Anda di halaman 1dari 31

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

HERPES SIMPLEX
NUR SHAHIRAH BINTI RASID 112018207
PEMBIMBING: dr. SAMMY YAHYA, SP.KK
BAB 1 PENDAHULUAN

◦ Herpes simpleks merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas
kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan,
◦ Infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
◦ HSV-1 dapat ditularkan melalui lesi kulit yang umum terlihat, dibandingkan dengan HSV-2 yang
biasanya ditularkan melalui kontak genital.
◦ Berdasarkan penelitian oleh US National Health dan Nutrition, diketahui bahwa hanya 18% anak
balita di US yang terinfeksi oleh HSV-1, sedangkan di Afrika balita yang terinfeksi sebesar 35%.
◦ Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun yang hidup dengan infeksi
HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 536 juta.

2
BAB 1 PENDAHULUAN

◦ HSV → virus DNA dari famili Herpesviridae, subfamili Alphaherpesvirinae


dengan kemampuan biologis berupa neurovirulensi, latensi, dan reaktivasi.
◦ Neurovirulensi → kemampuan menginvasi dan bereplikasi dalam sistem
saraf.
◦ Latensi → kemampuan membentuk dan mempertahankan infeksi laten pada
sel saraf ganglia proksimal sampai ke lokasi infeksi.
◦ Reaktivasi → kemampuan HSV laten untuk aktif kembali dan bereplikasi di
daerah yang dipersarafi oleh ganglia tempat pembentukan infeksi latennya.

3
BAB II
DIAGNOSIS HERPES
SIMPLEX

4
A. ANAMNESIS & GEJALA KLINIS

◦ Identitas,
◦ Umur
◦ Kapan keluhan tersebut mulai muncul?
◦ Dimana lokasi awalnya?
◦ Apakah mengalami penyebaran atau tidak?
◦ Apakah disertai rasa nyeri, panas atau terbakar?
◦ Apakah ada riwayat kontak seksual (kissing dan oral sex) dengan penderita yang
memiliki penyakit seperti ini sebelumnya?
◦ Apakah ada riwayat keluhan yang sama sebelumnya?
◦ Apakah telah mendapat terapi sebelumnya?

5
Gejala klinis HSV ini berlangsung dalam 3 tingkat:

a. Infeksi primer
• Berlangsung lebih lama dan berat (3 minggu),
• Gejala sistemik: demam, malaise, anoreksia, pembengkakan KGB regional
• Klinis: vesikel berkelompok eritematosa, seropurulen, krusta, ulserasi

b. Fase laten
• Tidak ditemukan gejala klinis
• HSV tidak aktif pada ganglion dorsalis

c. Infeksi rekurens
• Mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala
klinis ( lebih ringan dari infeksi primer)
• Berlangsung 7 sampai 10 hari
• Gejala prodromal local, vesikel berupa rasa panas, gatal dan nyeri
6
7
Herpes Orofasial

Gingivostomatitis Herpetik Akut


• Manifestasi utama infeksi HSV-1 pada anak usia 6 bulan-5 tahun
• Dewasa-ringan
• Mendadak, disertai suhu tinggi (39-40°C), anoreksia, dan rasa lesu.
• Gusi membengkak dan kemerahan.
• Lesi vesikuler timbul di mukosa mulut, lidah dan bibir, kemudian akan pecah dan menyatu→plak
ulserasi
• Limfadenopati regional dan nyeri tekan

8
Faringotonsilitis Herpetik Akut

◦ Manifestasi utama infeksi HSV1 pada orang dewasa.


◦ Demam, malaise, nyeri kepala, dan nyeri tenggorokan
◦ Vesikel yang pecah → lesi ulseratif dengan eksudat keabu-abuan di tonsil dan faring
posterior.
◦ Infeksi HSV-2 gejalanya mirip, timbul akibat kontak orogenital, atau terjadi
bersamaan dengan herpes genitalis.

9
Herpes Labialis

◦ Cold sores, fever blisters


◦ Tersering infeksi HSV1 rekuren
◦ Masa inkubasi berlangsung 2-10 hari
◦ Nyeri prodromal, rasa terbakar, dan kesemutan
◦ Papul eritematosa →vesikel intraepidermal kecil berdinding tipis, →pustular dan berulserasi
◦ Reaktivasi HSV-1 di ganglia sensoris trigeminal menyebabkan kekambuhan di wajah dan
mukosa oral, bibir, dan okular.
◦ Lesi yang paling sering terjadi di perbatasan Vermillion, dan gejala berulang yang tidak
diobati berlangsung sekitar 1 minggu.

10
Herpes Genitalis
Herpes simplex virus (HSV) terutama tipe 2
Infeksi primer:
◦ Dapat disebabkan oleh HSV-1 ataupun HSV2
◦ Bisa bersifat asimptomatik
◦ Gambaran klinis HSV-1 dan HSV-2 dapat dibedakan, serta rekurensi lebih sering pada HSV-2
◦ Ditandai oleh gejala sistemik dan lokal yang parah serta berkepanjangan.

11
Perbedaan gambaran klinis herpes genitalis primer pada pria dan wanita:
Pria Wanita
- Vesikel herpetik di kepala, prepusium, dan batang - Vesikel herpetik pada genitalia eksterna, labia
penis, serta terkadang di skrotum, paha, dan bokong mayora, labia minora, vestibulum, dan introitus
- Di area kering, lesi berkembang menjadi pustula vagina
dan bernanah - Di area lembap, vesikel pecah meninggalkan ulkus
- Uretritis herpetik terjadi pada 30-40% pria, ditandai rapih dengan nyeri tekan
disuria berat serta sekret berlendir - Mukosa vagina biasanya meradang dan
- Pada orang yang melakukan hubungan seks per membengkak Pada 70-90% kasus serviks ikut
anal, daerah perianal, dan rektum bisa juga terkena, terkena, ditandai oleh mukosa berulserasi atau
sehingga timbul proktitis herpetik nekrotik
- Servisitis dapat menjadi manifestasi tunggal pada
beberapa pasien
- Disuria akibat uretritis bisa sangat berat dan
menyebabkan retensi urin. HSV-1 lebih sering
menyebabkan uretritis dibandingkan HSV-2
- Virus dapat ditemukan dalam urin

12
Herpes Genitalis
Infeksi rekuren
◦ Reaktivasi subklinis ataupun simptomatik lebih sering terjadi pada HSV-2 dibandingkan HSV-
1.
◦ 60% pasien infeksi HSV-2 genital primer rekuren pada tahun pertama
◦ Herpes genitalis primer berat cenderung lebih sering rekuren dalam durasi lebih lama.
◦ Gejala prodromal: Nyeri dalam, rasa terbakar pada lokasi lesi yang berlangsung selama 2 jam-
2 hari

13
Perbedaan gambaran klinis herpes genitalis rekuren pada pria dan
wanita:

Pria Wanita
- Muncul berupa 1 atau lebih kelompok - Vesikel ditemukan pada labia mayora,
vesikel pada bagian batang, prepusium, labia minora, atau perineum
atau kepala penis - Lesi sering amat nyeri
- Uretritis jarang terjadi - Demam dan gejala konstitusional jarang
- Nyeri biasanya ringan dan lesi akan terjadi
menyembuh dalam 7-10 hari - Lesi menyembuh dalam 8-10 hari,
- Frekuensi dan tingkat keparahan shedding virus berlangsung selama 5
rekurensi akan berkurang seiring waktu hari

14
Herpes Whitlow

◦ Infeksi pada jari oleh HSV yang didapat melalui inokulasi langsung atau
penyebaran langsung dari mukosa
◦ Biasanya disebabkan oleh HSV-1, tetapi HSV-2 whitlow sebagai manifestasi
dari inokulasi primer setelah kontak manual-genital dengan pasangan yang
terinfeksi.
◦ Lesi → di ujung jari, vesikel berwarna bening atau kuning pucat, dasar
eritematosa, menyatu menjadi satu vesikula dan berpustul, sangat nyeri.
◦ Demam dan limfadenopati lokal sering terjadi.
◦ Whitlow dapat terjadi rekuren

15
Herpes Gladiatorum

◦ Virus Herpes simplex tipe 1 (HSV1)


◦ Olahraga yang melibatkan kontak dekat, seperti rugby dan gulat (wrestling), dapat
menyebarkan infeksi dari satu atlet yang terkena ke atlet lainnya.
◦ “wrestlers’ herpes” atau “matpox”
◦ Gejala: demam, limfadenopati, paresthesia dan vesikel berkelompok berisi cairan bening
dengan dasar eritematosa.
1 ◦ Vesikel dapat terasa sakit atau tidak.

16
Eczema Herpetikum

◦ Infeksi yang meluas setelah inokulasi virus ke kulit yang rusak disebabkan eksim.
◦ Infeksi HSV-1 primer pada anak dengan dermatitis atopic
◦ Tingkat keparahan berkisar dari ringan-fatal (superinfeksi bakteri dan bacteremia).
◦ Serangan primer berat yang khas, vesikula berkembang dalam jumlah besar di area
dermatitis atopik yang aktif atau baru saja sembuh,
◦ Vesikel → pustular → erosi monomorfik.
◦ Pasien biasanya mengalami demam tinggi dan adenopati.
◦ Rekurensi biasanya jauh lebih ringan daripada infeksi primer.

17
Herpes Neonatal

◦ Infeksi HSV-2 pada kehamilan


◦ HSV neonatal biasanya bermanifestasi dalam 2 minggu pertama kehidupan
dari batasan klinis lokal kulit, mukosa, atau infeksi mata sehingga ensefalitis,
pneumonitis, penyebaran infeksi, dan kematian.
◦ Risiko penularan tertinggi pada wanita hamil yang seronegatif untuk kedua
HSV 1 dan HSV-2 dan mendapatkan infeksi HSV baru pada trimester ketiga
kehamilan.
◦ Faktor-faktor meningkatkan risiko penularan dari ibu ke bayi:
▫ jenis infeksi kelamin pada saat kelahiran (risiko lebih tinggi dengan
infeksi primer aktif),
▫ lesi aktif,
▫ ketuban pecah lama,
▫ kelahiran pervaginam
▫ kurangnya antibodi transplasenta.

18
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
◦ Tzank smear
▫ Perubahan sitopatik yang khas pada sel epitel genital → adalah sel akantolitik dan sel
datia dengan inti multipel (multinucleated giant cell)
◦ Isolasi virus
▫ Dalam biakan, HSV menyebabkan efek sitopatik yang khas, dan sebagian besar spesimen
akan terbukti positif dalam 48 hingga 96 jam setelah inokulasi.
◦ Polymerase Chain Reaction

19
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

◦ Tes Serologi
▫ Deteksi serologis antibodi IgG terhadap HSV, membedakan episode primer dari
infeksi rekuren
◦ Direct Fluorescent Antibody Test
▫ digunakan untuk membedakan HSV-1 dari HSV-2.
◦ Biopsi
▫ fitur patognomonik dengan sel epitel membesar, bengkak, dan sering terpisah.

20
BAB III
TATALAKSANA

21
KONSELING

◦ Semua orang yang aktif secara seksual harus diedukasi tentang sifat dan risiko penularan
infeksi menular seksual, termasuk HSV.
◦ Studi menunjukkan bahwa sekitar setengah dari pasien dengan infeksi HSV-2 asimtomatik
memiliki gejala ringan yang tidak dikenali dan dapat diajari untuk mengenali gejala dan
tanda herpes genital.
◦ Pasien harus diberi konseling tentang praktik seks yang lebih aman.
◦ Pasien dengan herpes genital harus dinasihati untuk menahan diri dari hubungan seksual
selama wabah dan selama 1-2 hari setelahnya, dan menggunakan kondom.
◦ Terapi antiviral yang menekan juga merupakan pilihan bagi individu yang khawatir tentang
penularan ke pasangan

22
KONSELING

◦ Wanita hamil yang mengidap herpes kelamin harus diyakinkan bahwa risiko penularan
herpes ke bayi saat melahirkan sangatlah rendah.
◦ Rekomendasi penatalaksanaan ibu hamil dengan herpes genital rekuren meliputi evaluasi
klinis saat persalinan, persalinan dengan operasi caesar diindikasikan jika terdapat tanda dan
gejala infeksi aktif (termasuk prodrome).
◦ Wanita dengan infeksi HSV primer selama kehamilan harus diobati dengan terapi antivirus.
◦ Untuk wanita dengan usia gestational 36 minggu atau lebih berisiko terkena infeksi HSV
rekuren, terapi suppressive antiviral direkomendasikan,
◦ Close follow up; PCR sekuensial atau kultur HSV untuk bayi lahir dari ibu seropositif yang
menularkan virus pada saat persalinan.
◦ Terapi profilaksis dengan asiklovir intravena dan asiklovir intravena untuk bayi lahir dari ibu
dengan infeksi primer, jika HSV terdeteksi pada bayi dari ibu yang seropositive.

23
TERAPI ANTIVIRAL
◦ Asiklovir
▫ afinitas tinggi terhadap enzim kinase timidin virus yang akan mengkonsentrasikan
asiklovir monofosfat dalam sel yang terinfeksi, dimetabolisme menjadi bentuk
trifosfatkinase aktif seluler → mengganggu enzim polimerase DNA virus → menghambat
replikasi DNA.
◦ Pensiklovir
▫ inhibitor selektif terhadap polimerase DNA HSV-1 dan HSV-2 → menghambat replikasi.
◦ Valasiklovir
▫ bekerja dengan cara dikonversi dulu menjadi asiklovir, lalu berkompetisi dengan
deoksiguanosin trifosfat dari DNA polimerase virus → menghambat sintesis DNA dan
replikasinya.
◦ Famsiklovir
▫ menjadi metabolit aktifnya, yakni pensiklovir → menghambat sintesis/replikasi DNA
virus.

24
Nama Antiviral Dosis
Asiklovir - Herpes genitalis:
- Terapi insial: 200 mg per oral tiap 4 jam, 5 kali/hari, selama 7-10 hari, atau 400
mg per oral 3 kali/hari, selama 5-10 hari
- Terapi intermiten untuk rekurensi: 200 mg per oral tiap 4 jam, 5 kali/hari, selama
5 hari; mulai sedini mungkin saat tanda/gejala rekurensi timbul
- Supresi kronik untuk rekurensi: 400 mg per oral 2 kali/hari sampai 12 bulan;
regimen alternative adalah 200 mg 3 kali/hari sampai 200 mg 5 kali/hari
- Ensefalitis HSV : 10-15 mg/kg intravena tiap 8 jam, selama 14-21 hari
- HSV mukokutaneus: 5 mg/kg intravena tiap 8 jam, selama 7 hari
Pensiklovir - Herpes labialis rekuren (cold sores): diberikan pada awal timbulnya gejala,
setiap 2 jam saat bangun tidur selama 4 hari, menggunakan sarung tangan untuk
menghindari inokulasi pada area lainnya

25
Valasiklovir - Herpes labialis: 2 g per oral tiap 12 jam selama 1 hari
- Herpes genitalis
- Terapi inisial 1 g per oral tiap 12 jam selama 10 hari
- Terapi episode rekuren: 500 mg setiap 12 jam selama 3 hari
- Terapi supresi kronik pada pasien imunokompeten: 1 g per oral/hari
- Terapi supresi kronik pada pasien imunokompeten dengan episode rekuren ≤9
kali/tahun: 500 mg per oral/hari. Untuk mengurangi transmisi dari pasangan yang
sakit juga diberikan dosis 500 mg per oral/hari.
- Terapi supresi kronik pada pasien HIV: 500 mg per oral setiap 12 jam

26
Famsiklovir - Herpes labialis rekuren pada pasien imunokompeten: 1.500 mg per oral, dosis
tunggal
- Herpes genitalis
- Terapi episode rekuren: 1000 mg per oral 2 kali/hari selama sehari, mulai
diberikan 6 jam sesudah timbulnya gejala atau lesi
- Terapi supresi: 250 mg per oral 2 kali/hari sampai 1 tahun
- Terapi episode primer: 250 mg per oral 3 kali/hari selama 5-10 hari
- Herpes simpleks pada pasien HIV
- Terapi episode rekuren herpes orolabial atau genital: 500 mg per oral 2 kali/hari
selama 7 hari, dimulai dalam 48 jam sesudah timbulnya gejala/lesi

27
PENCEGAHAN

◦ Infeksi HSV dapat dicegah dengan pantang total.


◦ Kondom mengurangi tingkat penularan jika digunakan secara rutin.
◦ Sunat pada laki-laki mengurangi tingkat infeksi HSV-2 dalam satu penelitian, tetapi
tidak pada penelitian lain.
◦ Selain pendekatan kesehatan masyarakat ini, sebagian besar upaya melibatkan terapi
antivirus dan vaksin yang ditujukan untuk herpes genital.5

28
PENCEGAHAN

◦ Terapi antiviral
▫ asiklovir dosis tinggi (800 mg 3 kali sehari)
▫ valasiklovir dosis tinggi (1 g 3 kali sehari)
▫ Gel tenofovir yang dioleskan ke vagina dalam waktu 12 jam sebelum dan 12
jam setelah koitus
◦ Vaksin
▫ Vaksin rekombinan HSV-2 glikoprotein D tidak efektif dalam mencegah
penyakit herpes genital, infeksi, atau transmisi HSV.

29
BAB IV KESIMPULAN

◦ Infeksi HSV disebabkan oleh HSV-1 dan HSV-2.


◦ infeksi HSV-1 akan menimbulkan penyakit orofasial, sedangkan infeksi HSV-2
penyakit genital. HSV ditularkan melalui kontak personal erat.
◦ Infeksi terjadi melalui inokulasi virus ke permukaan mukosa yang rentan (misalnya
orofaring, serviks, konjungtiva) atau melalui pori-pori kulit.
◦ Manifestasi klinis infeksi HSV tergantung usia, status imun pasien, lokasi anatomic
yang terlibat, serta jenis antigen virus.
◦ Penatalaksanaan utama adalah pemberian antiviral.

30
TERIMA KASIH

31

Anda mungkin juga menyukai