Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK IV

ASUHAN KEGAWATDARURATAN

PADA MASA NIFAS

Disusun oleh :

1. RINA APRILIA

2. SELVIA MARLINA

3. WAN FARIDA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-INSYIRAH


PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
PEKANBARU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini

dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas

bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun

pikirannya.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas dari dosen Ibu Meirita

Herawati, M.Tr. Keb dengan Mata Kuliah Asuham Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan

Neonatal. Makalah ini berisi uraian singkat tentang asuhan kebidanan Kegawatdaruratan pada

Masa Nifas antara lain Metritis, Peritonitis, Infeksi payudara dan Tromboplebitis. Dan harapan

kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan

pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar

menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,kami yakin masih banyak

kekurangan dari makalah ini, oleh karna itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca.

Dumai, September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 2

1.2. Rumusan Masalah................................................................................................... 2

1.3. Tujuan...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

2.1. Konsep Dasar Nifas................................................................................................ 2

2.2. Asuhan kegawatdaruratan pada kasus Metritis...................................................... 2

2.3. Asuhan kegawatdaruratan pada kasus Peritonitis.................................................. 2

2.4. Asuhan kegawatdaruratan pada kasus Infeksi Payuda........................................... 2

2.5. Asuhan Kegawatdaruratan pada infeksi nifas Tromboplebitis................................ 2

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 2

3.1. Kesimpulan.............................................................................................................. 2

3.2. Saran........................................................................................................................ 2

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 2

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil
atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat
atau usia kehamilan.Kematian ibu dapat dibagi dua yaitu kematian langsung dan tidak
langsung, kematian langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau
masa nifas. Sedangkan kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang
sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan.
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.
Penyebab kematian maternal antara lain perdarahan (biasanya perdarahan pasca persalinan),
sepsis, hipertensi dalam kehamilan.Infeksi merupakan penyebab penting kematian dan
kesakitan ibu. Insidensi infeksi nifas sangat berhubungan dengan praktik tidak bersih pada
waktu persalinan dan masa nifas.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar sampai alat - alat
kandungan kembali normal seperti sebelum hamil. Selama masa pemulihan berlangsung, ibu
akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut
sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan
melalui asuhan kebidanan, tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis.
Tenaga kesehatan sudah seharusnya melaksanakan pemantauan dengan maksimal agar tidak
timbul berbagai masalah, yang mungkin saja akan berlanjut pada komplikasi masa nifas.
Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh,
sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan
pada alat genitalia pada masa nifas. Sumber terjadinya infeksi kala nifas adalah manipulasi
penolong yang terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam atau penggunaan alat yang
kurang steril. Infeksi juga dapat diperoleh dari rumah sakit (nosokomial), persalinan lama
terlantar, ketuban pecah lebih dari enam jam.
Berdasarkan masalah pada latar belakang diatas kejadian infeksi pada masa nifas
sangat erat kaitanya dengan penyebab kematian dan kesakitan ibu. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk membahas mengenai asuhan kegawatdaruratan pada masa nifas yang

4
diakibatkankan oleh infeksi untuk mewujudkan persalinan yang aman dan asuhan nifas yang
sesuai sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah pada latar belakang diatas perumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah bagaimana asuhan yang diberikan pada kasus kegawatdaruratan pada
masa nifas dengan metritis, peritonitis, infeksi payudara, dan infeksi nifas tromboflebitis.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui asuhan yang
diberikan pada kasus kegawatdaruratan pada masa nifas.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut :
1) Penulis mampu memahami dan menganalisa asuhan kegawatdaruratan pada masa
nifas dengan metritis berdasarkan literatur keilmuan.
2) Penulis mampu memahami dan menganalisa asuhan kegawatdaruratan pada masa
nifas dengan peritonitis berdasarkan literatur keilmuan.
3) Penulis mampu memahami dan menganalisa asuhan kegawatdaruratan pada masa
nifas dengan infeksi payudara berdasarkan literatur keilmuan.
4) Penulis mampu memahami dan menganalisa asuhan kegawatdaruratan pada masa
nifas dengan infeksi nifas tromboflebitis berdasarkan literatur keilmuan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Masa Nifas


Masa nifas merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan normal, masa ini berlangsung selama enam minggu atau 42 hari. Dapat
disimpulkan bahwa masa nifas merupakan masa pemulihan alat - alat kandungan setelah
melahirkan yang berlangsung kurang lebih selama enam minggu dan memerlukan
pendampingan melalui asuhan kebidanan untuk menghindari terjadinya komplikasi dan
kegawatdaruratan pada masa nifas.
Infeksi nifas adalah kondisi yang terjadi akibat bakteri masuk dan menginfeksi
rahim serta daerah sekitarnya setelah seseorang melahirkan. Infeksi biasanya ditandai
dengan demam tinggi selama 2 - 10 hari pertama pasca persalinan. Ada beberapa infeksi
nifas antara lain endometritis (infeksi pada lapisan rahim), miometritis (infeksi pada otoot
rahim) dan parametritis (infeksi pada area sekitar rahim).
Faktor predisposisi infeksi nifas diantaranya :
a. Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban
b. Teknik aseptik yang tidak sempurna
c. Manipulasi intra uteri (misal : eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual)
d. Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak diperbaiki
e. Persalinan operatif melalui seksio sesaria
f. Retensi sisa plasenta atau membran janin
g. Perawatan perineum tidak memadai

2.2. Asuhan Kegawatdaruratan Pada Kasus Metritis


1. Definisi
Infeksi uterus yang terjadi pada saat pasca persalinan dikenal sebagai endometritis,
endomiometritis, dan endoparametritis. Karena infeksi yang timbul tidak hanya mengenai
desidua, myometrium, dan jaringan parametrium, maka terminologi yang lebih disukai
ialah metritis disertai selulitis pelvis. Metritis ialah infeksi pada uterus setelah persalinan.
Keterlambatan terapi akan menyebabkan abses, peritonitis, syok, thrombosis vena,
emboli paru, infeksi panggul kronik, sumbatan tuba, dan infertilitas.

6
2. Faktor Predisposisi
a. Persalinan Pervaginam
Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominal / seksio sesarea, maka
timbulnya metritis pada persalinan pervaginam relatif lebih jarang. Bila persalinan
pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah premature yang lama, partus
lama dan pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian metritis akan meningkat sampai
mendekati 6 %. Bila terjadi korioamnionitis intrapartum, maka kejadian metritis akan
lebih tinggi yaitu mencapai 13%.
b. Persalinan Seksio Sesaria
Seksio sesarea merupakan faktor predisposisi utama timbulnya metritis dan erat
kaitannya dengan status sosiol ekonom penderita. Faktor risiko penting untuk
timbulnya infeksi adalah lamanyya proses persalinan dan ketuban pecah, pemeriksaan
dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin internal.
c. Bakteriologi
Meskipun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum uteri biasanya steril
sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses persalinan dan manipulasi yang
dilakukan selama proses persalinan tersebut, cairan ketuban dan mungkin uterus akan
terkontaminasi oleh bakteri aeroob dan anaerob.
3. Tanda dan gejala
a. Demam > 38⁰C dapat disertai menggigil
b. Nyeri di bawah perut
c. Lochia berbau

7
d. Nyeri tekan uterus
e. Sub involusi Uterus
f. Dapat disertai dengan perdarahan pervaginam
4. Pengananan.
Pada penderita metritis ringan pasca persalinan normal pengobatan dengan
antibiotika oral biasanya memberikan hasil yang baik. Pada penderita metritis sedang dan
berat, termasuk penderita pasca seksio sesarea, perlu diberikan antibiotika dengan
spectrum luas secara intravena, dan biasanya penderita akan membaik dalam waktu 48 - 72
jam.Bila setelah dalam waktu 72 jam demam tidak membaik perlu dicari dengan lebih teliti
penyebabnya, karena demam yang menetap ini jarang disebabkan oleh resistensi bakteri
terhadap antibiotika atau suatu efek samping obat. Pada kasus metritis yang berat dan
disertai penyulit perlu dipertimbangkan intervensi bedah untuk drainase abses atau
evakuasi jaringan yang rusak. Tatalaksana umum untuk mengatasi metritis diantaranya :
1. Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam :
 Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
 Ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam
 Ditambah metronidazole 500 mg IV tiap 8 jam
 Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis dan tatalaksana
2. Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.
3. Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta
sisa kotiledon. Gunakan forsep ovum atau kuret tumpul besar bila perlu
4. Jika tidak ada kemajuan dan terjadi peritonitis (demam, nyeri lepas dan nyeri
abdomen), lakukan laparotomi dan drainase abdomen bila terdapat pus
5. Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal.

2.3. Asuhan Kegawatdaruratan Pada Masa nifas dengan Peritonitis


1. Definisi
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus, langsung
mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan di antara kedua
lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis. Peritonitis yang terlokalisir
hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga

8
peritoneum disebut peritonitis umum,ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian
33% dari seluruh kematian akibat infeksi.
2. Faktor Predisposisi
Peritonitis merupakan penyulit yang kadang - kadang terjadi pada penderita
pasca seksio sesarea yang mengalami metritis.). Abses pada parametrium atau adneksa
dapat pecah dan menimbulkan peritonitis generalisata.

3. Gejala Klinik
Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen. Nyeri dapat
dirasakan terus - menerus selama beberapa jam, dapat hanya di satu tempat ataupun
tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat nyerinya dirasakan saat penderita
bergerak. Gejala lainnya meliputi :
a. Demam
b. Mual dan muntah
c. Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mengakibatkan kesulitan bernafas.
d. Perut kembang
e. Nafsu makan menurun
f. Diare
g. Konstipasi dan tidak bisa buang gas
h. Jumlah urine sedikit.

9
4. Penanganan.
Penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut :
1. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan
medik.
2. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
3. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.
4. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.
5. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan.
6. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama).
7. Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk membuang materi penginfeksi dan
diarahkan pada eksisi, reseksi, perbaikan, dan drainase.
2.4. Asuhan Kegawatdaruratan Pada Masa nifas dengan Infeksi Payudara (Mastitis)
1. Definisi
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada
putting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Pada mastitis biasanya
yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras, nyeri, kulit murah dan
membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok disertai dengan
keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik,
menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada
bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.

2. Etiologi
1. Bakteri stafilokokkus aureus

10
a. Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab ialah putting
susu yang luka atau lecet, dan kuman per-kontinuitatum menjalar ke duktulus-
duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah
stafilokokkus aureus.
b. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu
melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya
terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan
setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
2. Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting payudara
saat menyusui
3. Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga menjadi mastitis
Penyebab terjadinya mastitis sebagai berikut:
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang akan
menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk
menyebabkan infeksi mastitis.
3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu.
4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis
5. Bra terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui dengan
adekuat, maka bisa terjadi mastitis.
6. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi,.
3. Gejala Klinik
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, myalgia, nyeri, dan
takikardia. Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan
dengan batas tegas, dan disertai rasa sangat nyeri.Kejadian mastitis berkisar 2-33% ibu
meneteki dan lebih kurang 10 % kasus mastitis akan berkembang menjadi abses
(bernanah), dengan gejala yang makin berat.
Infeksi payudara (mastitis) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria
warna kulit menjadi merah, terdapat rasa nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat

11
pembengkakan, dibawah kulit teraba cairan.Dalam keadaan abses payudara perlu
dilakukan insisi agar pus dapat dikeluarkan untuk mempercepat kesembuhan.
4. Penatalaksanaan
1. Teruskan pemberian ASI karena pemberian ASI mempercepat penyembuhan.
2. Kompres payudara dengan air hangat atau kain dibasahi air hangat.
3. Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem imun guna
memerangi infeksi mastitis.
4. Minum antibiotik sesuai resep dokter.
5. Makan makanan yang bergizi tinggi.
6. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam.
7. Berikan antibiotik
Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari. Selama 24
sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala mulai berkurang. Namun obat
tetap perlu diminum untuk mencegah kekambuhan.
8. Menyesuaikan teknik menyusui
Pastikan bahwa payudara benar - benar kosong selama menyusui dan bayi beradA
pada posisi yang benar.

Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan


cara sebagai berikut :
1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara
2. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal
3. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak
dan susu yang sudah kering
4. Menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
5. Bra yang cukup meyangga tetapi tidak ketat
6. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
7. Kompres hangat pada area yang terkena
8. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
9. Peningkatan asupan cairan
10. Istirahat

12
11. Membatu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan dalam
kehidupannya
12. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
13. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara
dengan cara memompanya.
14. Rajin mengganti bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, tidak
boleh terlalu sempit dan menekan payudara.
Penanganan dan peran bidan
1. Payudara dikompres dengan air hangat
2. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik
3. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika
4. Bayi mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan
5. Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
7. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan membuat
banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan
pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan. Bahwa ASI dari payudara
yang sakit tidak akan membahayakan bayinya dan payudaranya akan pulih baik bentuk
maupun fungsinya.

2.6 Asuhan Kegawatdaruratan Pada Masa nifas dengan Tromboflebitis


1. Definisi
Tromboflebitis adalah kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleha danya darah yang
membeku. Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti
aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan
trombosis, lebih sering ditemukan pada masa nifas. Tromboflebitis merupakan inflamasi
permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis
cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah yang

13
disebabkanoleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada
periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada
ekstremitas bagian bawah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh
darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah(thrombus) yang dapat terjadi
pada wanita hamil namun lebih sering terjadi padamasa nifas.

2. Etiologi

1. Perluasan infeksi endometrium


Invasi / perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang
vena dan cabang -cabangnya, sehingga dapat menyebabkan perluasan
mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada endometrium.
2. Mempunyai varises pada vena.
Pada vena yang sebelumnya terdapat vena ektasia atau varises, maka terdapat
turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena
merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang
kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat
radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat
proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua faktor utama : kelainan dinding
vena dan melambatnya aliran darah menjadi penyebab terjadinya tromboflebilitis.
3. Pernah mengalami tromboflebilitis.
eseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yangmengakibatkan
terulangnya kembali kejadian tromboflebitis, karena perlukaan yang ditimbulkan
dari tromboflebitis itu sendiri.5.
4. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisilitotomi untuk
waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi
sehingga mengakibatkan terjadinya tromboflebitis.
5. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapatmenimbulkan
keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau ditungkai) dalam jangka

14
waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan
secara intra vena.
6. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena.Tumor-
tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatanaliran vena dari
ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan padasegmen vena tungkai.
3. Klasifikasi
1. Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena dinding uterus dan ligamentum latum
yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastika.Vena yang paling sering
terkena adalah vena ovarika dextra perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ke
vena renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena
cava inferior.

Gejala dan tanda antara lain :


 Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut bagian samping, timbul pada
hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas
 Penderita tampak sakit berat
 Menggigil berulang kali, menggigil terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan
interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu
menggigil penderita hampir tidak panas.
 Suhu badan naik turun secara tajam (36ᵒC-40ᵒC)
 Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan
 Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke paru-paru
 Gambaran darah:  Terdapat leukositosis. Untuk membuat kultur darah, darah
diambil pada saat tepat sebelum mulai menggigil, kultur darah sangat sukar
dibuat karena bakterinya adalah anaerob.

Komplikasi :
 Komplikais pada paru - paru infark, abses, pneumonia
 Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti dengan
proteinuria dan hematuria
 Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan

15
Penanganan :
 Rawat inap: penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan
mencegah terjadinya emboli pulmonal.
 Therapi medic: pemberian antibiotika  atau pemberian heparin jika terdapat
tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonal
 Therapi operasi: peningkatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli
septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru meskipun sedang dilakukan
heparisasi. 
2. Tromboflebitis femoralis (Flegmasia alba dolens)
Tromboflebitis femoralis mengenai vena - vena pada tungkai misalnya pada
vena femoralis, vena poplitea dan vena safena. Oedema pada salah satu tungkai
kebanyakan disebabkan oleh suatu trombosis yaitu suatu pembekuan darah balik
dengan kemungkinan timbulnya komplikasi emboli paru-paru yang biasanya
mengakibatkan kematian.
Tromboflebitis Femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau
kedua vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang
disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah,
perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi
atau venaseksi.

Penilaian klinik antara lain :


 Keadaan umum tetap baik
 Suhu badan subfebris 7-10 hari kemudian suhu mendadak baik kira-kira pada
hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.

Pada salah satu kaki yang terkena, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
 Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki yang lain
 Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha
bagian atas

16
 Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
 Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
dan nyeri
 Edema kadang-kadang terjadi selalu atau setelah nyeri, pada umumnya terdapat
pada paha bagian atas tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah keatas
 Nyeri pada betis
 Pada trombosis vena femoralis, vena dapat teraba didaerah lipat paha
 Oedema pada tungkai dapat dibuktikan dengan mengukur lingkaran dari betis
dan dibandingkan dengan tungkai sebelah lain yang normal.

Penanganan
 Kaki ditinggikan untuk mengurangi oedema lakukan kompres pada kaki
 Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki
yang panjang elastik selama mungkin
 Jangan menyusui bayinya, mengingat kondisi ibu yang sangat jelek
 Terapi pemberian antibiotik dan anti analgesik 
3. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Jika dalam kehamilan mengalami anemia perlu segera diobati karena
anemia memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya pengobatan anemia kehamilan
adalah dengan pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi penderita juga menentukan
seperti diet harus memenuhi kebutuhan kehamilan dan nifas, harus seimbang dan
mengandung cukup vitamin.
2. Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan,ada
usaha penting harus dilaksanakan yaitu : membatasi masuknya kedalam jalan lahir,
membatasi perlukaan, membatasi perdarahan dan membatasi lamanya persalinan.
3. Untuk menghindari masuknya kuman, teknik aseptic harus dipegang teguh
dan lakukan proses dekontaminasi alat, proses desinfektan harus sesuai standar dan
wajib dilaksanakan. Pemeriksaan dalam dilakukan jika ada indikasi dan sesuai
prosedur.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran UNPAD. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi.


Jakarta : EGC

Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan.

Mansjoer,A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga. Jakarta: MediaAesculapius

Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan


Bidan Edisi 2. Jakarta:EGC

Maryunani, Aniek. 2002. Safe motherhood, Modul Sepsis Puerperalis : materi


pendidikan untuk kebidanan / WHO. Jakarta : EGC

Nettina, S.M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Ssrwono Prawirohardjo

Purwanti. E. 2012.Asuhan Kebidanan Untuk Ibu Nifas. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu.

Rini, Susilo. 2016. Panduan, Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.Yogyakarta
:Deepublish

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta :
Penerbit Andi

Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

18

Anda mungkin juga menyukai