JUDUL
Disusun Oleh:
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya
kami khususnya dapat menyelesaikan laporan ini yang kami beri judul tepat pada waktunya.
Adapun maksud dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah IL4201
Perencanaan Proyek. Pada laporan ini akan berfokus pada pembahasan Perencanaan Proyek Air Bersih
di Kota Cimahi karena mengacu pada kurikulum dari satuan acara perkuliahan serta tugas yang
diberikan pada mata kuliah yang bersangkutan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Emenda Sembiring,ST,MT,MEngSc,
PhD.; Ibu Opy Kurniasari, ST.,MT. dan Bapak Drs. Dady Surachman, M.Si. atas bimbingnya selama
ini dalam memberikan materi pengajaran sehingga memudahkan kami dalam pengerjaan laporan ini.
Tidak lupa kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang turut berpartipasi dalam
penyusunan laporan ini. Tak ada gading yang tak retak. Kami juga menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran kami terima untuk
penyusunan laporan yang lebih baik di kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
2
1.1. Latar Belakang.................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3. Maksud dan Tujuan.........................................................................................4
1.4. Ruang Lingkup.................................................................................................5
1.5. Metodologi Pengerjaan....................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................7
2.1. Umum.....................................................................................................................7
2.2.1. Definisi Proyek.................................................................................................7
2.2.2. Tujuan dan Manfaat Proyek..............................................................................9
2.2. Perencanaan Proyek............................................................................................11
2.2.1. Metodologi Perencanaan Proyek....................................................................11
2.2.2. Siklus Hidup Proyek.....................................................................................14
2.2.3. Identifikasi dan Perumusan Proyek............................................................20
2.2.4. Pelaku Proyek.................................................................................................23
2.2.5 Hubungan Kerja Para Pelaku Proyek...............................................................27
2.2.6 Kerangka Acuan Kerja....................................................................................29
2.2.7 Identifikasi dan Analisa Bottleneck.................................................................31
2.2.8. Teknik-Teknik Evaluasi Kehandalan Proyek..................................................33
2.2.9 Rancangan Anggaran Biaya (RAB).................................................................37
2.3. Regulasi Terkait Air Bersih...................................................................................41
BAB III............................................................................................................................41
PEMBAHASAN.............................................................................................................41
3.1. Kondisi Eksisting Daerah Studi.........................................................................42
3.1.1 Umum..............................................................................................................42
3.1.2 Kondisi Geografis, Kemiringan Lereng, dan Hidrogeologi.............................42
3.1.3 Kependudukan.................................................................................................43
3.1.4 Akses Air Bersih (Kuantitas dan Kualitas)......................................................45
3.2. Perumusan Proyek di Kota Cimahi Terkait Air Bersih....................................46
3.3. Perencanaan Proyek Sistem Transmisi Sungai Cijanggel di Kota Cimahi (Metodologi Pengadaan
Proyek)........................................................................................................................49
3.3.1. Pemilik Proyek...............................................................................................50
3.3.2. Konsultan.......................................................................................................54
3.3.3. Kontraktor......................................................................................................59
Bab IV Penutup (Wika Jane)............................................................................................60
3
4.1. Kesimpulan...........................................................................................................60
4.2. Saran.....................................................................................................................60
Daftar Pustaka..................................................................................................................60
Lampiran..........................................................................................................................60
BAB I
PENDAHULUAN
4
Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung
dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Untuk itu perlu
dilakukan penyusunan jadwal kegiatan dalam proyek agar proyek dapat diselesaikan dalam
batas waktu yang telah ditentukan. Dalam pembangunan sebuah proyek tentu ada tahapan-
tahapan tertentu seperti tahap perencanaan (Planning), tahap studi kelyakan (Feasibility
study), tahap penjelasan (Briefing), tahap perancangan(design), tahap
pengadaan/pelelangan, dan tahap pelaksanaan (constructions).
Dalam manajemen proyek ini, terdapat bagaimana tahapan- tahapan adanya suatu
proyek yang dilelang, hingga akhirnya proyek tersebut di percayakan pada suatu pemegang
proyek.
Dewasa ini Indonesia sedang mengalami pembangunan di segala bidang, diantaranya
pembangunan instalasi pengolahan air bersih skala kota. Pada proyek berkala besar,
pekerjaan pengawasaan dilakukan oleh direksi lapangan. Dengan semakin
kompleksnya pekerjaannya, maka pekerjaannya pengawasan memerlukan suatu badan
tersendiri yang khusus menangani seluruh pengawasan suatu proyek.
Manajemen proyek atau dapat dikatakan sebagai program management, merupakan
konsep yang digunakan pada proyek berskala besar dalam nilai biaya dan mempunyai nilai
kompleksitas yang tinggi dalam skala desain, teknologi yang digunakan, penjadwalan, serta
melibatkan banyak pihak (konsultan dan kontraktor) pada pelaksanaan proyek.
Dalam sistem ini owner project menggunakan jasa konsultan dan kontraktor, untuk
membantu mengendalikan/mengatur pelaksanaan program pemilik proyek. Tugas konsultan
adalah memberikan saran dan rekomendasi kepada owner proyek dalam menganalisa
laporan dan rencana kerja dari asing-masing perusahaan konstruksi manajemen, yang
menangani bagian-bagian dari kegiatan proyek. Sedangkan tugas kontraktor adalah
Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan spesifikasi yang telah
direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak perjanjian pemborongan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, dapat dibuat suatu perumusan masalah
yaitu :
Bagaimana sistematika perencanaan proyek pembangunan pada daerah studi?
Apa saja permasalahan yang dihadapi dalam proyek pembangunan pada daerah studi?
5
Siapa saja yang berperan sebagai pelaku proyek dalam pembangunan pada daerah studi?
Bagaimana teknis perencanaan proyek tersebut meliputi kerangka acuan kerja (KAK),
gambar desain, studi kelayakan serta rancangan anggaran biaya dalam pembangunan pada
daerah studi?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan menjabarkan mengenai
prosedur perencanaan proyek pada daerah studi yaitu Cimahi yang membahas tentang
pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses perencanaan proyek yang dilakukan Dinas Perumahan dan Kawasan
Pemukiman kota cimahi menyangkut pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA)
2. Untuk mengetahui tahapan perencanaan proyek yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan
Kawasan Pemukiman kota cimahi menyangkut pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA)
3. Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang di hadapi oleh Dinas Perumahan dan Kawasan
Pemukiman kota cimahi menyangkut pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data secara tertulis, baik dari buku
literatur, artikel-artikel maupun tulisan-tulisan ilmiah yang terkait dengan masalah yang dibahas guna
mendukung dan melengkapi penyusunan laporan secara tertulis.
b. Penelitian Lapangan
Ada dua metode dalam melakukan penelitian lapangan, yaitu:
Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh informasi
yang diyakini kebenarannya dari sumber- sumber yang dianggap kompeten untuk memberikan
informasi, dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait.
Peneliti melakukan wawancara langsung dengan bagian dari Dinas Perumahan dan Kawasan
Permukiman (DPKP) yaitu Bapak Dedi Agus Wibisono untuk memperoleh gambaran secara rinci
mengenai perencanaan proyek air bersih di kota Cimahi serta untuk memperoleh data-data proyek
tersebut yang dibutuhkan selama penyusunan laporan.
Studi Dokumentasi
Mengumpulkan dokumentasi yang terkait yang digunakan oleh Dinas dalam menjalankan kegiatan
operasional yang berhubungan dengan masalah yang diteliti guna mendukung data yang telah diperoleh
dari hasil wawancara.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
2.2.1. Definisi Proyek
Sebuah proyek merupakan suatu usaha atau aktivitas yang kompleks,
mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi dengan
jelas waktu awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber
daya (manusia, uang, peralatan, dsb), serta multifungsional dimana anggota
proyek bisa berasal dari departemen yang berbeda. Sebuah proyek juga dapat
diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai
tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran
dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka
waktu tertentu.
Selain itu, proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik
yang saling terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam
periode waktu tertentu (Chase et.al., 1998). Menurut Project Management Body
of Knowledge (PMBOK) Guide, sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik
penting yang terkandung didalamnya yaitu : sementara (temporary), unik, dan
progressive elaboration, selalu berkembang, dan berlanjut hingga proyek
berakhir.
Karakteristik ini yang membedakan proyek dengan aktivitas rutin
operasional. Aktivitas rutin operasional cenderung bersifat terus menerus dan
berulang-ulang sedangan proyek bersifat temporer dan unik. Dari segi tujuan,
proyek akan berhenti jika tujuan telah tercapai, sedangkan aktivitas operasional
akan terus menyesuaikan tujuannya agar pekerjaan tetap berjalan.
Selain itu proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa
dibutuhkan pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai
tujuan, sasaran, dan harapan penting tertentu. Aktivitas atau kegiatan-kegiatan pada proyek
merupakan sebuah mata rantai, yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan,
kemudian dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan
perencanaan semula. Hingga pada akhirnya kita akan dapat melihat bahwa pelaksanaan
proyek pada umumnya merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks,
membentuk saling ketergantungan, dan secara otomatis mengandung permasalahan
tersendiri.
2.2.1.1. Macam-macam Proyek
Proyek konstruksi
Proyek ini biasanya berupa pekerjaan membangun atau membuat produk
fisik, misalnya pembangunan jalan, gedung atau jembatan.
Proyek penelitian dan pengembangan
Proyek ini bisa berupa penemuan baru, temuan alat baru, atau penelitian
mengenai ditemukannya bibit unggul untuk suatu tanaman. Proyek ini bisa
muncul dilembaga komersial maupun lembaga pemerintah.
Proyek yang berhubungan dengan manajemen jasa
Measurable (terukur): Tujuan tanpa hasil yang terukur seperti bertanding olahraga tanpa
papan skor atau pencatat angka. Bilangan merupakan bagian penting dari usaha. Cantumkan
angka yang nyata dalam tujuan-tujuan Anda untuk mengetahui apakah Anda berada di jalur.
Papan putih yang dipasang di kantor Anda dapat membantu sebagai ingatan harian yang
menjaga diri Anda dan karyawan Anda tetap fokus pada hasil target yang ingin Anda capai.
Attainable (dapat dicapai): Kerap kali usaha kecil menetapkan tujuan di luar jangkauan.
Mimpi besar dan bertujuan meraih bintang-bintang tetapi tetap satu kaki yang kuat berbasis
dalam kenyataan.
Relevant (relevan): tujuan usaha yang dapat dicapai didasarkan pada kondisi saat ini dan
kenyataan iklim usaha.
Time-Based (berbasis waktu): Tujuan dan sasaran usaha tidak akan jalan ketika tidak ada
kerangka waktu terkait dengan proses penetapan-tujuan.
Evaluasi (pengukuran) terjadi pada penutupan proyek. Namun seorang pengendali proyek (Project
Control) pada kemajuan proyek harus perlu dilakukan dengan melakukan monitoring dan evaluasi.
Hal ini juga diperhatikan bahwa metode SMART adalah yang paling baik diterapkan untuk proyek-
proyek inovasi.
Manfaat proyek adalah penerimaan (revenue) yang dihasilkan suatu proyek sebelum dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan.
1. Manfaat langsung (direct benefits)
Manfaat yang diterima sebagai akibat adanya proyek, seperti naiknya nilai hasil produksi barang atau
jasa, perubahan bentuk, turunnya biaya, dll. Kenaikan nilai hasil produksi dapat disebabkan karena
meningkatnya jumlah produk dan kualitas dari produk sebagai akibat adanya proyek.
2. Manfaat tidak langsung (indirect benefits)
Manfaat yang timbul sebagai dampak yang bersifat multiplier effects dari proyek yang dibangun
terhadap kegiatan pembangunan lainnya.
3. Manfaat tidak kentara (intangible benefits).
Manfaat dari pembangunan proyek yang sulit diukur dalam bentuk uang, seperti perubahan pola pikir
masyarakat, perbaikan lingkungan, berkurangnya pengangguran, peningkatan ketahanan nasional,
kemantapan tingkat harga, dll.
Contoh manfaat perencanaan proyek :
Mengidentifikasi fungsi tanggung jawab
Meminimalkan tuntutan pelaporan rutin
Mengidentifikasi batas waktu untuk penjadwalan
Mengidentifikasi metode analisa peramalan
Mengukur prestasi terhadap rencana
Mengidentifikasi masalah dini & tindakan perbaikan
Mengetahui jika sasaran tidak dapat dicapai/terlampaui
Manajemen proyek dikembangkan untuk menghemat waktu dengan benar perencanaan proyek dan
mempertimbangkan semua faktor yang relevan yang dapat mempengaruhi hasilnya
Menghemat waktu dan uang-dan membangkitkan hasil yang lebih berhasil jika pedoman diikuti
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tahap konseptual yaitu berupa
Perencanaan umum : Repelita, Propenas, RUTR, Peta Padu Serasi, Evaluasi Pasca
Proyek
PRA FS (Pra Kelayakan ) : Perencanaan Umum/Master Plan, lokasi, data T, L,E
Penyusunan Prastudi Kelayakan merupakan satu dari rangkaian kegiatan
penyiapan proyek sebelum masuk ke tahap pegadaan proyek. Informasi yang ada di
Prastudi Kelayakansangat penting untuk meyakinkan para pemegang kepentingan.
Proyek-proyek bangunan konstruksi umumnya sebelum dibuatkan perencanaan yang
mendetail, harus dipelajari apakah proyek yang akan dibangun akan memberikan
manfaat yang bersifat komersil (laba) atau yang bersifat non komersil (peningkatan
export, penciptaan lapangan pekerjaan baru, dampak yang positif terhadap lingkungan
sekitarnya)
FS (studi kelayakan ) : Pra-FS, Survey Awal T,L,E
Perencanaan Teknis : FS, Detail T,L,E
Studi kelayakan merupakan informasi yang amat berguna bagi pemilik proyek yang
dalam hal ini dapat merupakan sebuah organisasi perusahaan, badan pemerintah, badan
swasta, yayasan, dalam rangka memudahkan pengambilan keputusan, apakah proyek
tersebut dapat dipertanggungjawabkan pelaksaannya untuk layak dibangun atau tidak.
Hasil studi kelayakan ini dapat juga merupakan pegangan dasar bagi lembaga keuangan,
pemberi modal, dalam rangka pemberian kredit pinjaman untuk membiayai proyek
tersebut. Studi kelayakan ini harus berisikan pernyataan yang jelas tentang :
1. Lingkup dan Tujuan proyek
Lingkup proyek adalah penentuan batasan-batasan dari pekerjaan pembangunan yang
akan diliputi oleh proyek. Tujuan proyek dalam studi kelayakan ini dimaksudkan adalah
investasi untuk memperoleh berbagai macam manfaat yang cukup layak kelak dikemudian
hari. Manfaat tadi dapat berupa manfaat keuangan (laba) dan manfaat non keuangan
(pendayagunaan bahan baku dalam negeri berlimpah dan lain-lain).
2. Aspek Ekonomi
Evaluasi ini mempertimbangkan manfaat pembangunan proyek secara makro.
Sumbangan apa yang dapat diberikan dalam pembangunan ekonomi dan daerah sekitarnya
dan terhadap negara secara langsung atau tidak langsung seperti kemampuan proyek
dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan penghasilan secara nasional,
menunjang pendapatan devisa dan merangsang peningkatan standar kehidupan
lingkungannya
3. Aspek Keuangan
Sesudah dilakukan penelaahan tentang aspek ekonomi, maka hal berikutnya yang perlu
diselidiki yaitu analisa keuang an proyek yang meliputi antara lain :
Darimana sumber dana yang akan diperoleh dan persyaratannya
Jumlah dana yang diperlukan untuk pengadaan harta tetap dan modal kerja awal
Struktur pembiayaan yang paling menguntungkan
Pengembalian dan pengembangan dana berdasarkan penghasilan yang akan
diperoleh
Keuntungan yang akan diperoleh dibandingkan dengan beberapa alternative yang
lain
4. Aspek Teknis dan Teknologi
Dalam aspek ini harus dikaji hal-hal yang meliputi type dan fasilitas-fasilitas yang akan
didirikan (misalkan pabrik gula, proyek PLTA), kapasitas produksi ekonomi proyek, jenis
teknologi yang dipakai, pengalaman kerja yang didapat dari proyek sejenis, peralatan yang
dipergunakan, persediaan bahan material setempat dan sumber daya manusia yang tersedia
dan siap pakai.
Mesin/peralatan atau bahan baku yang masih perlu diimport memerlukan pemikiran
tambahan dari segi prosedur pengadaan barang( pemesanan, pengiriman, proses deklarasi
pelabuhan dan lain-lain), sehingga bahan dan peralatan yang dibutuhkan dapat tiba pada
waktunya. Disamping itu lokasi proyek dan letak bangunan pabrik memerlukan saran dan
alternative untuk mendapatkan keuntungan dan manfaat yang optimum dari berbagai
macam segi.
5. Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek ini membahas apakah jasa pelayanan yang diciptakan atau hasil produksi yang
dihasilkan oleh suatu produk akan memenuhi kebutuhan lingkungannya akan jasa dan
barang produknya. Faktor-faktor diatas harus memperhitungkan kebutuhan jasa dan
barang pada masa silam hingga kini dan permintaan akan jasa dan barang dimasa yang
mendatang berdasarkan daya beli yang mampu direalisir oleh perkembangan ekonomi.
Dengan demikian aspek pemasaran dalam studi kelayakan perlu dipertimbangkan dari
segi :
Kemudahan dan kemampuan mendapatkan jasa atau barang yang akan
dihasilkan oleh proyek apabila telah selesai
Saluran distribusi (transportasi) dari titik penghasil produk sampai ke pihak
konsumen
Pelatihan SDM
Pembangunan dan pengoperasian proyek sukses melibatkan orang-orang yang terampil
sehingga diperlukan latihan yang berkesinambungan guna menyiapkan orang-orang yang
siap pakai untuk menggarap proyek tersebut dan mengoperasikannya. Perusahaan yang
besar dapat mengadakan program latihan ini dalam perusahaannya sendiri dengan cara
incompany training/ on the job training atau dikirim ke lembaga latihan dan pendidikan di
luar perusahaan.
Persiapan personil harus sudah dipikirkan untuk tahapan operasional (tenaga
manajemen) bilamana proyek sudah selesai dan mulai dioperasikan. Proyek tak dapat
beroperasi dengan sukses tanpa dukungan dari tenagan manajemen yang mampu dan
terampil, berdedikasi tinggi dan memiliki motivasi kerja yang baik.
6. Aspek Sosial dan Lingkungan Hidup
Masalah kemungkinan pencemaran lingkungan sebagai akibat didirikannya proyek
tersebut harus diteliti dampaknya terhadap masyarakat setempak dan kemungkinan yang
terjelek yang akan timbul perlu diperhitungkan seandainya cara penanggulangannya
kurang efektif.
Dari hasil pengkajian berbagai macam aspek tersebut di atas mungkin akan didapat
kesimpulan hasil dari studi kelayakan proyek sebagai berikut :
Pembangunan proyek dapat dipertanggungjawabkan dan dengan demikian investasi
dapat diteruskan
Pembangunan proyek dapat diteruskan apabila persyaratan-persyaratan tertentu
dapat dipenuhi.
Proyek secara global tak memberikan manfaat yang cukup, sehingga rencana
investasi seyogyanya dibatalkan.
Bilamana hasil dari studi kelayakan merekomendasikan bahwa pembangunan proyek
layak untuk diteruskan, maka biasanya ada beberapa usulan sebagai alternative yang
dibuat. Dari beberapa alternative ini akan direkomendasikan yang terbaik dari sekian
alternative dengan disertai perhitungan ekonomisnya.
2.2.4. Pelaku Proyek
Pelaku proyek adalah pihak-pihak yang memiliki peran dan tanggung-jawab
tertentu pada suatu kegiatan proyek (konstruksi). Pelaku proyek dapat diklasifikasikan
sebagai pelaku utama (dalam inner-circle project) maupun pelaku pendukung dan
penunjang. Unsur pelaksanaan proyek merupakan faktor utama dalam merealisasikan
kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada di suatu proyek. Orang/badan yang
membiayai, merencanakan dan melaksanakan bangunan tersebut disebut unsur unsur
pelaksanaan proyek konstruksi (Ervianto, 2005). Unsur-unsur pelaksana pembangunan
yang terlibat dalam kegiatan pembangunan yaitu owner, konsultan perencana (struktur
dan arsitek), kontraktor/pemborong, dan konsultan pengawas.
Keberhasilan dalam usaha pembangunan proyek tergantung dari kerja sama
yang diciptakan oleh ketiga unsur pelaksana pembangunan, yakni pengaturan masing-
masing unsur serta pengaturan kerja yang tertib dan teratur dalam menciptakan
kesatuan fungsional dan tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Disamping
itu keempat unsur tersebut harus bekerja sesuai dengan hukum dan peraturan dalam
surat perjanjian pemborong atau dokumen kontrak yang telah disepakati dan
ditandatangani bersama.
2.2.4.1 Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah orang atau badan yang memiliki
proyek dan memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar
biaya pekerjaan tersebut (Ervianto, 2005). Pemberi tugas dalam surat perjanjian
pemborongan adalah sebagai pihak pertama dan dapat mengambil keputusan sepihak
untuk mengambil alih pekerjaan yang dilakukan, dengan cara menulis surat kepada
kontraktor apabila terjadi hal-hal diluar kontrak yang ditetapkan dalam undang-undang
didalam surat perjanjian kerja (SPK). Pemberi tugas juga berwenang untuk
memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada kontraktor.
Menurut Ervianto (2005) tugas dan wewenang pemilik proyek adalah :
Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
Meminta laporan secara perodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa.
Memberikan fasilitas baik sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak
penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
Ikut mengawasi jalanya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan cara
menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama
pemilik.
Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan
secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang
ditetapkan.
2.2.4.2 Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah suatu badan hukum atau perorangan yang diberi
tugas oleh pemberi tugas untuk merencanakan dan mendesain bangunan sesuai dengan
keinginan pemilik proyek. Selain itu juga memberikan saran dan pertimbangan akan
segala sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan proyek tersebut. Perencana
juga bertugas untuk memberikan jawaban dan penjelasan atas hal-hal yang kurang jelas
terhadap gambar rencana dan rencana kerja dan syarat-syarat. Perencana juga harus
membuat gambar revisi bila terjadi perubahan-perubahan rencana dalam proyek.
Pekerjaan perencanaan meliputi perencanaan arsitektur, struktur, mekanikal dan
elektrikal, anggaran biaya serta memberikan saran yang diperlukan dalam pelaksanaan
pembangunan (Ervianto,2005).
Tugas dan kewajiban konsultan perencana adalah :
Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana
kerja, syarat-syarat, dan hitungan struktur, rencana anggaran biaya
Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek, konsultan,
supervisi, dan kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan
Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan
Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek
Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-syarat (Ervianto,
2005)
2.2.4.3 Kontraktor
Kontraktor Kontraktor adalah orang atau badan hukum yang menerima pekerjaan
dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah
ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat yang telah
ditetapkan (Ervianto, 2005). Tugas dan wewenang kontraktor :
Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, syaratsyarat,
risalah penjelasan pekerjaan, yang ditetapkan oleh pemilik proyek
Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan manajemen
konstruksi.
Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, minggunan, dan bulanan
kepada konsultan manajemen konstruksi.
Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di lokasi proyek
Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai
dengan ketetapan yang berlaku (Ervianto, 2005).
2.2.4.4 Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah suatu badan hukum atau
perorangan baik swasta atau instansi pemerintah yang berfungsi sebagai badan yang
bertugas mengawasi dan mengontrol jalannya proyek agar mencapai hasil kerja yang
optimal menurut persyaratan yang ada (Ervianto, 2005). Tugas konsultan pengawas
antara lain :
Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
Menghidari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari
pembengkakan biaya.
Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai
hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kuwalitas, kuwantitas serta
waktu pelaksanaan yang ditetapkan.
Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor. 8.
Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku.
Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan). 10.
Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau berkurangnya
pekerjaan. (Ervianto, 2005).
2.2.5 Hubungan Kerja Para Pelaku Proyek
Hubungan Kerja Yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah hubungan dalam
pelaksanaan pekerjaan antara keempat unsur pelaksanaan proyek konstruksi. Dalam
pengelolaan suatu proyek perlu dijamin adanya hubungan yang baik antara unsur-unsur
yang terkait. Semua pihak dari keempat unsur pelaksana harus tunduk dan patuh kepada
peraturan-peraturan yang telah disusun baik dari segi teknis maupun administratif.
Penyimpangan yang terjadi akan mengakibatkan kesulitan dan ketidaklancaran pelaksanaan
pembangunan. Menurut (Ervianto, 2005) secara garis besar pola hubungan kerja sebagai
berikut.
2.2.5.1 Hubungan antara pemilik proyek/owner dengan konsultan perencana
Hubungan kerja antara pemilik proyek/owner dengan konsultan perencana
diatur sebagai berikut ini:
1. Ikatan kontrak.
2. Konsultan perencana kepada pemilik proyek/owner, menyerahkan jasa/karya
perencanaan teknis bangunan gedung beserta kelengkapannya.
3. Pemilik proyek/owner kepada konsultan perencana, memberikan imbalan atas
jasa/biaya perencanaan.
2.2.5.2 Hubungan antara pemilik proyek/owner dengan kontraktor
Hubungan kerja antara pemilik proyek/owner dengan kontraktor adalah sebagai
berikut ini.
1. Ikatan kontrak.
2. Pemilik proyek/owner kepada kontraktor, memberikan imbalan atas jasa/biaya
pelaksanaan proyek.
3. Kontraktor kepada owner, menyerahkan jasa bangunan gedung dan
kelengkapannya.
2.2.5.3 Hubungan antara pemilik proyek/owner dengan konsultan pengawas
Hubungan kerja antara pemilik proyek/owner dengan pengawas adalah sebagai
berikut ini.
1. Ikatan kontrak
2. Pemilik proyek/owner kepada konsultan pengawas, memberikan imbalan
jasa/biaya pengawasan proyek.
3. Konsultan pengawas kepada pemilik proyek/owner, memberikan jasa pengawasan
pekerjaan proyek mulai dari awal proyek sampai pada finishing proyek.
2.2.5.4 Hubungan kerja antara konsultan pengawas dengan kontraktor
Hubungan kerja antara konsultan pengawas dengan kontraktor adalah sebagai
berikut ini. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan tersebut dapat dilihat pada bagan
alir berikut ini
1. Kontraktor mengadakan konsultasi dengan pengawas dan perencanaan.
2. Pengawas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Keterangan :
i1 = tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV2
Penerimaan atau penolakan usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR
dengan tingkat bunga yang disyaratkan (required rate of return). Apabila IRR lebih
besar dari pada tingkat bunga yang disyaratkan maka proyek tersebut diterima,
apabila lebih kecil diterima. IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari
proyek sama dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari
suatu benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital seperti terlihat
dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar opportunity cost pada
hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai alternatif terbaik untuk
dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan harga yang
harus dibayar untuk mendapatkannya.
Keterangan :
t = Waktu arus kas
i = suku bunga diskonto yang digunakan
Rt = arus kas bersih
Pada tabel berikut ditunjukkan arti dari perhitungan NPV terhadap keputusan investasi
yang akan dilakukan
Gambar 5 Investasi NPV
Jika merujuk pada sebuah item pekerjaan, maka pada dasarnya untuk melaksanakan
sebuah item pekerjaan membutuhkan upah, material, peralatan yang digunakan (sebagai
biaya langsung) dan overhead, profit dan tax (sebagai biaya tidak langsung).
Adapun penjelasan secara rinci mengenai komponen-komponen penyusun dari Rencana
Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah sebagai berikut :
1. Komponen biaya langsung (Direct Cost)
Biaya langsung atau direct cost merupakan seluruh biaya permanen yang
melekat pada hasil akhir konstruksi sebuah proyek. Biaya langsung terdiri dari :
a) Biaya bahan/material
Merupakan harga bahan atau material yang digunakan untuk proses pelaksanaan
konstruksi, yang sudah memasukan biaya angkutan, biaya loading dan unloading, biaya
pengepakkan, penyimpanan sementara di gudang, pemeriksaan kualitas dan asuransi
b) Upah Tenaga Kerja
Biaya yang dibayarkan kepada pekerja/buruh dalam menyelesaikan suatu jenis
pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan keahliannya.
c) Biaya Peralatan
Biaya yang diperlukan untuk kegiatan sewa, pengangkutan, pemasangan alat,
memindahkan, membongkar dan biaya operasi, juga dapat dimasukkan upah dari
operator mesin dan pembantunya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kondisi Eksisting Daerah Studi
3.1.1 Umum
Kota Cimahi merupakan salah satu kota yang berada di di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia dan terletak di antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
Dahulu, Cimahi merupakan bagian dari Kabupaten Bandung, yang kemudian ditetapkan
sebagai kota administratif pada tanggal 29 Januari 1976. Pada tanggal 21 Juni 2001,
Cimahi kemudian dikukuhkan sebagai kota otonom. Kini, Kota Cimahi terdiri atas 3
kecamatan, yakni Cimahi Utara, Cimahi Tengah, dan Cimahi Selatan, yang kemudian
dibagi lagi atas 15 kelurahan.
3.1.2 Kondisi Geografis, Kemiringan Lereng, dan Hidrogeologi
3.1.2.1 Kondisi Geografis dan Batas Wilayah
Secara geografis, Kota Cimahi terletak pada koordinat 1060 - 400 bujur timur
dan 60 - 550 Lintang Selatan. Dengan variasi ketinggian 700-1.075 meter di atas
permukaan laut (mdpl), dan memiliki temperatur berkisar antara 18C - 29C. Luas
Kota Cimahi secara keseluruhan mencapai 4.025,73 Ha meliputi, Kecamatan Cimahi
Utara yang terdiri atas 4 kelurahan, 83 RW dan 418 RT; Cimahi Tengah, 6 kelurahan,
107 RW dan 413 RT; dan Cimahi Selatan terdiri dari 5 kelurahan, 111 RW dan 628 RT,
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (RTRW Kota Cimahi 2011-2031):
Sebelah Utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua, dan Kecamatan
Ngamprah Kabupaten Bandung Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo, dan
Kecamatan Andir Kota Bandung
Sebelah Selatan : Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung dan Kecamatan
Margaasih Kabupaten Bandung
Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang dan Kecamatan Batujajar Kabupaten
Bandung Barat
3.1.2.2 Kemiringan Lereng
Kota Cimahi memiliki kemiringan lereng yang cukup bervariasi yaitu daerah yang
memiliki kemiringan lereng 0 8 % di wilayah Kota Cimahi adalah 3.601,75 ha,
terletak di sebagian wilayah Kecamatan Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan, daerah
yang memiliki kemiringan lereng 8 15 % ini di wilayah Kota Cimahi adalah 216,07
ha, terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Cimahi Tengah dan Utara, daerah yang
memiliki kemiringan lereng 15 25 % ini di wilayah Kota Cimahi adalah 144,15 ha
dan daerah yang memiliki kemiringan lereng ini di wilayah Kota Cimahi adalah 22.68
ha. (RTRW Kota Cimahi 2011-2031)
3.1.2.3 Hidrogeologi
Keadaan hidrogeologi di wilayah Kota Cimahi adalah terdapatnya daerah aliran
langka, potensi mata air langka dengan daerah penyebaran di Kecamatan Cimahi Selatan
seluas 553,02 ha dan di sebagian kecil wilayah Kecamatan Cimahi Tengah seluas 3,73 ha.
Disamping itu terdapat akuifer produktif di wilayah Kecamatan Kecamatan Cimahi
Selatan seluas 855,12 ha, Kec. Cimahi Tengah seluas 1.303,15 ha, dan Kecamatan
Cimahi Utara seluas 713,51 ha. (RTRW Kota Cimahi 2011-2031)
3.1.3 Kependudukan
3.1.3.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kota Cimahi pada tahun 2008 mencapai 579.802 jiwa, tersebar
di tiga Kec. Cimahi Selatan, Cimahi Utara, dan Kec. Cimahi Tengah. Diantara ketiga
kecamatan tersebut Kecamatan Cimahi Selatan mempunyai jumlah penduduk terbanyak
dengan daerah terluas, yaitu 254.851 jiwa dan 16,9 km2. Kecamatan yang jumlah
penduduk paling rendah adalah Kecamatan Cimahi Utara, jumlah penduduknya 150.313
jiwa dengan luas 13,3 km2. (RTRW Kota Cimahi 2011-2031)
Kota Cimahi terbagi atas 15 kelurahan tersebar di tiga Kecamatan. Di lihat dari
jumlah penduduk tiap kelurahan. kelurahan dengan jumlah penduduk tinggi adalah
Kelurahan Melong dan Cibeureum. yaitu 72.380 jiwa dan 69.937 jiwa di Kecamatan
Cimahi Selatan dengan luas masing-masing 313.06 Ha dan 274.71 Ha. (RTRW Kota
Cimahi 2011-2031)
3.1.3.2 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di Kota Cimahi merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk dengan luas wilayah perencanaan. Tingkat kepadatan Kota Cimahi tahun 2008
adalah 144 jiwa/ha. dimana Kecamatan Cimahi Tengah memiliki kepadatan penduduk
yang paling tinggi dibandingkan dua kecamatan lainnya yaitu mencapai 173 jiwa/ha. Hal
ini terjadi disebabkan oleh mobilitas penduduk yang cukup tinggi karena penduduk lebih
terkonsentrasi di pusat perkotaan Cimahi dengan keaneka ragaman. Kepadatan penduduk
dilihat dari setiap kelurahan yang ada di Kota Cimahi pada tahun 2008. kepadatan yang
perpipaan sebesar 49.5% (RTRW Kota Cimahi 2011-2031). Secara terperinci, dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut:
Sedangkan berdasarkan hasil study EHRA, deskripsi sumber air yang digunakan untuk
minum dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:
Pada Gambar 2 terlihat bahwa sebagian besar responden menggunakan air sumur
gali terlindungi sebagai sumber air minum (24%). Hal ini tidak jauh berbeda dengan
responden yang menggunakan air isi ulang (22%) sebagai sumber air minum di Kota
Cimahi. Namun perlu diperhatikan bahwa masyarakat yang menggunakan air sumur gali
tidak terlindungi diketahui sebesar 20% karena sumur gali tidak terlindungi mempunyai
risiko yang besar untuk terjadinya penyakit yangbersumber dari air, jika pengolahannya
tidak benar sebelum dikonsumsi.
3.2. Perumusan Proyek di Kota Cimahi Terkait Air Bersih
RTRW Kota Cimahi yang sudah disesuaikan dengan RTRW Provinsi Jawa Barat
diarahkan untuk mewujudkan ruang wilayah Kota Cimahi sebagai kota inti dari Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) cekungan bandung yang aman, nyaman, efisien dan
berkelanjutan dengan meningkatkan fungsi kota sebagai pusat jasa dan perdagangan serta
pusat industri kreatif. Oleh karenanya, RTRW berfungsi sebagai acuan lokasi dan investasi
pembangunan serta menjadi pedoman dalam merumuskan program-program kewilayahan
dan lintas kewilayahan dalam dokumen RPJMD maupun Renstra SKPD (Perda Kota
Cimahi, 2013).
Perencanaan pembangunan yang tertuang dalam RPJMD telah diupayakan untuk
dapat mengisi, mengembangkan dan memelihara ruang beserta sumber daya yang ada di
atasnya/di dalamnya, sehingga pencapaian target RTRW dapat didukung secara nyata oleh
RPJMD. Dalam kaitan dengan sistem perencanaan pembangunan sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, maka keberadaan RPJMD Kota Cimahi Tahun 2012 2017 ini
merupakan satu bagian yang utuh dari manajemen kerja di lingkungan Pemerintah Kota
Cimahi, khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang baik
dalam RPJPD maupun RTRW Kota Cimahi. Pada setiap tingkatan perencanaan
pembangunan, mulai dari RPJMN, RPJMD Provinsi Jawa Barat dan RPJMD Kota
Cimahi, dilakukan sinkronisasi dan penyelarasan dengan RTRWN, RTRWP Jawa Barat
dan RTRW Kota Cimahi, serta dengan RTRW kabupaten/kota yang berbatasan dengan
Gambarsebagaimana
Kota Cimahi, X. Kedudukan Rencana
bagan Tata Ruang
berikut (Perda, Wilayah
Kota Cimahi 2013):
dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
(Sumber : PerdaGambar
Kota Cimahi, 2013)
8 Perencanaan Pembangunan dalam RPJMN
Berdasarkan Rencana Rencana Pembangunan Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019,
diharapkan tingkat akses air minum layak pada tahun 2019 mencapai 100% dengan
baseline pada tahun 2014 sebesar 70%. Selanjutnya berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMD) Jawa Barat, diharapkan tingkat akses air minum di Jawa
Barat mencapai 74-76% pada tahun 2018. Berdasarkan RPJMD Jawa Barat, ditentukanlah
RPJMD Kota Cimahi dengan target capaian pelayanan air bersih sebesar 69.7 % pada
tahun 2017.
Berdasarkan data dari PDAM dan DKP pada tahun 2010, jumlah rumah di Kota
Cimahi yang memiliki akses sumber air bersih adalah 50.876 rumah dari total 108.548
atau hanya sekitar 46.87%. Untuk mencapai target RPJMD Kota Cimahi pada tahun 2017,
maka dibutuhkan perluasan sistem air bersih di Kota Cimahi. Berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Cimahi tahun 2012 2032, beberapa perluasan sistem air bersih
yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan sumber air Sungai Cimahi dan Sungai
Cijanggel, masing-masing sebesar 50 liter/detik. Saat ini perluasan sistem yang telah
dilakukan adalah pembuatan sistem transmisi, IPA, dan sistem distribusi dari sumber air
Sungai Cimahi.
Pemanfaatan sumberdaya air mencakup sistem transmisi, Instalasi Pengolahan Air
(IPA), dan sistem distribusi. Sistem transmisi adalah salah satu komponen sistem
penyediaan air bersih yang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air ke reservoir
air dan instalasi pengolahan air. IPA dan sistem distribusi tidak dapat direalisasikan tanpa
adanya sistem transmisi. Oleh karena itu proyek yang tepat untuk dilaksanakan adalah
proyek sistem transmisi air bersih Sungai Cijanggel.
Gambar 9 Sistematika Perumusan Proyek Sistem
Transmisi Sungai Cijanggel, Kota Cimahi
Target
RPJMD Provisi
RPJMN Pembanguna
Jawa Barat
n
Pra-Feasibility Kondisi
RTRW Cimahi
Study Eksisting
Rencana
Proyek Sistem
Transmisi
Sungai
CIjanggel
3.3.1.1.2. Kerangka Acuan Kerja Pengadaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air
(Wika)
3.3.1.2. Owner Estimate
Owner Estimate (OE) adalah perkiraan harga pengadaan barang/jasa yang dianalisa
secara profesional dan disyahkan oleh eksekutif yang memiliki otoritas. Owner Estimate
(OE) berfungsi berbagai acuan dalam melakukan evaluasi harga penawaran barang dan jasa
dengan tujuan untuk mendapatkan harga penawaran yang wajar, dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dilaksanakan oleh rekanan sesuai dengan ketentuan
kontrak. Pada perencanaan ini, owner estimate perencanaan proyek sistem transmisi
beracuan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 21/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Teknis Kelayakan Investasi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum oleh
Perusahaan Daerah Air Minum.
Dalam penentuan owner estimate perencanaan sistem transmisi, terdapat tiga hal yang
harus diperhatikan yaitu : harga intake, pompa, dan pipa transmisi. Debit (Q) yang
digunakan adalah 50 liter/detik sesuai dengan debit yang dapat diambil dari Sungai
Cijanggel.
Diameter (D) =
0.5 Q
V
x2
=
0.5 0.05
2
x2
= 0.178 = 178 mm
Diamter pasaran = 200 mm
Panjang pipa = 200 m
Pada dokumen ini, PDAM Kota Bandung meminta bantuan pada USAID untuk melakukan
studi kelayatan teknis untuk mengambil air di sungai Cisangkuy untuk kemudian diolah di
IPA Cimenteng dan didistribusikan kepada warga. Hal yang sama juga dapat diterapkan
pada proyek kami. Kami selaku konsultan perencana yang telah memenangkan tender
kemudian berkewajiban untuk melakukan studi kelayakan teknis terhadap sungai yang
akan menjadi sumber air baku, yakni Sungai Cijanggel. Dari sungai Cijanggel akan
dibangun sistem transmisi yang diusahakan secara gravitasi ke IPA milik PDAM Kota
Cimahi.
Dari dokumen ini juga, kemudian dikeluarkan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan), UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan), dan UPL (Upaya Pemantauan
Lingkungan). Begitu juga pada proyek kami nantinya,
Tabel 2. Kriteria Ambang untuk Proyek Berdasarkan Evaluasi Lingkungan
maka diharuskan ada pembuatan AMDAL, UKL/UPL oleh kami selaku konsultan.
Selain itu, dari dokumen ini juga didapat petunjuk konstruksi dari kami selaku
konsultan yang diberikan kepada kontrajtor. Gambar aktivitas konstruksi pad dokumen
yang kami contoh adalah sebagai berikut
Berikut ini merupakan kriteria yang ada pada Permen PU No. 18 tahun 2007
Tabel 3 Kriteria Pipa Transmisi
3.3.3. Kontraktor
3.3.3.1. Estimate Engineering
Estimate Engineering adalah angka finansial yang diajukan dalam proses lelang
guna memperoleh pekerjaan dan memperhitungkan keuntungan, dimana angka tersebut
tergantung kepada seberapa kecakapan kontraktor dalam membuat perkiraan biaya. Bila
penawaran yang diajukan didalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar
kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan dalam lelang. Sebaliknya, bila
(sumber:Permen PU No. 18 tahun 2007)
memenangkan lelang dengan harga yang terlalu rendah akan mengalami kesulitan di
belakang hari.