PENDAHULUAN
Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang eksak dan banyak menerapkan
ilmu-ilmu murni yang diterapkan kepada masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bidang-bidang
keteknikan mutlak untuk dikuasai mahasiswa teknik, tidak hanya dari segi teori juga
dari segi prakteknya. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi saat ini, serta pasar
bebas yang akan segera kita masuki, lebih menuntut penguasaan dan
penerapannya dalam menghadapi masalah-masalah yang kompleks.
Ternyata dalam aplikasi ilmu tersebut, tgas yang diberikan kepada mahasiswa tidak
akan dikuasai sempurna tanpa adanya praktek-praktek yang merupakan salah satu
sarana yang baik untuk menguasai ilmu sekaligus mempraktekannya. Demikian juga
dengan praktikum Fisika Dasar I ini.
Fisika dalam bidang teknik khususnya Teknik Sipil merupakan hal yang sangat
penting dan benar-benar harus dikuasai secara teori dan praktek. Dengan latar
belakang itulah, maka kami mahasiswa teknik sipil semester I diberi tugas praktikum
mata kuliah Fisika Dasar yang dilaksanakan di Laboratorium Pusat dibawah
bimbingan dosen dan team asisten pembantu dosen.
1
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Memperdalam wawasan pengetahuan tentang mata kuliah Fisika Dasar I.
2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh praktikum fisika dasar I dalam
kehidupan sehari-hari.
3.
Dapat menggunakan alat-alat ukur dengan baik dan benar.
4.
Mengembangkan daya nalar mahasiswa untuk menganalisa data dan membuktikan
kebenaran ilmiah.
5.
Menunjang pemahaman materi kuliah yang disampaikan dosen.
2
konsep yang berkaitan dengan menyatakan hasil pengukurannya, misal : Angka
penting, ketidakpastian hasil/ralat, dll.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
Apa saja kesalahan – kesalahan sistematis alat ukur sehari – hari ?
Apakah penyebab kasalahan random ?
Apa saja definisi pengukuran ?
Apa saja yang diragukan dalam alat ukur ?
BAB II
3
PEMBAHASAN
Mengukur ialah membandingkan suatu yang diukur dengan sesuatu lain yang
sejenis yang ditetepkan sebagai satuan.Dalam pengukuran anda mungkin
menggunakan satu instrument (alat ukur)/lebih untuk menentukan nilai dari suatu
besaran fisis.Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengukuran adalah
memilih dan merangkaikan instrument secara benar.Selanjutnya menentukan
langkah-langkah pengukuran dengan benar dan membaca nilai yang ditunjukkan
instrument secara tepat. Ketika anda menghitung suatu besaran fisis dengan
menggunakan instrument,tidaklah mungkin anda akan mendapatkan nilai besaran
X0,melainkan selalu terdapat nilai ketidakpastian.
Ketidakpastian pengukuran yaitu perbedaan antara dua hasil
pengukuran,ketidakpastian juga disebut kesalahan,sebab menunjukkan perbedaan
antara nilai yang diukur dengan nilai yang sebenarnya.Hal ini bisa di sebabkan
beberapa factor,factor itu dalam 2 garis besar,ketidakpastian bersistem dan ketidak
pastiaan acak.
Gambar 1
Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas
atau variabel fisis. Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua, yaitu alat
ukur analog dan digital. Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem
digital. Alat ukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinyu, misalnya
penunjukkan temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk jarum pada skala
meter, atau penunjukan skala elektronik (Gambar 1). Alat ukur digital memberikan
4
hasil pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau arus dari
meter digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu yang ditunjukkan
pada panel display-nya (Gambar 2).
Gambar 2
Beberapa alat ukur dasar yang sering digunakan dalam praktikum adalah jangka
sorong, mikrometer skrup, barometer, neraca teknis, penggaris, busur derajat,
stopwatch, dan beberapa alat ukur besaran listrik. Masing masing alat ukur memiliki
cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca hasil yang terukur.
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi lagi,
inilah yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur
bergantung pada NST ini. Pada Gambar 3 dibawah ini tampak bahwa NST = 0.25
satuan.
5
Gambar 3 - Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0.25 satuan
Nonius
Pada gambar dibawah ii, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 17 satuan dan
dengan nonius adalah 16.5 + 4 x 0.1 = 17.4 satuan, karena skala nonius yang
berimpit dengan skala utama adalah skala ke-4 atau N1=4
Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami,
diantaranya:
1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari
variable yang diukur.
2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau
derajat untuk membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
3. Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input
atau variable yang diukur.
4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi
oleh alat ukur.
6
5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
KETIDAKPASTIAN
Ketidakpastian Mutlak
Suatu nilai ketidakpastia yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri.
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan bernilai
setengah dari NST. Untuk suatu besaran X maka ketidakpastian mutlaknya dalam
pengukuran tunggal adalah:
Δx = ½NST
X = x ± Δx
Kesalahan ½ – Rentang
7
menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya
adalah sebagai berikut:
Δx = (xmax – xmin)/2
x = x-bar ± Δx
Standar Deviasi
Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan terkumpul
data x1, x2, x3, … xn, maka rata-rata dari besaran ini adalah:
Kesalahn dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya besaran x (yang tidak
mungkin kita ketahui nilai benarnya x0) dinyatakan oleh standar deviasi.
Standar deviasi diberikan oleh persamaan diatas, sehingga kita hanya dapat
menyatakan bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang (x – σ) sampai
(x + σ). Dan untuk penulisan hasil pengukurannya adalah x = x ± σ
Ketidakpastian Relatif
8
Ketidakpastian Relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil
pengukuran. Hubungan hasil pengukurun terhadap KTP (ketidakpastian) yaitu:
Jika suatu variable merupakan fungsi dari variable lain yng disertai oleh
ketidakpastin, maka variable ini akan diserti pula oleh ketidakpastian. Hal ini disebut
sebagai permbatan ketidakpastian. Untuk jelasnya, ketidakpastian variable yang
merupakan hasil operasi variabel-variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian akan
disajikan dalam tabel berikut ini.
Misalkan dari suatu pengukuran diperoleh (a ± Δa) dan (b ± Δb). Kepada kedua hasil
pengukuran tersebut akan dilakukan operasi matematik dasar untuk memperoleh
besaran baru.
1. Ketidakpastian bersistem
Kesalahan kalibrasi,kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang
dibuat,sehingga tiap kali alat itu digunakan ketidakpastian selalu muncul dalam tiap
pengukuran.Kesalahan titik nol,titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol
jarum penunjuk alat ukur.
2. Ketidakpastian acak
Kesalahan sistematis
Kesalan hasil pengukuran akibat dari ketidakpastian harga skala pada saat
alat ukur dibuat.
2. Kesalahan nol
3. Kesalahan eksperimen
10
Misalnya terjadi jika satu alat ukur sudah di kalbrasi pada keadaan
tertentu,kenudian digunakan untuk keadaan lain,atau juga bisa terjadi akibat
salah cara menggunakan alat.
4. Kesalahan pengamat
5. Kesalahan random
Alat ukur yang sering digunakan di laboratorium adalah jangka sorong, dan
mikrometer sekrup, serta spherometer. Semua jenis alat ukur tersebut akan dibahas
di dalam makalah ini.
Selain itu, di dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai Kesetimbangan,
Bandul Sederhana, dan Gesekan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Jangka Sorong
Jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam,
tinggi benda, dan kedalaman benda dapat dipakai bagian pisau ukur luar untuk
mengukur diameter luar dan tinggi benda, pisau ukuran salam untuk mengukur
diameter dalam, dan pisau ukuran kedalam untuk mengukur kedalaman benda.
Ketelitian jangka sorong dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu:
Dapat sari selisih nilai terkecil dari skala utama, dan nilai terkecil dari skala nonius.
Nilai skala terkecil nonius = 1/n (nst tanpa nonius)
= 1/n (1 mm)
= 1:20 (1 mm)
= 0,05 mm
Hasil pengukuran tidak secara langsung memperlihatkan nilai ketidakpastiannya,
ketika didefinisikan dengan benar, kesalahan/ketidakpastian hanya berkenaan
dengan pengukuran yaitu untuk memperkirakan suatu nilai eksak dalam
pengukuran, tidak mungkin pasti karena adanya penyimpangan, akan tetapi
pengukuran dapat mendekati nilai tersebut, dapat diperoleh dari tingkat ketepatan
suatu alat, seperti jangka sorong yang digunakan adalah 0,05 mm.
Mikrometer Sekrup
Mikrometer Sekrup merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur
maksimal 25 mm, dengan ketelitian 0,01 mm. Dapat digunakan untuk mengukur
benda yang berukuran mikro (kecil) seperti untuk mengukur tebal kertas, tebal pisau
silet dan diameter kawat.
12
Adapun bagian bagian dari mikrometer sekrup adalah sebagai berikut :
1. Landasan penjempit.
2. Lengan sekrup.
3. Skala utama.
4. Skala nonius.
5. Pemutar, dan
6. Sekrup penggeser.
1. Faktor alat
2. Faktor pelaku pengukuran
Spherometer
Spherometer merupakan alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian 0,01 mm. Setelah
mendapat hasil percobaan kita dapat mengetahui jari-jari kelengkungan lensa
cembung dan lensa cekung, dengan rumus:
R=(1:2) h + S²(6H)
Dimana :
R = jari-jari
H = hasil dari skala utama + skala nonius
S = jarak kaki tetap pada spherometer, dimana nilainya = 5 cm
Untuk mengukur tebal kaca, jari-jari kelengkungan lensa cembung dan lensa cekung
dengan cara cara menyeimbangkan posisi tiga kaki tetap, memutar kaki yang bisa
naik dan turun untuk mengukur skala nonius dan skala utamanya.
Setiap pengukuran selalu disertai dengan kesalahan (kekurangan nilai hasilnya) baik
karenan kondisi alat ukur maupun kesalahan posisi mata pengamat.
13
Kesetimbangan
Bandul Sederhana
Pendulum adalah beban yang diikat dengan tali dan digantungkan pada suatu
tempat dimana tali yang digunakan tidak dapat mulur.
Jika beban m ditarik dari posisi seimbang dengan sudut simpangan tidak lebih dari
100, kemudian dilepaskan, maka beban akan berayun pada beban vertical. Gerak
bolak balik pada bandul disebut bandul sederhana.
Untuk menetukan waktu --- ayunan dapat menggunakan stopwatch.
Hitung panjang tali dengan periode getar yang dinyatakan dalam persamaan
T=2
Gesekan
Gaya gesekan adalah suatu gaya yang memnyumbang pada kodisi keseimbagan
benda. Koefesien gesekan timbul karena adanya perpaduan antara dua permukaan.
Koefesien gesekan statis adalah koefesien gesekan antara dus permukaan yang
diam, sedangkan koefesien gesekan kinetis adalah koefesien yang terjadi pada
benda-benda yang beradu dimana benda yang satu bergerak relatif terhadap yang
lainnya.
14
Tiga hukum tentang gesekan yang mengatakan bahwa gaya antara dua benda yang
bergesekan adalah:
*. Sebanding dengan gaya normal
*. Tidak tergantung pada luas persinggungan
*. Tidak bergantung pada kecepatan relatif.
Pendidikan fisika merupakan satu mata kuliah yang tergolong rumit, yang pada
dasarnya teori-teori yang di pelajari tidak akan berkembang tanpa adanya praktikum.
Dalam ilmu pendidikan teori atau studi dengan praktek adalah dua hal yang tidak
bisa dipisahkan, dengan praktek teori-teori yang dipelajari akan terasa lebih
terealisasikan.
Namun yang lebih menunjang untuk melakukan praktek adalah sarana dan
psarana, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, semua hal itu merupakan
infrastruktur untuk menuju kesuksesan dalam studi maupun praktikum mata kuliah
fisika.
Untuk itu, dimohon untuk perbaikan dalam sarana dan psarana dalam penyediaan
alat praktikum, dan segala hal yang berhubungan dengan praktikum.
15
DAFTAR PUSTAKA
suatu.html
http://www.gurumuda.com/gaya-gesekan
http://www.gurumuda.com/keseimbangan-benda-tegar
http://www.gurumuda.com/pendulum-sederhana-bandul
http://www.hendria.com/2010/03/gaya-gesek_18.html
http://www.tentangkayu.com/2008/07/caliper-review-dan-ringkasan-
fungsi.html
http://www.yanto-triyanto.co.cc/2009/10/jangka-sorong-vernier-caliper.html
Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA 2A. Jakarta : Erlangga
Kanginan. Marthen., 2004. Fisika 1A. Jakarta:Erlangga.
Resstnick. Halliday., 1999. Fisika Dasar I. Jakarta:Erlangga.
Rochim, Taufik dan Soetarto. 1980. Teknik Pengukuran (Metrologi
Universitas Jambi.
16
Sutrisno. 1986. Fisika Dasar Mekanika I.Bandung:ITB.
Tim Fisika Dasar 1. 2006. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Jambi :
Universitas Jambi
Umar, Efrizon. 2007. Fisika Dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca exact.
Zemansky. Sear., 1994. Fisika untuk Universitas 1. Jakarta:Erlangga .
17
Lampiran Gambar
Gambar 3 - Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0.25 satuan
18