Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN KERONTOKAN RAMBUT

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Diajukan Kepada :

Pembimbing : dr. Agnes Sri Widayati, Sp. KK

Disusun Oleh :

Ita Purwanti H2A011024


Kepaniteraan Klinik

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

RSUD TUGUREJO SEMARANG

2016

1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

REFERAT

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN KERONTOKAN RAMBUT

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh:

Ita Purwanti H2A011024

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Tanggal : ...........................................

Pembimbing Klinik

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

dr. Agnes Sri Widayati, Sp. KK

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rambut adalah adneksa kulit yang penting bagi manusia karena
mempunyai peran dalam fungsi proteksi. Selain fungsi proteksi, rambut juga
memiliki fungsi penting lain, yaitu sebagai simbol sosial, budaya, dan agama
pada berbagai lapisan masyarakat. Kerontokan rambut adalah suatu gangguan
atau kelainan dimana rambut terlepas dari kulit kepala ataupun kulit tubuh
sehingga mengganggu berbagai fungsi biologis rambut terhadap tubuh 1,2,3
Di United States kejadian rambut rontok menimpa 50 juta orang dan 20
juta di antaranya adalah wanita. Penyebabnya beraneka ragam, digolongkan
menjadi endogen yaitu akibat penyakit sistemik, hormonal, status gizi,
intoksikasi, maupun kelainan genetik; dan eksogen yaitu berupa stimulus dari
lingkungan, maupun kosmetik rambut.4
Secara umum kerontokan rambut dapat terjadi secara difus maupun fokal,
Berdasarkan penyebabnya, klasifikasi kerontokan rambut dapat dibagi
menjadi: kongenital, kelainan siklus pertumbuhan rambut, kelainan batang
rambut, obat, gangguan hormonal, trauma, infeksi, dan penyakit dengan
proses destruktif. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi kebotakan
(alopesia), maka diperlukan penatalaksanaan yang tepat dalam penanganan
kerontokan rambut1

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Rambut
Rambut merupakan salah satu adnexa kulit yang terdapat pada seluruh
tubuh kecuali telapk tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Struktur rambut
manusia dibagi menjadi 2, yaitu folikel dan batang rambut. Folikel rambut
merupakan bagian rambut yang berada di dalam epidermis dan berfungsi
dalam pembentukan rambut. Folikel rambut dapat dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu bulbus, suprabulbar, ismus dan infundibulum. Bulbus adalah bagian unit
inferior yang dibagi lagi menjadi 5 bagian, yaitu papila dermal yang
mengandung banyak melanosit, matriks yang akan berproliferasi, batang
rambut, inner root sheath (IRS), dan outer root sheath (ORS). Suprabulbar
adalah bagian dari unit inferior sampai dengan melekatnya musculus arrector
pilli atau bulge. Ismus merupakan bagian folikel rambut dari bulge sampai
dengan orificium ductus glandula sebacea. Infundibulum terletak antara
glandula sebasea sampai dengan orifisium folikel rambut. Folikel dan batang
rambut memiliki keterkaitan yang kuat. Papila dermal di folikel merupakan
awal pertumbuhan rambut, sehingga folikel akan memengaruhi struktur dan
bentuk batang rambut.1,5-7

4
Gambar 1. Anatomi Rambut

Batang rambut merupakan struktur yang sangat stabil dengan diameter 50


100 m. Penampang batang rambut dari luar ke dalam terdiri dari kutikula,
korteks dan medula. Kutikula berupa lapisan keratin yang tersusun seperti
genteng dan berfungsi sebagai sawar perlindungan korteks, lapisan terluarnya
mengandung lipid seperti squalene, wax ester, trigliserida, asam lemak bebas,
kolesterol, ceramide, kolesterol sulfat dan asam 18-metil-eicosanoid (18-
MEA) yang berperan dalam kehalusan permukaan rambut . Korteks terdiri
dari mikrofibril yang tersusun rapat secara longitudinal, mengandung
melanosom, menyusun sebagian besar batang rambut dan menentukan
kekuatan serta elastisitasnya. Medula terdiri dari 34 lapis sel poligonal yang
berisi keratohialin, badan lemak dan rongga udara tersusun seperti spons,
tidak terdapat pada rambut velus.1,6

Siklus folikel rambut

5
Siklus pertumbuhan folikel rambut adalah demikian. Sejak pertama kali
terbentuk folikel rambut mengalami siklus pertumbuhan yang berulang. Fase
pertumbuhan dan fase istirahat bervariasi berdasarkan umur dan regio tempat
rambut tersebut tumbuh dan juga dipengaruhi faktor fisiologis maupun
patologis. Siklus pertumbuhan yang normal adalah masa anagen, masa
katagen, dan masa telogen. 1
1. Masa anagen: sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru
mendorong sel-sel tanduk yang lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya 2-6
tahun.
2. Masa katagen: masa peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat
di sekitar folikel rambut, disusul oleh penebalan dan mengeriputnya
selaput hialin. Papil rambut lalu mengelisut dan tidak lagi berlangsung
mitosis dalam matriks rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan
bagian dibawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga
terbentuk gada (club). Antara bekas papil dan bagian bawah gada
terbentang satu tiang sel epitel. Masa peralihan ini berlangsung 2-3
minggu.
3. Masa telogen atau masa istirahat dimulai dengan memendeknya sel epitel
mulai dari bawah ke atas sampai hanya tersisa suatu puting epitel kecil,
yaitu benih sekunder, dan berbentuk tunas kecil yang membuat rambut
baru sehingga rambut gada akan terdorong keluar dan rontok.

Gambar 2. Siklus Pertumbuhan Rambut

6
Lama masa anagen adalah berkisar 1000 hari, sedang masa telogen
sekitar 100 hari sehingga perbandingan rambut anagen dan telogen berkisar
antara 9:1. Jumlah folikel rambut pada kepala manusia sekitar 100.000,
rambut pirang dan merah jumlahnya lebih sedikit dari rambut hitam. Jumlah
rambut yang rontok per hari 100 helai. Densitas folikel rambut pada bayi
1135/cm2 dan berkurang menjadi 615/cm2 pada umur tiga puluhan, karena
meluasnya permukaan kulit. Pada umur 50 tahunan ada pengurangan
beberapa folikel sehingga jumlah menjadi 485/cm2. Untuk mengetahui
jumlah rambut anagen dan telogen diperiksa rasio rambut anagen terhadap
telogen yang disebut trikogram, sedikitnya 50 helai rambut halus dicabut
dan diperiksa untuk menghindari deviasi standar yang tinggi. Jumlah rambut
anagen pada wanita + 85% dan laki-laki 83% dan jumlah rambut telogen
1
pada wanita 11% dan laki-laki 15%. Pertumbuhan dan perkembangan
folikel rambut dipengaruhi oleh beberapa sitokin dan growh factor (GF)
yang diproduksi oleh sel papilla dermis. Substansi ini memulai dan
mengontrol epitel intrafolikular dan interaksi mesenkimal. Juga
mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel matriks folikel rambut dengan
mengeluarkan sinyal spesifik yang menginduksi berbagai stadium siklus
rambut. Molekul bioaktif tersebut antara lain interleukin-1 alfa, FGF, EGF,
KGF, substansi P, IGF-1, hormone tiroid, paratiroid, dan androgen. Aktivitas
sel papilla dermis sendiri dikontrol oleh substansi yang diproduksi oleh
lapisan spinosum sarung akar luar dan hormon. Beberapa peptida yang
dihasilkan lapisan spinosum dan mempengaruhi papilla dermis antara lain
basic fibroblast growth factor (bFGF), platelet derived growth factor
(PDGF), dan transforming growth factor beta (TGF-beta). Berbagai macam
molekul sinyal yang mengontrol siklus rambut tersebut digolongkan ke
dalam 3 kelompok: 8
1. Memulai fase anagen, IGF 1, bFGF, EGF, VEGF, TGF-alfa yang
merupakan faktor mitogenik kuat untuk keratinosit dan sel endotel.
2. Mempertahankan folikel anagen matang, IGF 1, VEGF, yang
menstimulasi prliferasi vaskularisasi dan proses diferensiasi.

7
3. Menginduksi fase katagen dan degradasi folikel rambut, IL 1, IL 4,
TNF-alfa, TNF-beta, merupakan sitokin pro-apoptotic dan penghambat
pertumbuhan.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut


1. Keadaan fisiologis
a. Hormon
Salah satu penyebab kerontokan adalah gangguan hormonal
terutama menyebabkan telogen effluvium. Keadaan ini bisanya
dijumpai pada wanita hamil, baru melahirkan dan menopause. Pada
wanita hamil terjadi peningkatan estrogen dalam jumlah besar akan
tetapi setelah melahirkan akan timbul penurunan estrogen secara tiba-
tiba sehingga banyak folikel rambut yang tibatiba memasuki fase
telogen hal yang sama juga dapat dijumpai pada keadaan menopause.
Selain itu hormon yang juga berperan adalah androgen, tiroksin dan
kortikosteroid. Hormon androgen dapat memepercepat pertumbuhan
rambut dan menebalkan rambut di dareah janggut, tetapi pada kulit
kepala penderita alopesia androgenetik hormon androgen bahkan
memperkecil diameter batang rambut dan memperkecil waktu
pertumbuhan rambut anagen.1,3
b. Nutrisi
Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama
malnutrisi protein dan kalori. Kekurangan vitamin B12, asam folat
dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut. Gangguan
nutrisi yang menyebabkan kerontokan rambut tersering adalah
defisiensi zink dan zat besi. Defisiensi nutrisi memiliki peran dalam
kerontokan rambut melalui melemahnya batang rambut sehingga
terjadi kerusakan rambut dan melambatnya pertumbuhan rambut
kembali. 1,3

c. Vaskularisasi

8
Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut,
namun bukan merupakan penyebab primer dari gangguan
pertumbuhan rambut. Gangguan dari vaskularisasi akan
menyebabkan melemahnya batang rambut. Vaskularisasi yang baik
akan menghantar kan oksigen ke rambut, untuk itu diperlukan juga
Hb untuk mengikat oksigen tersebut.
d. Metabolisme dan penyebab lain
Gangguan pada metabolism seperti pada DM, diet yang tiba-
tiba dapat menyebbakan folikel rambut mengalami gangguan
dalam siklusnya dan menyebabkan sebagian rambut memasuki fase
telogen.
2. Keadaan patologis
Keadaan patologik yang mempengaruhi kerontokan rambut berupa
peradangan sistemik dan setempat serta obat-obatan.
a. Obat-obatan
Setiap obat yang menghalangi penbentukan batang rambut dapat
menyebbakan kerontokan, umunya obat anti neoplasma misalnya,
bleomisin, endoksan, vinkristin dan obat antimitotik misalnya
kolkisin. Obat-obatan biasanya menimbulkan kerontokan rambut
setelah pemakaian selama 12 minggu. Beberapa obat- obat yang dapat
menyebabkan kerontokan rambut: 1,3
- Anti koagulan, seperti heparin dan warfarin akan menggangu
vaskularisasi di folikel rambut yang akan mengganggu
pertumbuhan rambut.
- Agen penurun lemak, fibrat dan statin akan menghambat sintesis
kolestrol dimana kolesterol diperlukan untuk memperkuat rambut.
- ACE-inhibotor, akan menciptakan suatu kompleks dari zinc
sehingga zinc tidak dapat berfungsi untuk rambut
- Thyrostatic (PTU dan L-thyroxin), agen-agen untuk
hipertiroid/hiptiroid, dapat mengganggu proses-proses metabolism
tiroid yang normal yang akan mengganggu pertumbuhan rambut.

9
- Obat-obatan androgen akan meningkatkan kadar hormone
androgen dalam tubuh. Hormone ini kemudian akan dimetabolisme
dimana metabolitnya akan menghambat pertumbuhan rambut.
- Obat-obatan lain yang dapat menyebabkan kerontokan rambut;
adalah obat-obatan golongan beta blocker, NSAID, anti depresan
anti epilepsy, akan tetapi mekanismenya masih belum diketahui
dengan pasti.
b. Kondisi Medis
- Stres fisologis
Jenis stress fisiologis yang paling sering menyebabkan telogen
effluvium adalah penyakit-penyakit akut/inflamasi akut terutama
demam. Demam dan inflamasi akan menyebbakan sitokin dan
pirogen di sirkulasi menyerang keratinosit di folikel rambut
sehingga terjadi apoptosis dan terjadinya kerontokan rambut.
- Stres emosional
Stres emosional dapat memicu terjadinya kerontokan rambut,
namun hal ini dapat terjadi sebaliknya. Meskipun begitu penelitian
menunjukkan wanita dengan tingkat stress yang tinggi memiliki
kemungkinan kerontokan rambut yang lebih tinggi pula sehingga
diduga terdapat suatu aksis otak-folikel rambut yang berperan.
c. Paparan zat kimia
Proses pelurusan rambut ataupun pengecatan rambut yang
menggunakan bahan-bahan kimia dapat mengganggu proses
pertumbuhan folikel rambut. Selain itu hair spray yang digunakan
pada proses penataan rambut juga dapat merusak siklus pertumbuhan
rambut

C. Kerontokan Rambut
1. Definisi

10
Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkirang
kurang lebih 120 helai per hari. Dapat terjadi difus maupun fokal.
Kerontokan rambut adalah suatu gangguan atau kelainan dimana rambut
terlepas dari kulit kepala ataupun kulit tubuh sehingga mengganggu
berbagai fungsi biologis rambut terhadap tubuh. Bila kerontokan ini
berlanjut dapat terjadi alopesia (kebotakan) 1,3
2. Etiologi dan Patogenesis
Klasifikasi etiopatogenesis kerontokan rambut dapat membantu
menentukan jenis kerontokan rambut:1,3
a. Kegagalan pertumbuhan rambut, umumnya disebabkan oleh karena
displasia ektodermal akibat gangguan genetik.
b. Abnormalitas batang rambut meliputi:
- instrinsic hair breakage dan
- unruly hair, dapat terjadi secara kongenital akibat kelainan
metabolik atau didapat akibat kerusakan mekanik atau kimia.
c. Abnormalitas siklus rambut (jumlah rambut yang lepas meningkat),
dapat menyebabkan effluvium telogen, effluvium anagen, dan alopesia
areata.
d. Kerusakan folikel rambut dapat disebabkan oleh faktor eksogen
(trauma/tekanan), faktor endogen (infeksi/keganasan/beberapa
penyakit dengan proses destruktif) dan aplasia kutis kongenital.

Kerontokan fisiologis dari beberapa rambut pada telogen dari


kepala merupakan hal yang alami dan merupakan bagian dari siklus
rambut yang normal. Folikel rambut biasanya mempertahankan rambut
telogen hingga folikel memasuki fase anagen, dimana rambut anagen
tersebut akan mendorong rambut telogen dan terjadi kerontokan
fisiologis yang tidak akan menyebabkan kebotakan. Telogen effluvium
timbul bila sejumlah besar rambut anagen terpicu untuk berhenti tumbuh
dan langsung memasuki fase katagen kemudian telogen. Kerontokan
rambut yang luas akan terjadi 2-3 bulan setelah kejadian tersebut. Akibat

11
kerontokan tersebut, akan timbul kebotakan sementara yang akan sembuh
kembali jika tidak terjadi paparan yang berulang terhadap pemicu
tersebut.
Telogen gravidarum adalah nama yang diberikan pada TE yang terjadi
setelah melahirkan. Hal ini dapat terjadi karena tingginya kadar estrogen
dalam sirkulasi akan memperpanjang fase anagen dan menghasilkan
banyak rambut anagen. Setelah melahirkan terjadi penurunan tiba-tiba
kadar hormone ini dan menyebabkan rambut-rambut anagen memasuki
fase katagen kemudian ke telogen sehingga akhirnya mengalami
kerontokan . Penyebab TE kronik tidak diketahui dengan pasti, tetapi
diduga keadaan ini diakibatkan oleh pemendekan fase anagen biasanya
hingga 50%., akan tetapi belum ada penelitian mengenai hal tersebut.

3. Klasifikasi
Kerontokan rambut terbagi atas:1
a. Kerontokan merata (difus)
- Efluvium telogen
- Efluvium anagen
- Alopesia androgenika pada perempuan
- Kelainan batang rambut
b. Kerontokan setempat (fokal)
- Akibat infeksi
- Akibat trauma
- Kerusakan batang rambut
- Alopesia androgenika pada laki-laki

a. Telogen Effluvium

12
Telogen effluvium timbul ketika adanya peningkatan jumlah
rambut yang memasuki fase telogen (istirahat) pada siklus rambut.
Dimana rambut-rambut ini akan gugur 3 bulan kemudian. Biasanya lebih
kiurang 100 rambut gugur setiap harinya, akan tetapi jumlah rambut yang
gugur akan lebih meningkat pada keadaan ini, sehingga 30-50% rambut
akan gugur. Telogen effluvium dapat ditimbulkan oleh penykit kronis,
trauma, infeksi, stress psikologis, keadaan diet berat, anemia dan defisiensi
besi, serta vitamin lainnya.
Gejala dari telogen effluvium akut dan kronis adalah meningkatnya
jumlah rambut yang rontok dimana pasien biasanya mengeluhkan rambut
terasa lebih tipis dan semakin meningkatnya jumlah rambut yang rontok.
Pada telogen effluvium yang aktif, tes tarik rambut menyebakan
setidaknya 4 helai rambut rontok setiap kali ditarik. Pada penarikan paksa
lebih kurang 20 helai rambut akan tertarik yang sebagian besar merupakan
rambut telogen. Jika didapati lebih dari 25% rambut yang tertarik
merupakan rambut fase telogen, maka diagnosis telogen effluvium bisa
ditegakkan.2,11
Efluvium telogen dapat terjadi sesudah efluvium anagen bila dosis
radiasi diperbesar. Hal ini dikarenakan rambut telogen lebih resisten
terhadap radiasi dibandingkan dengan rambut anagen. Diperlukan dosis
radiasi 2 sampai 2,5 kali lebih besar daripada dosis yang diperlukan untuk
menimbulkan efluvium anagen. Sifat ini mungkin disebabkan karena sel
matriks rambut telogen pada prinsipnya berada dalam fase G1 yang
memang lebih resisten terhadap radiasi. Radiosensitivitas paling kuat
ditemukan pada fase M dan G2, diikuti oleh fase G1, S awal dan S lanjut.
b. Anagen effluvium
Anagen effluvium merupakan kehilangan rambut hingga 90% dari
keseluruhan rambut tubuh. Dimana hal ini dapat disebabkan oleh paparan
terhadap zat-zat kimiawi yang beracun dan kemoterapi. Efluvium anagen
adalah kerontokan yang terjadi ketika folikel rambut berada dalam fase
aktif siklus pertumbuhannya, yakni fase anagen. Efluvium anagen dapat

13
disebabkan oleh zat apapun yang mempengaruhi aktivitas mitosis folikel
rambut. Penyebab tersering adalah obat sitostatika pada kemoterapi dan
radiasi. Penyebab lain, misalnya logam berat, tanaman, serta penyakit
sistemik juga telah dilaporkan.2,11
Pada efluvium anagen, kerontokan dapat terjadi sangat banyak,
mencapai 90% dari seluruh rambut kepala. Hal ini terjadi karena 90%
rambut kepala pada suatu saat adalah folikel rambut anagen. Daerah tubuh
dengan persentase rambut anagen paling tinggi, misalnya kulit kepala dan
jenggot, lebih sering mengalami efluvium anagen dibandingkan dengan
bagian tubuh lain yang memiliki persentase folikel rambut anagen lebih
rendah, misalnya alis mata dan bulu mata.
Kerontokan rambut biasanya bermula dari daerah yang terkena
banyak friksi, misalnya puncak kepala dan sisi samping kepala di atas
telinga. Kerontokan bersifat cepat dan menyeluruh tanpa suatu pola
tertentu.Meskipun demikian, penelitian Sook dkk. menunjukkan adanya
kemungkinan pola kerontokan tertentu pada efluvium anagen, yaitu pada
pria mengikuti pola HamiltonNoorwood dan perempuan mengikuti pola
Ludwig. Usia dan jenis kemoterapi tidak mempengaruhi pola kerontokan.
Biasanya tidak diikuti keluhan lain pada kulit kepala, tetapi dapat diikuti
rasa nyeri dan atau gatal.
Jika dikelompokkan kerontokan rambut berdasarkan pola
kerontokan dan utuh tidaknya ostium folikel rambut, maka efluvium
anagen termasuk golongan kerontokan rambut tipe difus dan non-
sikatrikal. Penyakit lain dalam golongan ini, misalnya efluvium telogen,
alopesia androgenika, sindrom loose anagen, dan alopesia areata tipe
difus, dapat menjadi diagnosis banding efluvium anagen.11
Pada pasien dalam kemoterapi dengan keluhan rambut rontok,
efluvium anagen adalah diagnosis kerja yang paling mungkin. Meskipun
demikian, efluvium telogen juga memiliki pola kerontokan yang mirip dan
dapat disebabkan oleh kemoterapi. Awitan kerontokan efluvium anagen
biasanya lebih akut, sedangkan pada efluvium telogen rambut mulai rontok

14
pada bulan ke-3 atau ke-4 sesudah kemoterapi dimulai. Hal ini karena
adanya masa transisi dari fase anagen melewati fase telogen pada efluvium
telogen. Pertumbuhan kembali rambut setelah pajanan zat toksik
dihentikan, juga lebih lama pada efluvium telogen.2,5,12
Meskipun jarang, beberapa pasien efluvium anagen menunjukkan
perjalanan klinis yang mirip dengan efluvium telogen. Kadang efluvium
anagen dan efluvium telogen terjadi bersamaan sehingga diperlukan
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Sebagian rambut
diambil dengan menyisir atau dengan pull test, kemudian diperiksa jenis
rambut tersebut. Rambut anagen dan rambut telogen dapat dibedakan
dengan mata telanjang, tetapi jika sulit dapat digunakan mikroskop cahaya
untuk membantu diagnosis. Rambut anagen memiliki akar rambut yang
panjang dan berkelok dengan selubung akar rambut luar dan dalam yang
utuh serta berpigmen. Rambut telogen memiliki akar rambut yang pendek,
berbentuk gada, tidak memiliki selubung akar rambut luar dan dalam serta
mengalami depigmentasi. Batang rambut pada efluvium telogen biasanya
normal dan tidak tipis atau rapuh seperti yang terdapat pada efluvium
anagen. Juga dapat dilakukan trikogram/pluck test untuk melihat rasio
anagen-telogen rambut. Efluvium anagen ditandai dengan rasio anagen-
telogen yang normal.2,5,12

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Tarik Rambut
Tes tarik rambut membantu mengevaluasi kerontokan rambut tipe
difus. Tes ini dilakukan dengan cara menarik lembut sekelompok
rambut (sekitar 40) pada setidaknya 3 area yang erbeda pada kepala.
Seluruh rambut yang ditarik dihitung dan diperiksa secara mikroskopik.
Normalnya dijumpai kurang dari tiga rambut telogen yang rontok pada
setiap tarikannya. Jika dijumpai 4-6 rambut, maka tes tarik rambut ini
dikatakan positif dan mengarah kepada effluvium telogen.1,3,8
b. Hitung Rambut Harian

15
Tes ini dapat dilakukan oleh pasien untuk menilai kerontokan
rambut ketika tes tarik rambut memberikan hasil negatif. Kerontokan
rambut saat menyisir rambut dan mandi di pagi hari dikumpulkan di
sebuah plastik transparan selama 14 hari. Jumlah rambut pada setiap
plastik kemudian dicatat. Jumlah rambut rontok lebih dari 100 helai
merupakan jumlah abnormal kecuali diakibatkan oleh shampoo.
Kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis.1,3,8
c. Tes Cabut Rambut
Tes ini dilakukan dengan mencabut sekitar 50 rambut satu persatu
hingga ke akar. Akar rambut yang dicabut tersebut kemudian di periksa
di mikroskop untuk menetukan fase pertumbuhan dan menemukan
adanya defek di fase telogen, anagen atau pun penyakit sistemik.
Rambut anagen tampak memeilki selubung pada akarnya sedangkan
rambut telogen tidak. Normalnya 85-90% rambut berada pada fase
anagen, 10-15% pada fase telogen dan <1% pada fase katagen. Telogen
effluvium akan tampak dari meningkatnya persentase rambut telogen
pada pemeriksaan mikroskopis (biasanya >20%), dimana anagen
effluvium menunjukkan penurunan rambut fase telogen serta
meningkatnya jumlah rambut yang rusak.1,3,8
d. Biopsy Kulit Kepala
Biopsy merupakan indikasi bila kerontokan rambut bersifat
persisten dan belum diketahui dengan pasti diagnosisnya. Biopsy dapat
membedakan kerontokan bentuk scaring dengan nonscaring. Sampel
sebaiknya diambil dari daerah yang sedang mengalami inflamasi.
Sebaiknya pada batas area yang mengalami kebotakan. Dapat juga
dilakukan kultur bakteri atau jamur. Pemeriksaan imunofluoresensi
juga dapat mengenali SLE, likenplanus dan Sitemik sklerosis.1,3,8

5. Penatalaksanaan
Anagen Efluvium
Umum

16
Sebelum kemoterapi dimulai, pasien yang memiliki rambut
panjang dianjurkan untuk memotong pendek rambutnya karena dengan
demikian dapat menyembunyikan penipisan rambut yang terjadi serta
mengurangi rasa cemas saat rambut mulai rontok. Hindari mencuci rambut
setiap hari, gunakan sampo lembut yang disertai pelembab atau
kondisioner tiap 4-7 hari, dapat menggunakan sampo bayi. Dianjurkan
untuk menggunakan sisir bergigi jarang dan besar untuk menghindari
tarikan berlebihan selama menyisir. Apabila memungkinkan, disarankan
untuk menggunakan sarung bantal berbahan satin untuk meminimalisasi
friksi. Jika terjadi alopesia total akibat kerontokan rambut yang hebat,
disarankan untuk melindungi kulit kepala dari faktor mekanis dan sinar
matahari.9
Kerontokan rambut tipe anagen biasanya ditangani dengan
observasi dan dukungan moral, karena penyebabnya telah diketahui
sebelumnya. Jika tidak ada penyebab kerontokan rambut iartogenik, maka
penyebab lain seperti alopesia areata dan keracunan metal dapat
diinvestigasi sehingga bisa ditangani lebih lanjut.

Minoksidil
Minoksidil adalah derivat piperidinopirimidin dengan struktur
kimia 2,6-diamino-4-piperidinopirimidin 1-oksida. Minoksidil memiliki
efek vasodilator, efek mitogenik terhadap sel keratinosit, menjaga rambut
dalam fase anagen, dan mempercepat perubahan rambut telogen menjadi
anagen. Walaupun penggunaan minoksidil baru diindikasikan untuk
alopesia androgenika, tetapi dapat diberikan pada kerontokan rambut lain
yang memerlukan perpanjangan fase anagen, misalnya pada efluvium
anagen. Meskipun tidak bermanfaat untuk mencegah efluvium anagen,
minoksidil topikal 2% dapat memperpendek periode kerontokan (interval
terjadinya kerontokan rambut maksimal sampai tumbuhnya rambut
kembali) sampai 50 hari.1,5
Vitamin

17
Efektivitas vitamin, misalnya asam folat dan vitamin E masih
kontroversial. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa suplementasi
oral asam folat pada pemberian metotreksat dan vitamin E pada pemberian
doksorubisin mampu mencegah kerontokan, tetapi hasil tersebut disanggah
oleh penelitian lain.9
Kosmetik kamuflatif
Kerontokan rambut secara psikologis berdampak negatif bagi
pasien. Kadang diperlukan kosmetik kamuflatif untuk menyamarkan
proses kerontokan yang sedang berjalan, hal ini dapat dicapai dengan
penggunaan wigatau kosmetik penyamar lainnya. Wig dapat sintetik atau
alami, bahkan dapat dibuat dari rambut pasien sendiri. Wig sebaiknya
dibuat atau dipilih sebelum pasien kehilangan rambutnya agar dapat
mencocokkan warna, tekstur dan gaya rambut. Selain wig, untuk hasil
yang cukup alami, pasien dapat menggunakan kosmetik penyamar yang
praktis dan mudah digunakan, misalnya adalah serat keratin sintetik yang
mampu menempel pada kulit kepala dan folikel rambut yang tersisa untuk
menyamarkan daerah yang botak dan seolah-olah menebalkan rambut. 9,10

Telogen Efluvium
Aspek terpenting dalam penanganan telogen effluvium adalah
dengan edukasi pasien mengenai riwayat alamiah kondisi ini. Selain itu
juga sebaiknya dijelaskan mengenai siklus hidup rambut serta hubungan
dari pencetus yang dapat menyebabkan kerontokan rambut tersebut.
Belum ada pengobatan spesifik untuk telogen effluvium, tetapi
pemakaian perangsang pertumbuhan rambut Minoxidil (Regrav) 2% dan
5% pada kulit kepala satu kali sehari dapat bermanfaat pada telogen
effluvium kronis. Pada lakilaki, terapi farmakologis dengan menggunakan
minixidil topical 2% atau 5% dan finasteride oral.
Agen anti androgen (termasuk di dalamnya spironolakton, cypro
asetat, flutam serta 5 alfa reduktase inhibitor finasterid) dapat digunakan
untuk kerontokan rambut tipe wanita, tetapi beberapa negara tidak

18
memakai obat ini. Pada suatu penelitian dibandingkan pemberian cypro
astetat dan spironolakton pada kerontokan rambut tipe wanita, dijumpai
hasil >80% wanita mengalami pertumbuhan rambut kembali atau
stabilisasi dari penyakit.

Pencegahan
Sejak akhir tahun 1960, banyak ahli telah mencoba menggunakan
berbagai cara untuk mencegah terjadinya efluvium anagen, terutama pada
pasien yang menjalani kemoterapi. Metode pencegahan tersebut terbagi
atas metode mekanis, metode fisis, dan penggunaan agen biologis.9
Metode mekanis
Metode yang sering dipakai adalah penggunaan turniket di sekitar
kulit kepala untuk menimbulkan hipoperfusi lokal dengan harapan volume
sitostatika yang mencapai kulit kepala berkurang. Metode ini tidak
digunakan lagi karena menyita waktu, tidak nyaman, dan tidak efektif.

BAB III
KESIMPULAN

19
Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut yang berkirang kurang
lebih 120 helai per hari. Secara umum kerontokan rambut dapat terjadi secara
difus maupun fokal, Berdasarkan penyebabnya, klasifikasi kerontokan rambut
dapat dibagi menjadi: kongenital, kelainan siklus pertumbuhan rambut,
kelainan batang rambut, obat, gangguan hormonal, trauma, infeksi, dan
penyakit dengan proses destruktif. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi
kebotakan (alopesia). Penatalaksanaan yang tepat dalam penanganan
kerontokan rambut dapat dilakukan dengan farmakologi maupun dengan
pencegahan.

DAFTAR PUSTAKA

20
1. Soepardiman L dan Lili L. Kelainan rambut. Dalam: Djuanda A, Hamzah M,
Boediardja SA, penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2016.h.359-77.

2. Wahyuli HN, Rosita C. Kerontokan rambut. Airlangga Periodical of


Dermato-Venereology 2006;18(4):47-60.

3. Harrison, S., Bergfeld, W. F. 2009. Disea ses o f the hair and na ils.
Department of Dermatology, Cleveland Clinic Foundation, 9500 Euclid
Avenue/A61, Cleveland, OH 44195, USA.

4. Swce W, Klontz KC, Lambert LA. A nationwide of alopecia associated with


the use of a hair-relaxing formulation. Arch Dermatol 2000; 136: 11048.

5. Saphiro J. Hair loss principle of diagnosis and management of alopecia.


London: Martin Dunitz Ltd; 2002.

6. Vogt A, McElwee KJ, Blume-Peytavi U. Biology of the hair follicle. In:


Blume-Peytavi U, Tosti A, Whiting DA, Trueb R, editors. Hair growth and
disorders. Berlin: Springer; 2008. p. 119.

7. Schlake T. Determination of hair structure and shape. Semin Cell Develop


Biology 2007; 18: 26773.

8. Pusponegoro, Erdina H.D. 2002. Kerontokan Rambut Etiopatogenesis.


Dalam: Wasitaadmadja, Sjarif M, dkk. Kesehatan dan Keindahan Rambut.
Jakarta: Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia, 1-13.

9. Batchelor D. Hair and Cancer Chemotherapy: Consequences and nursing


care-a literature study. European Journal of Cancer Care 2001;10:147-63.

10. Rogers NE, Avram MR. Medical treatments for male and female pattern hair
loss. J Am Acad Dermatol 2008;59:547-66.

11. Paus R, Olsen EA, Messenger AG. Hair growth disorders. Dalam: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, penyunting.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. edisi ke-7. New York:
McGraw-Hill; 2008.h.753-77.

12. Han A, Mirmirani P. Clinical approach to the patient with alopecia. semin
cutan Med Surg 2006;25:11-23.

21

Anda mungkin juga menyukai