Anda di halaman 1dari 36

METODOLOGI PENELITIAN

STUDI FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI
BANGUNAN GEDUNG

Disusun Oleh :

1. M. Luthfil Khakim (2018410053)


2. Karyadi (2018410054)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
Daftar Tabel...........................................................................................................iv
Daftar Gambar......................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................I-1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................I-1
1.2. Identifikasi Masalah...............................................................................I-2
1.3. Rumusan Masalah.................................................................................I-2
1.4. Batasan Masalah...................................................................................I-2
1.5. Tujuan Penelitian...................................................................................I-3
1.6. Hipotesis Penelitian...............................................................................I-3
1.7. Fishbone Penelitian...............................................................................I-4

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................II-1


2.1. Definisi Proyek dan Manajemen Proyek................................................II-1
2.2. Proyek Bangunan Gedung....................................................................II-2
2.3. Pengertian Keterlambatan Proyek.........................................................II-3
2.4. Dampak Keterlambatan Proyek.............................................................II-3
2.5. Penyebab Keterlambatan Proyek..........................................................II-4
2.6. Penelitian Terdahulu..............................................................................II-5
2.7. Kajian Islami...........................................................................................II-6

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................III-1


3.1. Lokasi Penelitian....................................................................................III-1
3.2. Metode Pengumpulan Data...................................................................III-2
3.3. Teknik Pengumpulan Data....................................................................III-2
3.4. Pengolahan Data...................................................................................III-3
3.5. Pelaksanaan Penyebaran Kuesioner....................................................III-6
3.6. Analisis Responden...............................................................................III-6
3.7. Flowchart................................................................................................III-11

ii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................IV-1
4.1. Hasil Penelitian......................................................................................IV-1
4.2. Pembahasan..........................................................................................IV-1

BAB V....................................................................................................................V

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Peringkat (Ranking) Faktor 10 (Sepuluh) Terbesar Secara


Keseluruhan.......................................................................................................... IV-2
Tabel 4.2 Hasil Analisis Korelasi Jenjang Spearman Antara 10 (Sepuluh) Faktor
Terbesar Dengan Persentase Keterlambatan...................................................... IV-5

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Fishbone Penelitian.......................................................................... I-3


Gambar 3.1 Daerah Tangerang Kota................................................................... III-1
Gambar 3.2 Daerah Tangerang Kabupaten......................................................... III-1
Gambar 3.3 Daerah Tangerang Selatan.............................................................. III-2
Gambar 3.4 Data Letak Proyek Responden......................................................... III-6
Gambar 3.5 Data Jenis Proyek Bangunan Responden....................................... III-7
Gambar 3.6 Nilai Proyek....................................................................................... III-7
Gambar 3.7 Jenis Kontrak.................................................................................... III-8
Gambar 3.8 Persentasi Keterlambatan................................................................ III-8
Gambar 3.9 Kenaikan Biaya Akibat Keterlambatan............................................. III-9
Gambar 3.10 Jabatan Responden Dalam Proyek................................................ III-9
Gambar 3.11 Pengalaman Kerja Responden....................................................... III-10
Gambar 3.12 Pendidikan Terakhir........................................................................ III-10
Gambar 3.13 Flowchart........................................................................................ III-11

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap proyek konstruksi lazimnya mempunyai rencana pelaksanaan dan
jadwal pelaksanaan yang tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus
dimulai, kapan harus diselesaikan dan bagaimana proyek tersebut akan
dikerjakan, serta bagaimana penyediaan sumber dayanya. Pembuatan
rencana dan jadwal pelaksanaan proyek selalu mengacu pada kondisi
anggapan-anggapan dan prakiraan yang ada pada saat rencana dan jadwal
tersebut dibuat, karena itu masalah akan timbul apabila terjadi ketidaksesuaian
antara prakiraan dan anggapan dengan kenyataan yang sebenarnya. Dampak
umum yang sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek.
Daerah Tangerang meliputi Tangerang Kota, Tangerang Kabupaten, dan
Tangerang Selatan merupakan kota yang terus berkembang dengan tingkat
pembangunan yang tidak pernah menunjukan angka penurunan.
Perkembangan pembangunan yang semakin meningkat melahirkan pesatnya
perkembangan perusahaan jasa yang bergerak di bidang konstruksi. Pada
kenyataannya pelaksanaan proyek konstruksi selalu mengalami kendala yang
mengakibatkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan, sehingga waktu
penyelesaian pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan pada
dokumen kontrak pekerjaan.
Pekerjaan yang mengalami masalah dan menyebabkan keterlambatan
akan mengakibatkan kerugian baik moril ataupun material. Berbagai cara
dilakukan guna menghindari masalah yang mengakibatkan keterlambatan dan
kerugian.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Buat kalimat menjadi penyebab keterlambatan proyek konstruksi. Dengan memperkecil


terpisah keterlambatan maka membantu memajukan pembangunan Negara Republik
dengan
memperbaiki Indonesia.
susunan
kalimat

I-1
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang dapat diambil antara lain:
a. Apakah sistem manajerial yang menjadi faktor utama keterlambatan
proyek?
b. Apakah izin yang berkaitan dengan mendirikan bangunan juga dapat
menjadi penyebab keterlambatan proyek?
c. Apakah faktor terlambatnya ketersediaan tenaga kerja, material, dan juga
rusaknya alat-alat dapat menjadi faktor terlambatnya proyek?
d. Apakah ada faktor lain dari luar proyek yang dapat menyebabkan proyek
mengalami keterlambatan?

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
a. Faktor-faktor apa saja penyebab keterlambatan pekerjaaan proyek
Tidak sesuai
dengan tujuan konstruksi?
b. Bagaimana meminimalisir hingga menghindari faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek?

1.4 Batasan Masalah


Beberapa pembatasan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. …… dilakukan berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 2017
tentang Jasa Konstruksi.
b. Lokasi penelitian terletak di Daerah Tangerang meliputi Tangerang Kota,
Tangerang Kabupaten, dan Tangerang Selatan, yaitu proyek konstruksi
pada tahun 2012.
c. Proyek yang diteliti adalah jenis proyek pembangunan gedung: bangunan
gedung rendah, bangunan gedung sedang, dan bangunan gedung tinggi.
d. Faktor-faktor yang diteliti adalah yang berkaitan langsung dengan
penyebab keterlambatan penyelesaian proyek.
e. Metode pengumpulan data dengan cara kuesioner.
f. Analisis data dengan cara pemprograman komputer Statistical Product and
Service Solutions (SPSS) for windows.

I-2
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang didapat dari adanya penelitian ini adalah:
TIDAK
DIPERBAIKI a. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor penyebab keterlambatan
Sesuaikan
dengan penyelesaian proyek.
rumusan b. Mencari urutan peringkat (ranking) dari tiap faktor.
masalah.
c. Mencari faktor utama yang mempengaruhi keterlambatan penyelesaian
proyek di Daerah Tangerang.
d. Meminimalisir hingga menghindari faktor-faktor penyebab keterlambatan
proyek.

1.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis yang dapat ditarik dari rumusan masalah di atas adalah:
a. Sistem manajerial menjadi faktor utama keterlambatan proyek, di samping
terlambatnya ketersediaan tenaga kerja, material, dan rusaknya alat-alat
yang menunjang terlaksananya sebuah pekerjaan.
Sesuaikan b. Faktor dari luar proyek juga dapat menjadi penyebab terlambatnya proyek,
dengan
rumusan seperti bencana alam, kondisi politik dan ekonomi nasional, fluktuasi nilai
masalah dan
tukar rupiah dan dollar, dan juga hubungan dengan masyarakat sekitar.
tujuan
c. Cara meminimalisir hingga menghindari faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek adalah dengan menganalisis satu per satu faktor-
faktor tersebut dan merencanakan ulang dan menganalisis setiap risiko
yang akan didapat.

I-3
PERBAIKAN TIDAK
TUNTAS..
1.7 Fishbone Penelitian buat landscape
(termasuk judul sub bab
dan judul gambar)

Ganti dengan
analisis yang
dilakukan

Perhatikan
tahapan
penelitian

Cantumkan Gambar 1.1 Fishbone penelitian


masalah Tambahkan tahun
penelitian..
Tidak sama dengan sub bab
I-4
penelitian terdahulu?
BAB II
TIDAK LANDASAN TEORI
DIPERBAIKI..
Tambah spasi
kosong

b.1 Definisi Proyek dan Manajemen Proyek


Menurut Mingus (2002), ketika seorang menyebut istilah “proyek”,
gambaran yang muncul akan berbeda-beda, kebanyakan orang-orang akan
menghubungkannya dengan deadline, tanggal mulai, tanggal selesai, jadwal,
tugas, sumber daya, biaya, dan urutan proyek. Istilah lainnya mungkin
mencakup patokan, perubahan, konflik, komunikasi, tujuan, kebutuhan, dan
risiko. Ratusan istilah lainnya mungkin dikemukakan untuk mendeskripsikan
berbagai macam aspek proyek.
Meskipun proyek mempunyai banyak definisi, menurut Gray dan Larson
(2000), definisi yang sederhana dan inklusif adalah urutan tugas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang unik dalam kerangka waktu
yang telah ditetapkan. Keunikan adalah kuncinya. Keunikan inilah yang
membedakan antara proyek dengan operasi dan membuatnya sulit untuk
dikelola. Setelah mengetahui bagaimana melaksanakan suatu operasi, maka
cukup mengulangi langkah-langkahnya, tetapi karena setiap proyek adalah
unik, maka langkah-langkah itu bisa bervariasi. Keuntungannya adalah bahwa
dalam sebagian besar industri, meski langkah-langkah itu bervariasi di dalam
setiap proyek, namun tipe-tipe langkah tersebut konsisten dan umumnya bisa
diulangi.
Untuk menstandarkan definisi kata itu, Project Manajement Institute (2004),
dalam PMBOK Guide, mendefinisikan proyek sebagai berikut: “Usaha temporer
yang dilakukan untuk menciptakan proyek atau jasa (service) yang unik.”
Secara tradisional, manajemen proyek dilihat sebagai perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian proyek untuk memenuhi tujuan proyek
tersebut. Meski ini masih merupakan definisi yang valid, namun perlu diingat
bahwa ini tidak mencakup komponen hubungan manusia dan evaluasi proyek
yang lazimnya dilakukan setelah proyek selesai dilakukan. Project
Management Institute menggunakan definisi ini untuk manajemen proyek:

II-1
“Aplikasi pengetahuan, keahlian, alat, dan teknik untuk aktivitas proyek guna
memenuhi atau melampaui kebutuhan yang diharapkan stakeholder dari
proyek tersebut.”
Menurut Santoso (2003), manajemen proyek merupakan faktor yang
mendukung keberhasilan proyek karena merupakan pengaturan sumber daya
dalam batas-batas ruang lingkup, waktu, biaya, dan kualitas yang telah
ditentukan untuk menyelesaikan proyek. Manajemen proyek meliputi
perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek.
Menurut Soeharto (2001), perusahaan harus memahami dua pemikiran
mendasar terhadap pengertian manajemen proyek. Pertama, manajemen
proyek tidak menjamin 100% keberhasilan proyek. Artinya, tidak ada kepastian
keberhasilan dari pelaksanaan proyek. Kedua, manajemen proyek dapat
membantu meningkatkan persentase keberhasilan proyek walaupun
membutuhkan biaya. Namun, manfaat yang diperoleh jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan biaya tersebut.

b.2 Proyek Bangunan Gedung


Menurut Santoso (2003), pengertian proyek secara umum merupakan
sebuah kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar permintaan dari
seorang owner atau pemilik pekerjaan yang ingin mencapai suatu tujuan
tertentu dan dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan sesuai dengan keinginan
daripada owner atau pemilik proyek dan spesifikasi yang ada. Dalam
pelaksanaan proyek pemilik proyek dan pelaksana proyek mempunyai hak
yang diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan jangka
waktu yang telah disetujui bersama antara pemilik proyek dan pelaksana
proyek.
Pengertian proyek bangunan gedung merupakan kegiatan pekerjaan
pembangunan sebuah bangunan gedung yang dilaksanakan atas dasar
permintaan pemilik proyek dan dilaksanakan oleh pelaksana proyek atau
kontraktor. Proyek bangunan gedung mempunyai kelas bangunan tertentu,
seperti kelas bangunan A, kelas bangunan B, kelas bangunan C. Sedangkan
untuk jenis-jenis bangunan gedung antara lain bangunan rumah tinggal,
bangunan perkantoran, bangunan hotel, bangunan sekolah, bangunan
pertokoan, bangunan peribadatan, bangunan Gor olahraga, bangunan rumah

II-2
sakit dan lainnya yang direncanakan secara matang mulai dari penyiapan
gambar rancangan, gambar kerja, gambar detail, spesifikasi teknis, Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB), time
schedule sehingga nantinya dalam pelaksanaan pekerjaan awal proyek sampai
pekerjaan akhir proyek bisa terencana dengan teratur dan tertata dengan rapi
sehingga tujuan yang dinginkan terhadap berdirinya proyek bangunan gedung
ini nantinya dapat tercapai.

b.3 Pengertian Keterlambatan Proyek


Menurut Leonda (2008), keterlambatan proyek konstruksi berarti
bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah
direncanakan dan tercantum dalam dokumen kontrak. Penyelesaian pekerjaan
tidak tepat waktu merupakan kekurangan dari tingkat produktivitas dan sudah
barang tentu kesemuanya ini akan mengakibatkan pemborosan dalam
pembiayaan, baik berupa pembiayaan langsung yang dibelanjakan untuk
proyek-proyek pemerintah, maupun berwujud pembengkakan investasi dan
kerugian-kerugian pada proyek-proyek swasta.
Menurut Praboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya
selalu menimbulkan akibat yang merugikan bagi pemilik maupun kontraktor
karena dampak keterlambatan adalah konflik dan perdebatan tentang apa dan
siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu, dan biaya tambah.
Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan
pengelolaan proyek. Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan
langkah perubahan mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat
dihindari.

b.4 Dampak Keterlambatan Proyek


Menurut Widhiawati (2009), keterlambatan proyek akan menimbulkan
kerugian pada pihak kontraktor, konsultan, dan owner, yaitu:
a. Pihak kontraktor
Semakin lama waktu penyelesaian proyek maka semakin besar biaya
(cost) yang ditimbulkan. Selain itu biaya overhead yang mencakup
pengeluaran perusahaan secara keseluruhan juga terus meningkat karena
bertambah panjangnya waktu pelaksanaan.
II-3
b. Pihak konsultan
Konsultan akan mengalami kerugian waktu dan biaya, serta akan
terhambat dalam mengerjakan proyek yang lainnya, jika waktu
pelaksanaan proyek menjadi lebih lama.
c. Pihak owner
Keterlambatan proyek pada pihak pemilik/owner, berarti kehilangan
penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah dapat digunakan atau
disewakan. Apabila pemilik adalah pemerintah, untuk fasilitas umum
misalnya rumah sakit tentunya keterlambatan akan merugikan pelayanan
kesehatan masyarakat, atau merugikan program pelayanan yang telah
disusun. Kerugian ini tidak dapat dinilai dengan uang dan tidak dapat
dibayar kembali. Sedangkan apabila pihak pemilik adalah non pemerintah,
misalnya pembangunan gedung, pertokoan, atau hotel, tentu jadwal
pemakaian gedung tersebut akan mundur dari waktu yang direncanakan,
sehingga ada waktu kosong tanpa mendapatkan uang.

b.5 Penyebab Keterlambatan Proyek


Faktor-faktor yang potensial untuk mempengaruhi waktu pelaksanaan
konstruksi, yang terdiri dari 7 (tujuh) kategori menurut Andi, et.al. (2003),
adalah:
a. Tenaga kerja (labors)
1) Keahlian tenaga kerja
2) Kedisiplinan tenaga kerja
3) Motivasi kerja para pekerja
4) Angka ketidakhadiran
5) Ketersediaan tenaga kerja
6) Penggantian tenaga kerja baru
7) Komunikasi antara tenaga kerja dan badan pembimbing
b. Bahan (material)
1) Kualitas bahan
2) Ketersediaan bahan
3) Pengiriman bahan

II-4
c. Peralatan (equipment)
1) Ketersediaan peralatan
2) Kualitas peralatan
d. Karakteristik tempat (site characteristic)
1) Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar
2) Keadaan permukaan dan di bawah permukaan tanah
3) Karakteristik fisik bangunan sekitar lokasi proyek
4) Tempat penyimpanan bahan/material
5) Akses ke lokasi proyek
6) Kebutuhan ruang kerja
7) Lokasi proyek
e. Manajerial (managerial)
1) Pengawasan proyek
2) Kualitas pengontrolan pekerjaan
3) Pengalaman manajer lapangan
4) Perhitungan keperluan material

b.6 Penelitian Terdahulu


Penelitian terahulu yaitu:
a. Studi Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi Pada Tahun 2007 Di
Tidak sama
dengan Daerah Belitung peneliti terdahulu yang disusun oleh Leonda (2008),
fishbone? mendapatkan kesimpulan yaitu:
1) Didapatkannya urutan peringkat (ranking) tiap faktor yang menjadi
penyebab keterlambatan penyelesaian proyek pembangunan di
Daerah Belitung.
2) Faktor-faktor yang menjadi penyebab utama yang mempengaruhi
keterlambatan penyelesaian proyek pembangunan di daerah Belitung
adalah keterlambatan pengiriman bahan, kerusakan peralatan, situasi
perekonomian nasional, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar,
keterlambatan pengiriman peralatan, pengaruh hujan pada aktivitas
proyek, perubahan material, kesalahan manajemen peralatan,
ketersediaan keuangan, dan kekurangan tenaga kerja.

II-5
b. Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab Dan Tindakan
Pencegahnya peneliti terdahulu yang disusun oleh Idzurnida Ismael (2013),
mendapatkan kesimpulan bahwa permasalahan keterlambatan proyek
konstruksi gedung yaitu:
1) Metode pengoperasian alat tidak tepat.
2) Melakukan perubahan terhadap desain.
3) Keahlian yang tidak cukup untuk perubahan desain spesifikasi.
4) Menggunakan tenaga kerja yang tidak terampil.
5) Bahan (material) yang digunakan kurang dari yang dibutuhkan.
Pada masa pelaksanaan proyek konstruksi dapat mempengaruhi waktu
atau keterlambatan proyek konstruksi, dengan mengetahui faktor risiko
yang dominan dapat membantu untuk mengambil keputusan dalam
menentukan tindakan koreksi yang paling sesuai, untuk mengurangi risiko
seminimal mungkin sampai pada batas yang dapat diterima.

b.7 Kajian Islami


Dalam kajian islam dijelaskan dalam Surat Al-A’raf ayat 56 bahwa:
َ ‫ض َبعْ دَ إِصْ ٰ َل ِح َها َو ْٱدعُوهُ َخ ْو ًفا َو َط َمعًا ۚ إِنَّ َرحْ َم‬
‫ت ٱهَّلل ِ َق ِريبٌ م َِّن‬ ِ ْ‫وا فِى ٱأْل َر‬
۟ ‫َواَل ُت ْفسِ ُد‬

َ ‫ْٱلمُحْ سِ ن‬
‫ِين‬
Artinya:
“Dan janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Dalam tafsir Ibnu Katsir mencantumkan firman Allah SWT “Dan janganlah
kalian membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.”
Allah SWT melarang perbuatan yang menimbulkan kerusakan di muka bumi
dan hal-hal yang membahayakan kelestariannya sesudah diperbaiki. Karena
sesungguhnya apabila segala sesuatunya berjalan sesuai dengan
kelestariannya, kemudian terjadilah pengrusakan padanya, hal tersebut akan
membahayakan semua hamba Allah. Maka Allah SWT melarang hal tersebut,
dan memerintahkan kepada mereka untuk menyembah-Nya dan berdoa
kepada-Nya serta berendah diri dan memohon belas kasihan-Nya. Untuk itulah

II-6
Allah SWT berfirman “dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).” yakni dengan perasaan takut
terhadap siksaan yang ada di sisi-Nya dan penuh harap kepada pahala
berlimpah yang ada di sisi-Nya. Kemudian dalam firman selanjutnya
disebutkan “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.” Maksudnya, sesungguhnya rahmat Allah selalu mengincar
orang-orang yang berbuat kebaikan, yaitu mereka yang mengikuti perintah-
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

II-7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian terletak di Daerah Tangerang meliputi Tangerang Kota,
Tangerang Kabupaten, dan Tangerang Selatan, yaitu proyek konstruksi pada
tahun 2012.

Gambar 3.1 Daerah Kota tangerang kota

beri spasi
kosong

Gambar 3.2 Daerah tangerang kabupaten

III-1
Gambar 3.3 Daerah tangerang selatan

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian,
yaitu sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data Primer

Perjelas data Pengumpulan data primer merupakan data yang berhubungan langsung
primer dan dengan responden. Alat pengumpulan data primer adalah dengan
sekunder apa
saja yang kuesioner.
digunakan..
Cantumkan b. Pengumpulan Data Sekunder
instansi Pengumpulan data sekunder berupa data yang diperoleh dari referensi
sumber data
sekunder tertentu atau literatur-literatur yang berkaitan dengan keterlambatan
proyek.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Populasi dalam penelitian ini adalah proyek bangunan gedung yang
terdaftar oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) di daerah
tangerang, meliputi Tangerang Kota, Tangerang Kabupaten, dan Tangerang
Selatan pada tahun 2012.
Penelitian ini mengambil sampel menggunakan sistem non probability
purposive sampling, pemilihan metode ini dikarenakan data jumlah populasi
yang diperoleh dari BPPT tidak sesuai dengan jumlah populasi yang ada di
lapangan, biaya sedikit, dan populasi menempati daerah yang sangat luas.

III-2
Sampel dalam penelitian ini adalah proyek pembangunan gedung swasta
maupun pemerintah, meliputi bangunan gedung rendah, bangunan gedung
sedang, dan bangunan gedung tinggi yang selesai atau pernah dibangun pada
tahun 2012 yang memiliki manajemen yang jelas di lokasi proyek.
Responden dalam penelitian ini adalah kontraktor swasta maupun
pemerintah yang terkait dengan proyek yang sedang berlangsung, dan dalam
satu proyek bangunan gedung yang kontraktornya menjadi responden akan
diberikan satu kuesioner yang diisi oleh project manager, site manager,
engineer, atau pihak yang mengetahui latar belakang proyek dan dipercaya
untuk mengisi kuesioner.
Daftar pertanyaan atau kuesioner dibagikan kepada responden untuk diisi
dengan mendatangi langsung responden serta memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, dan pengisian kuesioner.

3.4 Pengolahan Data


Setelah seluruh data yang diperoleh melalui kuesioner terkumpul, data
yang terkumpul masih bersifat kualitatif maka perlu dikuantitatifkan dengan
memberikan nilai / skor pada masing-masing variabel, adapun nilai / skor
sebagai berikut:
a. Untuk jawaban tidak berpengaruh diberi skore 1
b. Untuk jawaban agak berpengaruh diberikan skor 2
c. Untuk jawaban berpengaruh diberikan skor 3
d. Untuk jawaban sangat berpengaruh diberikan skor 4
Setelah data dikuantitatifkan, selanjutnya data dianalisa menggunakan
metode kuantitatif, menggunakan SPSS for windows, untuk mencari seberapa
besar pengaruh faktor-faktor yang diberikan terhadap keterlambatan proyek
konstruksi bangunan gedung, serta faktor-faktor yang mempengaruhi dan
paling menentukan berdasarkan urutan rangking dalam setiap penilaian dari
masing-masing responden.

III-3
a. Analisis peringkat (ranking)
Metode analisis ini berguna untuk menentukan peringkat (ranking) para
responden dan memberikan prioritas terhadap variabel studi. Maka data
yang diperoleh di analisis dengan mean rank atau nilai rata-rata yang akan
digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam
keterlambatan proyek konstruksi bangunan gedung.
Mean rank atau nilai rata-rata didapat dengan menjumlahkan data
seluruh individu dalam kelompok, kemudian dibagi jumlah individu yang
ada pada kelompok tersebut.

Dimana:
Me = nilai rata-rata (mean)
N = jumlah responden
Xi = frekuensi (i) yang diberikan responden
i = kategori index responden (i = 1, 2, 3, …)
X1 = frekuensi jawaban “tidak berpengaruh”
X2 = freuensi jawaban “agak berpengaruh”
X3 = frekuensi jawaban “berpengaruh”
Beri spasi X4 = frekuensi jawaban “sangat berpengaruh”
kosong

Dimana:
σ2 = standar deviasi
X̅ = nilai rata-rata
xi = titik tengah interval i
Xi = frekuensi (i) yang diberikan responden
i = kategori index responden ( i = 1, 2, 3,…)
X1 = frekuensi jawaban “tidak berpengaruh”
X2 = freuensi jawaban “agak berpengaruh”
X3 = frekuensi jawaban “berpengaruh”
X4 = frekuensi jawaban “sangat berpengaruh”

III-4
Dari hasil data perhitungan nilai rata-rata (mean) dapat ditentukan dari
masing-masing faktor dengan cara mengurutkan dari nilai rata-rata yang
paling tinggi sebagai peringkat (ranking) pertama. Apabila ada faktor yang
memiliki nilai rata-rata sama maka dibandingkan kembali dengan nilai
standar deviasi dengan faktor yang nilai standar deviasi yang paling rendah
sebagai peringkat (ranking) pertama.
b. Korelasi jenjang spearman
Fitri et.al (2012) Motode analisis korelasi jenjang spearman berguna
untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
yang mengandung unsur pemeringkatan atau terkait dengan urutan data.
Formula yang diterapkan untuk menentukan nilai korelasinya adalah:

Dimana:
rs = nilai koefiensi korelasi spearman
D = perbedaan atau selisih peringkat antara variabel bebas dan variabel
terikat
n = jumlah sampel
1 dan 6 = konstanta
c. Uji reliabilitas
Trihendradi (2012) instrumen sebuah kuesioner harus andal. Andal
berarti instrumen tersebut menghasilkan ukuran yang konsisten apabila
digunakan untuk mengukur berulang kali. Instrumen kuesioner dinyatakan
andal apabila memiliki nilai alpha Cronbach > dari 0.6.

Dimana:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varian butir/item
Vt2 = varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan
teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0.6.

III-5
3.5 Pelaksanaan Penyebaran Kuesioner
Pelaksanaan penyebaran kuesioner dilakukan selama kurang lebih satu
bulan yaitu selama bulan januari 2013, dalam pelaksanaan penyebaran
kuesioner dilakukan pengumpulan informasi dan melaksanakan survey terlebih
dahulu guna mencari tempat proyek pembangunan gedung yang sesuai
dengan kriteria sebagai responden yang ada di Daerah Tangerang. Didapatkan
10 responden yang sesuai dengan kriteria.
Hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan penyebaran kuesioner
adalah kesibukan para responden sehingga sulit dalam meluangkan waktu
untuk mengisi kuesioner penelitian ini.
Kesepuluh responden memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang
penelitian ini, dari kesepuluh responden hanya ada empat yang memiliki sikap
baik tentang penelitian ini, karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan tentang penelitian ini dari para responden, dan pada saat menjawab
poin pertanyaan tak lupa dengan memberikan bukti dan tidak hanya asal
menjawab, dan enam responden lainnya bersikap biasa saja hanya menjawab
poin pertanyaan tanpa memberikan bukti guna menguatkan jawaban mereka.

3.6 Analisis Responden


Data hasil pengisian kuesioner dari responden dapat dilihat dari
Pindah ke awal
bab IV pembahasan dibawah ini yaitu sebagai berikut:
a. Letak proyek responden

Gambar 3.4 Data letak proyek responden


Sumber: Hasil Analisis, 2013

III-6
Gambar 3.4 menunjukan letak proyek responden yang berpartisipasi dalam
pengisian kuesioner. Penyebaran letak proyek dalam penelitian ini adalah
sebanyak 50% (5 responden) proyek responden dari Kota Tangerang,
Kabupaten Tangerang sebanyak 40% (4 responden), dan Tangerang
Beri spasi
kosong Selatan sebanyak 10% (1 responden).
b. Jenis proyek bangunan responden

Gambar 3.5 Data jenis proyek bangunan responden


Sumber: Hasil Analisis, 2013
Gambar 3.5 menunjukkan jenis proyek bangunan responden yang
Perbaiki berpartisipasi dalam pengisian kuesioner. Jenis proyek responden adalah
penulisan
persentase sebanyak 70% (7 responden) proyek responden adalah jenis proyek
pembangunan apartemen, sebanyak 10% (1 responden) proyek responden
adalah jenis proyek pembangunan Hotel, dan 20% (2 responden) proyek
responden adalah jenis proyek pembangunan bangunan komersial.
c. Nilai proyek

Gambar 3.6 Nilai proyek


Sumber: Hasil Analisis, 2013

III-7
d. Jenis kontrak

Gambar 3.7 Jenis kontrak


Sumber: Hasil Analisis, 2013
Gambar 3.7 menunjukkan bahwa jenis kontrak proyek konstruksi yang
sedang dilaksanakan oleh responden adalah 90% (9 responden) dengan
Beri spasi
jenis kontrak lumpsum, dan 10% (1 responden) dengan jenis kontrak SAP.
kosong
e. Persentasi keterlambatan

Gambar 3.8 Persentasi keterlambatan


Sumber: Hasil Analisis, 2013
Gambar 3.8 menunjukan persentasi keterlambatan yang terjadi pada
proyek konstruksi bangunan gedung yang sedang dilaksanakan oleh
responden adalah 20% (2 responden) untuk persentasi keterlambatan
Gunakan koma
untuk tanda sebesar 1%, 10% (1 responden) untuk persentasi keterlambatan sebesar
desimal 1.67%, 10% (1 responden) untuk persentasi keterlambatan sebesar 1.9%,
10% (1 responden) untuk persentasi keterlambatan sebesar 5%, 10% (1
responden) untuk persentasi keterlambatan sebesar 9%, 10% (1
responden) untuk persentasi keterlambatan sebesar 12%, 20% (2
responden) untuk persentasi keterlambatan sebesar 15%, dan 10% (1
responden) untuk persentasi keterlambatan sebesar 17.7535%.

III-8
f. Persentasi kenaikan biaya akibat keterlambatan

Gambar 3.9 Kenaikan biaya akibat keterlambatan


Sumber: Hasil Analisis, 2013
Gambar 3.9 menunjukkan besarnya persentasi kenaikan biaya yang terjadi
akibat keterlambatan yang terjadi pada royek konstruksi bangunan gedung
sebesar 30% (3 responden) untuk persentase kenaikan biaya sebesar 1%,
10% (1 responden) untuk persentase kenaikan biaya sebesar 2%, 20% (2
responden) untuk persentase kenaikan biaya sebesar 5%, 10% (1
responden) untuk persentase kenaikan biaya sebesar 25%, dan 30% (3
responden) untuk proyek yang belum bisa menghitung persentasi
keterlambatan, hal ini disebabkan oleh proyek yang baru beberapa bulan
berjalan dan belum bisa memprediksi dengan pasti persentasi kenaikan
biaya yang terjadi.
g. Jabatan responden dalam proyek

Gambar 3.10 Jabatan responden dalam proyek


Sumber: Hasil Analisis, 2013

III-9
Gambar 3.10 menunjukan jabatan responden pada proyek yang dikerjakan
adalah 20% (2 responden) menjabat sebagai project manager, 20% (2
responden) menjabat sebagai site manager, 40% (4 responden) menjabat
sebagai site engineer, 10% (1 responden) menjabat sebagai quality control,
dan 10% (1 responden) menjabat sebagai administrasi kontrak.
h. Pengalaman kerja di proyek

Gambar 3.11 Pengalaman kerja responden


Sumber: Hasil Analisis, 2013
Gambar 3.11 menunjukan pengalaman kerja dalam proyek konstruksi,
sebanyak 20% (2 responden) memiliki pengalaman proyek selama 2 tahun,
20% (2 responden) memiliki pengalaman proyek selama 4 tahun, 20 % (2
responden) memiliki pengalaman proyek selama 5 tahun, 10% (1
responden) memiliki pengalaman proyek selama 7 tahun, 10% (1
responden) memiliki pengalaman proyek selama 14 tahun, 10% (1
responden) memiliki pengalaman proyek selama 18 tahun, 10% (1
responden) memiliki pengalaman proyek selama 18 tahun.
i. Pendidikan terakhir responden

Gambar 3.12 Pendidikan terakhir


Sumber: Hasil Analisis, 2013

III-10
Gambar 3.12 menunjukan pendidikan terakhir responden adalah sebanyak
80% (8 responden) memiliki pendidikan terakhir S1, dan 20% (2
responden) memiliki pendidikan terakhir SMA.

3.7 Flowchart

Gambar 3.13 Flowchart

III-11
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Berdasarkan Hasil pengisian kuesioner oleh responden, maka didapat data
mengenai keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung, untuk
memperoleh peringkat (ranking) dari faktor-faktor keterlambatan akan diolah
menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) for windows
dengan analisis descriptive untuk mencari nilai tingkat rata-rata masing-masing
faktor penyebab keterlambatan, hasil yang diperoleh dari analisis ini
menggunakan SPSS for windows.

4.2 Pembahasan
Setelah diolah dan didapatkan nilai mean rank-nya maka setiap faktor
dapat disusun peringkat (ranking) berdasarkan nilai mean rank dan standar
deviasinya. yaitu:
a. Analisis peringkat (rangking) secara keseluruhan
Analisis peringkat (ranking) secara keseluruhan memperlihatkan hasil
secara umum peringkat (ranking) semua faktor-faktor keterlambatan yang
penyelesaian proyek konstruksi bangunan gedung di Daerah Tangerang
yang dilaksanakan pada tahun 2012.
b. Analisis peringkat (rangking) 10 (sepuluh) terbesar
Analisis peringkat (rangking) 10 (sepuluh) terbesar menunjukkan peringkat
10 (sepuluh) terbesar faktor penyebab keterambatan proyek bangunan
gedung pada tahun 2012 di Daerah Tangerang.

IV-1
Tabel 4.1 Peringkat (ranking) faktor 10 (sepuluh) terbesar secara
keseluruhan

beri spasi Sumber : Hasil Analisis, 2013


kosong
Tabel 4.1 menunjukkan 10 (sepuluh) faktor terbesar yang
mempengaruhi keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang pada Tahun 2012.
Faktor keterlambatan pengiriman bahan/material menjadi faktor utama
yang menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan
gedung di Daerah Tangerang, keterlambatan pengiriman bahan/material
dapat terjadi akibat lalu lintas menuju lokasi proyek merupakan daerah
yang ramai dan rawan kemacetan.
Faktor ketersediaan bahan terbatas di pasaran menjadi faktor kedua
yang menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan
gedung di Daerah Tangerang. Ketersediaan bahan terbatas di pasaran
bisa diakibatkan oleh banyaknya proyek lain di daerah yang sama
menyebabkan permintaan bahan menjadi sangat banyak.
Faktor kurangnya ketersediaan tenaga kerja menjadi faktor ketiga yang
menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang. Kurangnya ketersediaan tenaga kerja dapat
disebabkan oleh banyaknya jumlah proyek lain yang di daerah yang sama
menyebabkan tenaga kerja yang ada di sekitar proyek terbatas karena
telah banyak bekerja di proyek lain.

IV-2
Faktor curah (intensitas) hujan menjadi faktor keempat yang
menyebabkan ketersediaan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang. Curah (intensitas) hujan yang terjadi saat proyek
sedang berlangsung dapat berakibat tertundanya sebagian pekerjaan.
Faktor kurangnya kehadiran tenaga kerja menjadi faktor kelima yang
menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang. Kurangnya kehadiran tenaga kerja maksudnya adalah
para pekerja baik para pekerja kantor ataupun tukang yang sering
membolos atau sering tidak ada di tempat saat jam kerja, hal ini dapat
menyebabkan tidak maksimalnya kinerja para pekerja yang menyebabkan
adanya pekerjaan yang tertunda. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak
adanya kontrol kepada para pekerja dan sanksi yang tegas tentang
kehadiran.
Faktor kurangnya kedisiplinan tenaga kerja menjadi faktor keenam
yang menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan
gedung di Daerah Tangerang. Kurangnya kedisiplinan dimaksudkan adalah
kurangnya ketaatan tenaga kerja dalam mematuhi peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh pihak kontraktor khususnya pihak Kesehatan,
Keselamatan, Keamanan, dan Lingkungan (K3L), seperti merokok, makan,
dan minum saat bekerja, membuang sampah atau puntung rokok
sembarangan saat bekerja, tidak menggunakan peralatan safety dengan
lengkap dan benar, hal ini dapat menyebabkan keterlambatan karena
menambah pekerjaan untuk pembersihan sampah-sampah dan sisa-sisa
puntung rokok sebelum mengerjakan pengecoran, dan tidak menggunakan
peralatan safety dengan lengkap dan benar dapat mengakibatkan tingginya
angka kecelakaan. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya penyuluhan,
peringatan dan pengawasan dari pihak kontraktor.
Faktor kurangnya keahlian tenaga kerja menjadi faktor ketujuh yang
menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang. Kurangnya tenaga kerja yang memiliki keahlian/
keterampilan yang kurang dalam bidang pekerjaan konstruksi seperti
pemasangan bekisting yang kurang rapih yang dapat mengakibatkan
buruknya hasil pengecoran beton, pabrikasi baja yang kurang benar

IV-3
pemasangannya, atau tenaga kerja yang tidak yang ada tidak sesuai
dengan kriteria yang ditentukan.
Faktor komunikasi antara kontraktor dan owner menjadi faktor
kedelapan yang menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi
pembangunan gedung di Daerah Tangerang. Komunikasi antara kontraktor
dan owner bisa menjadi masalah apabila kurangnya komunikasi antara
keduanya. Hal ini menyebabkan sering terjadi kesalahanpahaman
keinginan owner dengan hasil pekerjaan yang dikerjaakan kontraktor.
Faktor buruknya komunikasi antara pekerja dengan badan pembimbing
menjadi faktor keterlambatan proyek konstruksi kesembilan yang
menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di
Daerah Tangerang. Komunikasi yang buruk antara pekerja dan badan
pembimbing dapat terjadi karena badan pembimbing meremehkan para
pekerja membiarkan pekerja bekerja tanpa ada arahan yang jelas dan akan
menyebabkan kesalahanpahaman dalam pekerjaan antara keinginan
kontraktor dengan hasil pekerjaan para pekerja.
Faktor kesalahan desain oleh perencana menjadi faktor kesepuluh
yang menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi pembangunan
gedung di Daerah Tangerang. Kesalahan desain oleh perencana bisa
terjadi akibat perencana yang tidak profesional dalam bekerja, atau akibat
seringnya penggantian desain oleh owner. Hal ini dapat menyebabkan
beri spasi
kosong kesalahan fatal dalam pembangunan proyek yang sedang dilaksanakan.
c. Analisis korelasi jenjang spearman
Setelah memperoleh peringkat (ranking) 10 (sepuluh) terbesar dari
faktor-faktor penyebab keterlambatan, selanjutnya dilakukan analisis
korelasi jenjang spearman terhadap 10 (sepuluh) faktor terbesar tersebut,
yang akan akan dikorelasikan dengan persentase keterlambatan yang
terjadi pada setiap proyek responden untuk melihat apakah ada hubungan
antara 10 (sepuluh) faktor terbesar dengan persentase keterlambatan yang
terjadi. Data di analisis korelasi jejang spearman mengunakan SPSS for
windows. Hasil korelasi jenjang spearman antara 10 (sepuluh) faktor
terbesar yang paling mempengaruhi keterlambatan proyek dapat dilihat di
bawah ini:

IV-4
Tabel 4.2 Hasil analisis korelasi jenjang spearman antara 10 (sepuluh)
faktor terbesar dengan persentase keterlambatan.

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Dimana:
PK = persentase keterlambatan
FB1 = keterlambatan pengiriman bahan
FB2 = ketersediaan bahan terbatas di pasaran
FTK5 = kurangnya ketersediaan tenaga kerja
FC1 = curah (intensitas) hujan
FTK4 = kurangnya kehadiran tenaga kerja
FTK2 = kurangnya kedisiplinan tenaga kerja
FTK1 = kurangnya keahlian tenaga kerja
FM6 = komunikasi antara kontraktor dan owner
FTK7 = buruknya komunikasi antara pekerja dengan badan pembimbing
FD2 = kesalahan desain oleh perencana
Total = jumlah total 10 (sepuluh) faktor keterlambatan dan persentase
keterlambatan

IV-5
Tabel 4.2 menunjukan hasil analisis korelasi jenjang spearman antara
10 (sepuluh) faktor terbesar dengan persentase keterlambatan dimana
analisis korelasi jenjang spearman menggunakan SPSS for windows.
Santoso (2012), koefisien angka korelasi untuk Spearman berkisar antara 0
(tidak ada korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna). Sebagai
pedoman sederhana angka korelasi di atas 0,5 menunjukan korelasi yang
cukup kuat, sedangkang di bawah 0,5 korelasi lemah.
Tanda korelasi spearman berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda
negatif (-) pada output menunjukkan adanya arah hubungan berlawanan,
sedangkan tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan sama. Hasil
analisis korelasi antara faktor FTK1 dengan PK menjadi faktor dengan
korelasi terbesar dengan menghasilkan angka +0.521, karena +0.521 > 0.5
menunjukan korelasi cukup kuat antara faktor FTK1 dengan PK, dan tanda
positif (+) menunjukan semakin tinggi kurangnya keahlian tenaga kerja
maka, semakin tinggi pula persentase keterlambatannya.
Hasil analisis korelasi antara faktor FC1 dengan PK menghasilkan
angka -0.003, karena -0.003 < 0.5 menunjukan kurang kuatnya korelasi
antara faktor FC1 dengan PK, dan tanda negatif (-) menunjukkan semakin
tinggi curah (intensitas) hujan semakin rendah persentase
keterlambatannya.
Hasil analisis korelasi antara faktor Total dengan PK menghasilkan
angka +0.832, karena +0.832 > 0.5 menunjukan kuatnya korelasi antara
Total dengan PK, dan tanda positif (+) menujukkan semakin tinggi nilai
beri spasi
kosong Total semakin tinggi pula persentase keterlambatannya.
d. Analisis uji reabilitas
Setelah dilakukan analisis korelasi pada 10 (sepuluh) terbesar dari
faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi pembangunan
gedung di Daerah Tangerang. Selanjutnya melakukan analisis uji reabilitas,
analisis ini bertujuan untuk menguji keandalan (reliable) instrumen
kuesioner atau menguji apakah 10 (sepuluh) faktor terbesar tersebut
menghasilkan ukuran yang konsisten apabila digunakan untuk mengukur
berulang kali. Instrumen kuesioner dinyatakan andal (reliable) apabila
memiliki nilai alpha cronbach > 0.6. Analisis uji reabilitas ini menggunakan
SPSS for windows.

IV-6
Hasil analisis menunjukan nilai alpha cronbach 10 (sepuluh) faktor
terbesar dari faktor-faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi
pembangunan gedung di Daerah Tangerang sebesar 0.8422, karena
0.8422 > 0.6 maka 10 (sepuluh) faktor terbesar dari faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek konstruksi pembangunan gedung di Daerah
Tangerang instrumennya andal (reliable) atau menghasilkan ukuran yang
konsisten apabila digunakan untuk mengukur berulang kali.

IV-7
BAB V
...............................................

..........................

V-1
V-2

Anda mungkin juga menyukai