Anda di halaman 1dari 69

SKRIPSI

EFEKTIFITAS AIR REBUSAN SIMPLISIA DAUN BINAHONG


(ANREDERA CORDIFOLIA (TENORE) STEEN) TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS
DI KLINIK MURNIATI KECAMATAN
KOTA KISARAN BARAT
TAHUN 2018

DWI EVIYANTI
P07524517043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI

EFEKTIFITAS AIR REBUSAN SIMPLISIA DAUN BINAHONG


(ANREDERA CORDIFOLIA (TENORE) STEEN) TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS
DI KLINIK MURNIATI KECAMATAN
KOTA KISARAN BARAT
TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Diploma IV

DWI EVIYANTI
P07524517043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

SKRIPSI,Juli 2018

Dwi Evi Yanti

EFEKTIFITAS AIR REBUSAN SIMPLISIA DAUN BINAHONG ( ANREDERA


CORDIFOLIA ( TENORE) STEEN ) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM
PADA IBU NIFAS DI KLINIK MURNIATI KECAMATAN KOTA KISARAN BARAT
TAHUN 2018

Abstrak

Di Indonesia luka perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam dan
sebagian luka tersebut berpotensi menjadi infeksi. Penyebab tingginya angka infeksi
adalah diakibatkan menurunnya daya tahan tubuh pada ibu bersalin rentan terkena
infeksi. Daun binahong mengandung senyawa aktif flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan
saponin yang secara ilmiah keampuhan binahong mengobati luka. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui Efektifitas Mengkonsumsi Air Rebusan Simplisia Daun Binahong (
Anredera Cordifolia (Tenore) Steen ) Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu
Nifas Di Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment dengan rancangan
Posttest Only Control Group. Sampel pada sebanyak 20 orang responden ibu post
partum, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol sebanyak 10 orang ibu
post partum dan kelompok intervensi 10 orang ibu post partum yang di berikan simplisia
daun binahong. Data dikumpulkan menggunakan lembar cek list dan dianalisa dengan U
Mann Whitney Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok yang diberi simplisia daun
binahong lama luka sembuh luka perineum mayoritas cepat sedangkan yang tidak
diberikan simplisia daun binahong lama sembuh luka perineum normal. Hasil uji statistic
dengan Mann-Whitney Test nilai p< 0,05 disimpulkan bahwa simplisia daun binahong
efektifitas mempercepat kesembuhan luka perineum.
Kepada petugas kesehatan khususnya pelayanan kebidanan, perlu memberikan
pendidikan kesehatan tentang cara perawatan luka jahitan perineum saat dirumah
dengan mengaplikasikan terapi komplementer termasuk daun binahong untuk membantu
mempercepat penyembuhan luka, karena pemberian air rebusan daun binahong
membuat penyembuhan luka yang lebih baik.

Kata Kunci : Daun Binahong, Penyembuhan Luka Perineum, Ibu Nifas

Pustaka : 16 ( 2015-2018 )
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH
EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY
THESIS, July 2018

Dwi Evi Yanti

THE EFFECTIVITY OF RENEWABLE WATER OF BINAHONG LEAVES SIMPLICIA


(ANREDERA CORDIFOLIA (TENORE) STEEN) TO PERINEUM WOUND RECOVERY
OF POSTPARTUM MOTHER AT THE MURNIATI CLINIC OF KISARAN SUB DISTRICT
2018

Abstract

In Indonesia, perineal wounds are experienced by 75% of women who giving birth
to vaginal infections and some of these injuries have the potential to become infections.
The cause of the high rate of infection is due to a decrease in the body's resistance to
maternity mothers vulnerable to infection. Binahong leaves contain active compounds of
flavonoids, alkaloids, terpenoids, and saponins which are scientifically effective in treating
binahong wounds. The purpose of this study was to determine the effectiveness of
consuming water from Simplisia decoction of Binahong leaves (Anredera cordifolia
(Tenore) Steen) on perineal wound healing in postpartum mothers at Murniati Clinic at
west Kisaran Sub District.
This type of research is a quasi-experimental research with the Posttest Only
Control Group design. The sample of 20 post partum mothers, who were divided into two
groups, were the control group of 10 post partum mothers and the intervention group 10
post partum mothers who were given binahong leaf’ simplicia. Data were collected using a
checklist sheet and analyzed with U Mann Whitney Test.
The results showed that in the group given the simplicia of binahong leaves, the
wound healed a majority of perineal wounds quickly while those who were not given the
simplicia of binahong leaves recovered from normal perineal wounds. Statistical test
results with Mann-Whitney Test p value <0.05 concluded that the binahong leaf simplicia
have effectiveness to accelerates the healing of perineal wounds.
To health workers, especially midwifery services, it was necessary to provide
health education in how to treat perineal suture wounds at home by applying
complementary therapies including binahong leaves to help accelerate wound healing,
because the administration of binahong leaves decoction makes wound healing better.

Keywords : Binahong Leaf, Perineal Wound recovery, Postpartum Mother


References : 16 ( 2015-2016 )
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmatNya
sehingga dapat terselesaikan Skripsi yang berjudul “Efektifitas Air Rebusan Simplisia
Daun Binahong Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik
Murniati Tahun 2018”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana
Sains Terapan Kebidanan pada Program Studi D-IV Kebidanan Medan Poltekkes
Kemenkes RI Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena
itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan, yang telah
memberikan kesempatan menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb, selaku Ketua Jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes
RI Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun dan menyelesaikan skripsi
ini.
3. Melva Simatupang,SST,M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kebidanan Kemenkes RI Medan Priode Tahun 2013-2018, yang telah
memberikan kesempatan menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
4. Yusniar Siregar, SST,M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan Priode 2018-2023 dan sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan kesempatan menyusun dan membimbing skripsi ini.
5. Bebaskita Br.Ginting, SSiT,MPH selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan
memberikan kritikan serta saran dalam penulisan skiripsi ini.
6. Tri Marini Supriarti Ningsih, SST,M.Keb selaku ketua penguji yang telah memberikan
kritikan dan masukan dalam penulisan skiripsi ini.
7. Murniati, AM.Keb selaku CI Klinik Bersalin yang telah mengizinkan untuk melakukan
penelitian dan membimbing dalam pembuatan skiripsi ini.
8. Seluruh ibu Post Partum yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Buat Keluarga ku Orang Tua, Suami,dan ank-anak ku tersayang terimakasih atas
dukungan dan supportnya.
10. Seluruh teman – teman seperjuangan di Poltekkes Kemenkes RI Medan, terima kasih
atas kebersamaan dan kerjasamanya sampai kita sama – sama tuntas dalam
penyelesaian skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal
baik yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.

Medan,25 Juli 2018

Dwi Evi Yanti


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR…………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL .............................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1


A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 4
E. Keaslian Penelitian…………………………………………. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 6


A. Tinjauan Pustaka .............................................................. 6
B. Kerangka Teori ................................................................. 21
C. Kerangka Konsep ............................................................. 22
D. Defenisi Operasional dan Aspek Pengukuran ................. 22
E. Hipotesis Penelitian .......................................................... 23

BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................. 24


A. Jenis Penelitian ................................................................ 24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 25
Lokasi Penelitian .............................................................. 25
Waktu Penelitian .............................................................. 25
C. Populasi dan Sampel ....................................................... 25
Populasi ........................................................................... 25
Sampel ............................................................................. 25
D. Jenis dan Teknik Pengolaan Data ................................... 26
E. Aspek Pengukuran ........................................................... 26
F. Prosedur Penelitian........................................................... 27
G. Analisis Univariat dan Biviariat ......................................... 28
H. Etika Penelitian ................................................................ 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 30
B. Analisis Univariat ...................................................................... 30
C. Analisis Bivariat ........................................................................ 31
D. Pembahasan ............................................................................. 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................... 36
B. Saran ........................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran........................... 22


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................... 21

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ........................................................... 22


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Peneliti


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 4 Etical Clearance
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 Lembar Cek List
Lampiran 7 Master Data
Lampiran 8 Hasil Uji ( SPSS )
Lampiran 9 Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi
Lampiran 10 Lembar Pernyataan Orientifikasi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam melihat derajat
kesehatan suatu bangsa, oleh karena itu pemerintah sangat menekankan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program kesehatan. Dalam
pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang
kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. (Sulistyawati, 2011)
Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi
mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas. Penurunan AKI di
Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228.
Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015. Sedangkan angka kematian di Sumatera
Utara tahun 2014 sebesar 75/100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes, 2016)
Penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga faktor penyebab
utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun
proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami
penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25% kematian ibu
di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK. (Kemenkes, 2016)
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Secara nasional, angka
kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7% dan 0,7% diantaranya berkembang
kearah infeksi akut. Penyebab tingginya angka infeksi adalah diakibatkan menurunnya
daya tahan tubuh pada ibu bersalin rentan terkena infeksi. Infeksi dapat terjadi karena ibu
melahirkan di tenaga kesehatan yang menggunakan alat-alat tidak steril. Infeksi yang
biasanya terjadi pada ibu nifas adalah sepsis puerperalis. Dengan demikian asuhan pada
masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun
bayinya. (Hastuti, 2012)
Kasus laserasi atau luka perineum pada ibu bersalin tahun 2009 di seluruh dunia
terjadi 2,7 juta orang. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di
Amerika 26 juta ibu bersalin yang mengalami laserasi perineum, 40% diantaranya
mengalami laserasi perineum karena kelalaian bidannya dan ini akan membuat beban
biaya kira-kira 10 juta dolar pertahun. Di Australia terdapat 20.000 ibu bersalin yang
mengalami laserasi perineum sedangkan di Asia laserasi perineum merupakan masalah
yang cukup banyak dalam masyarakat, 50% di dunia terjadi di Asia.
Di Indonesia laserasi atau luka perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan
pervaginam. Pada tahun 2013 menemukan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan
pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan 29%
karena robekan spontan). (Wijayanti, 2016)
Purnamasari Widyastuti adalah seorang periset dari Universitas Muhammadiyah
Malang. Dari hasil risetnya, ia berhasil membuktikan secara ilmiah keampuhan binahong
mengobati luka. Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukannya pula diketahui bahwa
daun binahong mengandung senyawa aktif flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin.
Senyawa aktif flavonoid berperan langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi
dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah
sebagai antiinflamasi, analgesik, dan antioksidan.(Shabella, 2012)
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kartika Wijayanti, yang berjudul
“Efektifitas Air Rebusan Daun Binahong Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Di
Rumah Bersalin Aesya Grabag Kabupaten Magelang Tahun 2016”. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan rancangan two group with control post
test design. Responden penelitian ini adalah ibu post partum sebanyak 44 orang yang
dibagi menjadi 2 kelompok. Hasil penelitian menunjukkan Ada perbedaan penyembuhan
luka perineum yang bermakna setelah diberikan intervensi air rebusan daun binahong
dan bethadine. Persentasi reponden yang mengalami penyembuhan luka perineum pada
kelompok binahong, lebih baik daripada kelompok bethadine.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret 2018
melalui wawancara kepada 5 ibu nifas di Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat
terdapat 2 ibu nifas mengatakan bahwa mereka mengonsumsi air rebusan daun
binahong dan sudah turun-menurun dari leluhur mereka mengonsumsi karena khasiatnya
sangat manjur, 3 orang ibu nifas mengatakan tidak mengetahui khasit daun binahong
untuk penyembuhan luka Perineum pada ibu nifas .
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Efektifitas Air Rebusan Simplisia Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore)
Steen) Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati
Kecamatan Kota Kisaran Barat Tahun 2018.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti “Bagamaina
Efektifitas Air Rebusan Simplisia Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen)
Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati Kecamatan
Kota Kisaran Barat Tahun 2018.”

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektifitas Air Rebusan Simplisia Daun Binahong (Anredera
Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di
Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat Tahun 2018.

C.2. Tujuan Khusus


1. Untuk Mengetahui lama penyembuhan luka perineum pada kelompok yang
mengkonsumsi Air Rebusan Simplisia Daun Binahong dengan yang
melakukan perawatan konvensional.
2. Untuk mengetahui Efektifitas Air Rebusan Simplisia Daun Binahong (Anredera
Cordifolia ( Tenore ) Steen ) Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu
Nifas Di Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat Tahun 2018.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
Memberikan informasi tentang pentingnya perawatan luka pada ibu nifas dan dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan dan dapat dijadikan sebagai
bahan refrensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Secara Praktis
Bagi pelayanan di Klinik Murniati
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam menengani pasien dalam memberikan
informasi dengan mengaplikasikan terapi komplementer bahwa perawatan luka
dengan mengkonsumsi air rebusan daun binahong dapat membantu mempercepat
proses penyembuhan luka sehingga pelayanan kesehatan semakin optimal.

E. Keaslian Penelitian
1. Kartika Wijayanti (2016), yang berjudul “Efektifitas Air Rebusan Daun Binahong
Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Di Rumah Bersalin Aesya Grabag
Kabupaten Magelang Tahun 2016”. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
quasi eksperiment dengan rancangan two group with control post test design.
Responden penelitian ini adalah ibu post partum sebanyak 44 orang yang dibagi
menjadi 2 kelompok. Hasil penelitian menunjukkan Ada perbedaan penyembuhan
luka perineum yang bermakna setelah diberikan intervensi air rebusan daun
binahong dan bethadine. Persentasi reponden yang mengalami penyembuhan
luka perineum pada kelompok binahong, lebih baik daripada kelompok bethadine.
(Wijayanti, 2016). Perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti laksanakan
yaitu terletak pada judul, lokasi penelitian, dan jumlah responden.
2. Sri Yuniarti dan Lies Mulyati (2014), yang berjudul Pengaruh Mengkonsumsi
Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Lamanya
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Rsup Dr. Hasan Sadikin
Bandung Periode Juli Tahun 2014. Jenis penelitian adalah Quasi Eksperiment
dengan post test only control group.Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah non probability sampling dengan jenis consecutive sampling dengan
jumlah responden 40 orang. Hasil penelitian menunjukan lama penyembuhan luka
jahitan perineum pada ibu post partum yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun
binahong hampir seluruh nya mengalami penyembuhan yang lambat yaitu 90%
sedangkan yang mengkonsumsi ekstrak daun binahong hampir seluruhnya
mengalami penyembuhan yang cepat yaitu 85% dengan P value (0.000) < 􀀂
(0,05). penelitian adalah terdapat pengaruh yang signifikan mengkonsumsi ekstrak
daun binahong terhadap lamanya penyembuhan luka perineum. Ekstrak daun
binahong menjadi salah satu alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka
perineum. Perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti laksanakan yaitu
terletak pada judul, lokasi penelitian, metode yang digunakan, variabel penelitian
dan jumlah responden. (Mulyati, 2014)
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
A.1. Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah proses kinetik dan metabolik yang kompleks yang
melibatkan berbagai sel dan jaringan dalam usaha untuk menutup tubuh dari lingkungan
luar dengan cara mengembalikan integritas jaringan. Pada setiap perlukaan baik yang
bersih maupun yang terinfeksi tubuh akan berusaha melakukan penyembuhan luka.
Penyembuhan luka merupakan proses perbaikan dan pergantian. (Wulandari, 2013)
Perawatan luka merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh bidan.
Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengendalian infeksi karena
infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas
dan mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post operasi merupakan salah satu masalah
utama dalam praktek pembedahan (Puspitasari, 2011)
Penyembuhan luka merupakan proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan
yang rusak. Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis. Insisi bedah yang
bersih merupakan contoh luka dengan sedikit jaringan yang hilang.(Nurani, 2015) Faktor
– faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang terdiri dari
praktek management luka, hipovelemia, infeksi dan adanya benda asing. Sedangkan
faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid, sepsis, penyakit ibu seperti anemia, diabetes
dan obat-obatan.(Damayanti, 2013)
Perawatan luka perineum merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya
infeksi perlukaan jalan lahir. Perawatan perineum terdiri dari 3 teknik, yaitu teknik dengan
memakai antiseptik, tanpa antiseptik dan cara tradisional. (Kurniarum, 2014)
Penyembuhan luka perineum proses mulai membaiknya luka perineum dengan
terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari
post partum. Luka dapat sembuh melalui proses utama (primary intention) yang terjadi
ketika tepi luka disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi
penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang kosong. Oleh karena itu,
dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan. Penyembuhan
yang kedua yaitu melalui proses sekunder (secondary intention) terdapat defisit jaringan
yang membutuhkan waktu yang lebih lama. (Wulandari, 2013)
Pengkajian akurat pada cairan perineum sangat penting dalam memutuskan
apakah perlu atau tidaknya penjahitan. Jika luka erineum tidak bersatu dan atau jika
terdapat deficit jaringan, akan mengakibatkan ruang kosong, membutuhkan proses
penyembuhan sekunder dengan peningkatan granulasi dan kemungkinan peningkatan
pembetukan jaringan parut, serta waktu penyembuhan yang lebih lama. Luka jahitan yang
rusak tepian lukanya dibiarkan terbuka dan penyembuhan terjadi dari bawah luka melalui
jaringan granulasi dan kontrakasi luka (proses sekunder). Proses ini hanya terjadi pada
jahitan perineum yang terbuka (dengan atau tanpa infeksi). Penghambat keberhasilan
penyembuhan luka menurut Boyle adalah sebagai berikut: malnutrisi, merokok, kurang
tidur, stress, kondisi medis dan terapi, asuhan kurang optimal dan infeksi.(Wulandari,
2013)
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena adanya
kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara berkesinambungan. Penggabungan
respon vaskuler, aktivitas seluler, dan terbentuknya senyawa kimia sebagai substansi
mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses
penyembuhan luka. Ketika terjadi luka, tubuh memiliki mekanisme untuk mengembalikan
komponenkomponen jaringan yang rusak dengan membentuk struktur baru dan
fungsional. (Purnama, 2015)
Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang
bersifat lokal, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor endogen, seperti umur, nutrisi, imunologi,
pemakaian obat-obatan, dan kondisi metabolik. Proses penyembuhan luka dibagi ke
dalam lima tahap, meliputi tahap homeostasis, inflamasi, migrasi, proliferasi, dan
maturasi.(Purnama, 2015)
Pendarahan biasanya terjadi ketika kulit mengalami luka dan menyebabkan
bakteri maupun antigen keluar dari daerah yang mengalami luka. Pendarahan juga
mengaktifkan sistem homeostasis yang menginisiasi komponen eksudat, seperti faktor
pembekuan darah. Fibrinogen di dalam eksudat memiliki mekanisme pembekuan darah
dengan cara koagulasi terhadap eksudat (darah tanpa sel dan platelet) dan pembentukan
jaringan fibrin, kemudian memproduksi agen pembekuan darah dan menyebabkan
pendarahan terhenti. Keratinosit dan fibroblast memiliki peran penting dalam proses
penyembuhan luka. Keratinosit akan menstimulasi fibroblas untuk mensintesis faktor
pertumbuhan, lalu akan terjadi stimulasi proliferasi keratinosit. Selanjutnya, fibroblas
mendapatkan fenotipe miofibroblas di bawah control dari keratinosit. Hal ini dipengaruhi
oleh keseimbangan antara proinflamator atau pembentukan faktor pertumbuhan (TGF)- β-
dominated.
Homeostasis memiliki peran protektif yang membantu dalam penyembuhan luka.
Pelepasan protein yang mengandung eksudat ke dalam luka
menyebabkan vasodilatasi dan pelepasan histamin maupun serotonin. Hal ini
memungkinkan fagosit memasuki daerah yang mengalami luka dan memakan sel-sel mati
(jaringan yang mengalami nekrosis). Eksudat adalah cairan yang diproduksi dari luka
kronik atau luka akut, serta merupakan komponen kunci dalam penyembuhan luka,
mengaliri luka secara berkesinambungan dan menjaga keadaan tetap lembab. Eksudat
juga memberikan luka suatu nutrisi dan menyediakan kondisi untuk mitosis dari sel-sel
epitel.
Pada tahap inflamasi akan terjadi udema, ekimosis, kemerahan, dan nyeri.
Inflamasi terjadi karena adanya mediasi oleh sitokin, kemokin, faktor pertumbuhan, dan
efek terhadap reseptor. Selanjutnya adalah tahap migrasi, yang merupakan pergerakan
sel epitel dan fibroblas pada daerah yang mengalami cedera untuk menggantikan jaringan
yang rusak atau hilang. Sel ini meregenerasi dari tepi, dan secara cepat bertumbuh di
daerah luka pada bagian yang telah tertutup darah beku bersamaan dengan pengerasan
epitel.
Tahap proliferasi terjadi secara simultan dengan tahap migrasi dan proliferasi sel
basal, yang terjadi selama 2- 3 hari. Tahap proliferasi terdiri dari neoangiogenesis,
pembentukan jaringan yang tergranulasi, dan epitelisasi kembali. Jaringan yang
tergranulasi terbentuk oleh pembuluh darah kapiler dan limfatik ke dalam luka dan
kolagen yang disintesis oleh fibroblas dan memberikan kekuatan pada kulit. Sel epitel
kemudian mengeras dan memberikan waktu untuk kolagen memperbaiki jaringan yang
luka. Proliferasi dari fibroblas dan sintesis kolagen berlangsung selama dua minggu.
Tahap maturasi berkembang dengan pembentukkan jaringan penghubung selular dan
penguatan epitel baru yang ditentukan oleh besarnya luka. Jaringan granular selular
berubah menjadi massa aselular dalam waktu beberapa bulan sampai 2 tahun. (Purnama,
2015)
A.2. Cara penyembuhan Luka
Cara penyembuhan luka melalui beberapa intensi penyembuhan antara lain:
a. Penyembuhan primer yaitu penyembuhan yang terjadi tanpa penyulit. Pembentukan
jaringan granulasi sangat minimal
b. Penyembuhan sekunder adalah penyembuhan yang terjadi dengan pembentukan
jaringan granulasi sebelum terjadi jaringan epitelialisasi.
c. Penyembuhan tertier adalah penyembuhan yang dalam prosesnya dibantu dengan
tindakan bedah agar luka tertutup.(Wulandari, 2013)

A.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka


Faktor yang mempengaruhi pada penyembuhan luka sebagai berikut:
1. Usia
Dengan bertambahnya usia, acapkali mudah untuk terjadinya gangguan sirkulasi dan
koagulasi berkaitan dengan mulai menurunnya beberapa fungsi tubuh. Selain itu,
respons inflamasi yang lebih padat dan penurunan aktivitas fibroblast. Hal tersebut
berpengruh terhadap semua penyembuhan luka. (Solehati, 2017)
Usia dapat menganggu semua tahap penyembuhan luka seperti: perubahan vaskuler
menganggu sirkulasi ke daerah luka, penurunan fungsi hati menganggu sintesis faktor
pembekuan, respons inflamasi lambat, pembentukan antibody dan limfosit menurun,
jaringan kolagen kurang lunak, jaringan parut kurang elastis. Usia reproduksi sehat
adalah usia yang aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu usia 20-
35 tahun. Kulit utuh pada dewasa muda yang sehat merupakan suatu barier yang baik
terhadap trauma mekanis dan juga infeksi, begitupun yang berlaku pada efisiensi
sistem imun, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi yang memungkinkan
penyembuhan luka lebih cepat. Seiring dengan bertambahnya usia, perubahan yang
terjadi di kulit yaitu frekuensi penggunaan sel epidermis, respon inflamasi terhadap
cedera, persepsi sensoris, proteksi mekanis, dan fungsi barier kulit. Kecepatan
perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia
seseorang, namun selanjutnya proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan
sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka. (Nurani, 2015)
2. Tipe Operasi
Persalinan seksio sesarea jenis Lower-Segmen Cesarean Birth lebih cepat mengalami
penyembuhan dibandingkan dengan persalinan seksio sesarea type classic. Hal ini
terjadi karena pembuluh darah yang tersayat lebih sedikit pada persalinan seksio
sesarea jenis Lower-Segmen Cesarean Birth dibandingkan dengan persalinan seksio
sesarea type classic sehingga resiko tinggi terjadinya perdarahan dan infeksi pada ibu
lebih kecil dibandingkan dengan persalinan yang dilakukan dengan persalinan seksio
sesarea type classic.
3. Tipe Tubuh
Tipe tubuh kemungkinan dapat memengaruhi proses penyembuhan luka. Pada pasien
yang bertubuh gemuk dengan jumlah lemak subkutan dan jaringan lemak yang
memiliki sedikit pembuluh darah berpengruh terhdap kelancaran sirkulasi dan
oksigenisasi jaringan sel yang akan memengaruhi proses penyembuhan luka. Hal ini
berbeda pada pasien yang memiliki berat badan ideal.
4. Kesehatan Secara Umum
Pasien dengan status kesehatan yang baik memiliki persediaan imunitas yang
memadai yang digunakan dalam proses penyembuhan luka. Sebaliknya, pasien
dengan status kesehatan yang kurang baik apalagi buruk memiliki persediaan
imunitas yang tidak memadai sehingga tidak cukup jumlahnya untuk digunakan dalam
proses penyembuhan luka. Hal tersebut dapat mempersulit proses penyembuhan luka
5. Nutrisi
Nutrisi yang berperan penting dalam penyembuhan luka terutama nutrisi yang
mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Nutrisi yang mengandung protein akan
meningkatkan perbaikan sel-sel yang rusak serta meningkatkan daya imunitas tubuh.
Hal ini sesuai dengan fungsi protein, yaitu sebagai zat pembentukan antibody,
pengangkut zat gizi, dan pengganti jaringan yang rusak. Nutrisi yang mengandung
lemak penting dalam pembentukan energy dan sebagai zat pelarut vitamin A, D, E,
dan K. Vitamin A, D dan E memiliki peranan dalam imunitas tubuh. Vitamin K
berperan penting dalam pembekuan darah dan pembentukan tulang. Nutrisi yang
mengandung karbohidrat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan energy
selama proses penyembuhan luka dan menghindarkan protein dan lemak untuk
melakukan katabolisme.
Status Nutrisi merupakan ekpresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contohnya
gondok endemik merupakan keadaan ketidak seimbangan antara pemasukan dan
pengeluarkan yodium dalam tubuh yang merupakan akibat dari konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi dengan 4 klasifikasi, status gizi buruk, kurang, baik dan
lebih. Metode penilaian status gizi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penelitian
secara langsung diantaranya adalah antropometri, klinis, biokimia dan bio fisik,
sedangkan penilaian secara tidak langsung diantaranya adalah survey konsumsi
pangan, statistik vital, dan factor ekologi. Metode penilaian status gizi secara langsung
yaitu, penilaian antropometri dan penilaian status gizi berdasarkan indeks massa
tubuh dengan rumus berikut IMT = BB(kg)/TB(m)2. Nutrisi dalam perawatan luka
nutrisi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Kita ketahui bahwa status
nutrisi pada seseorang adalah factor utama yang mempengaruhi proses pertumbuhan
dan mempertahankan jaringan tubuh agar tetap sehat.(Naesee, 2015)
6. Mobilisasi
Mobilisasi akan meningkatkan metabolisme sehingga meningkatkan oksigenasi ke
sel yang akan membantu proses penyembuhan luka. Banyak penelitian yang
menemukan, bahwa mobilsasi dini memiliki pengaruh terhadap penyembuhan luka
operasi seksio sesarea. Sebaliknya, apabila pasien tidak didukung dan dibantu untuk
melakukan mobilisasi dini, maka proses penyembuhan luka berlangsung lama.
Apabila seseorang tidak melakukan mobilisasi dini maka involusi menjadi kurang baik
sehingga sisa darah yang ada dalam uterus tidak dapat dikeluarkan sehingga
menyebabkan infeksi. Dengan mobilisasi dini, maka uterus akan berkontraksi dengan
baik sehingga fundus uteri akan mengeras dan membentuk penyempitan pembuluh
darah yang terbuka. Dengan demikian, resiko perdarahan abnormal dapat
dihindarkan.(Solehati, 2017)
Sedangkan menurut Wulandari (2013), proses penyembuhan luka perineum pada
ibu postpartum dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor–faktor
eksternal yang mempengaruhi penyembuhan luka meliputi: lingkungan, tradisi,
pengetahuan, sosial ekonomi, kondisi ibu, pemberian antibiotik, personal hygiene.
Sedangkan faktor– faktor internal yang mempengaruhi penyembuhan luka terdiri dari:
usia, trauma jaringan atau infeksi, penanganan jaringan, hemoragi, hipovolemia,
faktor lokal edema, defisit nutrisi, personal hygiene, defisit oksigen,jenis
persalinan,jenis luka jahitan luka perineum, kadar hemoglobin.(Wulandari, 2013)

A.2. Deskripsi Tanaman Binahong


Binahong merupakan tananaman obat yang tumbuh di dataran rendah maupun
dataran tingi. Nama lain dari Binahong adalah Bassela rubra linn (Latin), Heartleaf
maderavine (Inggris), dan Deng san chi (Cina).
Berdasarkan taksonominya, tanaman binahong dapat diklasifikasikan sebagai
berikut.
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryphyllales
Famili : Basellaceae
Genus : Anredera
Spesies : Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

1. Morfologi Tanaman Binahong


a. Daun
Bentuk daun binahong adalah tunggal, bertangkai pendek (subsessile), susunannya
berseling, berwarna hijau, berbentuk jantung (cordata), panjangnya 5-10 cm, lebar 3-
7 cm helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus)tepi
rata, permukaan licin dan bisa di makan. (Susetya, 2015)

Gambar 2.1. Daun Binahong

b. Batang
Batang dari tanaman binahong lunak, berbentuk silindris, saling membelit, permukaan
halus daun berwarna merah.
Gambar 2.2. Batang Binahong
c. Bunga
Bentuk bunganya majemuk rimpan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun,makota
berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan daun panjang
helai mahkota 0,5-1 cm serta berbau harum.

Gambar 2.3. Bunga Binahong


d. Akar
Bentuk dari akarnya rimpang dan berdaging lunak.

Gambar 2.4. Akar Binahong

Tanaman yang konon berasal dari Korea ini dikomsumsi oleh orang-orang
Vietnam pada saat perang melawan Amerika Serikat pada tahun 1950 sampai 1970an.
Tanaman ini dikenal juga di kalangan masyarakat Cina dan telah ribuan tahun
dikomsumsi oleh bangsa Tiongkok, Korea, Taiwan dll. Bagian daun dari tanaman inilah
yang biasanya dijadikan sebagai obat alami selain dari batang dan umbinya.
Tanaman binahong mempunyai banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai
macam penyakit ringan maupun berat. Hampir semua bagian tanaman binahong seperti
umbi, batang, bunga dan daun dapat digunakan dalam terapi herbal. Kini bibitnya mudah
dibeli di objek wisata Kopeng. Tanaman ini memang tumbuh baik dalam lingkungan yang
dan lembab. Tanaman ini sudah lama ada di Indonesia tetapi baru akhir-akhir ini saja
menjadi alternatif bagi sebagian orang untuk dijadikan obat alami untuk menyembuhkan
atau mengurangi beberapa penyakit ringan maupun berat.
Tanaman binahong tumbuh secar merambat, sehingga sering digunakan sebagai
gendola atau gapura yang melingakar di atas jalan tanam. Ada yang menamainya
binahong karena berasal dari Korea. Namun tanaman ini sebenarnya sudah lama ada di
Indonesia dan biasa disebut gondola.
2. Kandungan Daun Binahong
Tanaman binahong sudah dikenal lama sebagai tanaman obat yang mampu
mengobati segala macam penyakit, terutama bagian daunnya. Daun binahong diketahui
mengandung beberapa senyawa kimia yang sangat berkhasiat untuk mengobati segala
macam penyakit. Kandungan daun binahong antara lain sebagai berikut.
1) Antimikroba
Daun binahong mengandung antimikroba yang sangat reaktif terhadap beberapa
kuman penyebab infeksi pada luka bakar maupun luka karena terkena benda tajam.
2) Saponin
Daun binohang mengandung triterpenoid saponin seperti boussingide A1 atau
larreagenin A. Senyawa tersebut berkhasiat menurunkan kadar kolesterol dan gula
darah.
3) Flavonoid
Kandungan flavonoid dalam daun binohang berperan menurunkan glukosa darah.
Flavonoid memiliki cincin benzena dan gugus gula yang reaktif terhadap radikal
bebas dan dapat bertindak sabagai senyawa penangkap radikal bebas penyebab
diabetes.
4) Senyawa antioksidan
Senyawa antioksidan berfungsi menetralkan radikal asam lemak dan radikal oksigen.
5) Vitamin C
Vitamin C menetralisir radikal bebas dengan berubah menjadi radikal askorbat. Pada
induksi karbon tetraklorida menyebabkan kehilangan satu buah elektron sehingga
terbentuk radikal triklorometil dan ion klorida. Vitamin C tersebut kemudian
mendonorkan satu buah elektron sehingga kerusakan jaringan pun tercegah.
Untungnya radikal askorbat bersifat sangat stabil. Meski kekurangan satu elektron, ia
tak memicu kerusakan sel. Kandungan asam askorbat dalam daun binohang tersebut
mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan mempercepat
penyembuhan.

3. Khasiat dan Manfaat Daun Tanaman Binahong


Daun binahong digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit seperti
typus, maag, radang usus dan ambeien serta untuk menyembuhkan luka dalam dan luar
pasca operasi. Daun binahong dapat pula di manfaatkan untuk mengatasi pembengkakan
dan pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah setelah sakit, rematik, luka memar
terpukul, asam urat dan mencegah stroke.
Daun binahong adalah jenis tanaman yang amat berkhasiat untuk menyembuhkan
beberapa penyakit. Beberapa lembar daun ini dikunyah hingga halus atau dimasak
dengan segelas air dan diminum beserta ampasnya atau lebih mudah di jus atau di
blender.
Adapun khasiat dari daun tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengobatan
berbagai jenis penyakit seperti batu/muntah darah, paru-pari/bolong, diabetes, sesak
nafas, borok akut (menahun), patah tulang, darah rendah, radang ginjal, gatal-gatal/eksim
kulit, gegar otak ringan/berat, disentri/buang air besar, ambeien berdarah, hidung
mimisan, luka pasca bedah/operasi, luka bakar, kecelakaan/cedera benda tajam, jerawat,
usus bengkak, gusi berdarah, kurang nafsu makan, haid tidak lancar, penyembuhan
pasca bersalin/melahirkan, menjaga stamina tubuh, penghangat badan, lemah syahwat,
kanker, dan lain sebagainya.
Daun binahong saat ini telah banyak diolah menjadi berbagai macam obat
maupun kosmetik. Produk berbahan daun binahong dapat juga kita temui dalam bentuk
teh herbal. Teh herbal daun binahong diolah dari daun binahong yang dikeringkan, jika
kita ingin mengkonsumsinya kita hanya perlu menyeduhnya dengan air panas.
Beberapa lembar daun binahong dikunyah hingga halus atau dimasak dengan
segelas air dan diminum beserta ampasnya atau lebih mudah diblender.
Daun ajaib ini mempunyai khasiat sebagai berikut :
a. Daun dipipis dengan laos untuk penyembuhan Rhematik
b. Daun bersama kunci pepet kemudian direbus untuk cebok
c. Mengatasi penyakit keputihan.
Manfaat dan khasiat daun binahong telah dikenal lama di mancanegara, antara lain
sebagai berikut.
1) Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, daun binahong digunakan sebagai obat herbal untuk pengobatan
luka, antiinflamasi, dan antihepatotoksik
2) Kolombia
Di daerah Kolombia, daun binahong secara tradisional digunakan untuk mengobati
diabetes dan sebagai pereda rasa sakit.
3) Indonesia
Secara empiris masyarakat tanah air memanfaatkan binahong untuk mengobati nyeri
gigi, pembengkakan, sariawan, luka atau bekas operasi, diabetes, dan menurunkan
kolesterol.
4) Taiwan
Masyarakat Taiwan menggunakan daun binahong untuk mengatasi gangguan liver,
diabetes millitus, analgesik, dan sebagai antiinflamasi. Dan di Taiwan, daun binahong
secara tradisional digunakan untuk mengobati diabetes dan pereda sakit.
5) Laos
Di negara Laos, daun binahong secara tradisional digunakan untuk mengobati artritis
atau peradangan dan diare.
6) Filiphina
Daun binahong di negara Filiphina digunakan sebagai topikal untuk mempercepat
pematangan bisul.
7) China
Daun binahong di China telah digunakan sebagi tanaman obat sejak berabad-abad
lamanya.
8) Meksiko
Umbi binahong di Meksiko secara tradisional digunakan untuk mengobati patah
tulang dan luka bakar.
9) Vietnam
Daun binahong di Vietnam digunakan sebagai bahan sayuran yang dikonsumsi
sehari-hari. Selain itu, daun binahong juga berperan dalam menjaga kesehatan para
tentara saat perang Vietnam berlangsung.
Beberapa riset mengenai manfaat dan khasiat tanaman binahong sebagai tanaman
obat telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan melalui sebuah penelitian. Beberapa riset
mengenai tanaman binahong tersebut diantaranya sebagai berikut.
1. Gagal ginjal – Yulinah Sukandar,E
Yulinah Sukandar,E adalah seorangguru besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi
Bandung yang berhasil melakukan penelitian mengenai potensi binahong untuk
diabetes dan penurunan kolestrol. Hal ini merupakan salah satu pencegahan untuk
mengatasi gagal ginjal.
2. Antioksidan – Muhammad Da’I dan Devi Ristian Octavia
Muhammad Da’I dan Devi Ristian Octavia adalah periset dari Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang melakukan penelitian mengenai
kemampuan daun binahong dalam menangkap radikal bebas.

Riset tersebut dilakukan dengan cara mengekstrak daun binahong dengan pelarut
petroleum eter, etil asetat, dan etanol. Dalam riset tersebut dicari perbandingan
aktivitas penangkap radikal bebas antara binahong dan vitamin E. Nilai IC 50 atau nilai
penghambatan 50% radikal bebas pada vitamin E sebesar 18,03 µg/ml. Berdasarkan
hasil riset tersebut terbukti bahwa nilai IC 50 tertinggi adalah ekstrak etanol daun
binahong yaitu 49,29 µg/ml. Hal ini berarti bahwa daun binahong mempunyai
kemampuan menangkap radikal bebas yang hampir menyamai vitamin E.
3. Antibakteri – Rahmani Arisadita
Rahmani Arisadita, periset dari Universitas Airlangga Surabaya berhasil melakukan
penelitian mengenai daun binahong yang mengandung senyawa bakteri.
4. Obat luka – Isnaini Wahyu Hidayati
Isnaini Wahyu Hidayati, penelitian dari Universitas Muhammdiyah Surakarta
melakukan penelitian terhadap daun binahong, dan di peroleh hasil bahwa daun
binahong sangat berkhasiat dalam mengobati luka.
5. Tonikum – Jauhar Arty Asriani
Jauhar Arty Asriani, seorang peneliti dari Universitas Muhammadiyah Surakarta
melakukan penelitian mengenai daun binahong sebagai tonikum.

6. Diabetes Mellitus – Farida Hayati dan Mir. A Kemila


Farida Hayati Msi Apt dan Mir. A Kemila, peneliti dari Uyniversitas Islam Indonesia
melakukan penelitian daun binahong dan diperoleh hasil bahwa daun binahong
mampu mengatasi diabetes melitus.
7. Hepatoprotektor – Salmah Orbayinah dan Adhita Kartyanto, adalah periset dari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berhasil
membuktikan manfaat binahong sebagai hepatoprotektor dan antioksidan.
8. Hipertensi dan Kolesterol – Sri Murni Astuti
Sri Murni Astuti adalah seorang peneliti dari Universitas Malaysia Pahang yang
berhasil membuktikan daun binahong berpotensi mengobati diabetes mellitus,
hepatitis, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan pembekuan darah, serta stres
mental dan fisik.
Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukannya, diketahui bahwa daun binahong
mengandung saponin yang tinggi yaitu 28,14 mg per gram daun. Saponin inilah yang
bermanfaat menurunkan kadar kolesterol.
9. Afrodisiak – G.M. Gundidza
G.M. Gundidza adalh seorang periset dari Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Of
Witwatersrand, Johannesburg, Afrika Selatan. Beliau melakukan riset mengenai daun
binahong dan berhasil menemukan manfaat lain daun bianhong yaitu sebagai
afrodisiak. Hasil riset tersebut memperkuat keampuhan binahong untuk mengobati
berbagai penyakit.
10. Obat Luka – Purnamasari Widyastuti
Purnamasari Widyastuti adalah seorang periset dari Universitas Muhammadiyah
Malang. Dari hasil risetnya, ia berhasil membuktikan secara ilmiah keampuhan
binahong mengobati luka. Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukannya pula
diketahui bahwa daun binahong mengandung senyawa aktif flavonoid, alkaloid,
terpenoid, dan saponin. Senyawa aktif flavonoid berperan langsung sebagai antibiotik
dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Aktivitas
farmakologi dari flavonoid adalah sebagai antiinflamasi, analgesik, dan antioksidan.
(Shabella, 2012)

4. Cara Pembuatan Sediaan Daun Binahong


a. Cara membuat ekstrak dengan metode infus. Infus merupakan metode ekstraksi
dengan pelarut air. Pada waktu proses infundasi berlangsung, temperatur pelarut
air harus mencapai suhu 90ºC selama 15 menit.
b. Cara membuat ekstrak dengan metode maserasi. Maserasi merupakan ekstraksi
bahan dengan pelarut pada suhu kamar selama waktu tertentu dengan sesekali
diaduk/digojok.
c. Cara membuat ekstrak dengan metode remaserasi. Remaserasi dilakukan dengan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama. Maserasi kinetic dilakukan dengan pengadukan terus-menerus.
d. Cara membuat ekstrak dengan metode digesti. Digesti merupakan maserasi
kinetik yang dilakukan pada suhu diatas suhu kamar, biasanya pada suhu 40-
50°C.
e. Cara membuat ekstrak dengan metode dekoksi. Dekoksi merupakan proses
ekstraksi yang mirip dengan proses infundasi, hanya saja infuns yang dibuat
membutuhkan waktu lebih lama (≥ 30 menit) dan suhu pelarut sama dengan titik
didih air.
f. Cara membuat ekstrak dengan metode perkolasi. Perkolasi adalah proses
ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna. Secara umum
proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang.
g. Cara membuat ekstrak dengan metode soxkletasi. Soxkletasi yaitu proses
ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus soxklet sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan
adanya pendingin balik.(Herbal, 2017)

B. Kerangka Teori

Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penyembuhan
Luka
Faktor Internal

1. Usia
2. Trauma jaringan atau infeksi
3. Penanganan jaringan
4. Hemoragi
5. Hipovolemia Kandungan Daun Binahong
6. Faktor lokal edema 1. Antimikroba
7. Defisit nutrisi 2. Saponin
8. Personal hygiene 3. Flavonoid
9. Defisit oksigen 4. Senyawa Antioksidan
10. Jenis persalinan 5. Vitamin C
11. Jenis luka jahitan luka perineum
12. Kadar hemoglobin

Faktor Eksternal
Lingkungan
Proses penyembuhan luka
Perineum
Tradisi (Konsumsi Rebusan 1. Fase inflamasi
Daun Binahong) 2. Fase proliferasi
3. Fase remodelling
Pengetahuan

Sosial Budaya

Kondisi Ibu

Pemberian Antibiotik

Keterangan :
Yang Tidak Diteliti
Yang Diteliti
Gambar 2.5 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-variabel
yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.(Muhammad, 2016) Adapun kerangka
konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian Air Rebusan Penyembuhan Luka


Simplisia Daun Binahong Perineum

Gambar 2.6. Kerangka Konsep

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan


variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel pengetahuan. Adapun
definisi operasional penelitian adalah sebagai berikut :
TABEL 2.1. Definisi Operasional
N Variabel Definisi Alat Hasil ukur Skala
o Independen Operasional ukur ukur
1 Pemberian Mengkonsumsi air Lembar Diberikan dan Ordinal
Air rebusan selama 7 Checklist Tidak diberikan
Rebusan hari pada ibu nifas
Simplisia pada luka derajat
daun II mulai hari ke 2
binahong dengan dosis
100ml sekali
sehari
N Variabel Definisi Alat Hasil ukur Skala
o Dependen Operasional ukur ukur

2 Penyembu Lama sembuhnya Lembar 1. Cepat : apabila Ordinal


han luka luka perineum Checkli setelah dilakukan
perineum pada ibu post st perawatan, luka
partum perineum bisa
Penyembuhan sembuh < 6 hari, dan
Luka Perineum luka dalam keadaan
Selama 6-7 hari menutup dan kering
2. Normal apabila
setelah dilakukan
perawatan, luka
perineum bias
sembuh 6-7 hari dan
kondisi luka menutup
dan masih basah
3. Lambat apabila
setelah dilakukan
perawatan, luka
perineum bias
sembuh > 7 hari dan
kondisi luka belum
kering dengan jahitan
masih membuka

E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang
sedang dikaji. Hipotesis pada penelitian ini adalah Pemberian Rebusan Simplisia Daun
Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) Efektif Dalam Penyembuhan Luka
Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat Tahun 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperiment, yaitu suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor lain yang mengganggu.
Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.
Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok
intervensi. Kelompok kontrol akan diberikan perlakuan perawatan perineum tidak
mengkonsumsi air rebusan daun binahong dan kelompok intervensi akan diberikan
perlakuan perawatan perineum menggunakan mengkonsumsi air rebusan daun binahong.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Posttest Only Control Group
Design. Dalam rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan
(intervensi) pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebut
dengan kelompok kontrol. (Hidayat, 2011). Rancangan tersebut dapat di gambarkan
sebagai berikut :

Perlakuan Posttest
Kelompok Eksperimen X O1
Kelompok Kontrol O2

Keterangan :

O1 = Observasi ibu post partum yang mengkonsumsi rebusan daun binahong

O2 = Observasi ibu post partum yang tidak mengkonsumsi rebusan daun binahong

X = Perlakuan yang diberikan yaitu mengkonsumsi rebusan daun binahong.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan. Penelitian ini
dilakukan di Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat mulai
bulan Mei 2018 - Juni 2018.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi yang menjadi sasaran penelitian berhubungan dengan sekelompok
subjek, baik manusia, gejala, nilai tes benda-benda, ataupun peristiwa. (Muhammad,
2016). Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah keseluruhan ibu post partum di
Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat, banyaknya ibu hamil trimester ke 3 pada
bulan Mei-Juni sebanyak 20 orang
2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah total sampling yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan yang terbagi menjadi
2 kelompok. Kelompok intervensi sejumlah 10 orang, dan kelompok kontrol sejumlah 10
orang.

Kriteria Inklusi:
1. Ibu post partum spontan hari ke-2 sampai hari ke 7 yang melahirkan di Klinik Murniati
Kec. Kota Kisaran barat
2. Ibu post partum spontan yang mengalami laserasi perineum derajat 2
3. Ibu post partum spontan dengan hecting ( jahitan perineum )
4. Sehat secara fisik dan mental
5. Tidak memiliki riwayat jalan lahir
6. Ibu Post partum spontan yang bersedia mengisi informed consent

Kriteria ekslusi:
1. Ibu post partum spontan yang tidak terdapat luka jahitan perineum
2. Ibu post partum spontan yang mengalami laserasi perineum derajat 4
3. Ibu post partum spontan dengan komplikasi persalinan
4. Ibu post partum spontan yang mempunyai penyakit yang dapat mengganggu
penyembuhan luka seperti diabetes mellitus.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan secra bertahap mulai dari memilih responden yang
memenuhi kriteria inklusi. Penggunaan pengumpulan data menggunakan lembar cek list
sebanyak 10 orang yang mengkonsumsi daun binahong dan 10 orang yang tidak
mengkonsumsi daun binahong. Setelah itu peneliti melakukan survey ke Klinik Murniati
untuk mendata ibu hamil trimester ke III, sebelum penelitian peneiti memberikan informet
consent kepada responden apakah responden bersedia atau tidak tanpa unsur paksaan
dan peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan peneliti dalam memberikan air
rebusan simplisia daun binahong.

E. Pengolahan Data
Lembar ceklist yang sudah selesai diperiksa kelengkapannya dengan tujuan agar
data dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data mendapatkan hasil yang valid
agar terhindari dari bias. Setelah itu peneliti memberikan pengkodean pada seiap variabel
agar memudahkan peneliti mengentry data dan memasukkan ke SPSS. Setelah itu data
diinput ke dalam aplikasi komputer dan diolah sesuai kebutuhan peneliti.

F. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan air rebusan simplisia daun binahong

Daun Binahong yang akan di gunakan diperoleh dari lingkungan warga di


daerah Kecamatan Kota Kisaran Barat. Daun binahong tua ( warna hijau gelap )
diambil sebanyak 320 gram, kemudian daun yang sudah dikumpulkan, dibersihkan
dari kotoran yang menempel dengan melakukan pencucian dengan menggunakan air
mengalir. Sediaan yang akan dibuat adalah sediaan infusa, yaitu dengan cara
merebus daun binahong dalam air mendidih selama 15 menit. Perebusan dilakukan
dengan menggunakan tempat yang terbuat dari tanah liat, agartidak merusak
kandungan zat yang ada dalam daun binahong, dan ditutup selama proses
perebusan. Jumlah air yang digunakan untuk merebus yaitu 2 gelas air ( 400ml) yang
di didihkan kemudian daun binahong sebanyak 320 gram dimasukkan dalam air yang
1
mendidih selam 15 menit hingga tersisa air rebusan sebanyak gelas. Air rebusan
2

tersebut didiamkan hingga suhu 35-40° C ( hangat-hangat kuku , selanjut nya di


saring sehingga hanya tersisa airnya saja. Tindakan ini dilakukan mulai hari ke- 2
sampai hari ke- 7 post partum.
Air rebusan daun binahong diberikan pada ibu post partum yang mempunyai
luka laserasi di daerah perineum ( yang ada jahitan luka ). Cara penggunaanya
adalah air rebusan tersebut di minum setiap hari sebanyak 1 kali yaitu pada waktu
pagi hari.

2. Pelaksanaan Eksperimen
a. Pada tahap perizinan peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan tempat penelitian yang akan dilaksanakan mulai dari survei, pengambilan
data dan penelitian terhadap ibu postpartum di Klinik Murniati Kecamatan Kota
Kisaran Barat Tahu 2018.
Pada tahap ini peneliti menetapkan sampel yang akan digunakan yaitu ibu
postpartum pada bulan Mei-Juni 2018.
b. Pada tahpan penarikan sampel peneliti menetapkan sampel yang akan digunakan
yaitu ibu post partum pada bulan Mei 2018-juni 2018 di Klinik Murniati Kecamatan
Kota kisaran Barat.
c. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar cek list Lembar
cek list tersebut diisi dari mulai hari ke 2 sampai dengan hari ke 7 ibu post partum
di Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat Tahun 2018.
d. Setelah data terkumpul, kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi komputer dan
dianalisis dengan mengguanakan SPSS.
e. Hasil dari analisis komputer kemudian ditarik kesimpulan bahwa pemberian daun
binahong Distribusi frekuensi lama penyembuhan luka perineum yang
mengkonsumsi air rebusan simplisia daun binahong pada ibu nifas mayoritas
berada pada kategori cepat >6 sebanyak 6 orang ( 30% ), sedangkan yang tidak
mengkonsumsi daun binahong pada ibu nifas mayoritas berada pada kategori
normal 6-7 harisebanyak 8 orang ( 40% ). Hasil uji statistic dengan Mann-Whitney
Test menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang siginifikan pada pemberian Air
Rebusan Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Luka
Perineum Pada Ibu Nifas p=0,009 (<0.05).
G. Teknik Analisis Data
Analisis merupakan bagian dalam proses penelitian yang sangat penting. Kegiatan
ini digunakan untuk memanfaatkan data sehingga dapat di peroleh suatu kebenaran atau
ketidak benaran dari suatu hipotesa. Adapun analisis yang dilakukan adalah analisis
univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan pada tiap
variabel dari hasil penelitian. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk table distribusi
frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat yaitu analisis yang digunakan untuk menghubungkan antara dua
variabel, variabel bebas dengan variabel terikat dalam hal ini peneliti mencari Efektifitas
Air Rebusan Simplisia Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran
Barat Tahun 2018.
Digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney
merupakan uji non parametris untuk mengetahui perbedaan median 2 kelompok bebas
yang berskala data ordinal, interval atau ratio dimana data tersebut tidak berdistribusi
normal. Jika probabilitas nilai signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Namun, jika
probabilitas nilai signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan Uji Mann Whitney bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dengan mengkonsumsi air rebusan daun binahong
terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik murniati dengan p=0,009
atau p=0,05.

I. Etika Penelitian

a) Informed Consent ( Lembar persetujuan menjadi responden)


Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya, jika
responden bersedia menjadi responden maka mereka harus menandatangani
lembar persetujuan dan jika subjek bersedia, maka peneliti harus menghormati
hak calon responden.
b) Anonimaty ( tanpa nama )
Merupakan masalah etika dalam penelitian kebidanan dengan cara tidak
memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya memberi kode
dan inisial nama pada lembar pengumpulan data.
c) Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,
hanya kelompok data bermutu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
d) Penelitian telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
e) Peneliti menanggung segala konsekuensi yang berhubungan denagan penelitian
f) Pasien di jelaskan dalam hal tujuan penelitian ,prosedur penelitian dan
penghargaan kepada pasien yang menjadi subyek penelitian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Murniati Kelurahan Sendang Sari
Kecamatan Kota Kisaran Barat Tahun 2018 yang beralamat di jalan Cut Nyak Dien Lk
V Kel. Sendang Sari. Klinik ini merupakan klinik yang menangani persalinan secara
normal dengan penggunaan BPJS.
Klinik Murniati berada di jalan Cut Nyak Dien Lk V Kel. Sendang Sari dengan
luas tanah sebesar ±198,00 M² dengan batas wilayah sebagai berikut
a. Sebelah Utara berbatasan dengan tanah : Sifar/Raudah
b. Sebelah Timur berbatasan dengan tanah : Rahman/Marhamah
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan tanah : farida Nasution
d. Sebelah Barat berbatasan dengan tanah : Jl. Cut Nyak Dien.
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan terhitung bulan Mei hinga Juni 2018
dengan jumlah responden 20 orang di Klinik Murniati dengan melakukan observasi
langsung kepada responden yang dilakukan oleh peneliti untuk melihat bagaimana
pengaruh Air Rebusan daun Binahong Terhadap Luka Perineum pada Ibu Nifas.

A. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik responden,
masing-masing variabel dependen dan variabel independen dari hasil penelitian.

1. Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas

Tabel 4.1
Distribusi Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik
Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barat Tahun 2018

No Penyembuhan Luka Perineum F Persentase (%)


1 Cepat 6 30
2 Normal 12 60
3 Lambat 2 10
Total 20 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas mayoritas normal sebanyak 12 orang (60%), dan minoritas
lambat sebanyak 2 orang (10%).
B. Analisa Bivariat
1. Efektifitas Air Rebusan Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen)
Terhadap Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati Kecamatan Kota
Kisaran Barat Tahun 2018
Tabel 4.2
Efektifitas Air Rebusan Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore)
Steen) Terhadap Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati
Kecamatan Kota Kisaran Barat Tahun 2018

No Pemberian Air Penyembuhan Luka Total P-Value


rebusan Perineum

Cepat Normal Lambat

f % F % f % F %

1 Diberikan 6 60 4 40 0 0 10 100 0,009

2 Tidak diberikan 0 0 8 80 2 20 10 100

Total 6 12 2 20

Berdasarkan Tabel 4.2. diperoleh responden yang terbanyak pada kelompok di


berikan air rebusan daun binahong, mayoritas penyembuhan luka perineum adalah
dengan kategori cepat sebanyak 6 orang (60%) dan pada kelompok tidak di berikan air
rebusan daun binahong, mayoritas penyembuhan luka perineum adalah dengan kategori
normal sebanyak 8 orang (80%). Dari hasil penelitian saya dari 10 ibu post partum yang
mengkonsumsi daun binahong hanya 6 orang yang penyembuhannya cepat sedangkan
yang melakukan perawatan secara konvensional hanya 8 orang disini terdapat perbedaan
2 orang saja dengan yang melakukan perawatan dengan mengkonsumsi daun binahong
karena ada faktor yang mempengaruhinya seperti factor usia, nutrisi, lingkungan dan
sosial budaya. Sedangkan pemberian air rebusan daun binahong yang penyembuhannya
lambat sebanyak 0 orang (0%).Hasil uji statistic dengan Mann-Whitney Test menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan pada dua kelompok, sehingga disimpulkan
bahwa (p<0.05) efektif terhadap Penyembuhan Luka Perineum.

C. Pembahasan
1. Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas mayoritas normal sebanyak 12 orang (60%), dan minoritas
lambat sebanyak 2 orang (10%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Sri Yuniarti
dan Lies Mulyati (2014), yang berjudul Pengaruh Mengkonsumsi Ekstrak Daun Binahong
(Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Lamanya Penyembuhan Luka Perineum
Pada Ibu Post Partum Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Juli Tahun 2014.
Jenis penelitian adalah Quasi Eksperiment dengan post test only control group.Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non probability sampling dengan jenis
consecutive sampling dengan jumlah responden 40 orang. Hasil penelitian menunjukan
lama penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu post partum yang tidak
mengkonsumsi ekstrak daun binahong hampir seluruh nya mengalami penyembuhan
yang lambat yaitu 90% sedangkan yang mengkonsumsi ekstrak daun binahong hampir
seluruhnya mengalami penyembuhan yang cepat yaitu 85% dengan P value (0.000) < 􀀂
(0,05). penelitian adalah terdapat pengaruh yang signifikan mengkonsumsi ekstrak daun
binahong terhadap lamanya penyembuhan luka perineum. Ekstrak daun binahong
menjadi salah satu alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka perineum.
Perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti laksanakan yaitu terletak pada judul,
lokasi penelitian, metode yang digunakan, variabel penelitian dan jumlah responden.
(Mulyati, 2014)
Penyembuhan adalah proses , cara, perbuatan menyembuhkan, pemulihan.
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jarinagan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Jadi penyembuhan luka dimana muka janin
dalah panjang waktu proses pemulihan pada kulit karena adanya kerusakan atau
desintegritas jaringan kulit. Luka perineum adalah perlukaan yang terjadi akibat
persalinan pada bagian perineum dimana muka janin menghadap. Episiotomi adalah
insisi perineum yakebawahng dimulai dari cincin vulva kebawah, menghindari anus dan
muskulus spingter serta memotong fasia pelvis, muskulus kontrikter vagina, muskulus
tranversus perineum dan terkadang ikut terpotong serat dari muskulus levetor ani.
Rupture robekan yang terjadi pada hampir melalui 4 tahap, yaitu tahap inflamasi,tahap
deskrutif ,tahap polferatif,tahap maturasi. Tahap inflamasi tahap dimulai saat terjadinya
luka. Tahap deskrutif tahap ini terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag. Tahap poliferatif pada fase ini terjadi pertumbuhan
jaringan baru melalui proses: Granulasi, Kontraksi luka, Epiteliasisasi, tahap matruasi
yaitu setelah epitelialisasi selesai, jaringan yang baru mengalai proses matures bila
mengalami “remodeling” untuk meningkatkan kekuatan regangan jaringan parut, jaringan
yang matur bersifat avascular dan tidak mengandung kelenjar keringat atau kelenjar
lemak maupun rambut. Tahap ini terjadi repitelisasi kontraksi luka dan organisasi jaringan
ikat.( Purnama,H.2015)
Masa Nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Seorang wanita menginnginkan jalan lahir
kembali pada keadaan sebelum hamil dan melahirkan dengan cepat karean rasa sakit
yang lama dapat mengganggu aktivitas dan rasa nyaman. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut proses percepatan penyembuhan luka perineum disebabkan oleh beberapa
factor yang diantaranya adalah lingkungan, tradisi, pengertahuan, sosial ekonomi,
penanganan petugas, kondisi ibu ,status gizi, usia, penanganan jaringan, haemorragi,
hypoveleria, factor local oedema, deficit nutrisi, personal hygine, defisit oksigen, medikas,
danover aktifitas. Secara normal luka dapat sembuh selama 6-7 hari bila seorang ibu
dapat melakukan perawatan dengan baik,sebaliknya jika luka tidak dilakukan perawatan
dengan baik maka proses penyembuhan luka menjadi lebih lama dan dapat
menyebabkan infeksi( Kurniarum,A,2014).
Hampir setiap persalinan normal melalui jalan lahir mengakibatkan trauma pada
jaringan dan mukosa vagigenetna akibat tekanan bagian keras harus bias janin. Seorang
wanita menginginkan jalan lahir kembali pada keadaan sebelum hamil dan rasa nyaman.
Sehingga seseorang ibu nifas harus bisa menjaga kebersihan terutama pada daerah alat
genitalnya.
Menurut asumsi peneliti bahwa kesembuhan luka perineum pada responden
yang diberikan rebusan daun binahong lebih cepat dibandingkan responden yang tidak
diberikan, hal ini dikarenakan kandungan kimia dari daun binahong yang dapat
mempercepat proses penyembuhan. Penyembuhan luka perineum cepat karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti faktor usia, usia reproduksi sehat adalah
usia 20-35 bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan, dan faktor nutrisi, nutrisi
yang mengandung protein akan meningkatkan daya imunitas tubuh.

2. Efektifitas Air Rebusan Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen)


Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas
Pemberian air rebusan daun binahong merupakan salah satu faktor risiko yang
berpengaruh terhadap penyembuhan luka perineum ibu nifas. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai signifikansi p = 0,009 (<0,05). Daun binahong digunakan untuk pengobatan berbagai
jenis penyakit seperti typus, maag, radang usus dan ambeien serta untuk menyembuhkan
luka dalam dan luar pasca operasi. Daun binahong dapat pula di manfaatkan untuk
mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah setelah
sakit, rematik, luka memar terpukul, asam urat dan mencegah stroke.
Daun binahong adalah jenis tanaman yang amat berkhasiat untuk menyembuhkan
beberapa penyakit. Beberapa lembar daun ini dikunyah hingga halus atau dimasak
dengan segelas air dan diminum beserta ampasnya atau lebih mudah di jus atau di
blender.
Adapun khasiat dari daun tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengobatan
berbagai jenis penyakit seperti batu/muntah darah, paru-paru/bolong, diabetes, sesak
nafas, borok akut (menahun), patah tulang, darah rendah, radang ginjal, gatal-gatal/eksim
kulit, gegar otak ringan/berat, disentri/buang air besar, ambeien berdarah, hidung
mimisan, luka pasca bedah/operasi, luka bakar, kecelakaan/cedera benda tajam, jerawat,
usus bengkak, gusi berdarah, kurang nafsu makan, haid tidak lancar, penyembuhan
pasca bersalin/melahirkan, menjaga stamina tubuh, penghangat badan, lemah syahwat,
kanker, dan lain sebagainya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kartika Wijayanti (2016), yang meneliti
“Efektifitas Air Rebusan Daun Binahong Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Di
Rumah Bersalin Aesya Grabag Kabupaten Magelang”. Hasil penelitian menunjukkan Ada
perbedaan penyembuhan luka perineum yang bermakna setelah diberikan intervensi air
rebusan daun binahong dan bethadine. Persentasi reponden yang mengalami
penyembuhan luka perineum pada kelompok binahong, lebih baik daripada kelompok
bethadine. (Wijayanti, 2016).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sri Yuniarti dan Lies Mulyati (2014),
yang meneliti Pengaruh Mengkonsumsi Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia
(Tenore) Steen) Terhadap Lamanya Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum
Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung. Hasil penelitian menunjukan lama penyembuhan
luka jahitan perineum pada ibu post partum yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun
binahong hampir seluruh nya mengalami penyembuhan yang lambat yaitu 90%
sedangkan yang mengkonsumsi ekstrak daun binahong hampir seluruhnya mengalami
penyembuhan yang cepat yaitu 85% dengan P value (0.000) < 􀀂 (0,05).
Faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka yaitu Usia reproduksi sehat
adalah usia 20-35 tahun. Kulit utuh pada dewasa muda yang sehat merupakan suatu
barrier yang baik terhadap trauma mekanis dan juga infeksi, begitupun yang berlaku
efisiensi sistem imun, sistem kardivaskuler dan sistem respirasi yang memungkinkan
penyembuhan luka lebih cepat. Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan
pertumbuhan atau kematangan usia seseorang. Faktor Nutrisi juga daoat mempengaruhi
penyembuhan luka terutama nutrsis yang mengandung protein akan meningkatkan
perbaikan sel-sel yang rusak serta meningkatkan daya imunitas tubuh. Hal ini sesuai
dengan fungsi protein yaitu sebagai zat pembentukan antibody. Nutrisi yang mengandung
karbohidrat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan energy selama proses
penyembuhan luka dan menghindarkan protein dan lemak untuk melakukan katabolisme.
Factor lingkungan , Faktor sosial budaya, tradisi, soaial dan masih banyak factor yang
dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Menurut asumsi peneliti bahwa ibu post partum yang mengkonsumsi air rebusan
daun binahong sebagian besar mengalami proses penyembuhan luka perineum yang
lebih cepat. Hal ini karena tanaman binahong mengandung antiseptik yang mampu
membunuh kuman dan dapat meningkatkan daya tahan terhadap infeksi serta
mempercepat penyembuhan luka. Kondisi kesehatan ibu baik secara fisik maupun mental
dapat menyebabkan lamanya penyembuhan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Distribusi frekuensi lama penyembuhan luka perineum yang mengkonsumsi air
rebusan simplisia daun binahong pada ibu nifas mayoritas berada pada kategori
cepat >6 sebanyak 6 orang ( 60% ), sedangkan yang tidak mengkonsumsi daun
binahong pada ibu nifas mayoritas berada pada kategori normal 6-7 harisebanyak
8 orang ( 80% ).
2. Hasil uji statistic dengan Mann-Whitney Test menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang siginifikan pada pemberian Air Rebusan Daun Binahong (Anredera
Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu
Nifas p=0,009 (<0.05).

5.2. Saran
Berikut ini saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan secara luas kepada institusi
pendidikan, pelayanan kesehatan, dan masyarakat secara umum, untuk
memberikan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi sebagian besar ibu post
partum, sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan
mengurangi angka kejadian infeksi sebagai bahan refrensi bagi peneliti
selanjutnya.
2. Bagi Pelayanan di Klinik Murniati
Pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kebidanan, perlu memberikan
pendidikan kesehatan tentang cara perawatan luka jahitan perineum saat dirumah
dengan mengaplikasikan terapi komplementer untuk membantu mempercepat
penyembuhan luka, karena pemberian air rebusan daun binahong membuat
penyembuhan luka yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, I. P. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyembuhan Luka


Post Sectio Caesarea Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2013.

Hastuti 2012. Infeksi Nifas. Http://Wwwmidewifehomes-Mine. Co.Id/2012/06/Infeksi-


Nifas.Html.

Herbal, N. 2017. Bagamana Cara Membuat Ekstrak Daun Binahong.


Http://Www.Nusaherbal.Com/?Bagaimana-Cara-Membuat-Ekstrak-,66.

Kemenkes 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta.

Kurniarum, A. 2014. Keefektifan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas


Menggunakan Daun Sirih.

Muhammad, I. 2016. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan


Menggunakan Metode Penelitian Ilmiah, Bandung, Citapustaka Media Perintis.

Mulyati, S. Y. D. L. 2014. Pengaruh Mengkonsumsi Ekstrak Daun Binahong (Anredera


Cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Lamanya Penyembuhan Luka Perineum
Pada Ibu Post Partum Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Juli Tahun
2014.

Naesee, N. 2015. Hubungan Status Nutrisi Ibu Nifas Dengan Proses Penyembuhan Luka
Post Operasi Sectio Caesarea Di Rsud Dr. Moewardi.

Nurani, D. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Proses Penyembuhan Luka


Post Sectio Caesarea.

Purnama, H. 2015. Review Sistematik: Proses Penyembuhan Dan Perawatan Luka.


Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

Puspitasari, H. A. 2011. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Post


Operasi Sectio Caesarea (Sc).

Shabella, R. 2012. Terapi Daun Binahong Dahstnya Khasiat Daun Binahong Untuk
Menumpas Penyakit, Klaten, Cable Book.

Solehati, T. 2017. Konsep Relaksasi Dalam Keperwatan Maternitas, Bandung, Pt Refika


Aditama.

Sulistyawati 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta, Salemba Medika.

Wijayanti, K. 2016. Efektifitas Air Rebusan Daun Binahong Terhadap Penyembuhan Luka
Perineum Di Rumah Bersalin Aesya Grabag Kabupaten Magelang.

Wulandari, D. 2013. Perbandingan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Postpartum


Dengan Madu Vs Povidon Iodin Di Rb Amanda Yogyakarta.
Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : DWI EVI YANTI
Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran, 31 Agustus 1985
Alamat :Jl. Budi Utomo No 261 A
Kel. Mutiara Kec. Kota Kisaran
Timur Kab. Asahan
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Menikah
Agama : Islam
Anak Ke : 2 dari 4 bersaudara

DATA ORANG TUA


Ayah : H. Moh. Salim
Ibu : Alm.Hj. Fatimah

RIWAYAT PENDIDIKAN

NO Nama Sekolah Tahun Masuk Tahun Keluar

1 SD Negeri I 010083 1991 1997

2 SLTP Negeri I Kisaran 1997 2000

SMA Swasta Diponegoro


3 2000 2003
Kisaran

4 Akbid Helvetia Medan 2003 2006

DIV Alih Jenjang Poltekkes


5 2017 2018
Kemenkes RI Medan

PEKERJAAN
Tahun 2010-Saat ini : UPTD Puskesmas Sidodadi Kec. Kota Kisaran Barat
Lampiran 5

PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada Yth : Ibu Post Partum

Dengan hormat,
Saya yang bernama : Dwi Evi Yanti
NIM : P07524517043
Mahasiswa : Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
Judul :Efektifitas Air Rebusan Simplisia Daun Binahong Terhadap
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Klinik Murniati
Kecamatan Kota Kisaran Barat Tahun 2018
Meminta kesediaan Ibu sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan
ini.
Penelitian ini semata-mata sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Program Studi Diploma IV Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan dan tidak
akan merugikan bagi responden. Kerahasiaan tentang semua informasi yang akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.
Saya menghargai atas kesediaan Ibu untuk meluangkan waktu dalam penelitian
saya ini dan menandatangani lembar persetujuan. Atas kesediaan dan kerjasamanya
saya ucapkan terima kasih.

Kisaran, 2018

Responden Peneliti

( ) ( )
Lampiran 6
LEMBAR CEK LIST
EFEKTIFITAS AIR REBUSAN SIMPLISIA DAUN BINAHONG (ANREDERA
CORDIFOLIA (TENORE) STEEN) TERHADAP PENYEMBUHAN
LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DI KLINIK
MURNIATI KECAMATAN KOTA
KISARAN BARAT
TAHUN 2018

Kode Responden :
Tanggal :
Nama Responden :
Umur :
Paritas :
Pekerjaan :
Alamat :
Kesembuhan Luka
Hari ke Keterangan
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1

8
9

10

Keterangan:
Cepat : < 6 hari
Normal : 6-7 hari
Lambat : > 7 hari
LEMBAR CEK LIST
EFEKTIFITAS AIR REBUSAN SIMPLISIA DAUN BINAHONG (ANREDERA
CORDIFOLIA (TENORE) STEEN) TERHADAP PENYEMBUHAN
LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DI KLINIK MURNIATI
KECAMATAN KOTA KISARAN BARAT
TAHUN 2018

Kode Responden :
Tanggal :
Nama Responden :
Umur :
Paritas :
Pekerjaan :
Alamat :
No Aspek yang diamati Hari Ya Tidak Keterangan

6
Pemberian Air
Rebusan Simplisia 7
Daun Binahong
8

9
10
MASTER DATA

IDENTITAS RESPONDEN
No resp. kunjungan K4
umur status perkawinan pendidikan pekerjaan Jumlah anak
1 2 1 2 2 2 2
2 3 1 2 1 4 2
3 3 1 1 2 5 2
4 3 1 1 1 5 2
5 3 1 2 1 4 1
6 2 1 1 1 2 2
7 3 1 1 1 3 1
8 2 1 2 2 3 2
9 2 1 2 1 3 1
10 2 1 2 2 1 1
11 2 1 1 2 2 1
12 1 1 2 1 1 2
13 2 1 1 1 1 2
14 2 1 1 1 3 1
15 2 1 2 1 3 2
16 3 1 1 1 3 2
17 2 1 1 1 2 2
18 2 1 1 2 3 2
19 2 1 2 1 2 2
20 3 1 2 1 4 1
21 3 1 2 2 4 1
22 3 1 2 1 5 2
23 3 1 1 1 5 2
24 3 1 2 1 5 2
25 3 1 1 1 4 1
26 2 1 2 1 2 1
27 2 1 2 2 2 1
28 2 1 1 2 3 1
29 2 1 1 1 2 2
30 2 1 1 1 3 2
31 2 1 2 1 3 2
32 3 1 1 1 3 1
33 3 1 2 1 4 2
34 2 1 3 1 3 1
35 3 1 1 1 4 2
36 3 1 1 2 4 2
Keterangan
Umur : Status : Jumlah Anak Kunjungan KB
1=<20 tahun 1=Kawin 1= Hamil Pertama 1= Ya
2=20-35
tahun 2=Tidak kawin 2= 1 orang 2= Tidak
3=>35 tahun 3= 2 orang
4= 3 orang
5= 4 orang
Pekerjaan Pendidikan 6= >4 orang
1= Ibu Rumah
tangga 1=Dasar
2= Lainnya 2=Menengah
3=Tinggi
Frequencies
Pemberian_Rebusan_Air_Binahong
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Diberikan 10 50.0 50.0 50.0
Diberikan 10 50.0 50.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Penyembuhan_Luka_Perineum
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cepat 6 30.0 30.0 30.0
Normal 12 60.0 60.0 90.0
Lambat 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Crosstabs
Penyembuhan_Luka_Perineum * Pemberian_Rebusan_Air_Binahong Crosstabulation
Pemberian_Rebusan_Air_Binahon
g
Diberikan Tidak Diberikan Total
Penyembuhan_Luka_ Cepat Count 6 0 6
Perineum % within 100.0% 0.0% 100.0%
Penyembuhan_Luka_Perine
um
% within 60.0% 0.0% 30.0%
Pemberian_Rebusan_Air_Bi
nahong
% of Total 30.0% 0.0% 30.0%
Normal Count 4 8 12
% within 33.3% 66.7% 100.0%
Penyembuhan_Luka_Perine
um
% within 40.0% 80.0% 60.0%
Pemberian_Rebusan_Air_Bi
nahong
% of Total 20.0% 40.0% 60.0%
Lambat Count 0 2 2
% within 0.0% 100.0% 100.0%
Penyembuhan_Luka_Perine
um
% within 0.0% 20.0% 10.0%
Pemberian_Rebusan_Air_Bi
nahong
% of Total 0.0% 10.0% 10.0%
Total Count 10 10 20
% within 50.0% 50.0% 100.0%
Penyembuhan_Luka_Perine
um
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Pemberian_Rebusan_Air_Bi
nahong
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

NPar Tests
Mann-Whitney Test

Ranks
Penyembuhan_Luka_Perine
um N Mean Rank Sum of Ranks
Pemberian_Rebusan_Air_Bi Cepat 6 5.50 33.00
nahong Normal 12 11.50 138.00
Total 18
a
Test Statistics
Pemberian_Reb
usan_Air_Binaho
ng
Mann-Whitney U 12.000
Wilcoxon W 33.000
Z -2.608
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .024b

a. Grouping Variable:
Penyembuhan_Luka_Perineum
b. Not corrected for ties.
Lampiran 9

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes MEDAN, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:

Nama : DWI EVI YANTI


NIM : P07524517 043
Program Studi : D-IV Kebidanan
Jurusan : Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Poltekkes


Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) atas Skripsi saya yang berjudul:

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN SIMPLISIA DAUN BINAHONG (ANREDERA


CORDIFOLIA (TENORE) STEEN) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM
PADA IBU NIFAS DI KLINIK MURNIATI KECAMATAN KOTA KISARAN BARAT
TAHUN 2018

Beserta Perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 25 Juli 2018

( DWI EVI YANTI )


Lampiran 10

PERNYATAAN

EFEKTIVITAS AIR REBUSAN SIMPLISIA DAUN BINAHONG (ANREDERA


CORDIFOLIA (TENORE) STEEN ) TERHADAP PENYEMBUHAN
LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DI KLINIK MURNIATI
KECAMATAN KOTA KISARAN BARAT
TAHUN 2018

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 25 Juli 20180

DWI EVI YANTI


P07524517 043
WAKTU PENELITIAN

Februari Maret April Mei Juni Juli


KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Judul

Pengambilan Surat Study awal n

Meninjau Lokasi Penelitian

Konsul Bab I

Konsul Bab 2

Konsul Bab 3

ACC Proposal Skripsi

Ujian Prosposal Skripsi

Penelitian

Konsul Bab 4

Konsul Bab 5

ACC Skripsi

Ujian Hasil Akhir

Anda mungkin juga menyukai