STUDI FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI
BANGUNAN GEDUNG
Disusun Oleh :
Halaman Judul......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Daftar Tabel...........................................................................................................iv
Daftar Gambar......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................I-1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................I-1
1.2. Identifikasi Masalah...............................................................................I-2
1.3. Rumusan Masalah.................................................................................I-2
1.4. Batasan Masalah...................................................................................I-2
1.5. Tujuan Penelitian...................................................................................I-3
1.6. Hipotesis Penelitian...............................................................................I-3
1.7. Fishbone Penelitian...............................................................................I-4
ii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................IV-1
4.1. Hasil Penelitian......................................................................................IV-1
4.2. Pembahasan..........................................................................................IV-1
BAB V....................................................................................................................V
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang dapat diambil antara lain:
a. Apakah sistem manajerial yang menjadi faktor utama keterlambatan
proyek?
b. Apakah izin yang berkaitan dengan mendirikan bangunan juga dapat
menjadi penyebab keterlambatan proyek?
c. Apakah faktor terlambatnya ketersediaan tenaga kerja, material, dan juga
rusaknya alat-alat dapat menjadi faktor terlambatnya proyek?
d. Apakah ada faktor lain dari luar proyek yang dapat menyebabkan proyek
mengalami keterlambatan?
I-2
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang didapat dari adanya penelitian ini adalah:
TIDAK
DIPERBAIKI a. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor penyebab keterlambatan
Sesuaikan
dengan penyelesaian proyek.
rumusan b. Mencari urutan peringkat (ranking) dari tiap faktor.
masalah.
c. Mencari faktor utama yang mempengaruhi keterlambatan penyelesaian
proyek di Daerah Tangerang.
d. Meminimalisir hingga menghindari faktor-faktor penyebab keterlambatan
proyek.
I-3
PERBAIKAN TIDAK
TUNTAS..
1.7 Fishbone Penelitian buat landscape
(termasuk judul sub bab
dan judul gambar)
Ganti dengan
analisis yang
dilakukan
Perhatikan
tahapan
penelitian
II-1
“Aplikasi pengetahuan, keahlian, alat, dan teknik untuk aktivitas proyek guna
memenuhi atau melampaui kebutuhan yang diharapkan stakeholder dari
proyek tersebut.”
Menurut Santoso (2003), manajemen proyek merupakan faktor yang
mendukung keberhasilan proyek karena merupakan pengaturan sumber daya
dalam batas-batas ruang lingkup, waktu, biaya, dan kualitas yang telah
ditentukan untuk menyelesaikan proyek. Manajemen proyek meliputi
perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek.
Menurut Soeharto (2001), perusahaan harus memahami dua pemikiran
mendasar terhadap pengertian manajemen proyek. Pertama, manajemen
proyek tidak menjamin 100% keberhasilan proyek. Artinya, tidak ada kepastian
keberhasilan dari pelaksanaan proyek. Kedua, manajemen proyek dapat
membantu meningkatkan persentase keberhasilan proyek walaupun
membutuhkan biaya. Namun, manfaat yang diperoleh jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan biaya tersebut.
II-2
sakit dan lainnya yang direncanakan secara matang mulai dari penyiapan
gambar rancangan, gambar kerja, gambar detail, spesifikasi teknis, Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB), time
schedule sehingga nantinya dalam pelaksanaan pekerjaan awal proyek sampai
pekerjaan akhir proyek bisa terencana dengan teratur dan tertata dengan rapi
sehingga tujuan yang dinginkan terhadap berdirinya proyek bangunan gedung
ini nantinya dapat tercapai.
II-4
c. Peralatan (equipment)
1) Ketersediaan peralatan
2) Kualitas peralatan
d. Karakteristik tempat (site characteristic)
1) Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar
2) Keadaan permukaan dan di bawah permukaan tanah
3) Karakteristik fisik bangunan sekitar lokasi proyek
4) Tempat penyimpanan bahan/material
5) Akses ke lokasi proyek
6) Kebutuhan ruang kerja
7) Lokasi proyek
e. Manajerial (managerial)
1) Pengawasan proyek
2) Kualitas pengontrolan pekerjaan
3) Pengalaman manajer lapangan
4) Perhitungan keperluan material
II-5
b. Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab Dan Tindakan
Pencegahnya peneliti terdahulu yang disusun oleh Idzurnida Ismael (2013),
mendapatkan kesimpulan bahwa permasalahan keterlambatan proyek
konstruksi gedung yaitu:
1) Metode pengoperasian alat tidak tepat.
2) Melakukan perubahan terhadap desain.
3) Keahlian yang tidak cukup untuk perubahan desain spesifikasi.
4) Menggunakan tenaga kerja yang tidak terampil.
5) Bahan (material) yang digunakan kurang dari yang dibutuhkan.
Pada masa pelaksanaan proyek konstruksi dapat mempengaruhi waktu
atau keterlambatan proyek konstruksi, dengan mengetahui faktor risiko
yang dominan dapat membantu untuk mengambil keputusan dalam
menentukan tindakan koreksi yang paling sesuai, untuk mengurangi risiko
seminimal mungkin sampai pada batas yang dapat diterima.
َ ْٱلمُحْ سِ ن
ِين
Artinya:
“Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Dalam tafsir Ibnu Katsir mencantumkan firman Allah SWT “Dan janganlah
kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.”
Allah SWT melarang perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi
dan hal-hal yang membahayakan kelestariannya sesudah diperbaiki. Karena
sesungguhnya apabila segala sesuatunya berjalan sesuai dengan
kelestariannya, kemudian terjadilah pengrusakan padanya, hal tersebut akan
membahayakan semua hamba Allah. Maka Allah SWT melarang hal tersebut,
dan memerintahkan kepada mereka untuk menyembah-Nya dan berdoa
kepada-Nya serta berendah diri dan memohon belas kasihan-Nya. Untuk itulah
II-6
Allah SWT berfirman “dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).” yakni dengan perasaan takut
terhadap siksaan yang ada di sisi-Nya dan penuh harap kepada pahala
berlimpah yang ada di sisi-Nya. Kemudian dalam firman selanjutnya
disebutkan “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.” Maksudnya, sesungguhnya rahmat Allah selalu mengincar
orang-orang yang berbuat kebaikan, yaitu mereka yang mengikuti perintah-
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
II-7
BAB III
METODE PENELITIAN
beri spasi
kosong
III-1
Gambar 3.3 Daerah tangerang selatan
Perjelas data Pengumpulan data primer merupakan data yang berhubungan langsung
primer dan dengan responden. Alat pengumpulan data primer adalah dengan
sekunder apa
saja yang kuesioner.
digunakan..
Cantumkan b. Pengumpulan Data Sekunder
instansi Pengumpulan data sekunder berupa data yang diperoleh dari referensi
sumber data
sekunder tertentu atau literatur-literatur yang berkaitan dengan keterlambatan
proyek.
III-2
Sampel dalam penelitian ini adalah proyek pembangunan gedung swasta
maupun pemerintah, meliputi bangunan gedung rendah, bangunan gedung
sedang, dan bangunan gedung tinggi yang selesai atau pernah dibangun pada
tahun 2012 yang memiliki manajemen yang jelas di lokasi proyek.
Responden dalam penelitian ini adalah kontraktor swasta maupun
pemerintah yang terkait dengan proyek yang sedang berlangsung, dan dalam
satu proyek bangunan gedung yang kontraktornya menjadi responden akan
diberikan satu kuesioner yang diisi oleh project manager, site manager,
engineer, atau pihak yang mengetahui latar belakang proyek dan dipercaya
untuk mengisi kuesioner.
Daftar pertanyaan atau kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi
dengan mendatangi langsung responden serta memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, dan pengisian kuesioner.
III-3
a. Analisis peringkat (ranking)
Metode analisis ini berguna untuk menentukan peringkat (ranking) para
responden dan memberikan prioritas terhadap variabel studi. Maka data
yang diperoleh di analisis dengan mean rank atau nilai rata-rata yang akan
digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam
keterlambatan proyek konstruksi bangunan gedung.
Mean rank atau nilai rata-rata didapat dengan menjumlahkan data
seluruh individu dalam kelompok, kemudian dibagi jumlah individu yang
ada pada kelompok tersebut.
Dimana:
Me = nilai rata-rata (mean)
N = jumlah responden
Xi = frekuensi (i) yang diberikan responden
i = kategori index responden (i = 1, 2, 3, …)
X1 = frekuensi jawaban “tidak berpengaruh”
X2 = freuensi jawaban “agak berpengaruh”
X3 = frekuensi jawaban “berpengaruh”
Beri spasi X4 = frekuensi jawaban “sangat berpengaruh”
kosong
Dimana:
σ2 = standar deviasi
X̅ = nilai rata-rata
xi = titik tengah interval i
Xi = frekuensi (i) yang diberikan responden
i = kategori index responden ( i = 1, 2, 3,…)
X1 = frekuensi jawaban “tidak berpengaruh”
X2 = freuensi jawaban “agak berpengaruh”
X3 = frekuensi jawaban “berpengaruh”
X4 = frekuensi jawaban “sangat berpengaruh”
III-4
Dari hasil data perhitungan nilai rata-rata (mean) dapat ditentukan dari
masing-masing faktor dengan cara mengurutkan dari nilai rata-rata yang
paling tinggi sebagai peringkat (ranking) pertama. Apabila ada faktor yang
memiliki nilai rata-rata sama maka dibandingkan kembali dengan nilai
standar deviasi dengan faktor yang nilai standar deviasi yang paling rendah
sebagai peringkat (ranking) pertama.
b. Korelasi jenjang spearman
Fitri et.al (2012) Motode analisis korelasi jenjang spearman berguna
untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
yang mengandung unsur pemeringkatan atau terkait dengan urutan data.
Formula yang diterapkan untuk menentukan nilai korelasinya adalah:
Dimana:
rs = nilai koefiensi korelasi spearman
D = perbedaan atau selisih peringkat antara variabel bebas dan variabel
terikat
n = jumlah sampel
1 dan 6 = konstanta
c. Uji reliabilitas
Trihendradi (2012) instrumen sebuah kuesioner harus andal. Andal
berarti instrumen tersebut menghasilkan ukuran yang konsisten apabila
digunakan untuk mengukur berulang kali. Instrumen kuesioner dinyatakan
andal apabila memiliki nilai alpha Cronbach > dari 0.6.
Dimana:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varian butir/item
Vt2 = varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan
teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0.6.
III-5
3.5 Pelaksanaan Penyebaran Kuesioner
Pelaksanaan penyebaran kuesioner dilakukan selama kurang lebih satu
bulan yaitu selama bulan januari 2013, dalam pelaksanaan penyebaran
kuesioner dilakukan pengumpulan informasi dan melaksanakan survey terlebih
dahulu guna mencari tempat proyek pembangunan gedung yang sesuai
dengan kriteria sebagai responden yang ada di Daerah Tangerang. Didapatkan
10 responden yang sesuai dengan kriteria.
Hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan penyebaran kuesioner
adalah kesibukan para responden sehingga sulit dalam meluangkan waktu
untuk mengisi kuesioner penelitian ini.
Kesepuluh responden memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang
penelitian ini, dari kesepuluh responden hanya ada empat yang memiliki sikap
baik tentang penelitian ini, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan tentang penelitian ini dari para responden, dan pada saat menjawab
poin pertanyaan tak lupa dengan memberikan bukti dan tidak hanya asal
menjawab, dan enam responden lainnya bersikap biasa saja hanya menjawab
poin pertanyaan tanpa memberikan bukti guna menguatkan jawaban mereka.
III-6
Gambar 3.4 menunjukan letak proyek responden yang berpartisipasi dalam
pengisian kuesioner. Penyebaran letak proyek dalam penelitian ini adalah
sebanyak 50% (5 responden) proyek responden dari Kota Tangerang,
Kabupaten Tangerang sebanyak 40% (4 responden), dan Tangerang
Beri spasi
kosong Selatan sebanyak 10% (1 responden).
b. Jenis proyek bangunan responden
III-7
d. Jenis kontrak
III-8
f. Persentasi kenaikan biaya akibat keterlambatan
III-9
Gambar 3.10 menunjukan jabatan responden pada proyek yang dikerjakan
adalah 20% (2 responden) menjabat sebagai project manager, 20% (2
responden) menjabat sebagai site manager, 40% (4 responden) menjabat
sebagai site engineer, 10% (1 responden) menjabat sebagai quality control,
dan 10% (1 responden) menjabat sebagai administrasi kontrak.
h. Pengalaman kerja di proyek
III-10
Gambar 3.12 menunjukan pendidikan terakhir responden adalah sebanyak
80% (8 responden) memiliki pendidikan terakhir S1, dan 20% (2
responden) memiliki pendidikan terakhir SMA.
3.7 Flowchart
III-11
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Setelah diolah dan didapatkan nilai mean rank-nya maka setiap faktor
dapat disusun peringkat (ranking) berdasarkan nilai mean rank dan standar
deviasinya. yaitu:
a. Analisis peringkat (rangking) secara keseluruhan
Analisis peringkat (ranking) secara keseluruhan memperlihatkan hasil
secara umum peringkat (ranking) semua faktor-faktor keterlambatan yang
penyelesaian proyek konstruksi bangunan gedung di Daerah Tangerang
yang dilaksanakan pada tahun 2012.
b. Analisis peringkat (rangking) 10 (sepuluh) terbesar
Analisis peringkat (rangking) 10 (sepuluh) terbesar menunjukkan peringkat
10 (sepuluh) terbesar faktor penyebab keterambatan proyek bangunan
gedung pada tahun 2012 di Daerah Tangerang.
IV-1
Tabel 4.1 Peringkat (ranking) faktor 10 (sepuluh) terbesar secara
keseluruhan
IV-2
Faktor curah (intensitas) hujan menjadi faktor keempat yang
menyebabkan ketersediaan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang. Curah (intensitas) hujan yang terjadi saat proyek
sedang berlangsung dapat berakibat tertundanya sebagian pekerjaan.
Faktor kurangnya kehadiran tenaga kerja menjadi faktor kelima yang
menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang. Kurangnya kehadiran tenaga kerja maksudnya adalah
para pekerja baik para pekerja kantor ataupun tukang yang sering
membolos atau sering tidak ada di tempat saat jam kerja, hal ini dapat
menyebabkan tidak maksimalnya kinerja para pekerja yang menyebabkan
adanya pekerjaan yang tertunda. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak
adanya kontrol kepada para pekerja dan sanksi yang tegas tentang
kehadiran.
Faktor kurangnya kedisiplinan tenaga kerja menjadi faktor keenam
yang menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan
gedung di Daerah Tangerang. Kurangnya kedisiplinan dimaksudkan adalah
kurangnya ketaatan tenaga kerja dalam mematuhi peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh pihak kontraktor khususnya pihak Kesehatan,
Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan (K3L), seperti merokok, makan,
dan minum saat bekerja, membuang sampah atau puntung rokok
sembarangan saat bekerja, tidak menggunakan peralatan safety dengan
lengkap dan benar, hal ini dapat menyebabkan keterlambatan karena
menambah pekerjaan untuk pembersihan sampah-sampah dan sisa-sisa
puntung rokok sebelum mengerjakan pengecoran, dan tidak menggunakan
peralatan safety dengan lengkap dan benar dapat mengakibatkan tingginya
angka kecelakaan. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya penyuluhan,
peringatan dan pengawasan dari pihak kontraktor.
Faktor kurangnya keahlian tenaga kerja menjadi faktor ketujuh yang
menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang. Kurangnya tenaga kerja yang memiliki keahlian/
keterampilan yang kurang dalam bidang pekerjaan konstruksi seperti
pemasangan bekisting yang kurang rapih yang dapat mengakibatkan
buruknya hasil pengecoran beton, pabrikasi baja yang kurang benar
IV-3
pemasangannya, atau tenaga kerja yang tidak yang ada tidak sesuai
dengan kriteria yang ditentukan.
Faktor komunikasi antara kontraktor dan owner menjadi faktor
kedelapan yang menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi
pembangunan gedung di Daerah Tangerang. Komunikasi antara kontraktor
dan owner bisa menjadi masalah apabila kurangnya komunikasi antara
keduanya. Hal ini menyebabkan sering terjadi kesalahanpahaman
keinginan owner dengan hasil pekerjaan yang dikerjaakan kontraktor.
Faktor buruknya komunikasi antara pekerja dengan badan pembimbing
menjadi faktor keterlambatan proyek konstruksi kesembilan yang
menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang. Komunikasi yang buruk antara pekerja dan badan
pembimbing dapat terjadi karena badan pembimbing meremehkan para
pekerja membiarkan pekerja bekerja tanpa ada arahan yang jelas dan akan
menyebabkan kesalahanpahaman dalam pekerjaan antara keinginan
kontraktor dengan hasil pekerjaan para pekerja.
Faktor kesalahan desain oleh perencana menjadi faktor kesepuluh
yang menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan
gedung di Daerah Tangerang. Kesalahan desain oleh perencana bisa
terjadi akibat perencana yang tidak profesional dalam bekerja, atau akibat
seringnya penggantian desain oleh owner. Hal ini dapat menyebabkan
beri spasi
kosong kesalahan fatal dalam pembangunan proyek yang sedang dilaksanakan.
c. Analisis korelasi jenjang spearman
Setelah memperoleh peringkat (ranking) 10 (sepuluh) terbesar dari
faktor-faktor penyebab keterlambatan, selanjutnya dilakukan analisis
korelasi jenjang spearman terhadap 10 (sepuluh) faktor terbesar tersebut,
yang akan akan dikorelasikan dengan persentase keterlambatan yang
terjadi pada setiap proyek responden untuk melihat apakah ada hubungan
antara 10 (sepuluh) faktor terbesar dengan persentase keterlambatan yang
terjadi. Data di analisis korelasi jejang spearman mengunakan SPSS for
windows. Hasil korelasi jenjang spearman antara 10 (sepuluh) faktor
terbesar yang paling mempengaruhi keterlambatan proyek dapat dilihat di
bawah ini:
IV-4
Tabel 4.2 Hasil analisis korelasi jenjang spearman antara 10 (sepuluh)
faktor terbesar dengan persentase keterlambatan.
IV-5
Tabel 4.2 menunjukan hasil analisis korelasi jenjang spearman antara
10 (sepuluh) faktor terbesar dengan persentase keterlambatan dimana
analisis korelasi jenjang spearman menggunakan SPSS for windows.
Santoso (2012), koefisien angka korelasi untuk Spearman berkisar antara 0
(tidak ada korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna). Sebagai
pedoman sederhana angka korelasi di atas 0,5 menunjukan korelasi yang
cukup kuat, sedangkang di bawah 0,5 korelasi lemah.
Tanda korelasi spearman berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda
negatif (-) pada output menunjukkan adanya arah hubungan berlawanan,
sedangkan tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan sama. Hasil
analisis korelasi antara faktor FTK1 dengan PK menjadi faktor dengan
korelasi terbesar dengan menghasilkan angka +0.521, karena +0.521 > 0.5
menunjukan korelasi cukup kuat antara faktor FTK1 dengan PK, dan tanda
positif (+) menunjukan semakin tinggi kurangnya keahlian tenaga kerja
maka, semakin tinggi pula persentase keterlambatannya.
Hasil analisis korelasi antara faktor FC1 dengan PK menghasilkan
angka -0.003, karena -0.003 < 0.5 menunjukan kurang kuatnya korelasi
antara faktor FC1 dengan PK, dan tanda negatif (-) menunjukkan semakin
tinggi curah (intensitas) hujan semakin rendah persentase
keterlambatannya.
Hasil analisis korelasi antara faktor Total dengan PK menghasilkan
angka +0.832, karena +0.832 > 0.5 menunjukan kuatnya korelasi antara
Total dengan PK, dan tanda positif (+) menujukkan semakin tinggi nilai
beri spasi
kosong Total semakin tinggi pula persentase keterlambatannya.
d. Analisis uji reabilitas
Setelah dilakukan analisis korelasi pada 10 (sepuluh) terbesar dari
faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi pembangunan
gedung di Daerah Tangerang. Selanjutnya melakukan analisis uji reabilitas,
analisis ini bertujuan untuk menguji keandalan (reliable) instrumen
kuesioner atau menguji apakah 10 (sepuluh) faktor terbesar tersebut
menghasilkan ukuran yang konsisten apabila digunakan untuk mengukur
berulang kali. Instrumen kuesioner dinyatakan andal (reliable) apabila
memiliki nilai alpha cronbach > 0.6. Analisis uji reabilitas ini menggunakan
SPSS for windows.
IV-6
Hasil analisis menunjukan nilai alpha cronbach 10 (sepuluh) faktor
terbesar dari faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi
pembangunan gedung di Daerah Tangerang sebesar 0.8422, karena
0.8422 > 0.6 maka 10 (sepuluh) faktor terbesar dari faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di Daerah
Tangerang instrumennya andal (reliable) atau menghasilkan ukuran yang
konsisten apabila digunakan untuk mengukur berulang kali.
IV-7
BAB V
...............................................
..........................
V-1
V-2