Anda di halaman 1dari 77

Nama :

……….…….…………….…..
NIM :
…………………….………....

PETUNJUK PRAKTIKUM
FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN
PANAS

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI-PLN
KAMPUS :
Menara PLN, Jl. Lingkar Luar Barat,
Duri Kosambi, Cengkareng
Jakarta Barat 11750
Telp. 021-5440342 - 44. ext 1306
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Tata Tertib Dan Kriteria Kelulusan


Praktikum Fisika Dasar IT-PLN
1. Praktikum daring harus diikuti sekurang-kurangnya 90% dari jumlah total
praktikum yang diberikan. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi maka praktikum
dinyatakan tidak lulus.
2. Nilai praktikum ditentukan dari nilai:
a. Tugas pendahuluan
b. Kehadiran
c. Keaktifan selama praktikum
d. Laporan
e. Teori tambahan sebagai pengganti presentasi
3. Nilai akhir praktikum dihitung dari rata-rata nilai praktikum.
4. Kelulusan praktikum ditentukan berdasarkan nilai akhir praktikum dimana nilai
akhir praktikum ≥ 56. Dan nilai yang keluar di Anjungan Mahasiswa adalah nilai
yang mutlak.
5. Lain-lain:
a. Berperilaku dan berpakaian sopan (pakaian berkerah bukan kaos) pada saat
menjalankan praktikum daring.
b. Praktikan diharuskan standby 10 menit sebelum praktikum dimulai
c. Praktikan harus mentaati semua aturan praktikum.
d. Praktikan harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh asisten dan instruktur
praktikum.
e. Selama praktikum berlangsung praktikan tidak boleh meninggalkan atau keluar
dari aplikasi Ms. Teams dan seluruh praktikan akan dinilai keaktifannya selama
praktikum.
f. Selalu menjaga ketertiban (tidak boleh gaduh/ribut).
j. Informasi praktikum dan hal-hal yang berhubungan dengan praktikum akan
kami informasikan melalui ketua kelas masing-masing dan juga dapat dilihat
melalui IG @labfisikadasar_itpln
k. Apabila ada hal yang kurang jelas atau kurang paham praktikan dapat
menghubungi asisten ataupun koordinator asisten yang bertugas.
l. Secara umum tidak diadakan praktikum susulan.

LABORATORIUM FISIKA DASAR i


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Contoh format cover tugas rumah & laporan diketik komputer (berwarna)
di kertas A4 :

Contoh Lembar Tugas Rumah dan Laporan :

Format Laporan :
1. Judul
2. Tujuan
3. Alat dan Perlengkapan Ketik Komputer
4. Teori pada modul
5. Cara Kerja

6. Data Pengamatan

7. Tugas Akhir

8. Analisa Tulis tangan

9. Kesimpulan

10. Teori Tambahan


minimal 2 lembar

LABORATORIUM FISIKA DASAR ii


MODUL I
PENGUKURAN DASAR
( ISI DAN MASSA JENIS ZAT PADAT )

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

MODUL I
PENGUKURAN DASAR
( ISI DAN MASSA JENIS ZAT PADAT )

I. TUJUAN
1. Mempelajari penggunaan alat-alat ukur dasar.
2. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan berarti hasil pengukuran
atau perhitungan.
3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur langsung.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. Jangka sorong.
2. Mikrometer sekrup.
3. Neraca Ohaus.
4. Termometer.
5. Balok yang diukur ( 3 buah ).
6. Bejana gelas.
7. Tali.

III. TEORI
Setiap pengukuran besaran fisis selalu dihinggapi oleh batas ketelitian dan
kesalahan pengukuran. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam
pembuatan alat maupun keterbatasan dalam kemampuan membaca dan
cara membacanya. Karena itu setiap hasil pengukuran harus dilaporkan
secara benar yang memperlihatkan ketelitian pengukuran tersebut. Untuk
hal itu maka pemakaian alat ukur perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Titik nol alat yaitu angka yang ditunjukkan alat sebelum digunakan.
b. Nilai skala terkecil alat yaitu skala terkecil yang diperlihatkan alat.
c. Batas ukur alat yaitu batas maksimum yang dapat diukur alat
tersebut.
d. Cara pemakaian alat.
Demikian banyak hal yang harus diatur dan dikuasai, sehingga pengamat
mudah sekali melakukan suatu kesalahan. Sehingga nilai benar xo tidak
mungkin kita

LABORATORIUM FISIKA DASAR 1


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

ketahui secara tepat melalui suatu eksperimen, yang diperoleh


adalah nilai x yang tidak tepat sama dengan xo.

Cara pelaporan yang baik dituliskan


sebagai x = xo ±𝛥x Dimana : x : besaran
yang dicari
xo : nilai besaran sebenarnya
Δx : simpangannya

A. Pengenalan Alat
1. Jangka Sorong

Perhatikan gambar 1, jangka sorong mempunyai dua rahang dan satu


penduga. Rahang dalam ( C-D ) untuk mengukur diameter bagian dalam,
rahang luar ( A-B ) untuk mengukur diameter bagian luar sedangkan
penduga ( E-F ) untuk mengukur kedalaman. K adalah roda penggerak
rahang dan N adalah pengunci rahang setelah besaran yang diukur
terukur.

Gambar 1. Jangka sorong

Skala jangka sorong diperhalus dengan nonius, skala


utamanya ada dalam satuan cm atau inch. Adapun noniusnya
ada yang 9 skala utama jadi 10 skala nonius dan ada yang 49
skala utama jadi 50 skala nonius.
Gambar 2 memperlihatkan 9 skala utama jadi 10 skala nonius.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 2


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Gambar 2. Skala utama dan nonius

2. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup hanya dapat digunakan untuk mengukur bagian
luar saja. Caranya putarkan roda bagian pemutar kasar, jika sudah
dekat putarkan bagian pemutar halus C, jika sudah pas dikunci oleh
penguat S. Skala besarnya adalah bagian yang horizontal
sedangkan skala penghalusnya adalah bagian yang vertikal N (
lihat gambar 3 ). Biasanya bagian vertikal terdiri dari 50 skala, satu
putaran bagian vertikal akan merubah skala horizontal sebesar ½
mm.

Gambar 3. Mikrometer sekrup

3. Neraca Ohaus

Alat ukur massa yang sering digunakan dalam laboratorium fisika


adalah neraca Ohaus. Tingkat ketelitian alat ini lebih baik daripada
neraca pasar yang sering dijumpai di toko-toko atau di warung.
Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01
gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa
benda yang akan dikur dengan anak timbangan. Anak timbangan
neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.

Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan


menggeser posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak

LABORATORIUM FISIKA DASAR 3


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca .


Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing
posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam
keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa
seperti prinsip kerja tuas.

Gambar 4. Neraca Ohaus

B. Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal


Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali
saja. Keterbatasan skala alat antara lain merupakan sebab mengapa
setiap pengukuran dihinggapi ketidakpastian ( ktp ).

1. Besaran Langsung Terukur


x = xo ± Δx
Dimana ; xo : yang terbaca pada alat ukur
Δx : ½ skala nilai terkecil ( nst ) alat
nst alat = nst utama jika tanpa nonius
=1/n x nst utama jika ada nonius
n : jumlah skala nonius
2. Besaran Turunan

LABORATORIUM FISIKA DASAR 4


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

C. Ketidakpastian Pada Pengukuran Berulang


Pengulangan pada pengukuran ini diharapkan akan memberikan
informasi lebih banyak tentang xo, sehingga makin yakin akan
benarnya nilai tersebut.

Karena Δx merupakan nst ( berarti diukur sekali saja ) sedangkan y


berupa deviasi standar ( diukur berulang ), maka makna statistik kedua

LABORATORIUM FISIKA DASAR 5


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

ktp itu tidak sama, harus disamakan dahulu. Misalnya dengan membuat
jaminan pada Δx dari jaminan 100 % menjadi jaminan 68 % seperti
halnya jaminan pada Δy. Jadi kita pakai :

LABORATORIUM FISIKA DASAR 6


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

LABORATORIUM FISIKA DASAR 7


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Dari hasil :

IV. DAFTAR PUSTAKA

B. Darmawan Djonoputro, Teori Ketidakpastian, 1984

V. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN

1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah


percobaan ).

2. Ambil balok, ukur masing-masing balok secara berulang-ulang ( 5 kali )


panjang dan lebarnya dengan menggunakan jangka sorong, sedangkan
tebalnya dengan menggunakan mikrometer sekrup. Catat pada tabel
pengamatan.

3. Timbang masing-masing balok tersebut satu kali dengan


menggunakan neraca Ohaus.

4. Timbang masing-masing balok dengan cara digantung. Catat hasilnya.

5. Timbang masing-masing balok dengan cara digantung tetapi terendam


di air. Cata hasilnya.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 8


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VI. DATA PENGAMATAN

TABEL MODUL I (PENGUKURAN DASAR)

KELOMPOK : P awal : P akhir :


JURUSAN : T awal : T akhir :

BALOK I BALOK II

Jenis Balok : Jenis Balok :


Massa :
Massa :
No. p(mm) l(mm) t(mm) No. p(mm) l(mm) t(mm)

Jumlah : Jumlah :
Rata-rata : Rata-rata :

Massa di udara : Massa di udara :


Massa di air : Massa di air :

Tanggal Pengambilan Data :


Nama Asisten :
Tanda Tangan Asisten :

LABORATORIUM FISIKA DASAR 9


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN


1. Dari ketiga alat yaitu jangka sorong, mikrometer sekrup dan termometer
tentukan mana yang ada noniusnya !
2. Berapa volume dan rapat massa balok pada pengukuran biasa, hitung
dengan kesalahannya secara benar !
3. Hitung volume balok berdasarkan pengukuran yang digantung dan terendam
dalam air !
4. Bandingkan kedua hasil volume tersebut, mana yang lebih tepat dan berikan
alasannya !

LABORATORIUM FISIKA DASAR 10


MODUL II
SIMULASI MEJA GAYA

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

MODUL II
SIMULASI MEJA GAYA

I. TUJUAN
Mempelajari keseimbangan gaya-gaya.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. Meja gaya.
2. Beban-beban.
3. Tali.
4. Cincin logam.

III. TEORI
Beberapa gaya yang bekerja pada suatu benda dapat kita uraikan menjadi
komponen gaya-gaya yang berada pada sumbu koordinat x dan y.

y
R
Ry

A
Ay
By
B

x
Bx Rx Ax

Gambar 1

Resultan gaya pada sumbu x, Rx = Ax – Bx


Resultan gaya pada sumbu y, Ry = Ay + By

LABORATORIUM FISIKA DASAR 11


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Besarnya resultan gaya R, R = Rx 2 + R y 2

Ry
Berada pada sudut ,  = arc tg ( )
Rx

Sehingga gaya penyeimbangnya adalah sebesar R dengan sudut yang berlawanan


180 dengan .

IV. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN

Gambar 2. Meja gaya

1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ).
2. Ada tiga buah gaya F1 = 2 N berada pada sudut 30, F2 = 5 N berada pada 85
dan F3 = 7 N berada pada sudut 150.
a. Hitung terlebih dahulu berapa besarnya resultan ketiga gaya dan
sudutnya.
b. Kemudian simulasikan pada meja gaya untuk mencari keseimbangan
gaya-gaya tersebut.
c. Gaya-gaya tersebut dikatakan seimbang jika cincin logam tepat berada
ditengah-tengah meja.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 12


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

3. Buat sembarang gaya ( 2 gaya ) pada meja gaya dengan mencoba-coba cari
gaya penyeimbangnya. Kemudian cocokkan dengan perhitungan.
4. Buat sembarang gaya ( 3 gaya ) hitung berapa resultan gaya dan sudutnya,
kemudian simulasikan pada meja gaya.

V . DATA PENGAMATAN

MODUL II
SIMULASI MEJA GAYA

KELOMPOK :
JURUSAN :

P awal : P akhir :
T awal : T akhir :

* Percobaan 1

F1 : N Sudut : 0

F2 : N Sudut : 0

F3 : N Sudut : 0

* Percobaan 2

F1 : N Sudut : 0

F2 : N Sudut : 0

F3 : N Sudut : 0

* Percobaan 3

F1 : N Sudut : 0

LABORATORIUM FISIKA DASAR 13


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

F2 : N Sudut : 0

F3 : N Sudut : 0

Tanggal Pengambilan Data :


Nama Asisten :
Tanda Tangan Asisten
:

VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN


1. Tulislah semua hasil perhitungan resultan gaya dan sudutnya mulai dari
langkah percobaan 2 s/d percobaan 4 !
2. Adakah perbedaan hasil perhitungan anda dengan percobaan yang anda
lakukan ?
Jika ada perbedaan, jelaskan !

LABORATORIUM FISIKA DASAR 14


MODUL III
MOMEN INERSIA

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

MODUL III
MOMEN INERSIA

• PERCOBAAN 1 KONSANTA PEGAS SPIRAL PADA ALAT


MOMEN INERSIA
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan Konsanta pegas spiral
2. Menentukan momen inersia diri pada alat momen inersia
II. ALAT DAN PERLENGKAPAN
1. Neraca
2. Alat momen inersia
3. Gerbang Cahaya (Photo Gate)
4. Jangka sorong
5. Benang Nilon
6. Perangkat Beban
7. Pencacah Waktu (Timer Cunter AT-01)
III. TEORI
Sebuah gaya F bekerja pada benda tegak lurus terhadap R,
dengan R adalah Jari-jari benda, besarnya torka yang bekerja pada benda
tersebut dapat dituliskan
𝜏 = 𝑅 𝑥 𝐹.................................................................................(1.1)
Apabila torka tersebut bekerja pada suatu system benda yang
putarannya ditahan oleh pegas spiral, dalam hal ini adalah alat-alat
momen inersia, besarnya torka tersebut sebanding dengan , 𝜃, yang
dapat dituliskan :
𝜏 = 𝐾. 𝜃....................................................................................(1.2)
Dengan K adalah konsanta spiral
Dari persamaan (1.1) dan (1.2), diperoleh persamaan:
𝑅
𝜃 = 𝐹......................................................................................(1.3)
𝐾
Persamaan (1.3) menunjukkan bahwa simpangan sebanding dengan
gaya, sehingga apabila di buat grafik simpangan terhadap gaya dapat
berupa garis lurus. Torka yang bekerja pada alat momen inersia
𝑑2 𝜃
sebanding dengan momen inersia, I dan percwpatan sudut, 𝛼 = yang
𝑑𝑡 2
dapat dituliskan:
𝑑2𝜃
𝜏=𝐼
𝑑𝑡 2
Persamaan (1.2) dapat dituliskan kembali :
𝑑2𝜃 𝑑2 𝜃 𝑘
𝐼 2 = −𝑘. 𝜃......................atau....... 𝐼 2 = . 𝜃.........................(1.4)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐼

Dengan I adalah momen inersia benda terhadap sumbu putar.


Persamaan (1.4) merupakan persamaan gerak osilasi sederhana dengan perioda

LABORATORIUM FISIKA DASAR 15


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

𝐼
𝑇 = 2𝜋√ .............................................(1.5)
𝑘

Dengan persamaan (1.5) kita dapat mengetahui besar momen inersia


diri alat momen inersia dengan mengukur perioda osilasinya
𝑘
𝐼0 = 𝑇 2 .............................................(1.6)
4𝜋 0
Dengan 𝐼0 adalah momen inersia diri dan 𝑇0 adalah perioda diri alat
momen inersia.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Pudak Scientfic, Manual Percobaan Alat Momen Inersia PMK 380

V. PROSEDUR PERCOBAAN
Pasanglah alat momen inersia pada dasar statif. Ikatkan benang nilon
pada salah satu baut yang ada ditepi dudukan silinder kemudian lilitkan
benang tersebut beberapa lilitan.Baringkan alat momen inersia dibagian
tepi meja. Lihat pada gambar disamping

A. Menentukan konstanta pegas


1. Timbanglah massa tiap-tiap beban
2. Pastikan jarum penunjuk simpangan pada keadaan nol
3. Gantungkan satu buah beban pada benang, amati simpangan yang
terjadi. Catatlah sebagai 𝜃1 . Bila perlu , ulangi langkah ini beberapa
kali. Catat hasilnya pada table 1.1
4. Tambahkan 1 buah beban berikutnya dan catatlah simpangnanya
pada table 1.1 . sebagai 𝜃2
5. Lakukan langkah 4 untuk simpangan 𝜃3 , 𝜃4 dan seterusnya. Catat
hasilnya pada table 1.1
B. Menentukan momen inersia diri alat momen inersia
1. Tegakkan kembali alat momen inersia. Ubuka benang yang terpasang
pada dudukan silinder.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 16


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

2. Pasang gerbang cahaya pada dasar statif bila belum terpasang. Atur
posisisnya sehingga jarum penunjuk pada alat momen inersia dapat
melintasi gerbang cahaya.
3. Hubungkan gerbang cahaya dengan alat pencacah pewaktu AT-01
4. Hubungkan alat pencacah waktu dengan tegangan 220 V AC
kemudian nyalakan. Pilih fungsi CYCLE dengan menkan tombol
FUNCTION. Tekan tombol CH. OVER sebanyak sepuluh kali untuk
membatasi sepuluh getaran yang akan teramti.
5. Simpangkan dudukan silinder sampai 1800 kemudian lepaskan
sehingga terjadi gerakan bolak- balik atau osilasi
6. Amati pencacah waktu. Pencacah waktu akan menghitung mundur
jumlah getaran. Setelah 10 getaran alat tersebut secara otomatis
akan menampilkan waktu untuk 10 getaran. Catat waktu tersebut
pada table 1.2 sebagai 𝑡1 .
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai yang
tampil dilayar.
8. Ulangi langkah 5 s/d 7, catat waktunya sebagai 𝑡2 , 𝑡3 , … . . , 𝑡10
9. Hitung waktu rata-rata 10 getaran, kemudian hitung perioda osilasi
tersebut. Catat pada table 1.2 sebagai 𝑡0 .

LABORATORIUM FISIKA DASAR 17


• PERCOBAAN 2 MOMEN INERSIA BENDA

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami konsep momen inersia benda
2. Menentukan momen inersia benda

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1) Neraca
2) Alat momen inersia
3) Benda (Bola pejal, silinder pejal, silinder berongga, piringan 213 ,piringan
174, dan kerucut pejal
4) Jangka sorong dan/atau penggaris
5) Gerbang cahaya (Photo gate)
6) Pencacah waktu (Timer Counter AT-01)

III. TEORI

Sebuah system yang terdiri dari tiga buha pertikel dengan massa m1, m2, dan m3
Membentuk suatu benda tegar seperti tampak pada Gambar 2.1.
Apabila m1 berada pada posisi r1 dan bergerak rotasi dengan kecepatan
sudut ω,
Memiliki kecepatan linear V1=ω x r1, momentum sudut partikel tersebut :
L1 = m1 p1 = m1 r1 V1
L1 = m1 r1 = (ωr1)
Atau
L1 = m1 r12 ω ...........................................(2.1)
Dengan cara yang sama untuk m2 dan m3 :
L2 = m2 r22 ω
L3 = m3 r32 ω
Besarnya momentum sudut total dapat dituliskan
L = L1 + L2 + L3
L = (m1 r12 + m2 r22 + m3 r32)ω
L = I.ω ............................................................... (2.2)
Dengan I = m1 r12 + m2 r22 + m3 r32
Yang dapat dituliskan I =∑3𝑖=1 m₁r₁²
Persamaan (2.2) menunjukkan hubungan antara L, I dan ω, Hubungan ini
mirip dengan
Hubungan antara momentum linear p, m dan v pada gerak translasi, p =
mv.
Jadi besaran I identic dengan massa m pada gerak translasi dan disebut
momen inersia
Benda tegar,
Untuk suatu system N partikel yang membentuk benda tegar, momen
inersianya adalah
I =∑3𝑖=1 m₁r₁² ......................................... (2.3)
Untuk suatu benda tegar dengan distribusi massa yang kontinyu, suatu
elemen massa
Δmі yang berjarak rі dari sumbu putar, momen inersia benda dapat
dituliskan
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

3
∑ rі²Δmі
𝑖=1
Apabila Δmі diambil sangat kecil, momen inersia dapat dituliskan
I =∫ 𝑟²𝑑𝑚
Dengan dm adalah elemen massa.
Dari persamaan momen inersia diatas, kita dapat menghitung momen
inersia untuk berbagai
Benda, seperti ditunjukkan pada table dibawah:
Tabel 2.1. Momen Inersia Benda
No. Nama Benda Letak Sumbu Momen Inersia
1. Silinder Pejal Pada sumbu silinder 𝑚𝑅²
2
2. Silinder Pejal Pada diameter pusat 𝑚𝑅² 𝑚𝑙²
+
4 12

3. Silinder Berongga Pada sumbu silinder 𝑚


(𝑅12 + 𝑅22 )
2
4. Bola Pejal Pada diameternya 2𝑚𝑅²
5
5. Bole Berongga Pada diameternya 2𝑚𝑅²
3

Apabila sebuah benda dipasangkan pada alat momen inersia, kemudian


diosilasikan,
Periode osilasinya adalah:
2
T2 = 4𝜋𝑘 I + 𝑇02 ……………………………………………(2.4)

Dengan T adalah perioda osilasi dan 1 adalah momen inersia benda.Dari


persamaan (1.6) dan persamaan( 2.4), momen inersia benda yang
terpasang

Pada alat momen inersia dapat diketahui dengan persamaan berikut :


𝑇2
I = ( 𝑇𝑜 - 1 ) Io

IV. DAFTAR PUSTAKA


Pudak Scientfic, Manual Percobaan Alat Momen Inersia PMK 380

LABORATORIUM FISIKA DASAR 19


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbanglah semua benda yang akan di tentukan momen
inersianya.catat hasilnya pada table 2.2
2. Ukulah tinggi dan diameter masing-masing benda .Catat hasilnya pada
table 2.2
3. Pasanglah bola pejal pada alat momen inersia.
4. Hubungkan Gerang cahaya dengan alat pecacah waktu AT-01
5. Hubungkan alat pecacah waktu dengan tegangan 220 V AC kemudian
nyalakan. Pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol FUNCTION.
Tekan tombol CH. OVER sebanyak sepuluh kali untuk memebatasi
sepuluh getaran yang akan teramati.
6. Simpangkan bola tersebut 180o ,kemudian lepaskan sehingga
berosilasi.Catat waktu 10 getaran yang ditunjukan alat pecacah waktu
pada table 2.3 sebagai t1.
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai yang tampil
di layar.
8. Ulangi langkah 6 dan 7 sebanyak 10 kali. Catat hasil tersebut pada table
2.3.
9. Hitunglah waktu 10 getaran rata-rata, kemudian hitung perioda
getarannya. Catat hasilnya pada table 2.3
10. Ganti bola pejal dengan benda sesuai urutan pada table 2.3. Lakukan
langkah 6/d 9 setiap benda. Catat hasil tersebut pada table 2.3

LABORATORIUM FISIKA DASAR 20


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VI. DATA PENGAMATAN

MODUL III PERCOBAAN 1

KELOMPOK : P awal : mmHg P akhir :


mmHg
JURUSAN : T awal : T akhir :

Tabel 1.1. simpangan alat momen inersia untuk setiap penambahan


beban
M Simpangan, 𝜃(0 )
(gram)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 𝜃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Tabel 1.2 Perioda diri alat momen inersia, 𝑇0 .


Waktu 10 getaran (s) Perioda
diri, 𝑇0
(s)
𝑡1 𝑡2 𝑡3 𝑡4 𝑡5 𝑡 𝑡7 𝑡8 𝑡9 𝑡10 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎2 (s)

Tanggal Pengambilan Data :

Nama Asisten :

Tanda Tangan Asisten :

LABORATORIUM FISIKA DASAR 21


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN


A. Menentukan Konstanta pegas
1. Hitunglah gaya yang bekerja pada alat momen inersia yaitu dengan
mengalikan massa setiap penambahan beban dengan percepatan
gravitasi, 𝑔 = 9.81 𝑚/𝑠 2
2. Hitunglah torka, 𝜏 (persamaan 1.1) untuk setiap gaya dengan R =
4,500 cm (jari-jari dudukan silinder). Bila perlu, ukur kembali jari-jari
dudukan silinder.
3. Ubahlah besarnya simpangan 𝜃 kedalam stauan radian
4. Buatlah grafik simpangan, 𝜃 terhadap torka, 𝜏.
5. Dari kemiringan grafik yang diperoleh, hitunglah konstanta spiral, k.
Gaya yang bekerja pada alat momen inersia sama dengan gaya
berat, F=mg , m dalam kg dan 𝑔 = 9.81 𝑚/𝑠 2 .

Tabel 1.3 Simpangan alat momen inersia untuk setiap gaya


m (kg) F(N) 𝜏 = 𝐹 𝑥 𝑅 𝜃𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (0 ) 𝜃(𝑟𝑎𝑑)
(Nm)

Nota :
Dari grafik yang telah dibuat, persamaan garis lurusnya adalah :
𝜏 =. . . . . . . (𝜃)+. . . . . . . . (𝑁𝑚)
Kemiringan grafiknya, 𝑚1 = . . . . . . . . . . 𝑁𝑚/𝑟𝑎𝑑. (Lihat kembali
cara membuat grafik garis lurus dari data (x,y))
Dari persamaan (1,2) kita ketahui bahwa 𝑚𝑡 = 𝑘
𝑘 = . . . . . . . . . . . 𝑁𝑚/𝑟𝑎𝑑

B. Menentukan momen inersia diri alat momen inersia


1. Hitung waktu 10 getaran rata- rata, kemudian hitung periodanya.
2. Hitung momen inersia dari alat momen inersia, Io dengan
menggunakan persamaan(1.6)
3. Apa saja yang berpengaruh terhadap besarnya konstanta spiral, k?

LABORATORIUM FISIKA DASAR 22


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VIII. DATA PENGAMATAN

MODUL III. PERCOBAAN 2

KELOMPOK : P awal :
Pakhir :

JURUSAN : P awal : Pakhir :

Tabel 2.2 Dimensi dan momen inersia benda

Diameter
Massa Diameter Luar Tinggi
No. Nama Benda Dalam
(kg) (m) (m)
(m)

1. Bola Pejal

2. Silinder Pejal

3. Silinder
Berongga

4. Piringan 213

5. Piringan 714

.
6. Kerucut

LABORATORIUM FISIKA DASAR 23


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Tabel 2.3. Perioda untuk setiap benda

Nama Benda Waktu 10 getaran (s) T

t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10 trata2 (s)

Bola pejal

Silinder pejal

Silinder
Berongga

Silinder Pejal
213

Silinder Pejal
714

Kerucut Pejal

Tanggal Pengambilan Data :

Nama Asisten :

Tanda Tangan Asisten :

LABORATORIUM FISIKA DASAR 24


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

IX. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN

1. Hitunglah momen inersia benda secara teori.


2. Dengan persamaan (2.5) hitunglah momen inersia umtuk masing-masing
benda.
3. Bandingkan hasil No.1 dengan hasil No.2. hitunglah kesalahan relatifnya.
Perioda diri, To = ...... S
Momen inersia diri, Io = ..... kg m2
Tabel 2.4. Momen inersia benda hasil percobaan

I Teori t I KSR
Nama Benda (kg m2) (s) (kg m2) (%)

Bola Pejal

Silinder Pejal

Silinder Pejal
213

Silinder Pejal
714

Silinder
berongga

Kerucut
Catatan :
Nilai To dan Io didapat dari percobaan 1
I – I teori
KSR = x 100%
I teori

4.Pada percobaan diatas, benda-benda memiliki massa yang (hampir sama).


Bagaimana dengan momen inersianya, sama atau berbeda? Mengapa?
5.Apa yang anda ketahui mengenai momen inersia benda?

LABORATORIUM FISIKA DASAR 25


MODUL IV
BANDUL FISIS

LABORATORIUM FISIKA
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

MODUL IV
BANDUL FISIS

I. TUJUAN
1. Mengenal sifat bandul fisis.
2. Menentukan percepatan gravitasi.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. Bandul fisis, terdiri dari batang logam tegar dan badul.
2. Penggantung.
3. Stopwatch.
4. Mistar gulung.

III. TEORI
Bandul fisis merupakan bandul yang bentuknya sembarang. Untuk
menganalisa geraknya dapat digunakan konsep pusat massa, sehingga kita
kembali lagi pada konsep gerak benda titik. Suatu bandul fisis jika diberi
simpangan sudut dari titik kesetimbangan kemudian dilepaskan maka akan
melakukan gerak ayunan. Jika sudut  kecil, maka ayunan ini dikenal dengan
gerak anguler sederhana.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 26


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Perhatikan gambar bandul fisis yang tergantung di P, titik C merupakan titik


pusat massa yang letaknya dari A adalah :

1
AO ms + AB mb
2
XC = …………………………………......………( 1 )
ms + mb

Dimana ; ms : massa keping logam


mb : massa batang

Dengan konsep pusat massa maka sistem bandul ini dapat kita pandang
sebagai bandul matematis dengan poros melalui P. Jika bandul ini diberikan
simpangan kecil kemudian dilepas sehingga seolah-olah bergerak lurus akibat
gaya pemulih maka sistem akan bergerak harmonis sederhana dengan periode
T, sedangkan untuk bandul fisis sebenarnya massa diganti momen inersia I
dimana :

m I
T = 2 T = 2
k k

I adalah momen inersia terhadap P.

IP = Io + ( ms + mb ) ( CP )2 = Io + ml2

Io adalah momen inersia terhadap C sedangkan k = mgl, sehingga :

2
Io + ml
T = 2 ……………………………………………………( 2 )
mgl

LABORATORIUM FISIKA DASAR 27


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Dengan melakukan percobaan mengayunkan bandul fisis pada dua titik


gantung yang berbeda, maka kita dapat menentukan percepatan gtavitasi bumi
( g ).
Jika untuk titik gantung pertama l1 kita dapat periode T1 dan untuk titik gantung
kedua l2 kita dapat periode T2, maka besarnya g adalah :

2 2 2
4  ( l1 − l2 )
g= ……….…………………………………………( 3 )
2 2
T1 l1 − T2 l2

IV. DAFTAR PUSTAKA


Tyler, Edward Arnold, A Laboratory Manual of Physics

V. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN


1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang (sebelum dan sesudah percobaan).
2. Ukur panjang batang.
3. Timbang massa batang dan massa keping logam beserta sekrupnya.
4. Pasang keping logam.
5. Ukur jarak keping logam dari salah satu ujung ( A ).
6. Pilih sebuah titik penggantung ( P ), ukur jarak P dari ujung ( A ).
7. Amati waktu ayunan penuh untuk n ayunan ( ditentukan oleh asisten ).
8. Amati waktu ayunan N penuh, sekitar 5 menit ( bisa kurang atau lebih ).
9. Ulangi langkah percobaan 7.
10. Pilih titik penggantung P yang lain ( misal Q ).
11. Ulangi langkah percobaan 7 s/d 9.

Catatan :
 Cara menghitung T dengan teliti,misal n = 50.
Pengamatan 2 : 81,3 detik
Pengamatan 3 : 300,9 detik
Pengamatan 4 : 82,0 detik
Maka :

LABORATORIUM FISIKA DASAR 28


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

81,3 + 82,0
Tsementara = = 1,663 detik
50 + 50

300,9
Jadi dalam 300,9 detik ada = 184 ayunan ( bilangan bulat ).
1,663

300,9
Tteliti = = 1,663 detik
184

 Jangan membuat simpangan terlalu besar.


 Batang logam dan bandul pemberat dianggap homogen ( seragam ).

VI. DATA PENGAMATAN

MODUL IV (BANDUL FISIS)

KELOMPOK : P awal : P akhir :


JURUSAN : T awal : T akhir :

Hasil Pengukuran Dimensi (cm)


Panjang Batang =
Panjang AO =
Panjang AP1 =
Panjang AP2 =

Hasil Penimbangan (gr) (telah diketahui)


Massa Batang =
Massa Keping+Skrup =

Setelah dilakukan perhitungan panjang Xc (panjang AC),


maka dapat ditentukan :
L1 = Xc - AP2 =
L2 = Xc - AP2 =

LABORATORIUM FISIKA DASAR 29


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Waktu 50 getaran (detik)


Posisi P1 = detik ; detik
Posisi P2 = detik ; detik

Tanggal Pengambilan Data :


Nama Asisten :
Tanda Tangan Asisten :

VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN


1. Apakah akibat jika simpangan besar !
2. Hitung l1 dan l2 !
3. Hitung T1 dan T2 !
4. Hitung percepatan gravitasi !
5. Berilah sedikit ulasan mengenai sebab-sebab kesalahan yang mungkin
terjadi !

LABORATORIUM FISIKA DASAR 30


MODUL V
BERNOULLI

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

MODUL V
BERNOULLI
I. Tujuan
1. Mempelajari hubungan luas penampang terhadap Tekanan fluida
2. Mempelajari hubungan luas penampang terhadap kecepatan fluida
3. Memverifikasi atau memvalidasi persamaan kontinuitas fluida mengunakan
persamaan bernoulli

II. Alat dan bahan


1. Manometer
2. Lorong udara
3. Kipas penghisap
4. Power supply
5. Water pass
6. Troli pengukur tekanan udara
7. Petroleum Jelly
8. Mistar

III. Dasar Teori

Hukum Bernoulli menyatakan hubungan antara tekanan statik ps dan kecepatan


aliran v. Persamaan berikut berlaku untuk aliran bebas gesekan, mengalir secara
horizontal melalui tabung aliran stasioner antara dua titik berlabel dengan indeks
0 dan 1:
𝜌 𝜌
𝑃𝑠0 + 𝑣02 = 𝑃𝑠1 + 𝑣12 (I)
2 2

Kerapatan udara : 𝜌 = 1,2 𝑘𝑔/𝑚3

LABORATORIUM FISIKA DASAR 31


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Secara khusus, gambar diatas menyatakan bahwa Ptot (tekanan total) memiliki
nilai yang akan selalu sama : Ptot = Ps + Pd = const. (II)

Pd: tekanan dinamis


Ps: Tekanan statis

Pd = Ptot – Ps
Nilai dari tekanan dinamis ini dapat dilihat dari hasil pembacaan pada manometer

Dalam percobaan yang dijelaskan di sini, udara mengalir melalui terowongan


angin yang menyempit. Luas penampang berkurang dari 0,20 m² hingga 0,015
m². kita akan mengukur ptot tekanan total dan ps tekanan statis di beberapa posisi
di terowongan angin.

Seperti yang diilustrasikan oleh gambar diatas kecepatan aliran v 0 dan v 1 di


dua lokasi yang berbeda pada terowongan angin dengan luas penampang A0 dan
A1 dinyatakan oleh persamaan kontinuitas :

V0 ∙ A0 = V1 ∙ A1 (III)

Persamaan kontinuitas ini menyatakan bahwa laju volume (debit) fluida yang
mengalir dalam sebuah sistem yang tidak termanpatkan dan tidak mengalami
gesekan adalah bernilai konstan.

IV. Daftar Pustaka

Leybold Didactic, Manual Percobaan P1.8.7.3

LABORATORIUM FISIKA DASAR 32


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

V. Langkah Percobaan
1. Catat suhu dan tekanan ruang sebelum dan sesudah melakukan praktikum
2. Pastikan selang pada Manometer terpasang dengan baik
3. Atur kedudukan water pass pada kondisi seimbang
4. Atur posisi troli pengukur tekanan pada posisi A (penampang 0,020 m 2)
5. Nyalakan power supply, lalu atur tegangan keluar
6. Catat tekanan Manometer pada tabel pengukuran, gunakan lah mistar untuk
membantu pembacaan manometer
7. Geser troli pengukur tekanan pada posisi B, C, D, E, dan F kemudian catat
kembali tekanan Manometer
8. Ulangi langkah 6-7 untuk level tegangan power supply yang berbeda, catat
kembali tekanan pada tabel pengukuran

LABORATORIUM FISIKA DASAR 33


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VI. Tabel Pengamatan

KELOMPOK : Pawa l : Pakhir :


JURUSAN : Tawal : Takhir :

Siklus Posisi Luas Penampang Tekanan (Pa)


(m2)
A 0,020
B 0,019
C 0,018
I
D 0,017
E 0,016
F 0,015
II A 0,020
B 0,019
C 0,018
D 0,017
E 0,016
F 0,015

Tanggal Pengambilan Data :


Nama Asisten :
Tanda Tangan Asisten :

VII. Tugas Akhir


1. Konversi tekanan pada Manometer menjadi kecepatan fluida
menggunakan persamaan
2𝑝
𝑣= √
𝜌
𝑘𝑔
Dengan 𝜌 = 1,2 3
𝑚
2. Buatlah grafik tekanan dinamis terhadap posisi (luas penampang)
3. Buatlah grafik kecepatan fluida terhadap posisi (luas penampang)
4. Hitung debit fluida untuk setiap posisi
5. Buat grafik hubungan debit fluida terhadap posisi (luas penampang)
6. Berdasarkan soal no.4 carilah hubungan antara debit fluida dan luas
penampang

LABORATORIUM FISIKA DASAR 34


MODUL VI
MOMENTUM DAN TUMBUKAN

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

MODUL VI
MOMENTUM DAN TUMBUKAN

I. TUJUAN
1. Memverifikasi Hukum Kekekalan Momentum
2. Dapat membedakan tumbukan elastis dan tumbukan tidak elastis

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. Rel Udara
2. Kereta
3. Pegas Tumbuk
4. Pewaktu Pencacah (Timer Counter)
5. Beban
6. Penghalang Cahaya Dua Jari 3cm
7. Velero
8. Gerbang Cahaya

III. TEORI
kita tinjau tumbukan antara dua benda yang bermassa m A dan mB seperti
diperlihatkan dalam gambar 4.1. Dalam selang tumbukan yang sangat singkat kedua
benda saling memberikan gaya pada yang lainnya. Menurut Hukum Newton III, pada
setissp saat gaya FA yaitu gaya yang bekerja pada sebuah benda A oleh benda B
sama besar dan berlawanan arah dengan gaya FB yaitu gaya pada benda B oleh
benda A.

Gambar 4. 1

LABORATORIUM FISIKA DASAR 35


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Perubahan momentum benda A akibat tumbukan ini adalah :


𝑡2
ΔPA = ∫𝑡1 FA dt = FA . Δt
Dengan FA adalah harga rata-rata gaya FA dalam selang waktu tumbukan
Δt = t1 – t2
Perubahan momentum benda B akibat tumbukan adalah :
𝑡2
ΔPB = ∫𝑡1 FB dt = FB Δt
Dengan FB adalah harga rata-rata gaya FB dalam selang waktu tumbukan
Δt = t2 – t1
Jika tidak ada gaya lain yang bekerja maka ΔPA dan ΔPB menyatakan perubahan
momentum total masing-masing benda. Tetapi telah kita ketahui bahwa pasa setiap
saat FA= -FB sehingga FA = FB dan karena itu ΔPA dan ΔPB
Jika kedua benda kita anggap sebagai sebuah sebuah sistem terisolasi, maka
momentum total sistem adalah Ƥ = ƤA + ƤB dan perubahan momentum total sistem
akibat tumbukan sama dengan nol yaitu Δ Ƥ = ΔƤA + ΔƤB = 0.
Jadi jika tidak ada gaya luar yang bekerja maka tumbukan tidak mengubah
momentum total sistem. Gaya impulsif yang bekerja selama tumbukan merupakan
gaya internal, karena itu tidak mempengaruhi momentum total sistem.
Misalkan dua buah benda (A dan B) dengan massa mA dan mB bergerak dengan
kecepatan VA dan VB. Kecepatan benda setelah tumbukan VA’ dan VB’. Hukum
kekekalan mometum dapat kita tuliskan :
mA.VA + mB.VB = mA.V’A + mB . V’B ....................................................................(4.1)
jika kita dapat mengukur kecepatan kedua sistem sebelum dan sesudah tumbukan,
massa benda dapat kita ketahui, maka Hukum Kekekalan Momentum dapat kita
buktikan.
Percobaan ini kita lakukan untuk dua kasus yang berbeda :
1. Tumbukan Lenting Sempurna
Misalkan massa kedua benda sama besar mA = mB, dan benda A mula-mula
diam VA = 0, benda B mendekati dan menumbuk benda A dengan kecepatan
VB’. Kita apatkan V’A = VB dan V’B = 0 artinya kedua benda bertukar kecepatan.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 36


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Untuk benda dengan massa berbeda dan benda A mula-mula diam persamaan
(4.1) menjadi :
mB.VB = mA . V’A + mB . V’B ..........................................................................(4.2)
2. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Misalkan massa benda A dan B sama besar, benda A mula-mula diam, dan
benda B bergerak dengan kecepatan V. Setelah tumbukan kecepatan kedua
benda sama besar. Maka kecepatan kedua benda setelah tumbukan menjadi V’
= 1/2v.

Jika kedua benda memiliki kecepatan mula-mula tetapi untuk arah yang sama
maka kecepatan benda setelah tumbukan menjadi v’ = ½ v (vA + vB )
Jika massa kedua benda tidak sama maka persamaan (1) menjadi :
mB . vB = (mB + mB ) ........................................................................................(4.3)

IV. DAFTAR PUSTAKA


Pundak Scientific, Panduan Percobaan Rel Udara 2 Meter PMK 145.

V. CARA KERJA
➢ Persiapan Alat
1. Ukur temperatur dan tekanan ruangan sebelum dan sesudah praktikum
2. Susunlah alat seperti gambar 4.2
3. Nyalakan peniup
4. Periksalah kerataan lintasan
5. Pasangkan penghalang cahaya dan pegas tumbuk pada 2 buah kereta yang
bermassa sama.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 37


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

➢ Percobaan Tumbukan Lenting Sempurna

1. Atur agar Pewaktu pencacah pada fungsi COLLISION


2. Letakkan kereta diatas rel
3. Kereta A dalam keadaan diam diantara 2 gerbang cahaya (lihat gambar 4.3)
4. Dorong kereta B sehingga bergerak dengan kecepatan v B yang besarnya dapat
diukur melalui gerbang cahaya G2
5. Tahan kereta sehingga hanya 1 kali melewati gerbang cahaya
6. Amati waktu kereta melewati gerbang cahaya kemudian tekan tombol CHANGE
OVER untuk merubah menjadi data kecepatan, catat pada tabel 4.1
7. Ulangi percobaan diatas dengan mengubah massa kereta dengan menambahkan
beban tamahan. Catat hasilnya pada tabel 4.2
8. Lakukan untuk beberapa kali dengan dorongan yang berbeda-beda

LABORATORIUM FISIKA DASAR 38


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

➢ Percobaan Tidak Lenting Sama Sekali

1. Pasang velcro pada kedua kereta dan penghalang cahaya hanya pada salah
satu kereta
2. Letakkan kereta A diantara kedua gerbang cahaya
3. Dorong kereta B sehingga menumbuk kereta A (setelah tumbukan kedua
kereta akan bergerak bersama-sama)
4. Amati selang waktu kereta melewati gerbang cahaya sebelum dan sesudah
tumbukan pada penghitung waktu kemudian catat pada tabel 4.3
5. Ulangi langkah 2-4 dengan menambahkan beban tambahan pada kereta
kemudian catat pada tabel 4.4
6. Lakukan untuk beberapa dorongan yang berbeda-beda.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 39


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VI. DATA PENGAMATAN

MODUL VI
(MOMENTUM DAN TUMBUKAN)

KELOMPOK : Pawal : Pakhir :


JURUSAN : Tawal : Takhir :

Tabel 4.1 Tumbukan elastis dengan mA = mB, dan VA = 0


Sebelum Tumbukan Setelah Tumbukan
No. Benda A Benda B Benda A Benda B
VA ƤA VB ƤB VA’ ƤB’ VB’ ƤB’
1
2
3
4
5

Tabel 4.2 Tumbukan elastis dengan mA ≠ mB, dan VA = 0


Sebelum Tumbukan Setelah Tumbukan
No. Benda A Benda B Benda A Benda B
VA ƤA VB ƤB VA’ ƤB’ VB’ ƤB’
1
2
3
4
5

LABORATORIUM FISIKA DASAR 40


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Tabel 4.3 Tumbukan tidak lenting sama sekali dengan mA = mB, dan vA = 0
Sebelum Tumbukan Setelah Tumbukan
No. Benda A Benda B Benda A Benda B
VA ƤA VB ƤB VA’ ƤB’ VB’ ƤB’
1
2
3
4
5

Tabel 4.4 Tumbukan lenting sama sekali dengan mA ≠ mB, dan vA = 0


Sebelum Tumbukan Setelah Tumbukan
No. Benda A Benda B Benda A Benda B
VA ƤA VB ƤB VA’ ƤB’ VB’ ƤB’
1
2
3
4
5

Tanggal Pengambilan Data :

Nama Asisten :

Tanda Tangan Asisten :

LABORATORIUM FISIKA DASAR 41


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN


1. Lakukan perhitungan untuk melengkapi tabel di atas.
2. Dapatkah hasil percobaan yang diperoleh menunjukan bahwa Hukum
Kekekalan Momentum Berlaku?
3. Adakah pengaruh jarak terhadap Hukum Kekekalan Momentum?
4. Apakah syarat-syarat yang dapat mempengaruhi berlakunya Hukum
Kekekalan Momentum pada sebuah tumbukan?
5. Faktor – faktor apakah yang dapt mempengaruhi berlakunya Hukum
Kekekalan Momentum pada sebuah tumbukan?

LABORATORIUM FISIKA DASAR 42


MODUL VII
DINAMIKA, USAHA, DAN ENERGI

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

MODUL VII
DINAMIKA, USAHA, DAN ENERGI

• PERCOBAAN 1 GERAK HARMONIK SEDERHANA

I. TUJUAN
1. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya perioda pada getaran
harmonic sederhana.
2. Menentukan hubungan perioda getaran harmonic sederhana massa beban.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Rel udara
2. Kereta
3. Beban tambahan
4. Pegas getar
5. Pewaktu pencacah
6. Penghenti
7. Gerbang cahaya
8. Penghalang cahaya

III. TEORI
Getaran adalah gerak bolak-balik sebuah benda terhadap suatu titik kesetimbangan
secara periodic. Dalam mempelajari getaran ada dua besaran penting yang harus
kita mengerti dengan baik, yaitu perioda dan frekuensi getaran. Perioda adalah
selang waktu yang diperlukan sebuah benda untuk melakukan satu getaran penuh
sedangkan frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan sebuah benda
dalam waktu satu sekon. Gaya pemulih pada sebuah benda yang digantungkan
pada sebuah pegas adalah sebanding dengan pertambahan panjang dari titik
seimbang dan dapat dituliskan:
F = -k (x – xo)
Dimana k adalah konstanta pegas (N/m2), xo adalah titik seimbang dan x adalah
posisi benda. Itulah Hukum Hooke.
Berdasarkan Hukum II Newton:
F = m.a = -k (x – xo) atau ditulis dalam bentuk persamaan diferensial orde 2 sebagai
berikut:

LABORATORIUM FISIKA DASAR 43


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

𝑑2𝑥 ′ 𝑘 ′
𝑎= = − (𝑥 )
𝑑𝑡 2 𝑚
Dimana x’ = x - xo
Solusi umum dari persamaan di atas adalah:
x’(t) = A cos (wot) + B sin (wot)
√𝑘 √𝑚
wot = maka T = 2𝜋
√𝑚 √𝑘

IV. DAFTAR PUSTAKA


Pudak Scientific, Panduaan Rel Udara 2 meter PMK 145

V. PROSEDUR PERCOBAAN

Gambar 5.1
1. Pasang peralatan yang diperlukan dengan hati-hati. (Lihat Gambar 5.1)
2. Periksalah kehorizontalan rel udara
3. Pasang satu gerbang cahaya pada rel
4. Atur pewaktu pencacah pada fungsi CYCLES
5. Pilihlah 2 buah pegas yang memiliki panjang yang sama dan kontanta yang
sama pula
6. Kaitkan pegas masing-masing pada ujung rel udara dan penghenti
mengggunakan sengkang kereta (Lihat Gambar 5.1)
7. Atur posisi gerbang cahaya pada titik setimbang kereta

LABORATORIUM FISIKA DASAR 44


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

8. Nyalakan penutup
9. Jika belum, atur pewaktu pada fungsi CYCLES kemudian tekan tombol
CHANGE OVER untuk menentukan jumlah getaran yang diinginkan
10. Letakkan kereta pada titik setimbang kemudian regangkan sejauh 10 cm,
biarkan kereta bergetar untuk 10 kali getaran
11. Ulangi langkah 9, dengan mengubah-ubah besar simpangan (masukkan dalam
table 5.1)
12. Tambahkan beban pada kereta
13. Beri simpangan sejauh 20 cm kemudian lepaskan
14. Amati waktu untuk 10 getaran (catat hasilnya dalam table 5.2)
15. Ulangi langkah 11-13 dengan menambahkan beban pada kereta (catat hasilnya
dalam table 5.2)

VI. DATA PENGAMATAN


MODUL VII PERCOBAAN I

KELOMPOK : Pawal : Pakhir :


JURUSAN : Tawal : Takhir :
Table 5.1
Simpangan Waktu Perioda
(cm) (s) (s)
5

10

15

20

15

30

35

LABORATORIUM FISIKA DASAR 45


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Table 5.2
Massa Beban Waktu Perioda
(Kg) (s) (s)
0.015

0.030

0.040

0.050

0.065

0.080

VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN

1. Lakukan perhitungan untuk melengkapi tabel 5.1 dan tabel 5.2


2. Buatlah grafik antara simpangan terhadap perioda
3. Buatlah grafik antara massa terhadap perioda
4. Besaran apakah yang ditunjukan dari grafik 1 dan 2 yang anda peroleh ?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi besar kesalahan pada percobaan ini ?

LABORATORIUM FISIKA DASAR 46


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

• PERCOBAAN 2 HUKUM KEKEKALAN ENERGI MEKANIK

I. TUJUAN
1. Memahami konsep perubahan energi potensial benda terhadap energi
kinetiknya.
2. Dapat memverifikasi hukum kekalan energi mekanik pada sistem yang ditinjau.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Rel udara
2. Kereta
3. Beban 25 g dan 50 g
4. Penggantung beban 5 g
5. Beban 5 g
6. Penghalang cahaya 2 jari 3 cm
7. Pewaktu
8. Benang berpengait
9. Sengkang
10. Neraca 311

III. TEORI
Apakah energi itu? Mungkin tidak ada jawaban yang memuaskan yang dapat
diberikan untuk pertanyaan sederhana ini. Secara sederhana pula dapat kita katakan
bahwa energi adalah kemampuan melakukan usaha.
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya. Energi ini
tersembunyi dalam benda tetapi jika diberikan kesempatan energi ini dapat
dimanfaatkan. Energi kinetic adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya atau
kecepatannya.
Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, demikian bunyi hukum kekekalan
energi yang juga berlaku untuk energi gerak benda. Untuk sistem dengan dua benda
seperti gambar 6.1, berdasarkan hukum kekekalan energi mekanik jumlah jumlah
energi kinetic dan energi potensial sebuah sistem selalu tetap.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 47


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

Dengan demikian dapat dituliskan :


EM1 = EM2 ................................................(6.1)
EK1 + EK2 = EK2+EP2 .............................(6.2)
Mgh1 + 1/2 mv12 = mgh2 + 1/2 mv22 ............(6.3)

m adalah massa kereta


v1 adalah kecepatan kereta pada saat dilepaskan (v1 = 0)
v2 adalah kecepatan kereta pada posisi terendah.
h1 adalah ketinggian beban dari lantai pada kondisi 1.
h2 adalah ketinggian beban dari lantai pada kondisi kedua (h2 = 0)
IV. DAFTAR PUSTAKA
Pudak Scientific, Panduan percobaan Rel Udara 2 meter PMK 145

LABORATORIUM FISIKA DASAR 48


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

V. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pasang perlatan denngan hati-hati (lihat gambar 6.2)


2. Pastikan rel udara dalam keadaan horizontal
3. Pasang gerbang cahaya pada rel
4. Pasang kabel gerbang cahaya pada posisi soket p1 dan p2
5. Lakukan penimbangan untuk mengetahui massa kereta
6. Kaitkan benang berpengait pada sengkang yang terpasang pada kereta
kemudian tarik melewati katrol pada ujung rel dan gantungkan penggantung
beban diujungnya dengan beban 5 gram
7. Tentukan jarak antar gerbang cahaya sehingga kereta melewati gerbanng
cahaya kedua sesaat sebelum beban menyentuh lantai. (jarak kereta mendatar
sama dengan jarak beban ke lantai)
8. Jika belum, atur agar pewaktu pada fungsi TIMING II
9. Letakan kereta teapat sebelum gerbang cahaya pertama kemudian lepaskan
hingga melewati gerbang cahaya kedua
10. Amati waktu ketika kereta melewati gerbang 2 yang terukur pada pewaktu
(waktu digerbang cahaya 1 mendekati nol karena kereta dari keadaan diam)
11. Jika belum, tekan tombol CHANGE OVER untuk melihat data kecepatan catat
pada tabel 6.2
12. Ulangi langkah 9-11 denggan menambahkan beban pada kereta

LABORATORIUM FISIKA DASAR 49


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VI. DATA PENGAMATAN


MODUL VII PERCOBAAN 2

KELOMPOK : P awal : P akhir :


JURUSAN : T awal : T akhir :

Table 6.1

M m (m + M) h t v mgh 2
1/2(m+M)v
(kg) (kg) (kg) (m) (s) (m/s) (J) (J)

0.005

0.010

0.015

0.020

0.025

VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN

1. Lakukanlah perhitungan untuk melengkapi tabel 6.1


2. Dapatkah percobaan diatas memverifikasi hukum kekekalan energi pada sisitem
yang ditinjau ?
3. Berapakah besar persentase perbedaan antara energi kinetik dan energi
potensialnya ? Apa arti bessar persentase tersebut ?

LABORATORIUM FISIKA DASAR 50


MODUL VIII
Percobaan: Mengukur Konduktivitas
Termal

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

MODUL VIII
Percobaan: Mengukur Konduktivitas
Termal

I. Tujuan
Menghitung konduktivitas termal

II. Peralatan yang Dibutuhkan


• Generator uap yang akan mengirimkan sekitar 10 gram / menit (mis.,
Generator Steam Model TD-8556 PASCO)
• Steam chamber dengan perangkat penyimpan sampel
• Freezer
• Wadah untuk mengumpulkan es yang meleleh
• Neraca ukur dengan satuan gram untuk menimbang air yang terkumpul
• Wadah untuk mengumpulkan uap yang telah mengembun
• Petroleum jelly ("Vaseline")
• Jangka sorong
• Mikrometer sekrup
• Benda uji ( Kaca, kayu, lexan, masonit, dan batu lembaran)

III. Teori

Panas dapat ditransfer dari satu titik ke titik lain dengan tiga metode umum:

LABORATORIUM FISIKA DASAR 51


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

konduksi, konveksi dan radiasi. Setiap metode dapat dianalisis


dan masing-masing

LABORATORIUM FISIKA DASAR 52


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

menghasilkan hubungan matematis sendiri yang spesifik. TD-8561 Alat


Konduktivitas Termal memungkinkan seseorang untuk menyelidiki laju
konduksi termal melalui lima bahan umum yang digunakan dalam konstruksi
bangunan. Persamaan yang memberikan jumlah panas dilakukan melalui
suatu bahan adalah:
∆Q = k A ∆T ∆t / h.

Dalam persamaan ini, ∆Q adalah total energi panas yang dilakukan, A adalah
daerah di mana konduksi terjadi, ∆T adalah perbedaan suhu antara sisi-sisi
material, ∆t adalah waktu di mana konduksi terjadi dan h adalah ketebalan
material. Istilah yang tersisa, k, adalah konduktivitas termal dari material yang
diberikan.
Satuan untuk k tergantung pada satuan yang digunakan untuk mengukur
besaran lain yang terlibat. Beberapa konversi sampel antara berbagai set
satuan yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 1.

Pentingnya k terletak pada apakah seseorang ingin melakukan panas dengan


baik (konduktor yang baik) atau buruk (isolator yang baik). Oleh karena itu,
ukuran relatif k adalah penting bagi para perancang dan pembangun, dan harus
menjadi penting bagi pemilik rumah.

Perhatikan lebih lanjut bahwa memilih bahan dengan nilai kecil untuk k tidak

LABORATORIUM FISIKA DASAR 53


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

menjamin struktur yang terisolasi dengan baik. Jumlah panas yang dilakukan
di musim dingin (dan karena itu perlu diganti) juga tergantung pada tiga faktor
lain: luas,

LABORATORIUM FISIKA DASAR 54


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

ketebalan dan perbedaan suhu. Hal yang sama berlaku untuk panas yang
dilakukan selama musim panas.
Persamaan untuk menentukan k adalah:

k = ∆Q h / A ∆T ∆t =

Teknik untuk mengukur konduktivitas termal sangat mudah. Sebuah


lempengan dari bahan yang akan diuji dijepit di antara ruang uap, yang
mempertahankan suhu konstan 100 ° C, dan balok es, yang mempertahankan
suhu konstan 0 ° C. Suatu perbedaan temperatur tetap dari 100 ° C dengan
demikian ditentukan diantara permukaan-permukaan material. Panas yang
ditransfer diukur dengan mengumpulkan air dari es yang mencair. Es mencair
pada tingkat 1 gram per 80 kalori dari aliran panas (panas laten meleleh untuk
es).

Konduktivitas termal, k, karenanya diukur dengan menggunakan persamaan berikut:


cal
(massa es yang mencair)(80 )(ketebalan material)
gm
𝑘 = (𝑘𝑎𝑙 𝑐𝑚/𝑐𝑚2 sec celsius) =
(area es)(waktu di mana es mencair)(𝑝𝑒𝑟𝑏𝑒𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢)

di mana jarak diukur dalam sentimeter, massa dalam gram, dan waktu dalam detik.

Peralatan Konduktivitas Termal termasuk peralatan berikut (lihat Gambar 1):


• Base
• Ruang uap dengan perangkat keras untuk pemasangan sampel
• Cetakan es dengan penutup (Bagian # 648-03427)
• Bahan untuk diuji: Kaca, kayu, lexan, masonit, dan batu lembaran (Kayu,
masonit, dan batu lembaran ditutupi dengan aluminium foil untuk
waterproofing.)

LABORATORIUM FISIKA DASAR 55


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

IV. DAFTAR PUSTAKA

Pasco Scientific, Manual Percobaan Pengukuran konduktifitas termal.

V. Prosedur Percobaan
Mengukur Konduktivitas Termal
1. Isi cetakan es dengan air dan bekukan. Jangan membekukan air dengan
tutup botol. (Beberapa tetes detergen non-berbusa di dalam air sebelum
membeku akan membantu air mengalir lebih leluasa karena meleleh dan
tidak akan berpengaruh signifikan pada hasilnya.)

2. Jalankan botol di bawah air hangat untuk melonggarkan es di cetakan.

CATATAN: Jangan mencoba "membongkar" es dari cetakan.

3. Ukur dan catat h, ketebalan bahan sampel.

4. Pasang material sampel ke dalam ruang uap seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.
CATATAN: Berhati-hatilah bahwa bahan sampel rata dengan saluran air,

LABORATORIUM FISIKA DASAR 56


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

agar air tidak bocor, kemudian kencangkan sekrupnya. Sedikit Vaselin di


antara saluran dan sampel akan membantu membuat segel yang baik.
5. Tempatkan es di atas sampel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Jangan mengeluarkan es tetapi pastikan es dapat bergerak bebas dalam
cetakan. Cukup tempatkan ujung cetakan yang terbuka terhadap sampel,
dan biarkan es bergeser keluar saat percobaan berlangsung.

6. Alirkan uap ke dalam ruang uap. Biarkan selama beberapa menit sampai
suhu stabil sehingga aliran panasnya stabil. (ditandai dengan laju lelehan es
yang relatif konstan)

7. Tampung es yang mencair kedalam gelas ukur dan ukur diameter es catat
sebagai d1 .

8. Hentikan proses penampungan es yang mencair setelah 5- 10 menit catat


sebagai waktu es mencair ( t ) dan ukur kembali diameter es catat sebagai
d2.

9. Ukur massa gelas derisi air dengan mengunakan neraca catat sebagi mga,
ukur massa gelas dalam kondisi kosong catat sebagi mg.
VI. Data Dan Perhitungan
1. Hitung nilai rata-rata d1 dan d2 untuk menentukan davg, diameter rata-rata es
selama percobaan.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 57


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

2. Gunakan nilai davg Anda untuk menentukan A, area di mana aliran panas
antara es dan ruang uap berlangsung. (Asumsikan bahwa A hanya area es
yang bersentuhan dengan material sampel.)
3. Kurangi nilai mga oleh mg untuk menentukan massa es yang mencari ( mesc
)selama waktu pengamatan.
4. Hitunglah nilai konduktivitas termal mengunakan persamaan yang terdapat
dalam teori dengan menggunakan asumsi perbedaan suhu plat 100 oC

Bahan h d1 d2 davg A mga mg mesc t

LABORATORIUM FISIKA DASAR 58


MODUL IX
Percobaan: Mengukur Koefisien Ekspansi
Linear untuk Aluminium, Kuningan, dan
Tembaga

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

MODUL IX
Percobaan: Mengukur Koefisien Ekspansi
Linear untuk Aluminium, Kuningan, dan
Tembaga

I. Tujuan
Menghitung Koefisien Ekspansi Linier untuk Alumunium, Kuningan dan
Tembaga

II. Peralatan yang Dibutuhkan


• Peralatan Ekspansi Termal
• Generator uap
• Wadah (untuk menangkap air)
• Meter Stick atau Pita Pengukur

III. Teori

Sebagian besar bahan agak berkembang ketika dipanaskan melalui rentang


suhu yang tidak menghasilkan perubahan dalam fase. Panas yang
ditambahkan meningkatkan amplitudo rata-rata getaran atom dalam material
yang meningkatkan pemisahan rata- rata antara atom. Misalkan sebuah objek

LABORATORIUM FISIKA DASAR 59


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

dengan panjang L mengalami perubahan suhu sebesar ΔT. Jika ΔT kecil,


perubahan panjang, ΔL, umumnya sebanding dengan L dan ΔT. Dinyatakan
secara matematis:

dimana α disebut koefisien ekspansi linear untuk


material.

Untuk material yang tidak isotropik, seperti kristal asimetris misalnya, α dapat
memiliki nilai yang berbeda tergantung pada sumbu sepanjang mana
ekspansi diukur. Koefisien α juga bisa agak berbeda dengan suhu
sehingga tingkat ekspansi tidak hanya bergantung pada besarnya
perubahan suhu, tetapi juga pada suhu absolut.

Dalam percobaan ini, Anda akan mengukur α untuk aluminium, kuningan, dan
tembaga. Logam-logam ini bersifat isotropik sehingga kebutuhan hanya
diukur sepanjang satu dimensi. Juga, dalam batas-batas eksperimen ini, suhu
tidak bervariasi.

IV. Daftar Pustaka

Pasco Scientific, Manual Percobaan Alat Expansi Termal.

V. Prosedur

1. Ukur L, panjang tabung aluminium pada suhu kamar. Ukur dari tepi
bagian dalam disk bundar yang lebih besar di satu ujung ke tepi bagian
dalam dari disk melingkar yang lebih kecil di ujung yang lain (lihat Gambar
1). Catat hasil Anda di Tabel 1.

LABORATORIUM FISIKA DASAR 60


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

2. Pasang tabung aluminium dalam bingkai peralatan seperti yang


ditunjukkan pada Gambar 2. Disk lingkaran yang lebih kecil pada tabung
pas ke dalam slot pada bingkai ujung "tinggi". Disk bundar yang lebih besar
pada tabung menekan ujung ujung lengan pegas dari indikator dial.

3. Putar tube logam sehingga termistor lug di bawah insulasi busa berada di
atas.
Sambungkan konektor telepon di ujung kabel termistor ke port telepon pada
bingkai ujung "tinggi", atau ke dalam jack telepon pada sensor PASCO yang
kompatibel.
4. Kencangkan sekrup jari di bingkai ujung "tinggi" terhadap tabung hingga tidak
bisa lagi dipindah.
5. Pastikan bahwa insulator busa berpusat di atas lugs thermistor.
6. Jika Anda menggunakan ohmmeter (atau multimeter), pasang ujung ohmmeter
Anda ke konektor colokan pisang pada bingkai ujung "tinggi" tepat di bawah
port konektor telepon.
7. Ukur dan catat Rm, resistansi thermistor pada suhu kamar. Catat nilai ini dalam
tabel.
8. Pasang adaptor tabung dari tabung karet ke ujung tabung aluminium.
(Lampirkan ke ujung terjauh dari indikator digital.) Hubungkan ujung tabung
lainnya ke pembangkit uap.
9. Tempatkan wadah di bawah ujung tabung untuk menangkap air yang
mengembun di dalam tabung.
10. Tekan tombol ON / OFF pada indikator digital untuk menyalakannya. Tekan
tombol ZERO untuk mengatur pembacaan digital awal ke nol. Saat tabung

LABORATORIUM FISIKA DASAR 61


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

mengembang, pin pegas indikator digital akan tetap bersentuhan dengan disk
bundar yang lebih besar pada tabung.
11. Nyalakan generator uap. Saat uap mulai mengalir, saksikan tampilan
digital dan pembacaan hambatan pada ohmmeter (atau perangkat komputasi).
Ketika ketahanan termistor stabil, catat resistansi (Rhot) pada Tabel 1. Juga
catat ekspansi panjang tabung (ΔL) seperti yang ditunjukkan oleh tampilan
pada indikator digital.

• Ulangi percobaan untuk dua tabung logam lainnya

LABORATORIUM FISIKA DASAR 62


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

VI. Data dan Perhitungan

Tabel
pengamatan
modul IX

1. Gunakan Tabel Konversi pada akhir manual ini, atau yang melekat pada
tabung bingkai peralatan, untuk mengkonversi pengukuran tahanan termistor
Anda, Rrm dan Rhot, ke dalam pengukuran suhu, Trm dan Thot. Rekam hasil Anda
dalam tabel.Calculate ΔT = Thot - Trm. Record the result in the table.
2. Gunakan persamaan ∆L = αL∆T , hitung α untuk aluminium, kuningan, dan
tembaga.
• Aluminum =
• Brass =
• Copper =

VII. Pertanyaan
1. Lihat nilai yang diterima untuk koefisien ekspansi linear untuk aluminium,
kuningan, dan tembaga. Bandingkan nilai-nilai ini dengan nilai eksperimental
Anda. Apa perbedaan persentase dalam setiap kasus? Apakah kesalahan
eksperimental Anda secara konsisten tinggi atau rendah?
2. Atas dasar jawaban Anda dalam pertanyaan 1, berspekulasi tentang
kemungkinan sumber kesalahan dalam eksperimen Anda. Bagaimana Anda
dapat meningkatkan keakuratan eksperimen?
3. Dari hasil Anda, dapatkah Anda menghitung koefisien ekspansi volume untuk
aluminium, kuningan, dan tembaga? (yaitu ΔV = αvolV ΔT)

LABORATORIUM FISIKA DASAR 63


PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS

LABORATORIUM FISIKA DASAR 64

Anda mungkin juga menyukai