……….…….…………….…..
NIM :
…………………….………....
PETUNJUK PRAKTIKUM
FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN
PANAS
Contoh format cover tugas rumah & laporan diketik komputer (berwarna)
di kertas A4 :
Format Laporan :
1. Judul
2. Tujuan
3. Alat dan Perlengkapan Ketik Komputer
4. Teori pada modul
5. Cara Kerja
6. Data Pengamatan
7. Tugas Akhir
9. Kesimpulan
MODUL I
PENGUKURAN DASAR
( ISI DAN MASSA JENIS ZAT PADAT )
I. TUJUAN
1. Mempelajari penggunaan alat-alat ukur dasar.
2. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan berarti hasil pengukuran
atau perhitungan.
3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur langsung.
III. TEORI
Setiap pengukuran besaran fisis selalu dihinggapi oleh batas ketelitian dan
kesalahan pengukuran. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam
pembuatan alat maupun keterbatasan dalam kemampuan membaca dan
cara membacanya. Karena itu setiap hasil pengukuran harus dilaporkan
secara benar yang memperlihatkan ketelitian pengukuran tersebut. Untuk
hal itu maka pemakaian alat ukur perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Titik nol alat yaitu angka yang ditunjukkan alat sebelum digunakan.
b. Nilai skala terkecil alat yaitu skala terkecil yang diperlihatkan alat.
c. Batas ukur alat yaitu batas maksimum yang dapat diukur alat
tersebut.
d. Cara pemakaian alat.
Demikian banyak hal yang harus diatur dan dikuasai, sehingga pengamat
mudah sekali melakukan suatu kesalahan. Sehingga nilai benar xo tidak
mungkin kita
A. Pengenalan Alat
1. Jangka Sorong
2. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup hanya dapat digunakan untuk mengukur bagian
luar saja. Caranya putarkan roda bagian pemutar kasar, jika sudah
dekat putarkan bagian pemutar halus C, jika sudah pas dikunci oleh
penguat S. Skala besarnya adalah bagian yang horizontal
sedangkan skala penghalusnya adalah bagian yang vertikal N (
lihat gambar 3 ). Biasanya bagian vertikal terdiri dari 50 skala, satu
putaran bagian vertikal akan merubah skala horizontal sebesar ½
mm.
3. Neraca Ohaus
ktp itu tidak sama, harus disamakan dahulu. Misalnya dengan membuat
jaminan pada Δx dari jaminan 100 % menjadi jaminan 68 % seperti
halnya jaminan pada Δy. Jadi kita pakai :
Dari hasil :
BALOK I BALOK II
Jumlah : Jumlah :
Rata-rata : Rata-rata :
MODUL II
SIMULASI MEJA GAYA
I. TUJUAN
Mempelajari keseimbangan gaya-gaya.
III. TEORI
Beberapa gaya yang bekerja pada suatu benda dapat kita uraikan menjadi
komponen gaya-gaya yang berada pada sumbu koordinat x dan y.
y
R
Ry
A
Ay
By
B
x
Bx Rx Ax
Gambar 1
Ry
Berada pada sudut , = arc tg ( )
Rx
1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ).
2. Ada tiga buah gaya F1 = 2 N berada pada sudut 30, F2 = 5 N berada pada 85
dan F3 = 7 N berada pada sudut 150.
a. Hitung terlebih dahulu berapa besarnya resultan ketiga gaya dan
sudutnya.
b. Kemudian simulasikan pada meja gaya untuk mencari keseimbangan
gaya-gaya tersebut.
c. Gaya-gaya tersebut dikatakan seimbang jika cincin logam tepat berada
ditengah-tengah meja.
3. Buat sembarang gaya ( 2 gaya ) pada meja gaya dengan mencoba-coba cari
gaya penyeimbangnya. Kemudian cocokkan dengan perhitungan.
4. Buat sembarang gaya ( 3 gaya ) hitung berapa resultan gaya dan sudutnya,
kemudian simulasikan pada meja gaya.
V . DATA PENGAMATAN
MODUL II
SIMULASI MEJA GAYA
KELOMPOK :
JURUSAN :
P awal : P akhir :
T awal : T akhir :
* Percobaan 1
F1 : N Sudut : 0
F2 : N Sudut : 0
F3 : N Sudut : 0
* Percobaan 2
F1 : N Sudut : 0
F2 : N Sudut : 0
F3 : N Sudut : 0
* Percobaan 3
F1 : N Sudut : 0
F2 : N Sudut : 0
F3 : N Sudut : 0
MODUL III
MOMEN INERSIA
𝐼
𝑇 = 2𝜋√ .............................................(1.5)
𝑘
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Pasanglah alat momen inersia pada dasar statif. Ikatkan benang nilon
pada salah satu baut yang ada ditepi dudukan silinder kemudian lilitkan
benang tersebut beberapa lilitan.Baringkan alat momen inersia dibagian
tepi meja. Lihat pada gambar disamping
2. Pasang gerbang cahaya pada dasar statif bila belum terpasang. Atur
posisisnya sehingga jarum penunjuk pada alat momen inersia dapat
melintasi gerbang cahaya.
3. Hubungkan gerbang cahaya dengan alat pencacah pewaktu AT-01
4. Hubungkan alat pencacah waktu dengan tegangan 220 V AC
kemudian nyalakan. Pilih fungsi CYCLE dengan menkan tombol
FUNCTION. Tekan tombol CH. OVER sebanyak sepuluh kali untuk
membatasi sepuluh getaran yang akan teramti.
5. Simpangkan dudukan silinder sampai 1800 kemudian lepaskan
sehingga terjadi gerakan bolak- balik atau osilasi
6. Amati pencacah waktu. Pencacah waktu akan menghitung mundur
jumlah getaran. Setelah 10 getaran alat tersebut secara otomatis
akan menampilkan waktu untuk 10 getaran. Catat waktu tersebut
pada table 1.2 sebagai 𝑡1 .
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai yang
tampil dilayar.
8. Ulangi langkah 5 s/d 7, catat waktunya sebagai 𝑡2 , 𝑡3 , … . . , 𝑡10
9. Hitung waktu rata-rata 10 getaran, kemudian hitung perioda osilasi
tersebut. Catat pada table 1.2 sebagai 𝑡0 .
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami konsep momen inersia benda
2. Menentukan momen inersia benda
III. TEORI
Sebuah system yang terdiri dari tiga buha pertikel dengan massa m1, m2, dan m3
Membentuk suatu benda tegar seperti tampak pada Gambar 2.1.
Apabila m1 berada pada posisi r1 dan bergerak rotasi dengan kecepatan
sudut ω,
Memiliki kecepatan linear V1=ω x r1, momentum sudut partikel tersebut :
L1 = m1 p1 = m1 r1 V1
L1 = m1 r1 = (ωr1)
Atau
L1 = m1 r12 ω ...........................................(2.1)
Dengan cara yang sama untuk m2 dan m3 :
L2 = m2 r22 ω
L3 = m3 r32 ω
Besarnya momentum sudut total dapat dituliskan
L = L1 + L2 + L3
L = (m1 r12 + m2 r22 + m3 r32)ω
L = I.ω ............................................................... (2.2)
Dengan I = m1 r12 + m2 r22 + m3 r32
Yang dapat dituliskan I =∑3𝑖=1 m₁r₁²
Persamaan (2.2) menunjukkan hubungan antara L, I dan ω, Hubungan ini
mirip dengan
Hubungan antara momentum linear p, m dan v pada gerak translasi, p =
mv.
Jadi besaran I identic dengan massa m pada gerak translasi dan disebut
momen inersia
Benda tegar,
Untuk suatu system N partikel yang membentuk benda tegar, momen
inersianya adalah
I =∑3𝑖=1 m₁r₁² ......................................... (2.3)
Untuk suatu benda tegar dengan distribusi massa yang kontinyu, suatu
elemen massa
Δmі yang berjarak rі dari sumbu putar, momen inersia benda dapat
dituliskan
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS
3
∑ rі²Δmі
𝑖=1
Apabila Δmі diambil sangat kecil, momen inersia dapat dituliskan
I =∫ 𝑟²𝑑𝑚
Dengan dm adalah elemen massa.
Dari persamaan momen inersia diatas, kita dapat menghitung momen
inersia untuk berbagai
Benda, seperti ditunjukkan pada table dibawah:
Tabel 2.1. Momen Inersia Benda
No. Nama Benda Letak Sumbu Momen Inersia
1. Silinder Pejal Pada sumbu silinder 𝑚𝑅²
2
2. Silinder Pejal Pada diameter pusat 𝑚𝑅² 𝑚𝑙²
+
4 12
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbanglah semua benda yang akan di tentukan momen
inersianya.catat hasilnya pada table 2.2
2. Ukulah tinggi dan diameter masing-masing benda .Catat hasilnya pada
table 2.2
3. Pasanglah bola pejal pada alat momen inersia.
4. Hubungkan Gerang cahaya dengan alat pecacah waktu AT-01
5. Hubungkan alat pecacah waktu dengan tegangan 220 V AC kemudian
nyalakan. Pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol FUNCTION.
Tekan tombol CH. OVER sebanyak sepuluh kali untuk memebatasi
sepuluh getaran yang akan teramati.
6. Simpangkan bola tersebut 180o ,kemudian lepaskan sehingga
berosilasi.Catat waktu 10 getaran yang ditunjukan alat pecacah waktu
pada table 2.3 sebagai t1.
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai yang tampil
di layar.
8. Ulangi langkah 6 dan 7 sebanyak 10 kali. Catat hasil tersebut pada table
2.3.
9. Hitunglah waktu 10 getaran rata-rata, kemudian hitung perioda
getarannya. Catat hasilnya pada table 2.3
10. Ganti bola pejal dengan benda sesuai urutan pada table 2.3. Lakukan
langkah 6/d 9 setiap benda. Catat hasil tersebut pada table 2.3
Nama Asisten :
Nota :
Dari grafik yang telah dibuat, persamaan garis lurusnya adalah :
𝜏 =. . . . . . . (𝜃)+. . . . . . . . (𝑁𝑚)
Kemiringan grafiknya, 𝑚1 = . . . . . . . . . . 𝑁𝑚/𝑟𝑎𝑑. (Lihat kembali
cara membuat grafik garis lurus dari data (x,y))
Dari persamaan (1,2) kita ketahui bahwa 𝑚𝑡 = 𝑘
𝑘 = . . . . . . . . . . . 𝑁𝑚/𝑟𝑎𝑑
KELOMPOK : P awal :
Pakhir :
Diameter
Massa Diameter Luar Tinggi
No. Nama Benda Dalam
(kg) (m) (m)
(m)
1. Bola Pejal
2. Silinder Pejal
3. Silinder
Berongga
4. Piringan 213
5. Piringan 714
.
6. Kerucut
Bola pejal
Silinder pejal
Silinder
Berongga
Silinder Pejal
213
Silinder Pejal
714
Kerucut Pejal
Nama Asisten :
I Teori t I KSR
Nama Benda (kg m2) (s) (kg m2) (%)
Bola Pejal
Silinder Pejal
Silinder Pejal
213
Silinder Pejal
714
Silinder
berongga
Kerucut
Catatan :
Nilai To dan Io didapat dari percobaan 1
I – I teori
KSR = x 100%
I teori
LABORATORIUM FISIKA
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
2020
PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA FLUIDA DAN PANAS
MODUL IV
BANDUL FISIS
I. TUJUAN
1. Mengenal sifat bandul fisis.
2. Menentukan percepatan gravitasi.
III. TEORI
Bandul fisis merupakan bandul yang bentuknya sembarang. Untuk
menganalisa geraknya dapat digunakan konsep pusat massa, sehingga kita
kembali lagi pada konsep gerak benda titik. Suatu bandul fisis jika diberi
simpangan sudut dari titik kesetimbangan kemudian dilepaskan maka akan
melakukan gerak ayunan. Jika sudut kecil, maka ayunan ini dikenal dengan
gerak anguler sederhana.
1
AO ms + AB mb
2
XC = …………………………………......………( 1 )
ms + mb
Dengan konsep pusat massa maka sistem bandul ini dapat kita pandang
sebagai bandul matematis dengan poros melalui P. Jika bandul ini diberikan
simpangan kecil kemudian dilepas sehingga seolah-olah bergerak lurus akibat
gaya pemulih maka sistem akan bergerak harmonis sederhana dengan periode
T, sedangkan untuk bandul fisis sebenarnya massa diganti momen inersia I
dimana :
m I
T = 2 T = 2
k k
IP = Io + ( ms + mb ) ( CP )2 = Io + ml2
2
Io + ml
T = 2 ……………………………………………………( 2 )
mgl
2 2 2
4 ( l1 − l2 )
g= ……….…………………………………………( 3 )
2 2
T1 l1 − T2 l2
Catatan :
Cara menghitung T dengan teliti,misal n = 50.
Pengamatan 2 : 81,3 detik
Pengamatan 3 : 300,9 detik
Pengamatan 4 : 82,0 detik
Maka :
81,3 + 82,0
Tsementara = = 1,663 detik
50 + 50
300,9
Jadi dalam 300,9 detik ada = 184 ayunan ( bilangan bulat ).
1,663
300,9
Tteliti = = 1,663 detik
184
MODUL V
BERNOULLI
I. Tujuan
1. Mempelajari hubungan luas penampang terhadap Tekanan fluida
2. Mempelajari hubungan luas penampang terhadap kecepatan fluida
3. Memverifikasi atau memvalidasi persamaan kontinuitas fluida mengunakan
persamaan bernoulli
Secara khusus, gambar diatas menyatakan bahwa Ptot (tekanan total) memiliki
nilai yang akan selalu sama : Ptot = Ps + Pd = const. (II)
Pd = Ptot – Ps
Nilai dari tekanan dinamis ini dapat dilihat dari hasil pembacaan pada manometer
V0 ∙ A0 = V1 ∙ A1 (III)
Persamaan kontinuitas ini menyatakan bahwa laju volume (debit) fluida yang
mengalir dalam sebuah sistem yang tidak termanpatkan dan tidak mengalami
gesekan adalah bernilai konstan.
V. Langkah Percobaan
1. Catat suhu dan tekanan ruang sebelum dan sesudah melakukan praktikum
2. Pastikan selang pada Manometer terpasang dengan baik
3. Atur kedudukan water pass pada kondisi seimbang
4. Atur posisi troli pengukur tekanan pada posisi A (penampang 0,020 m 2)
5. Nyalakan power supply, lalu atur tegangan keluar
6. Catat tekanan Manometer pada tabel pengukuran, gunakan lah mistar untuk
membantu pembacaan manometer
7. Geser troli pengukur tekanan pada posisi B, C, D, E, dan F kemudian catat
kembali tekanan Manometer
8. Ulangi langkah 6-7 untuk level tegangan power supply yang berbeda, catat
kembali tekanan pada tabel pengukuran
MODUL VI
MOMENTUM DAN TUMBUKAN
I. TUJUAN
1. Memverifikasi Hukum Kekekalan Momentum
2. Dapat membedakan tumbukan elastis dan tumbukan tidak elastis
III. TEORI
kita tinjau tumbukan antara dua benda yang bermassa m A dan mB seperti
diperlihatkan dalam gambar 4.1. Dalam selang tumbukan yang sangat singkat kedua
benda saling memberikan gaya pada yang lainnya. Menurut Hukum Newton III, pada
setissp saat gaya FA yaitu gaya yang bekerja pada sebuah benda A oleh benda B
sama besar dan berlawanan arah dengan gaya FB yaitu gaya pada benda B oleh
benda A.
Gambar 4. 1
Untuk benda dengan massa berbeda dan benda A mula-mula diam persamaan
(4.1) menjadi :
mB.VB = mA . V’A + mB . V’B ..........................................................................(4.2)
2. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Misalkan massa benda A dan B sama besar, benda A mula-mula diam, dan
benda B bergerak dengan kecepatan V. Setelah tumbukan kecepatan kedua
benda sama besar. Maka kecepatan kedua benda setelah tumbukan menjadi V’
= 1/2v.
Jika kedua benda memiliki kecepatan mula-mula tetapi untuk arah yang sama
maka kecepatan benda setelah tumbukan menjadi v’ = ½ v (vA + vB )
Jika massa kedua benda tidak sama maka persamaan (1) menjadi :
mB . vB = (mB + mB ) ........................................................................................(4.3)
V. CARA KERJA
➢ Persiapan Alat
1. Ukur temperatur dan tekanan ruangan sebelum dan sesudah praktikum
2. Susunlah alat seperti gambar 4.2
3. Nyalakan peniup
4. Periksalah kerataan lintasan
5. Pasangkan penghalang cahaya dan pegas tumbuk pada 2 buah kereta yang
bermassa sama.
1. Pasang velcro pada kedua kereta dan penghalang cahaya hanya pada salah
satu kereta
2. Letakkan kereta A diantara kedua gerbang cahaya
3. Dorong kereta B sehingga menumbuk kereta A (setelah tumbukan kedua
kereta akan bergerak bersama-sama)
4. Amati selang waktu kereta melewati gerbang cahaya sebelum dan sesudah
tumbukan pada penghitung waktu kemudian catat pada tabel 4.3
5. Ulangi langkah 2-4 dengan menambahkan beban tambahan pada kereta
kemudian catat pada tabel 4.4
6. Lakukan untuk beberapa dorongan yang berbeda-beda.
MODUL VI
(MOMENTUM DAN TUMBUKAN)
Tabel 4.3 Tumbukan tidak lenting sama sekali dengan mA = mB, dan vA = 0
Sebelum Tumbukan Setelah Tumbukan
No. Benda A Benda B Benda A Benda B
VA ƤA VB ƤB VA’ ƤB’ VB’ ƤB’
1
2
3
4
5
Nama Asisten :
MODUL VII
DINAMIKA, USAHA, DAN ENERGI
I. TUJUAN
1. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya perioda pada getaran
harmonic sederhana.
2. Menentukan hubungan perioda getaran harmonic sederhana massa beban.
III. TEORI
Getaran adalah gerak bolak-balik sebuah benda terhadap suatu titik kesetimbangan
secara periodic. Dalam mempelajari getaran ada dua besaran penting yang harus
kita mengerti dengan baik, yaitu perioda dan frekuensi getaran. Perioda adalah
selang waktu yang diperlukan sebuah benda untuk melakukan satu getaran penuh
sedangkan frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan sebuah benda
dalam waktu satu sekon. Gaya pemulih pada sebuah benda yang digantungkan
pada sebuah pegas adalah sebanding dengan pertambahan panjang dari titik
seimbang dan dapat dituliskan:
F = -k (x – xo)
Dimana k adalah konstanta pegas (N/m2), xo adalah titik seimbang dan x adalah
posisi benda. Itulah Hukum Hooke.
Berdasarkan Hukum II Newton:
F = m.a = -k (x – xo) atau ditulis dalam bentuk persamaan diferensial orde 2 sebagai
berikut:
𝑑2𝑥 ′ 𝑘 ′
𝑎= = − (𝑥 )
𝑑𝑡 2 𝑚
Dimana x’ = x - xo
Solusi umum dari persamaan di atas adalah:
x’(t) = A cos (wot) + B sin (wot)
√𝑘 √𝑚
wot = maka T = 2𝜋
√𝑚 √𝑘
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Gambar 5.1
1. Pasang peralatan yang diperlukan dengan hati-hati. (Lihat Gambar 5.1)
2. Periksalah kehorizontalan rel udara
3. Pasang satu gerbang cahaya pada rel
4. Atur pewaktu pencacah pada fungsi CYCLES
5. Pilihlah 2 buah pegas yang memiliki panjang yang sama dan kontanta yang
sama pula
6. Kaitkan pegas masing-masing pada ujung rel udara dan penghenti
mengggunakan sengkang kereta (Lihat Gambar 5.1)
7. Atur posisi gerbang cahaya pada titik setimbang kereta
8. Nyalakan penutup
9. Jika belum, atur pewaktu pada fungsi CYCLES kemudian tekan tombol
CHANGE OVER untuk menentukan jumlah getaran yang diinginkan
10. Letakkan kereta pada titik setimbang kemudian regangkan sejauh 10 cm,
biarkan kereta bergetar untuk 10 kali getaran
11. Ulangi langkah 9, dengan mengubah-ubah besar simpangan (masukkan dalam
table 5.1)
12. Tambahkan beban pada kereta
13. Beri simpangan sejauh 20 cm kemudian lepaskan
14. Amati waktu untuk 10 getaran (catat hasilnya dalam table 5.2)
15. Ulangi langkah 11-13 dengan menambahkan beban pada kereta (catat hasilnya
dalam table 5.2)
10
15
20
15
30
35
Table 5.2
Massa Beban Waktu Perioda
(Kg) (s) (s)
0.015
0.030
0.040
0.050
0.065
0.080
I. TUJUAN
1. Memahami konsep perubahan energi potensial benda terhadap energi
kinetiknya.
2. Dapat memverifikasi hukum kekalan energi mekanik pada sistem yang ditinjau.
III. TEORI
Apakah energi itu? Mungkin tidak ada jawaban yang memuaskan yang dapat
diberikan untuk pertanyaan sederhana ini. Secara sederhana pula dapat kita katakan
bahwa energi adalah kemampuan melakukan usaha.
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukannya. Energi ini
tersembunyi dalam benda tetapi jika diberikan kesempatan energi ini dapat
dimanfaatkan. Energi kinetic adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya atau
kecepatannya.
Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, demikian bunyi hukum kekekalan
energi yang juga berlaku untuk energi gerak benda. Untuk sistem dengan dua benda
seperti gambar 6.1, berdasarkan hukum kekekalan energi mekanik jumlah jumlah
energi kinetic dan energi potensial sebuah sistem selalu tetap.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
Table 6.1
M m (m + M) h t v mgh 2
1/2(m+M)v
(kg) (kg) (kg) (m) (s) (m/s) (J) (J)
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
MODUL VIII
Percobaan: Mengukur Konduktivitas
Termal
I. Tujuan
Menghitung konduktivitas termal
III. Teori
Panas dapat ditransfer dari satu titik ke titik lain dengan tiga metode umum:
Dalam persamaan ini, ∆Q adalah total energi panas yang dilakukan, A adalah
daerah di mana konduksi terjadi, ∆T adalah perbedaan suhu antara sisi-sisi
material, ∆t adalah waktu di mana konduksi terjadi dan h adalah ketebalan
material. Istilah yang tersisa, k, adalah konduktivitas termal dari material yang
diberikan.
Satuan untuk k tergantung pada satuan yang digunakan untuk mengukur
besaran lain yang terlibat. Beberapa konversi sampel antara berbagai set
satuan yang berbeda ditunjukkan pada Tabel 1.
Perhatikan lebih lanjut bahwa memilih bahan dengan nilai kecil untuk k tidak
menjamin struktur yang terisolasi dengan baik. Jumlah panas yang dilakukan
di musim dingin (dan karena itu perlu diganti) juga tergantung pada tiga faktor
lain: luas,
ketebalan dan perbedaan suhu. Hal yang sama berlaku untuk panas yang
dilakukan selama musim panas.
Persamaan untuk menentukan k adalah:
k = ∆Q h / A ∆T ∆t =
di mana jarak diukur dalam sentimeter, massa dalam gram, dan waktu dalam detik.
V. Prosedur Percobaan
Mengukur Konduktivitas Termal
1. Isi cetakan es dengan air dan bekukan. Jangan membekukan air dengan
tutup botol. (Beberapa tetes detergen non-berbusa di dalam air sebelum
membeku akan membantu air mengalir lebih leluasa karena meleleh dan
tidak akan berpengaruh signifikan pada hasilnya.)
4. Pasang material sampel ke dalam ruang uap seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.
CATATAN: Berhati-hatilah bahwa bahan sampel rata dengan saluran air,
6. Alirkan uap ke dalam ruang uap. Biarkan selama beberapa menit sampai
suhu stabil sehingga aliran panasnya stabil. (ditandai dengan laju lelehan es
yang relatif konstan)
7. Tampung es yang mencair kedalam gelas ukur dan ukur diameter es catat
sebagai d1 .
9. Ukur massa gelas derisi air dengan mengunakan neraca catat sebagi mga,
ukur massa gelas dalam kondisi kosong catat sebagi mg.
VI. Data Dan Perhitungan
1. Hitung nilai rata-rata d1 dan d2 untuk menentukan davg, diameter rata-rata es
selama percobaan.
2. Gunakan nilai davg Anda untuk menentukan A, area di mana aliran panas
antara es dan ruang uap berlangsung. (Asumsikan bahwa A hanya area es
yang bersentuhan dengan material sampel.)
3. Kurangi nilai mga oleh mg untuk menentukan massa es yang mencari ( mesc
)selama waktu pengamatan.
4. Hitunglah nilai konduktivitas termal mengunakan persamaan yang terdapat
dalam teori dengan menggunakan asumsi perbedaan suhu plat 100 oC
MODUL IX
Percobaan: Mengukur Koefisien Ekspansi
Linear untuk Aluminium, Kuningan, dan
Tembaga
I. Tujuan
Menghitung Koefisien Ekspansi Linier untuk Alumunium, Kuningan dan
Tembaga
III. Teori
Untuk material yang tidak isotropik, seperti kristal asimetris misalnya, α dapat
memiliki nilai yang berbeda tergantung pada sumbu sepanjang mana
ekspansi diukur. Koefisien α juga bisa agak berbeda dengan suhu
sehingga tingkat ekspansi tidak hanya bergantung pada besarnya
perubahan suhu, tetapi juga pada suhu absolut.
Dalam percobaan ini, Anda akan mengukur α untuk aluminium, kuningan, dan
tembaga. Logam-logam ini bersifat isotropik sehingga kebutuhan hanya
diukur sepanjang satu dimensi. Juga, dalam batas-batas eksperimen ini, suhu
tidak bervariasi.
V. Prosedur
1. Ukur L, panjang tabung aluminium pada suhu kamar. Ukur dari tepi
bagian dalam disk bundar yang lebih besar di satu ujung ke tepi bagian
dalam dari disk melingkar yang lebih kecil di ujung yang lain (lihat Gambar
1). Catat hasil Anda di Tabel 1.
3. Putar tube logam sehingga termistor lug di bawah insulasi busa berada di
atas.
Sambungkan konektor telepon di ujung kabel termistor ke port telepon pada
bingkai ujung "tinggi", atau ke dalam jack telepon pada sensor PASCO yang
kompatibel.
4. Kencangkan sekrup jari di bingkai ujung "tinggi" terhadap tabung hingga tidak
bisa lagi dipindah.
5. Pastikan bahwa insulator busa berpusat di atas lugs thermistor.
6. Jika Anda menggunakan ohmmeter (atau multimeter), pasang ujung ohmmeter
Anda ke konektor colokan pisang pada bingkai ujung "tinggi" tepat di bawah
port konektor telepon.
7. Ukur dan catat Rm, resistansi thermistor pada suhu kamar. Catat nilai ini dalam
tabel.
8. Pasang adaptor tabung dari tabung karet ke ujung tabung aluminium.
(Lampirkan ke ujung terjauh dari indikator digital.) Hubungkan ujung tabung
lainnya ke pembangkit uap.
9. Tempatkan wadah di bawah ujung tabung untuk menangkap air yang
mengembun di dalam tabung.
10. Tekan tombol ON / OFF pada indikator digital untuk menyalakannya. Tekan
tombol ZERO untuk mengatur pembacaan digital awal ke nol. Saat tabung
mengembang, pin pegas indikator digital akan tetap bersentuhan dengan disk
bundar yang lebih besar pada tabung.
11. Nyalakan generator uap. Saat uap mulai mengalir, saksikan tampilan
digital dan pembacaan hambatan pada ohmmeter (atau perangkat komputasi).
Ketika ketahanan termistor stabil, catat resistansi (Rhot) pada Tabel 1. Juga
catat ekspansi panjang tabung (ΔL) seperti yang ditunjukkan oleh tampilan
pada indikator digital.
Tabel
pengamatan
modul IX
1. Gunakan Tabel Konversi pada akhir manual ini, atau yang melekat pada
tabung bingkai peralatan, untuk mengkonversi pengukuran tahanan termistor
Anda, Rrm dan Rhot, ke dalam pengukuran suhu, Trm dan Thot. Rekam hasil Anda
dalam tabel.Calculate ΔT = Thot - Trm. Record the result in the table.
2. Gunakan persamaan ∆L = αL∆T , hitung α untuk aluminium, kuningan, dan
tembaga.
• Aluminum =
• Brass =
• Copper =
VII. Pertanyaan
1. Lihat nilai yang diterima untuk koefisien ekspansi linear untuk aluminium,
kuningan, dan tembaga. Bandingkan nilai-nilai ini dengan nilai eksperimental
Anda. Apa perbedaan persentase dalam setiap kasus? Apakah kesalahan
eksperimental Anda secara konsisten tinggi atau rendah?
2. Atas dasar jawaban Anda dalam pertanyaan 1, berspekulasi tentang
kemungkinan sumber kesalahan dalam eksperimen Anda. Bagaimana Anda
dapat meningkatkan keakuratan eksperimen?
3. Dari hasil Anda, dapatkah Anda menghitung koefisien ekspansi volume untuk
aluminium, kuningan, dan tembaga? (yaitu ΔV = αvolV ΔT)