Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK

CAIR DAN PUPUK PADAT MENGGUNAKAN KOMPOSTER

Oleh :

Faturahman H. Lagago
L131 17 182

KHT-C

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan  puji  syukur kepada Allah SWT,

karena berkat  limpahan  rahmat-Nya  sehingga  penulis dapat menyelesaikan

Makalah “Pembuatan kompos dari sampah organik menjadi pupuk cair dan

pupuk padat mengunakan kompotser”

            Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Fakultas

Kehutanan Untad Bapak yang telah menugaskan saya dalam penyelesaian

makalah ini. sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan bantuan referensi

jurnal dan beberapa buku.

            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah-makalah

selanjutnya.

Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk

pembaca dan dapat dijadikan tambahan referensi ilmu pengetahuan.

Palu, 26 Februari 2019

Penulis
Faturahman H. Lagago
DAFTAR ISI

I.

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.2 Latar Belakang...............................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................5

1.4 Tujuan Makalah..............................................................................................6

II. PEMBAHASAN................................................................................................7

2.1 Definisi Pupuk Organik .................................................................................7

2.2 Pupuk Organik Cair........................................................................................7

2.3 Pupuk Organik Padat......................................................................................8

III. METODE PELAKSANAAN..........................................................................9

3.1 Cara Kerja.......................................................................................................9

III. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................11

3.1 Kesimpulan...................................................................................................11

3.2 Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Palu adalah ibukota propinsi Sulawesi Tengah. Seiring dengan pesatnya

pertumbuhan penduduk kota Palu, maka banyak masalah yang harus diselesaikan oleh

pemerintah. Salah satu diantaranya yaitu masalah pengelolaan sampah. Menurut

Hermawan dan Roesman (2012) menyatakan sudah bukan rahasia lagi sampah di

Indonesia sudah menjadi masalah yang serius. Sampah dapat menjadikan lingkungan

tidak sehat, tidak bersih dan tidak nyaman bahkan sampah dapat menjadi bencana bagi

lingkungan hidup jika tidak ditanggulangi secara serius. Lebih lanjut dikatakan bahwa

sampah banyak ditemui pada lokasi-lokasi umum, terutama pasar.

Secara umum sampah dibagi menjadi dua kelompok yaitu sampah organik

dan sampah anorganik. Sampah organik yaitu sampah yang dapat terurai seperti

sisa makanan dll, sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak

mengalami pembusukan seperti plastik dll. Sampah organik yang dihasilkan dari

kegiatan rumah tangga sangat banyak jumlahnya dan seringkali hanya dibakar

sehingga menghasilkan polutan bagi lingkungan sekitar. Sampah organik asal

rumah tangga dapat memiliki nilai lebih jika dimanfaatkan menjadi pupuk organik

padat dan cair. (Roidah, 2013;)

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah

sampah yang dibuang ke lingkungan terutama sampah anorganik seperti plastik, logam,

dan lain-lain. Upaya tersebut antara lain sosialisasi dampak sampah terhadap lingkungan

dan masyarakat, program bank sampah di setiap tempat pembuangan sampah akhir
(TPA), program kegiatan kreatif pemanfaatan plastik menjadi produk bermanfaat dan

lain-lain. Beberapa program pengolahan sampah yang telah dilakukan pemerintah antara

lain yaitu sanitary landfill, insinerasi dan pengomposan.

Sanitary landfill yaitu mengubur sampah didalam tanah, proses ini dapat

menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan namun kegiatan sanitary landfill

membutuhkan lahan yang luas. Insinerasi yaitu proses pembakaran sampah

menjadi gas dan abu menggunakan incinerator. Kekurangan dari proses insinerasi

yaitu adanya pembuangan gas yang tidak terkontrol dikarenakan desain

incinerator yang tidak sempurna selain itu dibutuhkan biaya yang besar untuk

proses ini. Pengomposan yaitu proses penguraian sampah organik yang dilakukan

oleh mikroorganisme menjadi pupuk organic (Fitrah, A dan Nurbaiti, A., 2015)

Pembuatan pupuk organik dapat dilakukan dengan menggunakan

komposter sederhana. Komposter dapat terbuat dari ember atau tong plastik yang

dilengkapi dengan saringan didalamnya. Penggunaan pupuk cair dari sampah

organik semakin meningkat sejak berkembangnya tanaman hidroponik karena

pupuk cair mudah diracik sesuai dengan kebutuhan tanaman (Anastasia dkk.,

2014)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pupuk organik.?

2. perbedaan pupuk organik cair dan padat.?

3. Bagaimana cara membuat pupuk organik cair dan padat.?


1.3 Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini yaitu diharapkan masyarakat KHT C 2017

fakultas kehutanan universitas tadulako dapat mengetahui tentang pupuk organik,

perbedaan antara pupuk organik cair dan padat, serta mengetahui cara pembuatan

pupuk organik cair dan padat.


II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pupuk Organik

 Peraturan  Menteri  Pertanian  No.  28/Permentan/SR.130/5/2009 menyatakan

bahwa pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan

yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan

dapat  diperkaya  dengan  bahan  mineral  alami  atau  mikroba  yang  bermanfaat

memperkaya hara, bahan organik tanah, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Pupuk organik mempunyai kandungan unsur, terutama nitrogen (N), phospor

(P),  dan  kalium  (K)  sangat  sedikit,  tetapi  mempunyai  peranan  lain  yang  sangat

berpengaruh   terhadap   pertumbuhan,   perkembangan   dan   kesehatan   tanaman

(Suriawiria, 2003).

2.2 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada umumnya pupuk cair

organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin.

Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat

kompos (Lingga dan Marsono, 2003).

Pupuk organik cair dapat dibuat dari beberapa jenis sampah organik yaitu

sampah sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur,

sampah buah seperti anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain Bahan organik basah
seperti sisa buah dan sayuran merupakan bahan baku pupuk cair yang sangat

bagus karena selain mudah terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan hara yang

dibutuhkan tanaman. (Hadisuwito, 8 2007).

2.3 Pupuk Organik Padat

Pupuk dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu

padat dan cair. Bentuk onggokan, remahan, butiran atau kristal merupakan bentuk

pupuk padat, sedangkan pupuk cair biasanya dibuat dalam bentuk konsentrat atau

cairan. Berdasarkan asalnya, pupuk organik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

pupuk kandang (kotoran hewan), pupuk kompos (bagian tanaman yang telah

lapuk), pupuk hijau (bagian tanaman yang masih hijau) (Nurhidayati, dkk.,

2008)..
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 Cara Kerja


Sediakan alat dan bahan untuk membuat pupuk organik sebagai berikut :
Alat :
1. Komposter sederhana yang terbuat dari tong plastik atau ember plastik yang
dilengkapi saringan.
2. Botol Spray.

Bahan :

1. Sampah organik asal rumah tangga yaitu sayuran atau buah-buahan sisa.

2. Bioaktivator EM4 yang telah diencerkan dan dimasukkan ke dalam botol spray

Proses pembuatan pupuk organik padat dan cair dari sampah organik asal

rumah tangga adalah sebagai berikut (Mardwita dkk., 2018):

1. Sampah sayur atau buah dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam

komposter.

2. Sampah didalam komposter kemudian disemprotkan secara merata

menggunakan aktivator EM4 yang telah diencerkan.

3. Komposter kemudian ditutup rapat.

4. Penyemprotan menggunakan activator EM4 dilakukan lagi jika memasukkan

sampah baru.

5. Setelah komposter penuh maka diamkan selama lebih kurang 7 hingga 12 hari.

6. Setelah 12 hari sampah yang telah berwarna hitam dikeluarkan dan

dikeringkan, sampah ini dapat digunakan sebagai pupuk padat.


7. Air lindi yang dihasilkan dari proses pengomposan dikeluarkan dengan

membuka kran komposter. Air lindi dapat digunakan sebagai pupuk cair atau juga

dapat digunakan sebagai biang activator dengan menambahkan sejumlah EM4.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

dari Kegiatan pembuatan pupuk kompos/organik dari sampah dapat

disimpulkan :

1. sampah organik asal rumah tangga dapat dimanfaatkan menjadi pupuk padat

dan cair dengan cara yang sederhana dan dapat dilakukan oleh masyarakat tanpa

memerlukan biaya yang besar.

2. sosialisasi yang dilakukan mengubah pola pikir masyarakat dan memberikan

pengetahuan baru tentang pemanfaatan sampah organik sehingga dapat

mengurangi jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan sampah

akhir.

3. Jika kegiatan ini langsung di implementasikan secara tidak langsung dapat

menciptakan lingkungan yang sehat untuk masyarakat.

3.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan pembuatan kompos menjadi sampah organik

haruslah teliti dalam menakar takaran bahan yang akan di jadikan pupuk organik

agar hasil yang didapatkan dari pupuk organik


DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, I., Izatti, M., Suedy, S. W. A. 2014. Pengaruh Pemberian Kombinasi


Pupuk Organik Padat dan Organik Cair Terhadap Porositas Tanah dan Pertumbuhan
Tanaman Bayam (Amarantus tricolor L.). Jurnal Biologi, Vol. 3 (2): 1–10.

Fitrah, D dan Amir N. 2015. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Padat dan Cair
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman seledri (Apium graveolens L.) di Polybag.
Klorofil, X – 1: 43–48.

Hermawan dan Roesman. 2012. Perilaku Pedagang Sayur Dalam Mengelola


Kebersihan Lingkungan Hidup. Jurnal Bumi Lestari Vol. 8 No. 2. Tasikmalaya: Universitas
Siliwangi. Elias. 1998. Forest Harvesting Case Study : Reduced Impact Timber
Harvesting
Mardwita, M., Yusmartini, E.K., Kalsum, U., Rifdah, R., Angkasa, Z. 2018.
Penyuluhan Pembuatan Kompos Dari Limbah Rumah Tangga Menggunakan Komposter
Di Kelurahan Kebun Bunga Palembang. Jurnal Widya Laksana, Vol. 7 (2): 171–177.

Roidah, I. S. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah.


Jurnal Unversitas Tulungagung Bonorowo, Vol. 1 (1): 30 – 42.

Anda mungkin juga menyukai