untuk menghentikan perkembangan
kulit hitam.
dan
• mencegah penipisan
Androgenetic alopecia
lebih 
(AGA)
lanjut, dan
Paling
perbaikan serta
sering
• pertumbuhan
Dalam kontekskembali
India, tingkat
mungkinprevalensi 58% tercapai
tidak selalu pada pria berusia 30-50
• Telogen
tahun telaheffluvium
ditemukan. Dalam semua kasus, kejadian ini secara bertahap
• Tujuan dari seiring
meningkat
• Alopecia referat ini adalah untuk
areata bertambahnya meninjau pilihan terapi saat ini dan
usia.
kemungkinan efek sampingnya, serta perspektif baru untuk pengobatan
• AGA
AGA
Pada atau
wanitapola kebotakan,
Kaukasia, yangAGA
prevalensi ditandai dengan
meningkat miniaturisasi
seiring bertambahnya
usia:
progresif dari folikel rambut adalah gangguan rambut rontok
nonscarring yang
• 14-28% pada sebagian
wanita besar mempengaruhi
pascamenopause di usia 50 tahunan hingga 80% pria dan
• 29-56%
50% pada
wanita populasimasa
selama yang berusia
remajalebih
dandari 70 tahun
pasca remaja.
• Wanita Asia < Wanita Kaukasia
Anatomi
• Rambut meruapakan salah satu adneksa kulit yang terdapat
pada seluruh tubuh, kecuali telapak tangan, telapak kaki,
kuku dan bibir.
• 3 jenis rambut :
• Rambut lanugo
• Rambut velus
• Rambut terminal
Siklus Aktivitas Folikel Rambut
• Masa anagen
• Sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru, mendorong sel-sel
yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya antara 2-6 tahun. Ada 85%
rambut kepala dalam masa anagen.
• Masa katagen
• Masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat di sekitar folikel
rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit, bagian bawahnya melebar,
dan mengalami pertandukan sehingga berbentuk gada (club). Masa peralihan
ini berlangsung 2-3 minggu. Hanya sekitar 1% rambut kepala dalam fase ini.
• Masa telogen
• Masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel dan berbentuk tunas
kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada akan terdorong
keluar. Jumlah rambut dalam fase ini berkisar 10-15%.
Fungsi Rambut

Penambah
Pelindung Penghangat
Kecantikan
Pertumbuhan Rambut
• Keadaan Fisiologi  Hormon
• Kelainan Metabolic dan Defisiensi Nutrisi  Protein, asam lemak
esensial, zat besi, dan seng
• Proses Penuaan
• Vaskularisasi
Alopecia Areata Alopecia Universalis

Alopecia Androgenetic

Alopecia Totalis
Non-scarring Telogen Affluvium

Alopecia traumatis Trikotilomanis

Alopesia Tinea capitis(black-dots)

Anagen Effluvium

Tinea Capitis (favus)

Scarring Alopecia muscinosa

Alopecia Neoplastica
Epidemiologi
• Pada alopecia areata prevalensinya 0,2% tanpa predileksi ras atau
jenis kelamin dan dapat mempengaruhi semua kelompok usia.
• Alopesia androgenic merupakan kelainan yang sering terjadi 50%
pada pria dan 15% wanita, terutama wanita pascamenopause.
Dimana ras kulit putih lebih sering daripada ras kulit hitam.
• Pada telogen effluvium wanita cenderung lebih banyak daripada pria.
Pada tinea capitis sering terjadi pada anak-anak dan ras kulit hiyam.
• Pada effluvium anagan sering terjadi pada pasien kanker yang sedang
dalam pengobatan kemoterapi.
Patogenesis Alopesia Androgenetik
• AGA - miniaturisasi bertahap dari folikel rambut, yang dihasilkan dari
perubahan dalam dinamika siklus rambut, yang menyebabkan
transformasi vellus dari folikel rambut terminal.
• Siklus rambut normal - fase pertumbuhan aktif (anagen) berlangsung
2 - 7 tahun.
• Diikuti oleh tahap regresi singkat / catagen berlangsung 1 - 2 minggu
dan kemudian fase istirahat (telogen) berlangsung 5 – 6 minggu
Patogenesis Alopesia Androgenetik
• Dalam AGA, durasi fase anagen secara bertahap menurun dan fase
telogen meningkat.
• Karena durasi fase anagen menentukan panjang rambut, panjang
maksimum rambut anagen baru menjadi lebih pendek dari
pendahulunya, yang mengarah ke miniaturisasi dan akhirnya
penampilan botak
Patogenesis – Hormon yang berpengaruh
• Testosteron dan androgen lemah seperti
• dehydroepiandrosterone
• androstenedion
• dimetabolisme di banyak jaringan kulit.
• Testosteron bebas menembus membran sel dalam sitoplasma 
dihidrotestosteron (DHT) oleh 5 reduktase (terutama Tipe II).
• DHT berikatan kuat dengan reseptor androgen (AR) dan kompleks ini
ditranslokasi ke nukleus, dibantu oleh ko aktivator AR.
• Ini menghasilkan transkripsi gen target dan akhirnya terjemahan
menjadi gen yang menggunakan aktivitas biologis.
Patogenesis - Faktor Pertumbuhan &
Sitokin
• Persilangan antara papila dermal dan sel folikel rambut yang terbentang di bawah
pengaruh androgen dihasilkan dari sekresi banyak faktor dari papila dermal.
• Ini memiliki efek autokrin pada papila kulit itu sendiri dan efek parakrin pada sel
epitel folikel rambut.
• Faktor-faktor ini termasuk faktor pertumbuhan
• faktor pertumbuhan seperti Insulin (IGF-1),
• faktor fibroblast dasar (bFGF),
• faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF)
• Sitokin mengubah faktor pertumbuhan
• beta 1 (TGF 1),
• interleukin 1 alfa (IL -1alfa)
• tumor nekrosis faktor alfa (TNF alfa)
Patogenesis – DHT dan Enzim konversi
• Pengaruh hormone dan enzim pada AGA
• Konsentrasi DHT bersama dengan 5 alfa reduktase dan reseptor
androgen meningkat di kulit kepala yang botak.
• Enzim lain yang terlibat dalam konversi androgen lemah menjadi
androgen kuat adalah 3 beta hidroksisteroid dehidrogenase (3 beta
HSD) dan 17 beta hidroksisteroid dehidrogenase (17 beta HSD) juga
menunjukkan peningkatan aktivitas di AGA.
• > konsentrasi reseptor androgen dan androgennya > berpengaruh
pada ekspresi gen yang mengontrol siklus folikel.
Patogenesis – Faktor Pemelihara Anagen
• Katagen terjadi akibat penurunan ekspresi faktor-faktor pemelihara
anagen,
• Faktor pertumbuhan-IGF-1,
• bFGF
• VEGF
• Peningkatan ekspresi sitokin (TGF beta 1, IL -1alfa dan TNF alfa)
meningkatkan apoptosis.
Patogenesis – beta Catenin Wnt
• Kemajuan terbaru- identifikasi peran penting jalur pensinyalan beta
catenin Wnt yang diperlukan untuk regenerasi folikel rambut dan
pertumbuhan batang rambut.
• Androgen dan ligan yang diaktivasi AR dapat secara negatif
mempengaruhi jalur pensinyalan beta catenin Wnt.
• Androgen menghambat jalur dengan meningkatkan ekspresi glikogen
sintase kinase (GSK 3beta)
Patogenesis – Gen yang Terlibat
• Gen yang terlibat dalam AGA:
• Mode pewarisan poligenik ditetapkan karena prevalensi yang tinggi dan berbagai
fenotipe yang diekspresikan di AGA.
• Gen mempengaruhi predisposisi melalui variasi urutan DNA - polimorfisme
nukleotida tunggal, pengulangan mikrosatelit, mutasi penyisipan, mutasi
penghapusan dan variasi nomor salinan; atau modifikasi epigenetik seperti
inaktivasi kromosom X, hipermetilasi (mematikan ekspresi gen) atau hipometilasi
(mengaktifkan ekspresi gen) DNA di daerah promotor gen.
• Dua lokus risiko genetik utama adalah lokus AR / EDA2R kromosom X dan lokus
PAX1 / FOX A2 pada kromosom 20. Studi terbaru menunjukkan lokus HAD C9
pada kromosom 7 sebagai lokus kerentanan baru.10
Patogenesis – Gen Reseptor & Peradangan
• Gen reseptor androgen:
• Reseptor androgen / AR menentukan sensitivitas sel terhadap androgen.
• Gen AR mengatur potensi androgen yang tersedia untuk folikel rambut.
• Polimorfisme Stu 1 memiliki hubungan paling signifikan dengan AGA.
• Peradangan folikel rambut dan faktor lingkungan:
• Prosesnya lambat tidak seperti proses inflamasi dan destruktif pada jaringan parut alopecia klasik.
• Racun mikroba  respons inflamasi
• Propionibacterium sp.
• Staphylococcus sp.
• Malassezia sp.
• Demodex
Manifestasi klinis
Pola Kebotakan

• Pada pria  frontotemporal dan area vertex.

50%-60% pria akan mengalami kebotakan pada umur 70 tahun.

• Pada wanitapengurangan densitas rambut pada area frontal dan vertex yang
tersebar rata.

Rambut terminal menjadi lebih pendek dan lebih tipis (miniaturisasi folikular).
Pola Kebotakan pada Wanita
Dibagi menjadi 3 pola:

1. Penipisan rambut pada bagian atas (crown region) tanpa adanya penipisan
garis rambut area frontal. Terdapat 2 penilaian untuk mengetahui pola
tersebut, Skala Ludwig dan 5 point Sinclair scale. Klasifikasi Ludwig membagi
kerontokan menjadi 3 fase, tipe I (ringan), tipe II (sedang), dan tipe III
(berat).

2. Penipisan dan pelebaran bagian tengah kepala dengan kelainan garis rambut
bagian frontal. Hal ini disebut pada Skala Olsen sebagai Pola “Christmas
Tree”.

3. Penipisan rambut pada area bitemporal yang mirip dengan pola kerontokan
rambut pada pria.
Norwood Hamilton Score
• Sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebotakan pada pria.
Lee Classification
• Klasifikasi dasar dan spesifik (BASP).

Ada empat tipe dasar (L, M, C, dan U)

• Tipe L tidak ada resesi di sepanjang perbatasan anterior di wilayah frontotemporal

yang tampak linier.

• Tipe M resesi pada garis rambut frontotemporal yang lebih menonjol daripada garis

rambut anterior tengah. Garis rambutnya menyerupai huruf M.

• Tipe C resesi pada garis rambut anterior tengah yang lebih menonjol daripada garis

rambut frontotemporal. Seluruh garis rambut anterior mundur ke posterior dalam

bentuk setengah lingkaran, menyerupai huruf C.

• Tipe U  garis rambut anterior mundur ke posterior melewati vertex membentuk


Lee CLassification

Dua tipe spesifik (F dan V).

• Tipe F penurunan dalam kepadatan rambut di seluruh kulit kepala, terlepas


dari garis rambut anterior. Biasanya lebih menonjol di area depan kulit kepala.

• Tipe V rambut rontok terlihat lebih jelas di bagian puncak daripada di bagian
depan.
Lee Classification
Klasifikasi Ludwig (1977)

Berdasarkan tahap evolusi penipisan rambut secara sentrifugal di


bagian tengah atas (crown) kepala, dengan daerah frontal yang
persisten.
KLASIFIKASI SINCLAIR (2004)

• Validasi penilaian kerontokan rambut berdasarkan sistem


penilaian 5 titik berdasarkan dokumentasi pasien.
Diagnosis

Diagnosis didasarkan oleh beberapa informasi yang terintegrasi mulai dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.

o Anamnesis  onset, durasi, pola kebotakan yang dialami


o Keluhan : asimptomatik, rasa gatal, terbakar
o Riwayat penyakit dahulu/penyakit sistemik
o Riwayat keluarga : positif pada AGA
o Riwayat Pribadi : kebiasaan mengikat rambut terlalu keras, penggunaan wig, ekstensi.
o Riwayat penggunaan obat-obatan (progestin, valproat)
Pemeriksaan fisik
Dilakukan secara holistic  kemungkinan penyebab
alopesia
o Pemeriksaan klinis umum
• Kondisi hirsutisme (wajah, punggung, abdomen, dada)
o Pemeriksaan scalp
• Mengevaluasi pola penipisan rambut dan kulit kepala
• Skala penilaian : Klasifikasi Ludwig, Klasifikasi Sinclair
Pemeriksaan KHUSUS RAMBUT & SCALP

•Trikoskop
Pull Test
- Dermoskop
Pull test adalah pemeriksaan
yang digunakan sederhana
sekaligus untuk
melihat rambut & scalp
 penarikan rambut
- Non-invasif
Tujuan : untuk mengetahui derajat
keparahan
- Tujuan kerontokan
: menilai rambut
batang rambut, pola vaskular,
daerah perifolikular
Metode :
 Sekitar
- Skala 20-60:helai
magnifikasi 10x, rambut
20x, 70xdiremas dan
ditarik dari dasar hingga akhir rambut
- Hair terminal
diameter diversity > 20% (AGA)
 Hasil positif apabila didapatkan > 6 helai
rambut atau >10% rambut rontok.
TRIKOGRAM & PHOTOTRICHOGRAM

Trikogram
Photorichogram
•• Pemeriksaan
Metode pemeriksaan
non invasifmikroskopis
batang rambut dan
•kulit kepala
Bulbus  close-up
rambut photographic
di tempatkan di slide kaca dan
dianalisis
• Tujuan dibawah
: menilai mikroskop
densitas rambut, parameter
•laju pertumbuhan
Gambaran rambut
singkat batng rambut saat
pemeriksaan.
• Tricho-scan
• Tujuan : kondisi batang – akar, ujung rambut
Hair wash test

• Metode ini berbasis pada pencucian rambut pasien di baskom


setelah tidak keramas selama 5 hari.
• Rambut yang rontok kemudian  dikumpulkan dan
dipisahkan
• Rambut pendek < 3 cm,
• Rambut panjang > 5 cm.
• Pada alopesia androgenetic, hasil hair wash test bisa
didapatkan lebih dari 10% rambut rontok adalah rambut yang
panjangnya < 3 cm (rambut vellus).
Biopsi Kulit Kepala
• Menggunakan punch 4-mm termasuk dermis.
• Biopsi MPHL rasio rambut terminal-vellus <1.7:1 (<3:1 dianggap
diagnostik) dan kenaikan persentase rambut telogen (>10%).
• Rambut vellus (rambut yang memiliki diameter <0.03 mm dan tidak
terikat otot erektor pili.
• Gambaran histopatologi lainnya yang khas adalah peningkatan
telogen atau rasio anagen dan peningkatan jumlah stelae folikel.
• Stelae adalah selubung jaringan ikat yang tertinggal saat rambut
telogen bergerak ke atas kulit kepala ke tingkat area tonjolan
Pemeriksaan Biokimia
• Keadaan hiperandrogenik harus dipertimbangkan pada wanita dengan
FAGA (hirsutisme, iregular mens, acne, hiperprolactin, acanthosis
nigricans)
• Dilakukan pada fase folikular dan kontrasepsi oral harus dihentikan 2
bulan sebelum pemeriksaan dilakukan.
• USG ovarium dan adrenal dapat dilakukan untuk menyingkirkan
adanya kista ovarium dan tumor yang memproduksi androgen atau
adrenal congenital hiperplasia.
• Pengukuran kadar besi darah, feritin, vitamin D, zinc, dan profil tiroid
Terapi Antiandrogen
5α-Reductase Inhibitor
• Sekelompok obat yang digunakan dalam pengobatan kelenjar prostat
yang membesar dan rambut rontok pola pria.
• Obat-obatan seperti finasteride dan dutasteride merupakan
penghambat 5-alfa reductase (5AR) yang dirancang untuk
menurunkan produksi DHT.
Finasteride
• Obat ini efektif dalam mencegah miniaturisasi yang bergantung pada
androgen pada folikel rambut dengan cara menghambat enzim 5-alpha-
reductase (5AR) tipe 2, yang pada gilirannya mencegah konversi testosteron
menjadi DHT.
• Laki-laki, 1 mg/hari  lebih dari 95% pria, hanya 66% yang mencapai
pertumbuhan kembali rambut sedang dan 5% pertumbuhan kembali rambut
yang ditandai.
• Wanita, 2.5 mg/hari  112 pasien yang diteliti, 30% menunjukkan sedikit
perbaikan dan 65% peningkatan signifikan menggunakan foto global,
sedangkan 5% tidak mengalami perubahan.
• Efek samping  Penurunan libido, disfungsi ereksi, penurunan volume
ejakulasi, pengurangan sementara jumlah sperma, penurunan kesuburan,
nyeri testis, depresi dan ginekomastia.
Topical Finasteride
• Penurunan yang signifikan dalam tingkat kerontokan rambut,
peningkatan jumlah rambut total dan terminal, serta peningkatan
penilaian pertumbuhan rambut.
• Finasteride topikal juga mengakibatkan penurunan DHT kulit kepala
dan plasma tetapi tidak ada perubahan testosteron serum.
• Hasil awal penggunaan finasterida topikal terbatas tetapi sejauh ini
tampak aman dan menjanjikan.
Dutasteride
• Dutasteride menghambat tipe I dan tipe II 5a-reduktase, telah
ditemukan lebih efektif daripada finasteride pada AGA.
• Dutasteride 0.5mg dapat menurunkan kadar DHT serum hingga 90%.
• Dutasteride juga tersedia dalam kombinasi dengan tamsulosin.
Topical Antiandrogen: Cortexolone 17α-Proprinate
• Sedang menjalani uji coba tahap II
• Selektif androgen reseptor antagonis memblokir interaksi DHT dengan reseptor androgen pada folikel
rambut. Ini juga mengurangi PGD2.
• Analisis sementara penggunnaan 2x/hari selama 26 minggu melibatkan 95 pria menunjukkan peningkatan
jumlah rambut pada penggunaan CB-03-01 vs placebo (12,7 vs 2,9); namun, solusio minoxidil 5% lebih
unggul daripada keduanya (18.8).
Spironolactone
• Obat diuretic yang dianggap sebagai antiadrogen karena mengurangi
kadar tertosteron dan memblokir reseptor androgen di jaringan target
• Dosis 50-200mg/ hari, kerontokan pada wanita dosis 100-200mg/ hari
disertai dengan pil pada wanita subur
• Efek samping
• efek diuretic (hiperkalemia, hipotensi, kelelahan, penurunan berat
badan, peningkatan frekuensi berkemih)
• efek antiandrogenic (breast tenderness dan ketidakteraturan
menstruasi)
Cyproterone Acetate
• Reseptor antagonis androgen yang secara langsung memblokir dihrotestosteron (DHT) yang
mengikat reseptornya dan mengurangi kadar testosterone dengan mengurangi pelepasan
sllicle stimulating dan luteinizing hormone
• Tersedia sebagai single dose atau kombinasi dengan estradiol ethinyl sebagai pil kontrasepsi
• Pada wanita pramenopause 100mg/ hari pada hari 5-15 siklus menstruasi bersama ethinul
estradiol 50 μg pada hari 5–25, atau 50 mg/hari pada hari 1–10 dan estradiol 35 μg pada
hari 1–21
• Postmenopause wanita 50 mg/hari
• Efek samping irregular siklus menstruasi, kenaikan berat badan, penurunan libido, breast
tenderness, depresi, mual dan penyakit pada liver.
• Penggunaan obat ini bisa menjadi pilihan pengendalian kelahiran pada pasien perempuan
yang merupakan efek samping tambahan dari terapi antiandrogen.(3)
Flutamide
• Antiandrogen yang sangat memblokir androgen dan mengikat
reseptornya
• Diberikan pada dosis 62,5 – 250 mg/ hari untuk pengobatan
kerontokan pada wanita
• Meskipun telah terbukti efficient namun obat ini memiliki efek
samping seperti hepatotoksisitas parah (3/10.000)
• Efek samping lainnya adalah penurunan libido dan hot fushes.
Androgen-Independent Therapies
Minoksidil
• 1970- Anti hipertensi
• Kerja obat: vasodilator arteriol yang bekerja langsung dengan
membuka saluran kalium.
• Efek samping: 24-100% pertumbuhan rambut
• Minoksidil adalah yang pertama dan satu-satunya obat topikal yang
disetujui oleh FDA untuk mengobati AGA.
• Pria larutan 2% 1988, 5% 1991, busa (foam) 5% 2016.
• Wanita, larutan 2% 1991 dan busa 5% 2014
Minoksidil
• Mekanisme kerja dimediasi melalui pembukaan saluran potasium,
yang mengarah pada peningkatan aliran darah kulit dan peningkatan
tingkat faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF) dan promotor
pertumbuhan rambut di papilla dermal terjadi.
• Pertumbuhan rambut dengan meningkatkan produksi prostaglandin
E2 (PGE2) melalui stimulasi prostaglandin endoperoxide synthase-1
• Metabolit aktif (minoksidil sulfat) yang diubah dari minoksidil oleh
enzim sulfotransferase di selubung akar terluar dari folikel anagen.
Minoksidil
• Efek samping: Dermatitis kontak (umum) & hipertrikosis wajah.
• Bahan utama: propilen glikol iritasi kulit atau alergi (jarang)
• Minoksidil busa foam tidak mengandung propilen glikol.
• Efek samping lebih umum larutan 5% 2x/hari dibandingkan 2%
2x/hari.
• Hipertrikosis wanita > pria
Minoksidil
• Hipertrikosis hilang 1-3 bulan setelah penghentian obat.
• Peningkatan sementara pada rambut rontok pada awal pengobatan
terlihat pada beberapa pasien.
• Namun, ini hanyalah tanda kemanjuran minoksidil karena
menunjukkan bahwa folikel telogen memasuki kembali fase anagen,
dan ini harus dijelaskan kepada pasien. Biasanya berlangsung selama
beberapa minggu.6
Prostaglandin Analog dan Antagonis
• Lantaprost analog prostaglandin F2 (PGF2) : topikal glaucoma
• ES: Perpanjangan dan pigmentasi bulu mata dan alis
• Efek disebabkan perpanjangan fase anagen.
• 2008 FDA menyetujui bimatoprost, analog PGF2 - hipotrikosis bulu
mata
Prostaglandin Analog dan Antagonis
• PGD2 & sintetasenya sangat diekspresikan di kulit kepala pria dengan
AGA.
• Tingkat tinggi dari miniaturisasi diinduksi PGD2, hiperplasia kelenjar
sebaceous, dan alopecia pada tikus dan PGD2 topikal menghambat
pertumbuhan rambut di area aplikasi pada tikus.
• Tingkat PGE2 - pendorong pertumbuhan rambut, lebih tinggi di kulit
kepala normal daripada di kulit kepala AGA.
• Reseptor PGD2 / GPCR44 = target pengobatan yang potensial.
• Setipiprant, antagonis oral selektif terhadap reseptor PGD2,
kemungkinan akan dikembangkan untuk indikasi ini.
Prostaglandin Analog dan Antagonis
Ketoconazole
• obat anti-jamur topikal sebagai sampo 2% untuk dermatitis seboroik
dan mengurangi kolonisasi Malassezia.
• Efek lain: anti-androgenik karena dapat menghambat dan
mengganggu proses steroidogenesis
• Menghambat aktivitas reseptor androgen dan mungkin signifikan
dalam mengendalikan kerontokan rambut terkait androgen.
Ketoconazole
• Mikroemulsi KCZ topikal dapat menginduksi efek trikogenik yang
signifikan dalam FPHL dengan profil keamanan yang tinggi berbeda
dengan terapi minoksidil tradisional.
• Respon terapeutik mikroemulsi 2% KCZ topikal lebih lambat daripada
minoksidil topikal pada konsentrasi yang sama.
• Direkomendasikan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi
kemanjuran KCZ pada konsentrasi yang lebih tinggi dan formulasi yang
berbeda untuk pasien FPHL.
Ketoconazole
Terapi Co-Adjuvan
Laser Therapy
• Awal pengamtan eksperimental laser ruby tenaga rendah 694nm 
Meningkatkan pertumbuhan rambut tikus
• hipertrikosis di daerah berdekatan pencabutan rambut laser dengan
laser dioda (810 nm).
• Mekanisme aksinya belum sepenuhnya diketahui.
• Hipotesis: cahaya  mengaktifkan folikel rambut yang tidak aktif,
meningkatkan aliran darah, dan meningkatkan produksi faktor
pertumbuhan dan adenosin trifosfat yang merangsang rambut anagen
LLLT
• Terapi Cahaya Tingkat Rendah / Low Level Light (Laser) Therapy (LLLT)
teknik cukup baru digunakan dalam pengobatan AGA dengan
berbagai jenis perangkat (sisir, tudung, dan helm)
• 2007, perangkat (panjang gelombang 655 nm) HairMax LaserCombÒ
(Lexington International LLC, Boca Raton, FL, USA), disetujui FDA
untuk pengobatan MAGA, berikutnya FAGA 2011.
LLLT
• LLLT populer secara luas karena perangkat yang tersedia secara
komersial dapat digunakan di rumah, berbiaya rendah, mudah
dinavigasi, dan memiliki profil keamanan yang baik.
• Now: 29 perangkat disetujui FDA
• LLLT memiliki efek biostimulatori pada jaringan dan dianggap
memperpanjang anagen (fase pertumbuhan), merangsang masuknya
kembali anagen dari telogen (fase istirahat), dan menghambat transisi
awal ke katagen (fase regresi).
• Menstimulasi produksi rambut terminal dari folikel yang telah
memproduksi rambut pseudo-vellus.
Perangkat LLLT
Hasil LLLT
• Hasil Global Photography Pasien 59 Tahun Norwood Hamilton V
dengan 16 Minggu Penggunaan LLLT
Hasil LLLT
• Hasil Global Photography Pasien 62 Tahun Ludwig tipe II dengan 16
Minggu Penggunaan LLLT
Hair transplant & robotic ht

 Hair
Teknologi berbasis
transplant automatisasi
opsi terapirobotik mengadopsi
pada pasien yangmodel
tidakHT
mendapatkan hasil memuaskan dari terapi
obat topikal
follicular maupun(FUE)
unit extraction sistemik
 FDA approved 2011
 Folikel rambut pada area oksipital, disebut sebagai “lokasi donor”, ditransplantasikan ke daerah
 Pada sistem
yang robotikkebotakan
mengalami ini memiliki lengan mesin yang beroperasi

 dengan mekanisme jarum bi-beveled, kamera stereo, sensor tekanan.


Hasil akhir dapat dinilai setelah 9-12 bulan paska tindakan
 Efek samping
Kamera stereo : identifikasi
kerontokan rambut
folikel dini
rambut yang terjadi
berdasarkan sudut secara
dan temporer, nyeri, bahkan infeksi
 arah
Teknik
yang ini bersifat
tepat minimal
imaging invasif
feedback.

 Pengambilan folikel rambut multiple


CAMOUFLAGE

 Pasien yang tidak memiliki densitas rambut yang cukup padat dengan terapi obat-
obatan tidak ideal sebagai kandidat HT, dapat ditawarkan metode camouflage.

 Penggunaan serat rambut, losion penutup, topical shading, and spray penebal
rambut, penggunaan ekstensi rambut, ataupun wig.

 Traksi rambut  atrofi folikel rambut, alopesia traksional.


Platelet rich plasma (prp)

• Platelet-rich plasma (PRP)  produk autologous yang


didapat dari sentrifugasi darah vena pasien snediri.
• PRP yang kaya akan faktor-faktor pertumbuhan
(growth factors)
• Merangsang diferensiasi sel induk folikel rambut,
mendorong dan memperpanjang fase anagen proliferatif
folikel rambut, mengaktifkan jalur anti-apoptosis, serta
mempromosikan angiogenesis untuk meningkatkan
vaskularisasi perifollicular dan kelangsungan hidup
fibroblas papilla dermal
• Selain manfaatnya terhadap peningkatan densitas serta ketebalan rambut, PRP
juga memiliki efek anti-inflammatory untuk kepentingan regenerasi jaringan.
• PRP secara efektif  menghambat sekresi kulit kepala,  konversi yang
dimediasi oleh Wnt / beta-catenin dari SGs menjadi folikel rambut
Metode injeksi prp

 PRP disiapkan dari sedikit volume darah (30 cc) dicampur dengan 5 mL
antikoagulan dan ditransfer ke Tricell yang merupakan produk persiapan
PRP.

 Kit tersebut kemudian disentrifugasi 2 kali yaitu pada 3300 rpm selama 4
menit dan 3200 rpm selama 3 menit  PRP konsentrasi tinggi.

 Injeksi pada target area sebanyak 0,05-0,1 mL / cm2

 PRP diberikan dalam 6 sesi berturut-turut pada setiap pasien, dengan interval
1 bulan
Efek samping

 Nyeri ringan (menghilang dalam 5 jam)

 Sakit kepala ringan,, gatal ringan, deskuamasi, dan edema sementara

 Tidak ada efek samping utama, seperti jaringan parut, perburukan yang
progresif, atau infeksi pada berbagai studi.
Microneedling
• Prosedur minimal invasif yang memakai skin roller dengan jarum kecil.
• Rolling dilakukan dengan dermaroller dengan jarum panjang 1,5mm di atas
daerah yang terkena sampai eritema ringan dan adanya titik-titik perdarahan.
• Telah berhasil dikombinasikan dengan minoxidil atau PRP (platelet rich plasma)
• Meningkatkan produksi growth factor, memfasilitasi perkembangan dan siklus
folikel rambut, memperkuat produksi kolagen dan elastin, serta membuat
saluran mikro yang memingkinkan obat transdermal dapat masuk melalui
stratum korneum.
• Efek samping yang dilaporkan adalah sakit atau rasa tidak nyaman pada daerah
pengobatan, perdarahan, infeksi dan pembesaran kelenjar getah bening pada
lateral cervival
Wnt Signaling
• Wnt adalah molekul pensinyalan disekresi jarak pendek yang mengatur pengembangan
berbagai sistem organ
• Wnt ligan terikat ke reseptornya, reseptor Frizzled (FZD) dan lipoprotein densitas rendah
terkait ke LRP, yang mengaktifkan kanonik jalur pensinyalan yang menginduksi stabilisasi
protein β-catenin.
• Protein morfogenik tulang 4 (BMP4) dan sonic hedgehog adalah target gen dari β-catenin yang
memiliki peranan penting dalam perumbuhan dan regenerasi rambut.
• Selama transisi telogen ke anagen, Wnt6, Wnt10a dan Wnt10b diekspresikan dengan kuat
dalam dermal papila.
• Selama anagen, Wnts lain termasuk Wnt5a dan Wnt5b berada terutama diekspresikan dalam
lapisan perifer dermal papila.
• Jalur aktivasi Wnt juga menginduksi sel dermal progenitor endogenous untuk berdiferensiasi
menjadi tonjolan rambut, yang mengarah ke pembentukan folikel rambut baru. Selain itu, hal
itu telah dibuktikan bahwa androgen dapat menghambat sinyal Wnt/b-catenin di AGA
Stem Cell
• Pada satu studi, implantansi intrakutan dari kuman folikel yang direkayasa
secara biologis mampu mengembangkan folikel dengan semua
strukturnya yang juga menunjukan siklus rambut kembali pulih dan
piloerecton.
• Kultur sel folikel yang diperluas yang diperolah melalui biopsi kulit kepala
pasien dapat di suntikkan ke area yang botak untuk merangsang
pertumbuhan rambut.
• Jaringan adiposa ditemukan memiliki sel punca mesenkim yang melimpah
yang dapat menghasilkan growth factor, termasuk VEGF, growth factor,
hepatosit, insulin like growth factor dan PDGF dan mungkin merupakan
pilihan terapi yang muncul di AGA.
Dexpanthenol
• Bentuk panthenol yang aktif secara biologis.
• Dexpanthenol dioksidasi menjadi asam pantotenat di kulit dan membran mukosa.
• Memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi, dapat digunakan secara topikal maupun sistemik.
• Terjadi peningkatan inflamasi mikro folikel yang terdiri dari sel T dan sitokin seperti
interleukin-1 alpha pada pasien dengan pola kerontokan rambut.
• Dexpanthenol menurunkan pelepasan myeloperoksidase dari granulosit, yang mengarah ke
efek antiinflamasi.
• DXP ​meningkatkan sintesis adenosin trifosfat sekaligus mengurangi ultraviolet-induced
decrease glutathione dan sebagian mencegah sel mengalami apoptosis yang disebabkan oleh
iradiasi ultraviolet
• Efek pasti dari DXP masih belum jelas, tetapi dalama penelitian dilaporkan bahwa penurunan
durasi anagen di FPHL dan MAGA , maka DXP dapat menginduksi pergantian fase siklus
anagen
caffeine
Caffeine

• Inhibisi enzim phosphodiesterase yang disebabkan oleh kafein akan


meningkatkan konsentrasi cAMP intrasel.

• Menstimulasi metabolisme dan proliferasi sel.

• Mengatasi kerontokan rambut yang disebabkan oleh terminasi prematur


dari fase pertumbuhan rambut.
Studi In vitro

• Efek kafein terhadap folikel rambut disupresi dengan

testosteronHair Organ Culture Model.

• Ditemukan elongasi rambut dan proliferasi keratinosit Dosis 10

and 50 μg/mL.

• Saat dosis ditambah menjadi 100, 500, and 1,500 μg/mLefek

inhibisi.

• Stimulasi berlebih dari metabolisme folikel rambut kemampuan

proliferasi keratinosit berkurang berkurangnya elongasi rambut.


Studi In Vitro

Efek pada Outer Root Sheath Keratinocytes (ORSK) :

• Ekspresi dan sekresi regulator siklus rambut seperti IGF-1 meningkat sementara sekresi TGF-β2

menurun

• Kafein menstimulasi proliferasi ORSK, menghambat apoptosis, dan nekrosis.

• Kafein mempertahankan keadaan anagen dari folikel rambut dan mungkin dapat melawan

perkembangan AGA.
In vivo
• Formulasi terapi yang mengandung kafein sedang dipelajari.

• Sampo mengandung kafein (10 mg/mL kafein) dinilai pada wanita dengan telogen

effluvium (n = 30)

• Uji tarik rambut untuk mengevaluasi kerontokan rambut dan kuesioner untuk

mengevaluasi kualitas hidup.

• 6 bulan aplikasi harian di kulit kepala dengan waktu kontak 2 menit

• Penurunan rambut rontok tercatat pada lebih dari setengah peserta

• Peningkatan kekuatan rambut (p <0,001), penurunan tingkat kerontokan rambut (p

<0,001), dan penurunan perkembangan kebotakan (p = 0,100) yang dinilai dengan

kuesioner.
Studi In Vivo
• Uji coba paralel double-blind acak (n=140)membandingkan efektivitas sampo yang

mengandung kafein dengan sampo kontrol (Wanita dengan AGA).

• Pemakaian sampo terakhir setidaknya 48 jam sebelum aplikasi produk uji.

• Evaluasi hasil hair pull test dan kuesioner.

• Hasil kerontokan rambut yang lebih sedikit setelah 6 bulan

• Hair-pull test (p <0,001), intensitas rambut rontok berkurang (p <0,001), dan

kecenderungan peningkatan kekuatan rambut (p = 0,138) dibandingkan dengan

kontrol yang dinilai dengan kuesioner.

• Tidak ada efek samping yang dilaporkan penambahan kafein tidak mengubah

keamanan terapi.
Studi In Vivo
• Dua penelitian kafein yang dioleskan secara topikal dalam kombinasi dengan perawatan

rambut rontok konvensional.

• Larutan topikal (25 mg/mL kafein, 25 mg/mL minoksidil) lebih efektif untuk penderita AGA

daripada minoksidil 25 mg/mL setelah 150 hari pengobatan. (58,33% pengobatan gabungan

- 41,37% pada kelompok minoksidil)

• 10 mg/mL kafein, 50 mg/mL minoksidil, dan 15 mg/mL asam azelaic efektivitas lebih

tinggi dalam pertumbuhan kembali dan melawan kerontokan rambut, dievaluasi melalui

wash test (kerontokan rambut) dan penilaian pasien dan dokter kulit (pertumbuhan kembali

rambut), dibandingkan dengan minoksidil saja atau plasebo setelah 32 minggu.

• Larutan kombinasi dengan kafein lebih efektif pada pasien pria dengan AGA dibandingkan

dengan kelompok kontrol.


Kesimpulan kafein
• Sementara ini, terapi yang tersedia adalah minoksidil dan finasteride yang disertai dengan efek
samping.

• Kafein dapat menjadi salah satu terapi pilihan karena merupakan zat tidak beracun dan tidak
mahal yang mudah menembus sawar kulit.
Cow’s placenta
Plasenta Sapi
• Reservoir kaya akan molekul bioaktif dan mencakup beberapa faktor pertumbuhan, seperti

faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), faktor pertumbuhan transformasi beta, IGF, dan

faktor pertumbuhan epidermal.

• Dalam studi terbaru terbukti memperbaiki AGA dengan menginduksi fase anagen dan

meningkatkan kepadatan dan ukuran folikel rambut pada tikus.

• Arginin asam amino yang ditemukan, prekursor oksida nitrat (penting untuk angiogenesis).

• Glutaminmengangkut belerang, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rambut.

• Miniaturisasi folikel rambut, yang merupakan ciri khas AGA, sebagian disebabkan oleh

pemendekan fase anagen yang progresif.

• Fibroblast growth factor-7 (FGF-7) memiliki peran penting dalam mendorong folikel rambut

memasuki fase anagen berikutnya (diinduksi oleh plasenta).


Penelitian
• Dalam studi double-blind, yang diacak, terkontrol, diteliti 90 wanita yang memenuhi syarat

dengan pola AGA wanita berdasarkan Sinclair tahap 2 sampai 5.

• Pasien yang memiliki penyakit komorbid dieksklusi.

• Peserta secara acak menerima larutan minoksidil 2% topikal atau lotion tonik rambut plasenta

sapi (VitalFarco, Italia)

• Mengoleskan 1 ml minoxidil 2% atau lotion plasenta sapi 2x/hari menggunakan pipet yang

dikalibrasi di kulit kepala bagian depan (selama 24 minggu)

• Pada akhir penelitian, perbedaan jumlah folikel rambut dari baseline di area yang ditentukan

dibandingkan antara kedua kelompok dengan menggunakan trikoskopi dan Global Photographic

Review.

• Dari 90 partisipan 74 menyelesaikan studi.


Hasil Studi
• Peningkatan mean ± standar deviasi dalam jumlah rambut adalah 10,9 ± 5,74 untuk

kelompok minoksidil dan 10,2 ± 6,5 untuk kelompok plasenta sapi.

• Namun, perbedaan antara kedua kelompok tidak signifikan secara statistik (p = 0,63).

• Hasil GPR yang diperiksa oleh ahli dermatologi pada minggu ke-24

• 67,5% menerima plasenta sapi dinilai mengalami peningkatan pertumbuhan rambut

dibandingkan dengan 58,5% pada kelompok minoksidil 2%.

• 44,2% dalam kelompok plasenta sapi dinilai memiliki pertumbuhan rambut sedang

hingga signifikan, dibandingkan dengan 32,2% pada kelompok minoksidil 2%.

• Temuan ini tidak signifikan secara statistik (P = 0,90).


Efek Samping
• Efek samping yang dilaporkan secara keseluruhan minimal.

• Tiga peserta (9,67%) yang menggunakan minoksidil 2%


melaporkan pertumbuhan rambut tubuh yang tidak diinginkan

• Enam (19,35%) melaporkan gatal dan iritasi pada kulit kepala


selama minggu-minggu pertama

• Satu pasien (2,32%) yang menerima plasenta sapi melaporkan


rasa gatal dan iritasi pada kulit kepala selama masa penelitian.
Epiregulin
• Adipose-derived stem cells (ASCs) dan conditioned medium (CM) memiliki
efek pertumbuhan rambut, tetapi sebagian besar hasilnya tidak
memuaskan hingga saat ini.

• Penelitian sebelumnya berfokus pada peningkatan fungsi ASC untuk


meningkatkan pertumbuhan rambut.

• ASC dan CM dapat meningkatkan pertumbuhan rambut adalah karena


banyak faktor pertumbuhan yang dilepaskan dari ASC untuk meningkatkan
pertumbuhan rambut.
• Dipelajari efek pertumbuhan rambut  peningkatan fungsi ASC dengan heparin-binding

epidermal growth factor (EGF)-like growth factor (HB-EGF), yang merupakan salah satu

faktor pertumbuhan EGF.

• Gen EREG (epiregulin) juga telah merangsang motilitas ASC sehingga meningkatkan

pertumbuhan rambut.

• Ketika diperiksa apakah HB-EGF dan EREG sendiri memiliki efek pertumbuhan rambut,

hanya injeksi subkutan EREG yang menyebabkan pertumbuhan rambut.

• Diharapkan bahwa EREG mungkin akan bekerja langsung pada sel-sel yang membentuk

folikel rambut untuk meningkatkan pertumbuhan rambut.

• Penelitian tersebut mempelajari mekanisme bagaimana EREG bekerja.


Hasil Penelitian
• EREG menginduksi pertumbuhan rambut yang dibuktikan dengan penelitian EREG in vivo.

• EREG diekspresikan dalam keratinosit, termasuk sel epidermal dan outer root sheath

(ORS) selama siklus rambut.

• Tingkat ekspresi EREG lebih tinggi pada anagen dibandingkan dengan telogen.

• Aktivasi diferensial EREG-EGFR dan EREG-ErbB4 terjadi pada keratinosit termasuk sel

matriks/ORS dan derma papilla cells (DPCs) selama siklus rambut.

• Aktivasi EREG-EGFR merangsang sel ORS sebagai umpan balik positif dan aktivasi EREG-

ErbB4 merangsang DPC yang mengatur pembentukan reactive oxygen species (ROS)

melewati ekspresi NOX4.


Botulinum Toxin type a
Botulinum Toxin Type A
• Toksin botulinum tipe A (BTA) = racun saraf yang sangat kuat yang secara

selektif mencegah pelepasan asetilkolin di sambungan neuromuskular dan

biasanya digunakan dalam pengobatan berbagai gangguan dermatologis.

• Baru-baru ini dilakukan injeksi BTA ke kulit kepala pasien AGA.

• Keterbatasan sampel sedikit, standar evaluasi yang tidak jelas, hilangnya

banyak pasien, dan kurangnya terapi kombinasi dengan obat lain.

• Penelitian mengevaluasi keamanan dan efektivitas BTA pada pengobatan

AGA.
Dihidrotestosterone
• Perkembangan AGA peran dihidrotestosteron (DHT) dan genetik.

• Peningkatan kadar DHT dan ekspresi berlebih dari gen reseptor androgen (AR)
dapat dikaitkan dengan AGA.

• 5α-reduktase yang ada di dalam papilla dermal memainkan peran penting


dalam konversi intrafolikel dari testosteron sistemik dan lokal, menjadi DHT.

• DHT berikatan dengan folikel ARminiaturisasi progresif dan rambut rontok.

• Menurunkan tingkat DHT dinilai penting dalam pencegahan dan pengobatan


AGA.
BTA dan Dihidrotestosterone
• Ditemukan kelainan hemodinamik termasuk disfungsi mikrovaskuler
dan penurunan aliran darah pada pasien AGA.

• BTA merelaksasi otot-otot di sekitar kepala, meningkatkan aliran


darah dan konsentrasi oksigen di area alopecia, dan selanjutnya
menghambat aktivasi DHT, yang pada akhirnya menyebabkan
berkurangnya kerontokan rambut.

• Konsentrasi oksigen yang tinggi dapat merangsang folikel rambut


menuju fase pertumbuhan, sehingga dapat terjadi regenerasi rambut.
Hasil Penelitian
• BTA efektif untuk pengobatan AGA tanpa efek samping dan komplikasi.

• BTA yang dikombinasikan dengan FNS menunjukkan efek terapeutik

yang cepat dan lebih baik. Dalam penelitian ini, ditemukan

peningkatan yang signifikan dalam pertumbuhan dan kepadatan

rambut pada beberapa pasien satu bulan setelah perawatan pertama.

• Apabila dibandingkan dengan pengobatan finasteride, peneliti

mengamati bahwa injeksi BTA lebih efektif dalam mengatur kepadatan

rambut di dahi dan pelipis pada beberapa pasien.


Keterbatasan Penelitian
• Jumlah pasien penelitian hanya 63, yang berarti diperlukan penelitian tambahan pada

populasi yang besar.

• Tidak ada evaluasi kadar DHT plasma dan kulit kepala yang dinilai dalam penelitian

tersebut.

• Dalam penelitian hanya dilakukan pemeriksaan jumlah rambut, parameter trikoskopi

lainnya, termasuk gambar dermoskopi, diameter rambut, dan proporsi miniatur rambut

dapat digunakan dalam memantau kemanjuran pengobatan dalam studi lebih lanjut.

• Penelitian tersebut menunjukkan bahwa BTA adalah terapi yang aman dan efektif untuk

pengelolaan AGA dan BTA yang dikombinasikan dengan finasteride memberikan hasil

yang sangat baik.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai