Anda di halaman 1dari 9

BAB I

KONSEP-KONSEP PENGUKURAN

Tujuan Instruksional :
Memahami konsep-konsep dasar pengukuran.

1.1 Defenisi Pengukuran


Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik,
tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,
seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat
ukur yang digunakan sebagai satuan. Dalam fisika dan teknik, pengukuran merupakan
aktivitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia-nyata.

1.2 Istilah-istilah Pengukuran


Dalam pengukuran, terdapat beberapa istilah-istilah penting, meliputi :
• Instrumentasi >> sebuah alat untuk menentukan nilai/besaran suatu kuantitas/variabel
(i.e: besaran listrik).
• Accurancy / Ketelitian >> tingkat kesesuaian suatu hasil pengukuran terhadap harga
yang sebenarnya.
• Precision / Ketepatan >> tingkat kesamaan di dalam sekelompok pengukuran atau
sejumlah instrumen.
• Sensitivity / Sensitivitas >> perbandingan antara sinyal output; respon intrumen terhadap
perubahan input atau variabel yang diukur.
• Resolution / Resolusi >> perubahan terkecil dalam nilai yang diukur yang mana
instrumen memberi respon/tanggapan.
• Error / Kesalahan >> penyimpangan variabel yang diukur dari harga/nilai yang
sebenarnya.

1
1. 3 Kalibrasi, dimensi dan satuan standar
Kalibrasi merupakan rangkaian pekerjaan untuk mencocokkan kondisi peralatan dengan
standar Internasional yang sudah ditetapkan.
Adapun fungsi dan tujuan kalibrasi :
a. Untuk menjaga kondisi instruen ukur dan bahan ukur tetap sesuai dengan
spesifikasinya.
b. Untuk menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran konvensional petunjuk suatu
instrumen ukur.
c. Untuk menjamin hasil pengukuran sesuai standar nasional dan internasional.
d. Untuk melihat tingkat ketelitian alat ukur dibangingkan dengan alat ukur standar.
e. Untuk mempresisikan alat ukur dan memperkecil error.

Suatu alat ukur perlu dikalibrasi ulang, apabila :


a. Terjadi perubahan skala yang cukup nyata
b. Sudah memasuki waktu penjadwalan kalibrasi
c. Baru dilakukan perbaikan
d. Khusus alat ukur kimia analitik tertentu yang posisinya diubah (dipindahkan)

Kalibrasi peralatan dilakukan menurut jadwal kalibrasinya dan menggunakan prosedur


yang sesuai.(SNI, ASTM, atau buku manual alat ukurnya .

2
2.1 Angka- angka penting
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran. Angka penting
terdiri atas angka pasti dan angka ragu-ragu atau taksiran sesuai dengan tingkat ketelitian alat
ukur yang digunakan.

Gambar 2.1 Tampilan demo angka penting

Untuk lebih jelasnya, maka berikut ini adalah aturan penulisan/penyajian angka penting
dalam pengukuran :
• Semua angka yang bukan nol adalah angka penting. Contoh: 72,753 (5 angka penting).
• Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir, tetapi terletak
di depan tanda desimal adalah angka penting. Contoh: 30000 (5 angka penting).
• Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di belakang tanda
desimal adalah angka penting.
Contoh: 67,50000 (7 angka penting).
• Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak dengan
tanda desimal adalah angka tidak penting. Contoh: 4700000 (2 angka penting).
• Semua angka nol yang terletak di antara angka-angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 9000,1009 (9 angka penting).
• Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah angka tidak
penting. Contoh: 0,0000789 (3 angka penting).

2.2 Jenis-jenis dan sebab-sebab kesalahan


3
2.2.1 Jenis-jenis kesalahan
Secara konvensional kesalahan pengukuran dapat dikategorikan kedalam tiga jenis
yaitu kesalahan sistematik (systematic error), kesalahan acak (random error), dan kesalahan
besar (gross error/blunder).
Secara umum, jenis-jenis kesalahan dalam pengukuran terbagi 3, yaitu :
1. Kesalahan Sistematik (systematic error). Kesalahan sistematik terjadi akibat dari alat
yang digunakan selama proses pengukuran. Hasil dari kesalahan tersebut dirata-
ratakan sehingga mendapatkan rata-rata dari pengukuran. Jarak/rentang dari rata-rata
pengukuran ke nilai yang sebenarnya inilah yang dinamakan dengan kesalahan
sistematik.

Gambar 2.2 Contoh penunjukan kesalahan sistematik

2. Kesalahan Acak (random error)


Kesalahan random terjadi akibat dari kesalahan personal, alam dan alat yang
digunakan selama proses pengukuran. Jarak/rentang terlebar atau terjauh dari
pengukuran berulang dinamakan kesalahan random.

4
Gambar 2.3 Contoh penunjukan kesalahan acak (random error)

3. Kesalahan Besar (gross error/Blunder)


Kesalahan besar (blunder) terjadi akibat dari kesalahan personal (kecerobohan pengukur)
yang membuat hasil dari pengukuran menjadi terlalu kecil atau terlalu besar sehingga
nilai hasil pengukuran sangat jauh dari nilai ukur yang sebenarnya. Contoh hasil
pengukuran suatu benda : 45,934 ; 45,935 ; 45,934 ; 4,593 ; 45,936

2.2.2 Sebab-sebab kesalahan


Ada 2 faktor penyebab terjadinya kesalahan, yaitu :
a. Kesalahan sistematis
1. Kesalahan alat
2. Kesalahan perorangan/peribadi
3. Kondisi percobaan
b. Kesalahan tindakan saat percobaan
Kesalahan seperti ini kembali melibatkan perseorangan atau pribadi. Kesalahan
tindakan umumnya disebabkan ketidaktelitian peneliti. Misalnya seperti mengukur
waktu 8 ayunan, tidak disadari baru 7 ayunan sudah selesai.

2.3 Analisis Statistik


2.3.1 Pengertian Analisis data
Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat

5
untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Dengan
demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap
data, dengan tujuan mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga karakteristik atau
sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-
masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data
maupun untuk membuat induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi
(parameter) berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).

2.3.2 Tujuan Analisis Data


a. Mendeskripsikan data, biasanya dalam bentuk frekuensi, ukuran tendensi sentral
maupun
ukuran dispersi, sehingga dapat dipahami karakteristik datanya. Dalam statistika,
kegiatan mendeskripsikan data ini dibahas pada statistika deskriptif.
b. Membuat induksi atau menarik
Kesimpulan tentang karakteristik populasi, atau karakteristik populasi berdasarkan
data yang diperoleh dari sampel (statistik). Kesimpulan yang diambil ini bisanya
dibuat berdasarkan pendugaan (estimasi) dan pengujian hipotesis. Dalam statistika,
kegiatan membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi
atau sampel ini dibahas pada statistika inferensial

2.3.3 Langkah dan Prosedur Analisis Data


a. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data.
b. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian instrumen
pengumpulan data.
c. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan yang
terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti.
d. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk penelitian.
e. Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan realiabilitas instrumen
pengumpulan data. \

6
f. Tahap mendeskripsikan data, yaitu tabel frekuensi dan/atau diagram, serta berbagai
ukuran tendensi sentral, maupun ukuran dispersi. tujuannya memahami karakteristik
data sampel penelitian.
g. Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap pengujian terhadap proposisi-proposisi yang
dibuat apakah proposisi tersebut ditolak atau diterima, serta bermakna atau tidak.
Atas dasar Pengujian hipotesis inilah selanjutnya keputusan dibuat.

2.4 Batas Kesalahan


Suatu alat ukur jenis kumparan putar biasanya terdapat dalam alat ukur Amperemeter dan
Voltmeter. Alat ukur dipasaran memiliki batas- batas kesalahan yang diperkenakan sesuai
dengan kelasnya .dalam pemakaian alat ukur banyak hal yang perlu diperhatikan, misalnya
sebagai berikut ;
a. Temperatur keliling, suatu alat ukur akan terjadi kesalahan jika temperature
sekelilingnya lebih besar dari 20º.
b. Pergeseran pada titik 0 , posisi alat penunjuk tanpa besaran listrik, disebut titik , namun
bilamana alat ukur dipergunakan beberapa lama kemungkinan setelah terpakai
posisijarum penunjuk berubah, hal ini disebabkan oleh pegas dalam alat ukur. Hal ini
dapat di stel (kalibrasi) kembali dengan cara mengubah secara mekanik setelan pada alat
ukur.
c. Medan Maknet luar, alat ukur akan tergangu jika disekitar alat ukur terdapat hantaran
yang bermuatan tinggi, dan terdapat medan magnet yang lebih kuat.
d. Pemanasan sendiri, penunjuk alat ukur akan setabil jika pemanasan komponen di
dalamnya telah konstan.
e. Umur alat ukur, setelah dalam jangka waktu yang lama, mulai dari alat ukur dibuat,
maka komponen didalamnya mengalami perubahan kemampuan . hal ini sangat
mempengaruhi kepekaan penunjuk.
f. Agar tetap setabil alat ukur dilakukan kalibrasi secara berkala, dalam interval waktu 6
bulan sampai 12bulan.
g. Gesekan, pada alat ukur dibuat kontruksi sumbu & bantalan, maka jarum penunjuk akan
mengalami perubahan yang diakibatkan pemakaian yang berulang –ulang yang
mengakibatkan pergeseran pada sumbu dan bantalan.

7
Letak, agar hasil pengukuran teliti maka cara meletakkan dan penyimpanan perlu
diperhatikan letaknya, karena kontruksi dari setiap alat ukur selalu mempunyai letak
kontruksi komponen yang berbeda, untuk menjaga keutuhan & kepekaan jalum penunjuk
alat ukur tataletaknya perlu diperhatikan.

1.3.1 Kalibrasi Multimeter


Berikut ini merupakan tampilan fisik sebuah multimeter.

Gambar 1.1 Bagian-bagian multimeter

Langkah-langkah mengkalibrasi sebuah multimeter adalah sebagai berikut :


1. Jarum penunjuk meter diperiksa apakah sudah tepat pada angka 0 (gambar a).
2. Jika belum putar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau ke
kanan dengan menggunakan obeng pipih (-) kecil.
3. Pasang Probe pada konektor + dan –.
4. Putar range selektor switch ke skala Ohmmeter.
5. Tempelkan probe + ke probe – agar terjadi Short Circuit (gambar 1.2).

8
6. Pastikan jarum penunjuk sudah mengarah ke nol pada skala ohmmeter atau
tidak, jika belum maka putar zero adjustment agar jarum menunjuk ke nol.

Gambar 1.2 Posisi selector saat melakukan kalibrasi pada multimeter

Gambar 1.3 Cara menghubungkan probe multimeter saat proses kalibrasi

Anda mungkin juga menyukai