Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PENGUKURAN LISTRIK

JENIS – JENIS KELASALAHAN PADA PENGUKURAN

Dosen Pengampuh :

Ir. H. Muhammad Riska, S.Pd, M.Pd.

Kelompok 1 :

A. Alfian Muhammad Dzikri (230204601051)

Addwinar Ramdhan I Rusdi (230204601046)

Achmad Faizal Arif (230204601047)

Adelya Anggraeni Bahar (230204602052)

FAKULTAS TENIK

PRODI D4 TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan sehingga kami bisa
menyelesaikan panduan penulisan makalah ini. Makalah ini telah disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah pengukuran listrik, yang membahas tentang jenis – jenis kesalahan dalam
pengukuruan. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, terutama dalam hal penyusunan bahasa. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, terutama dari dosen pengampu
mata kuliah ini, agar dapat menjadi pedoman bagi kami dalam peningkatan kemampuan
menyusun makalah di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat diterima
dengan baik dan memberikan manfaat bagi mereka yang membutuhkannya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4

BAB 2 KESALAHAN SISTEMATIS.......................................................................................6

BAB 3 KESALAHAN ACAK.................................................................................................12

BAB 4 KESALAHAN INSTRUMENTAL.............................................................................17

BAB 5 KESALAHAN RELATIF............................................................................................20

BAB 6 KESALAHAN MUTLAK...........................................................................................23

BAB 7 KESALAHAN EKSPERIMENTAL............................................................................25

BAB 8 PENUTUP....................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................30

3
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meskipun ini adalah tindakan sederhana, pengukuran memiliki peran yang sangat penting
dalam kehidupan kita. Pengukuran adalah perbandingan dua atau lebih besaran yang sama
yang digunakan sebagai satuannya. Misalnya, Anda dapat mengukur panjang buku dengan
menggunakan mistar; untuk melakukan ini, Anda harus membandingkan panjang buku
dengan unit panjang mistar, yaitu milimeter atau centimeter, dan menghasilkan hasil yang
menunjukkan bahwa panjang buku adalah 210 milimeter atau 21 centimeter. Pengukuran
sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika karena fisika adalah ilmu
yang memahami segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan
memperoleh kebenarannya secara empiris melalui panca indera. Dalam kegiatan pengukuran,
dua hal yang harus diperhatikan: ketepatan (akurasi) dan ketelitian (presisi). Akurasi
menunjukkan, sedangkan presisi menunjukkan seberapa pasti hasil suatu pengujian. seberapa
tepat hasil pengukuran sebanding dengan nilai sebenarnya. Alat pengukuran menentukan
presisi. Seringkali, hasil pengukuran suatu alat lebih presisi jika bagian skalanya lebih kecil.
Pengukuran dengan jangka sorong akan lebih presisi daripada dengan mistar karena jangka
sorong dapat mencapai skala hingga 0,1 mm atau 0,05 mm. Meskipun memilih alat ukur
tertentu dapat meningkatkan kepresisian pengukuran, tidak mungkin menghasilkan
pengukuran yang tepat (akurat). Keakurasian pengukuran harus diuji dengan
membandingkannya dengan nilai standar yang ditetapkan. Keakurasian alat ukur juga harus
diuji secara berkala dengan metode kalibrasi dua poin.

Sebenarnya, mengukur adalah perbandingan besaran yang diukur dengan besaran sejenis
yang digunakan sebagai satuan. Misalnya, mengukur panjang bangku dengan buku berarti
membandingkannya dengan panjang buku; buku digunakan sebagai satuan pengukuran, dan
panjang adalah besaran pokok. Hasil pengukuran baru bermanfaat ketika menggunakan
satuan pengukuran yang baku satuan pengukuran yang nilainya tetap dan disepakati oleh
semua orang untuk digunakan sebagai pembanding.

Kesalahan sistem pengukuran, juga dikenal sebagai eror, dapat dibagi menjadi dua jenis.
Yang pertama terjadi selama proses pengukuran, dan yang kedua terjadi karena gangguan
atau suara yang terjadi selama pengiriman sinyal dari titik ke titik. pengukuran yang
dilakukan di tempat lain. Sangat penting untuk mengurangi eror seminimal mungkin dan
mencatat eror maksimum yang masih terjadi pada pembacaan output instrumen. Dalam

4
beberapa situasi, output akhir dari sistem pengukuran dapat dihitung dengan menggabungkan
dua atau lebih pengukuran variabel fisik. Dalam hal ini, perhitungan eror yang diperoleh dari
masing-masing pengukuran harus digabungkan untuk memberikan nilai eror terbaik yang
dapat diperkirakan untuk besaran yang dihitung.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Agar mahasiswa/i mengetahui seperti apa itu pengukuran.
2. Agar mahasiswa/i dapat memahami lebih jauh lagi apa saja kesalahan dalam
pengukuran.

C. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis jenis kesalahan dalam pengukuran ?
2. Dampak, faktor penyebab, dan cara mengatasi atau solusinya nya bagaimana ?

5
BAB 2 KESALAHAN SISTEMATIS

A. Pengertian Kesalahan Sistematis

Kesalahan pengukuran dapat timbul baik dari individu yang melakukan pengukuran maupun
dari instrumen yang digunakan. Kesalahan ini, yang dikenal sebagai kesalahan sistematik,
mempunyai dampak yang konsisten terhadap keakuratan pengukuran. Soal tes yang terlalu
mudah atau terlalu menantang, serta variasi dalam praktik penilaian guru, berkontribusi
terhadap jenis kesalahan pengukuran sistematis ini. Perlu dicatat bahwa besarnya kesalahan
sistematis ini tidak dapat diperkirakan secara andal. Disebut sebagai kesalahan sistematis,
jenis kesalahan ini mengikuti pola yang telah ditentukan sebelumnya yang dapat dijelaskan
oleh berbagai hubungan fungsional. Misalnya, jika pemanjangan atau pemuaian pita baja
terutama bergantung pada suhu dan koefisien muai panas diketahui, maka dimungkinkan
untuk membangun hubungan fungsional antara suhu dan pertambahan panjang pita baja.
Dengan menggunakan panjang pita pada suhu standar tertentu sebagai titik acuan, setiap
variasi panjang yang disebabkan oleh penyimpangan suhu dari nilai standar dapat
dikategorikan sebagai kesalahan sistematik. Ketika suatu pengukuran diulangi dalam kondisi
yang sama, kesalahan sistematik akan secara konsisten mereplikasi dirinya sendiri, mengikuti
pola tertentu. Misalnya, jika pita baja digunakan oleh pengukur yang sama untuk mengukur
jarak yang sama pada kondisi suhu, tekanan, dan kemiringan yang sama, kesalahan sistematis
akan tetap ada. Jika besar dan tanda kesalahan sistematis tetap konstan selama proses
pengukuran, maka disebut kesalahan konstan. Akan tetapi, jika tandanya berubah sementara
besarannya tetap tidak berubah, maka kesalahan sistematiknya akan hilang. Kesalahan
sistematis terbagi menjadi kesalahan alat ukur dan kesalahan lingkungan. Kesalahan
lingkungan berasal dari kondisi luar yang mempengaruhi alat ukur, seperti efek perubahan
suhu, kelembaban, tekanan udara, atau medan magnet dan medan listrik di luar. Kesalahan
yang tidak dapat dihindari yang terjadi pada instrumen karena struktur mekanisnya disebut
kesalahan instrumental. Jenis kesalahan instrumental lainnya adalah kesalahan kalibrasi yang
menyebabkan pembacaan instrumen yang terlalu rendah atau terlalu tinggi sepanjang skala
(misalnya, kegagalan untuk mengembalikan jarum penunjuk ke nol sebelum memulai
pengukuran), memiliki efek serupa.

B. Dampak Kesalahan Sistematis

1. Kerugian Finansial

6
Kesalahan pengukuran dapat menyebabkan kerugian finansial bagi individu, perusahaan, atau
pemerintah. Misalnya, kesalahan dalam menghitung konsumsi energi listrik dapat
menyebabkan tagihan yang tidak akurat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
pembayaran yang tidak sesuai.

2. Kerusakan Perangkat atau Sistem

Kerusakan dapat terjadi pada perangkat atau sistem jika kesalahan pengukuran mengganggu
operasinya. Misalnya, kesalahan pengukuran tegangan listrik dapat menyebabkan kerusakan
pada perangkat elektronik yang terhubung.

3. Keselamatan dan Keamanan

Kesalahan pengukuran dapat membahayakan keselamatan dan keamanan. Misalnya,


kesalahan pengukuran tekanan sistem pipa dapat menyebabkan pipa bocor atau kegagalan
sistem.

4. Ketidakakuratan Data dan Keputusan

Dalam beberapa situasi, seperti bisnis, penelitian ilmiah, atau kebijakan publik,
ketidakakuratan data yang diukur dapat menyebabkan keputusan yang salah atau suboptimal.

C. Faktor Faktor Penyebab Kesalahan Sistematis

1. Alat

- Kesalahan alat Kesalahan nol (zero error) akibat tidak berhimpitnya titik nol jarum
penunjuk. Kelelahan (fatigue) alat karena misalnya pegas yang dipakai telah lembek.
Gesekan antar bagian yang bergerak. Kesalahan kalibrasi yaitu ketidak-tepatan pemberian
skala ketika pertama kali alat dibuat.Bisa dihindari dengan membandingkan alat tersebut
dengan alat baku (standar). Pemakaian alat pada kondisi berbeda dengan saat dikalibrasi,
yaitu pada kondisi suhu, tekanan atau kelembaban yang berbeda. Itulah sebabnya perlu
dicatat nilai variable atau kondisi lingkungan saat eksperimen dilakukan, misalnya suhu dan
tekanan udara di laboratorium.

2. Pengamat

7
Kesalahan parallax yaitu kesalahan akibat posisi mata saat pembacaan skala tidak tepat tegak
lurus diatas jarum. Kesalahan interpolasi yaitu salah membaca kedudukan jarum diantara dua
garis skala terdekat. Penguasaan prosedur dan ketangkasan penggunaan alat. Beberapa
peralatan membutuhkan prosedur yang rumit, misalnya osiloskop, yang membutuhkan
ketrampilan pemakaian yang cukup. Sikap pengamat, misalnya kelelahan maupun keseriusan
pengamat. Sumber kesalahan ini dapat dihindari dengan sikap pengamatan yang baik,
memahami sumber kesalahan dan berlatih sesering mungkin

3. Lingkungan

Setelah survei pengukuran dilakukan di lapangan, berbagai komponen fisik dan lingkungan
akan memengaruhi survei. Sebagai contoh, kemiringan tanah dan suhu tanah memengaruhi
jarak yang diukur dengan pita ukur. Di sisi lain, kelembaban dan tekanan udara, serta suhu,
memengaruhi pengukuran jarak elektrooptik (EDM), pengukuran sudut, dan perataan. Setiap
pengaruh ini secara fungsional diwakili oleh faktor yang menyebabkan kesalahan tersebut,
yang dikategorikan sebagai kesalahan sistematik.

4. Gangguan Sistem

Eror sistematik biasanya berasal dari kerusakan sistem pengukuran yang disebabkan oleh aksi
pengukuran. Prinsip yang berlaku di sini adalah bahwa dalam hampir setiap situasi
pengukuran, proses pengukuran mengganggu sistem dan mengubah nilai besaran yang
diukur. Sebagai ilustrasi, mengukur suhu menggunakan termometer merkuri.
Pada awalnya, termometer berada pada suhu ruang saat dicelupkan ke dalam air panas dalam
wadah. Temperatur air turun karena panas berpindah antaranya dan termometer. Penurunan
suhu air tidak boleh dilihat oleh termometer karena resolusinya terbatas. Penggunaan plat
orifice untuk mengukur laju aliran menimbulkan rugi-rugi tekanan permanen pada fluida
yang mengalir. Dalam kebanyakan kasus, proses pengukuran hampir selalu mengganggu
sistem yang diukur. Besar gangguan berbeda dari satu sistem pengukuran ke sistem lain dan
dipengaruhi oleh jenis instrumen yang digunakan. Salah satu masalah penting dalam desain
instrumen adalah bagaimana mengurangi gangguan dari sistem yang diukur. Sangat penting
untuk melakukan pembacaan yang akurat tentang mekanisme gangguan sistem.

D. Cara Mengatasi Kesalahan Sistematis

1. Alat perlu di kalibrasi sebelum digunakan

8
2. Dengan cara cara pengukuran tertentu (Pengamatan Biasa Dan Luar Biasa)

3. Koreksi pada pengolahan data

E. Reduksi Kesalahan Sistematis

Salah satu syarat untuk mereduksi eror secara sistematis adalah melakukan analisis
menyeluruh terhadap sistem pengukuran yang dapat mengidentifikasi semua sumber eror.
Kerusakan sederhana pada sistem, seperti jarum bengkok dan pengabelan yang buruk,
biasanya dapat diidentifikasi dan diperbaiki dengan mudah dan biaya rendah. Meskipun
demikian, sumber kesalahan yang berbeda memerlukan analisis dan penanganan yang lebih
menyeluruh. Berikut ini adalah penjelasan tentang berbagai metode untuk mengurangi eror.
1. Desain Instrumen Secara Teliti
Desain instrumen yang cermat adalah cara terbaik untuk melawan input lingkungan karena
mereduksi sensitivitas instrumen terhadap input lingkungan serendah mungkin. Misalkan
untuk membuat strain gauge, komponen harus dibuat dari material yang memiliki resistansi
dengan koefisien temperatur serendah mungkin. Namun, kesalahan yang dibuat dengan cara
ini tidak selalu mudah diperbaiki, dan seringkali ada pilihan antara menerima pengurangan
akurasi pengukuran tanpa desain ulang atau biaya desain ulang yang mahal.
2. Metode Melawan Input
Metode melawan input mengkompensasi efek input lingkungan pada sistem pengukuran
dengan menggunakan input lingkungan yang sama namun berlawanan tanda (mengurangkan)
sehingga menjadi saling menghilangkan. Satu contoh bagaimana teknik ini diterapkan adalah
pada jenis milivoltmeter yang ditunjukkan pada Gambar 3. Sistem ini terdiri atas koil yang
diletakkan pada medan magnet tetap dari magnet permanen. Jika tegangan yang tak diketahui
diterapkan ke koil, medan magnet akibat arus berinteraksi dengan medan magnet tetap dan
menyebabkan koil (dan jarum penunjuk yang tertempel di koil) bergerak. Jika resistansi koil
Rkoil sensitif terhadap temperatur, maka perubahan temperatur lingkungan yang merupakan
masukan bagi sistem ini akan mengubah nilai arus koil untuk tegangan yang diterapkan dan
sehingga mengubah pembacaan output jarum penunjuk. Kompensasi untuk hal ini dilakukan
dengan menggunakan resistor pengkompensasi Rkomp ke dalam rangkaian, dimana Rkomp
memiliki koefisien temperatur yang sama besarnya namun berlawanan tanda dengan Rkoil.
Jadi, dalam merespon penambahan temperatur lingkungan, Rkoil bertambah namun Rkomp
berkurang, sehingga resistansi total tetap pada nilai yang hampir sama dengan awalnya

9
3. Umpan Balik Bepenguatan Tinggi

Keuntungan menambahkan umpan balik berpenguatan tinggi ke beberapa sistem instrumen


digambarkan dengan meninjau kasus instrumen pengukuran tegangan yang memiliki diagram
blok seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Pada sistem ini, tegangan yang tak diketahui
Ei diterapkan pada sebuah motor bertorsi konstan Km, dan torsi yangdiinduksi menggerakkan
jarum penunjuk melawan aksi regangan ulang dari pegas dengan konstanta pegas Ks. Efek
input lingkungan pada motor dan konstanta pegas direpresentasikan oleh variable Dm dan
Ds. Pada saat kondisi input lingkungan tidak ada, pergerakan jarum penunjuk X0 diberikan
oleh:

Saat kondisi input lingkungan ada, baik Km maupun Ks berubah, dan hubungan antara X0
dan Ei dapat sangat terpengaruhi. Karena itu, menjadi sulit atau tak mungkin untuk
menghitung Ei dari nilai terukur X0. Tinjau sekarang apa yang terjadi jika sistem diubah ke
bentuk lup tertutup berpenguatan tinggi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, dengan
menambahkan sebuah amplifier berpenguatan kostan Ka dan perangkat umpan balik

10
berpenguatan konstan Kf. Juga diasumsikan efek input lingkungan pada nilai Ka dan Kf
diwakili oleh Da dan Df. Perangkat umpan balik mengumpanbalikkan tegangan E0 yang
proporsional dengan pergerakan jarum penunjuk X0. Tegangan ini selanjutnya dibandingkan
dengan tegangan yang diukur Ei menggunakan komparator dan eror selanjutnya dikuatkan.
Persamaan yang berlaku adalah sebagai berikut :

11
BAB 3 KESALAHAN ACAK

A. Pengertian Kesalahan Acak

Kesalahan acak tidak memiliki pola tertentu dan dianggap membatalkan dirinya sendiri saat
dilakukan pengukuran berulang. Misalnya, jika seseorang ditimbang pada timbangan yang
sama sepuluh kali berturut-turut, ada kemungkinan bahwa nilai yang dihasilkan dari setiap
pengukuran berbeda, dengan beberapa nilai yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari
nilai sebenarnya. Misal kita ingin mengukur berat seseorang dengan asumsi berat sebenarnya
adalah 60 kg. Pengukuran pertama mungkin menunjukkan berat sebesar 59 kg (kesalahan -1
kg), pengukuran kedua mungkin menunjukkan berat sebesar 61 kg (kesalahan +1 kg),
pengukuran ketiga mungkin menunjukkan berat sebesar 59,5 kg (kesalahan -0,5 kg), dan
seterusnya. Jika timbangan akurat dan satu-satunya kesalahan adalah kesalahan acak,
kesalahan total percobaan berulang adalah 0 dan berat rata-rata adalah 60 kg. Kita dapat
menggunakan instrumen yang lebih akurat, melatih teknisi untuk menggunakannya dengan
benar, dan sebagainya untuk mengurangi jumlah kesalahan acak, tetapi kita tidak dapat
berharap untuk menghilangkan kesalahan acak sepenuhnya. Kesalahan acak, juga dikenal
sebagai kesalahan acak, terjadi selama periode waktu yang tidak dapat diperkirakan atau
diprediksi. Kesalahan acak berbeda dari satu ujian ke ujian lainnya dan terjadi secara
kebetulan atau tanpa disengaja. Fluktuasi yang tidak dapat diduga membuatnya sulit untuk
dihindari. Meskipun kesalahan acak merupakan bagian dari pengaruh yang memiliki
kontribusi kesalahan dalam pelaksanaan pengujian, penyebabnya tidak diketahui dengan
pasti. Kesalahan acak adalah pengaruh yang sangat kecil dan tidak sama yang terjadi pada
setiap pelaksanaan pengujian. Misalnya, pengaruh fluktuasi tegangan listrik, suhu atau
kelembaban kondisi akomodasi, dan lingkungan di mana pengujian dilakukan adalah contoh
dari kesalahan acak. karena itu, timbulnya kesalahan acak akan mempengaruhi presisi dari
suatu hasil pengujian

B. Dampak Kesalahan Acak

1. Kerugian Finansial

Kesalahan pengukuran dapat menyebabkan kerugian finansial bagi individu, perusahaan, atau
pemerintah. Misalnya, kesalahan dalam menghitung konsumsi energi listrik dapat

12
menyebabkan tagihan yang tidak akurat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan
pembayaran yang tidak sesuai.

2. Kerusakan Perangkat atau Sistem

Kerusakan dapat terjadi pada perangkat atau sistem jika kesalahan pengukuran mengganggu
operasinya. Misalnya, kesalahan pengukuran tegangan listrik dapat menyebabkan kerusakan
pada perangkat elektronik yang terhubung.

3. Keselamatan dan Keamanan

Kesalahan pengukuran dapat membahayakan keselamatan dan keamanan. Misalnya,


kesalahan pengukuran tekanan sistem pipa dapat menyebabkan pipa bocor atau kegagalan
sistem.

4. Ketidakakuratan Data dan Keputusan

Dalam beberapa situasi, seperti bisnis, penelitian ilmiah, atau kebijakan publik,
ketidakakuratan data yang diukur dapat menyebabkan keputusan yang salah atau suboptimal.

C. Faktor Faktor Penyebab Kesalahan Acak

1. Paralaks

Paralaks adalah kesalahan yang disebabkan oleh penyimpangan ukuran yang diabaikan pada
awal perencanaan, karena penyimpangan ini biasanya sangat kecil atau hampir nol. Jika suatu
alat digunakan melebihi batas kemampuan penggunaan di dalam desain semula, kesalahan
paralaks akan sangat besar. Misalnya, ketika alat ukur dilihat dengan sudut tegak lurus
terhadap mata, jarak antara jarum dan papan penunjuk tidak menjadi masalah besar. Namun,
ketika alat ukur dilihat dari samping, akan ada penyimpangan pengukuran yang signifikan.
2. Penafsiran

Untuk menghindari kesalahan pengukuran, pengamat harus benar-benar memahami cara


menggunakan peralatan ukur yang rumit sebelum melakukan percobaan.
3. Kondisi Lingkungan
- Gerak Brown Molekul Udara

13
Seperti yang Anda ketahui tentang keadaan molekul udara, mereka selalu bergerak secara
tidak teratur. Gerak ini dapat berubah dengan sangat cepat, mengganggu jarum penunjuk
mikrogalvanometer yang sangat halus karena tumbukan dengan molekul udara.

- Fluktasi Tegangan Listrik

Sumber tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain, seperti aki dan baterai, selalu
mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat, yang menghasilkan data pengukuran
besaran listrik yang tidak konsisten.

- Landasan Yang Bergetar

Alat untuk mengukur kekuatan gempa bumi, seperti seismograf, membutuhkan lokasi yang
stabil dan tidak bergetar untuk dapat membaca skala, tetapi getaran pada landasan tempat alat
berada dapat mengubah penunjukan skala.

- Bising

Salah satu gangguan yang sering terjadi pada alat elektronik adalah bising. Ini dapat berupa
fluktuasi yang cepat pada tegangan yang disebabkan oleh suhu komponen alat.

- Radiasi Latar Belakang

Misalnya, gelombang elektromagnetik yang berasal dari luar angkasa dapat mengganggu
penglihatan dan mengganggu operasional alat. Untuk alasan ini, ponsel tidak boleh
digunakan di SPBU dan pesawat (SPBU) karena dapat mengganggu alat ukur. Ini karena
gelombang elektromagnetik dari telepon seluler dapat menghasilkan gelombang radiasi yang
mengacaukan alat ukur di SPBU atau pesawat.

D. Cara Mengatasi Kesalahan Acak

1. Menggunakan alat presisi tinggi

2. Menggunakan metode pengolahan data tertentu (grafis, bouwditch, perataan, kuadrat


terkecil)

3. Mengoreksi hasil pengukuran dengan alat yang lebih baik

14
4. Menambah jumlah pembacaan dan menggunakan cara-cara statistik untuk mendapatkan
hasil yang akurat.

E. Analisis Statistik Eror Acak

Perhitungan nilai mean dan simpangan baku dari sebuah data pengukuran berulang telah
dijelaskan pada bagian karakteristik statistik (presisi). Beberapa hal yang perlu dicatat adalah:
- Semakin kecil sebaran data pengukuran, semakin percaya kebenaran akan nilai mean yang
dihitung

- Jika simpangan baku berkurang, maka semakin besar kepercayaan bahwa nilai mean
perhitungan dekat dengan nilai benar, yaitu proses perata-rataan telah mereduksi eror acak
mendekati nilai nol.

- Kepercayaan pada nilai mean bertambah jika jumlah data pengukuran bertambah. Eror acak
dapat direduksi dengan mengambil rata-rata sejumlah pengukuran. Namun, meskipun nilai
mean dekat dengan nilai benar (dengan asumsi tidak ada eror sistematik), nilai mean akan
benar-benar sama dengan nilai benar hanya jika perata-rataan dilakukan pada pengukuran
yang tak terbatas banyaknya. Tentu saja tidak mungkin dilakukan pengukuran yang tak
terbatas jumlahnya. Oleh karena itu, nilai rata-rata akan masih memiliki eror. Eror ini dapat
dikuantifikasi sebagai eror baku dari mean.

Berdasarkan teorema limit pusat, jika beberapa himpunan bagian data yang diambil dari
populasi data tak terbatas, maka mean dari himpunan bagian tersebut akan terdistribusi di
sekitar nilai mean dari himpunan data tak terbatas. Eror antara mean dari himpunan data
terbatas dengan nilai benar (mean dari himpunan data tak terbatas) didefinisikan sebagai eror
baku dari mean, α :

dengan σ adalah simpangan baku data pengukuran (himpunan data yang terbatas)

n adalah jumlah data pengukuran Nilai α cenderung nol jika jumlah data pengukuran menuju
tak terhingga. Nilai pengukuran yang diperoleh dari himpunan n pengukuran, x1, x2, … xn,
dapat dinyatakan dalam :

15
F. Estimasi Eror Acak Pada Pengukuaran Tunggal

Tidak praktis untuk melakukan pengukuran berulang pada banyak situasi di mana
pengukuran dipengaruhi oleh eror acak. Selain itu, jika besaran yang diukur tidak tetap pada
satu nilai konstan, seperti yang biasa terjadi saat variabel proses diukur, proses perata-rataan
menjadi tidak benar. Oleh karena itu, beberapa nilai mean diperlukan untuk menghitung
tingkat eror jika hanya satu pengukuran yang dilakukan.

Pendekatan normal untuk masalah di atas adalah menghitung eror di dalam tingkat
kepercayaan 95%, yaitu menghitung nilai deviasi D sedemikian hingga 95% luasan di bawah
kurva probabilitas (Gaussian) terletak pada batas ±D. Batas ini berkaitan dengan deviasi
±1,96σ. Oleh karena itu, perlu membuat besaran yang diukur tetap berada pada satu nilai
konstan sementara sejumlah pengukuran dilakukan dalam rangka membuat sebuah himpunan
pengukuran referensi untuk menghitung nilai σ. Selanjutnya, deviasi maksimum yang
mungkin pada sebuah pengukuran tunggal dapat dinyatakan : deviasi = ± 1,96σ

Namun, ini hanya menyatakan deviasi maksimum yang mungkin dari mean yang dihitung
menggunakan himpunan pengukuran referensi, bukan merupakan nilai benar teramati.
Sehingga nilai perhitungan untuk eror baku dari mean harus ditambahkan ke persamaan.
Dengan demikian, eror maksimum yang mungkin dari sebuah pengukuran tunggal dapat
dinyatakan: Eror = ± (1,96σ + α).

16
BAB 4 KESALAHAN INSTRUMENTAL

A. Pengertian Kesalahan Instrumental


Kesalahan instrumental (instrumental error) yakni kekurangan – kekurangan dari alat
ukur itu sendiri. Kesalahan pada instrumen terjadi karena kesalahan mekanis. Perangkat
unggul yang digunakan dalam metode yang tidak cerdas dapat memberikan hasil yang
luas. Misalnya penyalahgunaan peralatan dapat menyebabkan kerusakan mengubah nol
alat, modifikasi awal yang burukdengan menyebabkan resistensi yang sangat tinggi.
Pengamatan yang tidak tepat dari ini mungkin bukan alasan untuk kerusakan permanen
pada perangkat, kecuali semua yang serupa menyebabkan kesalahan.

B. Dampak Kesalahan Pengukuran Instrumental


a. Kerugian Finansial
Kesalahan pengukuran dapat menyebabkan kerugian finansial bagi individu,
perusahaan, atau pemerintah. Misalnya, kesalahan dalam menghitung konsumsi energi
listrik dapat menyebabkan tagihan yang tidak akurat, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan pembayaran yang tidak sesuai.
b. Kerusakan Perangkat atau Sistem
Kerusakan dapat terjadi pada perangkat atau sistem jika kesalahan pengukuran
mengganggu operasinya. Misalnya, kesalahan pengukuran tegangan listrik dapat
menyebabkan kerusakan pada perangkat elektronik yang terhubung.
c. Keselamatan dan Keamanan
Kesalahan pengukuran dapat membahayakan keselamatan dan keamanan. Misalnya,
kesalahan pengukuran tekanan sistem pipa dapat menyebabkan pipa bocor atau
kegagalan sistem.
d. Ketidakakuratan Data dan Keputusan
Dalam beberapa situasi, seperti bisnis, penelitian ilmiah, atau kebijakan publik,
ketidakakuratan data yang diukur dapat menyebabkan keputusan yang salah
atau suboptimal.

C. Penyebab Kesalahan Instrumental


Kelemahan yang terjadi pada alat ukur listrik merupakan kesalahan yang tidak dapat
dihindari dan penyebabnya dapat berupa :

17
a. Gesekan beberapa komponen yang bergerak terhadap bantalan seperti pada alat ukur
d’Arsonval.
b. Pemanasan diri akibat arus listrik yang mengalir pada bagian alat-ukur sehingga nilai
resistans berubah atau sifat regangan pegas berkurang.
c. Pengaruh usia, setelah dipakai dalam jangka waktu lama sifat komponen dari alat-
ukur listrik berubah dalam kebaikan kerjanya.
d. Batasan yang melekat pada Perangkat
Kesalahan ini tidak terpisahkan dalam perangkat karena fitur-fiturnya yaitu
pengaturan mekanis. Hal ini mungkin terjadi karena pengoperasian instrumen serta
pengoperasian atau komputasi instrumen. Jenis kesalahan ini akan membuat
kesalahan belajar sangat rendah atau sangat tinggi. Misalnya Jika peralatan
menggunakan pegas halus maka ia menawarkan nilai pengukuran yang tinggi. Ini
akan terjadi pada peralatan karena hilangnya histeresis atau gesekan.
e. Penyalahgunaan Aparat
Kesalahan pada instrumen terjadi karena kesalahan masinis. Perangkat unggul yang
digunakan dalam metode yang tidak cerdas dapat memberikan hasil yang luas.
Misalnya - penyalahgunaan peralatan dapat menyebabkan kerusakan mengubah nol
alat, modifikasi awal yang buruk, dengan menyebabkan resistensi yang sangat tinggi.
Pengamatan yang tidak tepat dari ini mungkin bukan alasan untuk kerusakan
permanen pada perangkat, kecuali semua yang serupa, mereka menyebabkan
kesalahan.
f. Pengaruh Memuat
Jenis yang paling sering dari kesalahan ini akan terjadi karena pekerjaan pengukuran
di perangkat. Misalnya, sebagai voltmeter dikaitkan dengan rangkaian resistansi
tinggi yang akan memberikan pembacaan yang salah, serta setelah disatukan dengan
rangkaian resistansi rendah, rangkaian ini akan memberikan pembacaan yang andal,
dan kemudian voltmeter akan memiliki efek pembebanan pada rangkaian. Kesalahan
yang disebabkan oleh efek ini akan dipukul dengan bantuan meteran dengan cerdik.
Sebagai ilustrasi, setelah menghitung resistansi rendah dengan metode ammeter-
voltmeter, voltmeter yang akan memiliki nilai resistansi sangat tinggi harus
digunakan.

D. Cara Mengatasi Kesalahan Instrumental


Kesalahan instrumental dapat dihindari dengan cara :

18
a. Menggunakan bahan resistans yang mempunyai koefisien temperatur rendah seperti
manganin.
b. Mengkalibrasi alat-ukur listrik terhadap alat-ukur listrik standar secara berkala (1/2
sampai 1 tahun sekali).
c. Menggunakan faktor koreksi setelah mengetahui banyaknya kesalahan instrumental
dan memilih alat-ukur listrik yang tepat untuk pemakaian tertentu.

19
BAB 5 KESALAHAN RELATIF

A. Pengertian Kesalahan Relatif

Kesalahan relatif dalam pengukuran listrik adalah perbandingan kesalahan batas terhadap
nilai kuantitas yang ditetapkan (nominal). Dinyatakan oleh persamaan: Kesalahan batas
relatif = Kesalahan batas / Nilai kuantitas yang ditetapkan. Misalnya, jika nilai resistansi
adalah 100 Ω dan kesalahan batas + 10 Ω, maka kesalahan batas relatif adalah 0,1 x 100% =
10%. Kesalahan batas relatif dapat juga dinyatakan dalam persentase.

Pengukuran listrik selalu mengandung kesalahan karena hanya merupakan taksiran.


Kesalahan relatif adalah salah satu istilah penting dalam pengukuran listrik, yang
menunjukkan berapa besar penyimpangan hasil pengukuran dari nilai sebenarnya. Tujuan
pengukuran listrik adalah menentukan nilai suatu besaran listrik, dan kesalahan relatif adalah
persentase kesalahan terhadap nilai sebenarnya.

B. Rumus Dalam Kesalahan Relatif pada Pengukuran Listrik

Rumus kesalahan relatif dalam pengukuran listrik adalah:

“Kesalahan Relatif = (Kesalahan Batas - Nilai Sebenarnya) / Nilai” Sebenarnya Dimana:

 Kesalahan Batas: kesalahan pengukuran yang maksimum yang diperbolehkan


 Nilai Sebenarnya: nilai yang sebenarnya yang diinginkan

Kesalahan relatif dinyatakan dalam persentase dan berfungsi untuk menilai kualitas hasil
pengukuran. Jika kesalahan relatif lebih kecil, maka hasil pengukuran lebih akurat.
Contohnya, jika nilai sebenarnya tegangan adalah 100 V dan kesalahan batas adalah ± 5 V,
maka kesalahan relatif adalah (5 - 100) / 100 = -0,045 atau 4,5%.

C. Perbedaan Kesalahan Relatif dengan Kesalahan Absolut

Perbedaan antara kesalahan absolut dan kesalahan relatif dalam pengukuran listrik adalah:
1. Kesalahan Absolut: Kesalahan absolut adalah kesalahan pengukuran yang dinyatakan
dalam satuan yang sama dengan satuan yang diukur. Contohnya, jika pengukuran

20
dilakukan dalam volt, kesalahan absolut akan dinyatakan dalam volt. Kesalahan
absolut dapat dinyatakan dalam nilai absolut atau dalam persentase.
2. Kesalahan Relatif: Kesalahan relatif adalah kesalahan pengukuran yang dinyatakan
dalam persentase dibandingkan dengan nilai sebenarnya. Contohnya, jika nilai
sebenarnya tegangan adalah 100 V dan kesalahan batas + 10 V, maka kesalahan
relatif adalah 0,1 x 100% = 10%. Kesalahan relatif dapat juga dinyatakan dalam
persentase.

D. Penyebab Kesalahan Relatif


Ketidakakuratan yang terkait dengan pengukuran listrik berasal dari kesalahan batas relatif,
yang mencerminkan perbandingan kesalahan batas terhadap nilai kuantitas yang telah
ditetapkan (nominal). Ekspresi matematis untuk menghitung kesalahan batas relatif adalah
sebagai berikut: Kesalahan batas relatif = Kesalahan batas / Nilai kuantitas yang ditetapkan.
Sebagai contoh, untuk resistansi sebesar 100 Ω dengan kesalahan batas +10 Ω, maka
kesalahan batas relatif dapat dihitung sebagai 10 Ω/100 Ω = 0,1 atau setara dengan 10%.
Formulasi ini juga dapat diterapkan pada kasus lain, seperti pada voltmeter dengan batas ukur
250 V dan ketelitiannya terjamin sebesar 1% pada skala penuh.
Dalam situasi di mana tegangan yang terukur adalah 200 volt, kesalahan batas (limiting error)
voltmeter dapat dihitung sebagai 1% dari 250 volt, yaitu 2,5 volt. Oleh karena itu, pada
tegangan terukur sebesar 200 volt, persentase kesalahan batasnya adalah 2,5 volt/200 volt x
100% = 1,25%. Apabila voltmeter mengukur tegangan sebesar 125 V, kesalahan batasnya
akan meningkat menjadi 2%. Dengan demikian, jika tegangan yang diukur lebih kecil dari
125 V, persentase kesalahan batas akan semakin besar. Peningkatan ini disebabkan oleh fakta
bahwa besarnya kesalahan batas terkait dengan skala maksimum alat ukur listrik tersebut.

E. Contoh – contoh Kesalahan Relatif


Contoh 1:
Keteletian sebuah voltmeter 0 – 150 V, dijamin sampai 1% skala penuh. Tegangan yang
diukur oleh voltmeter adalah 83 V. Tentukan limiting error (batas kesalahan) dalam persen.
Penyelesaian:

 Besar batas kesalahan (Limiting error):


0,01 x 150 V = 1,5 V

21
 % kesalahan pada penunjukkan voltmeter:
1,5/83 x 100% = 1,81%
Contoh 2:
Tentu, berikut adalah contoh soal mengenai kesalahan relatif dalam pengukuran listrik:
Seorang teknisi menggunakan sebuah amperemeter dengan batas ukur 5 A dan memiliki
kesalahan batas ±0,2 A pada skala penuhnya. Jika arus yang diukur pada suatu rangkaian
adalah 2 A, hitunglah kesalahan batas relatif amperemeter tersebut.
Jawaban:
1. Kesalahan batas relatif dapat dihitung menggunakan rumus: Kesalahan Batas Relatif =
Kesalahan batas/Nilai Kuantitas yang di tetapkan
2. Dalam hal ini, kesalahan batas relatif amperemeter adalah 0,2A/5A
3. Hitung hasilnya: Kesalahan batas relative = 0,04 atau 4%
Dengan demikian, kesalahan batas relatif amperemeter tersebut pada saat mengukur arus 2 A
adalah sebesar 4%.
F. Cara Mengatasi Kesalahan Relatif
1. Alat perlu di kalibrasi sebelum digunakan
2. Mengoreksi hasil pengukuran dengan alat yang lebih baik
3. Koreksi pada pengolahan data

22
BAB 6 KESALAHAN MUTLAK

A. Pengertian Kesalahan Mutlak

Kesalahan mutlak adalah ukuran seberapa jauh suatu pengukuran dari indikasi atau nilai
sebenarnya. Misalnya, jika Anda menggunakan penggaris dengan tanda milimeter untuk
mengukur lebar buku, cara terbaik untuk melakukannya adalah mengukur lebar buku ke
milimeter yang paling dekat. Anda mengukur buku dan menemukan bahwa kesalahannya 75
milimeter. Anda kemudian melaporkan kesalahan absolutnya sebagai 75 milimeter +/- 1
milimeter, dan kesalahan mutlak adalah 1 milimeter. Perhatikan bahwa kesalahan absolut
dilaporkan dalam satuan yang sama dengan pengukuran. Atau, Anda mungkin memiliki nilai
yang diketahui atau dihitung, dan Anda ingin menggunakan kesalahan absolut untuk
menunjukkan seberapa dekat pengukuran Anda dengan nilai ideal. Di sini, kesalahan mutlak
ditunjukkan sebagai perbedaan antara nilai aktual dan yang diharapkan.

B. Nilai Terukur Dikurangi Nilai Aktual Untuk Menghasilkan Kesalahan Mutlak.

Misalnya, jika Anda tahu bahwa prosedur tertentu seharusnya menghasilkan 1,0 liter larutan,
tetapi Anda menghasilkan 0,9 liter larutan, kesalahan mutlak Anda adalah 0,1 liter. Kesalahan
mutlak juga dikenal sebagai kesalahan perkiraan, adalah ketidakpastian dalam suatu
pengukuran yang dinyatakan dengan satuan yang relevan. Kesalahan absolut juga dapat
digunakan untuk menunjukkan ketidaktepatan dalam pengukuran.

Perbedaan antara pengukuran dan nilai sebenarnya dikenal sebagai kesalahan mutlak:

E = |x 0 + x|

Di mana E adalah kesalahan mutlak, x 0 adalah nilai terukur, dan x adalah nilai sebenarnya
atau sebenarnya.

C. Cara Mengatasi Kesalahan Mutlak

Untuk mengetahui apa yang dianggap sebagai nilai sebenarnya sangat penting untuk
menghitung kesalahan mutlak. Nilai sebenarnya dari sekumpulan pengukuran dianggap
sebagai rata-rata dari sekumpulan nilai tersebut. Sebaliknya, nilai absolut dapat positif atau

23
negatif, bergantung pada apakah pengukuran sebenarnya lebih tinggi atau lebih rendah dari
nilai yang diukur; namun, nilai absolut selalu dianggap positif.

D. Penyebab Kesalahan Pengukuran Kesalahan Mutlak

Ada beberapa penyebab yang menimbulkan kesalahan pengukuran, antara lain:

- alat ukur : Kesalahan pengukuran dapat disebabkan oleh cacat desain atau produksi alat
ukur. Demikian pula, keausan pada perangkat saat melakukan banyak pengukuran dapat
berdampak pada proses pengukuran.

- operator : Penting untuk menangani alat ukur dengan benar untuk menghindari kesalahan.
Dengan demikian, operator dapat melakukan kesalahan pengukuran dalam pembacaan nilai
terukur, kesalahan karena posisi alat ukur yang salah atau bahkan kesalahan karena kelelahan.

- faktor lingkungan : Kondisi lingkungan juga harus diperhitungkan saat melakukan


percobaan. Jadi jika suhunya sangat tinggi atau sangat rendah, benda logam akan memuai
atau menyusut. Selain itu, debu, kelembapan, dan tekanan, serta beberapa faktor lainnya,
dapat memengaruhi proses pengukuran.

- toleransi geometrik suatu bagian : pada saat pengukuran, bagian tersebut mungkin terkena
gaya yang terlalu besar sehingga menyebabkan deformasi.

24
BAB 7 KESALAHAN EKSPERIMENTAL

A. Pengertian Kesalahan Eksperimental

Error, juga dikenal sebagai kesalahan, adalah perbedaan antara nilai sebenarnya dan nilai
yang diukur dari besaran-besaran seperti perpindahan, tekanan, suhu, dan lainnya. Peralatan
instrumentasi elektronik yang baik dirancang untuk mengurangi kesalahan yang tidak dapat
dihindari dalam proses pengukuran. Fokus pembatasan kesalahan ini adalah pada nilai atau
range yang perlu diperhatikan dalam proses analisis teknik atau kontrol.

B. Faktor – faktor Penyebab Kesalahan Eksperimental

Kesalahan-kesalahan pengukur dapat tejadi disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

- Akumulasi dari kesalahan-kesalahan yang ada dan diketahui pada setiap elemen dari
sistem instrumentasi.
- Terdapatnya elemen di dalam sistem yang tidak berfungsi dengan benar.
- Efek dari transduser di dalam proses.
- Sensivitas atau kepekaan ganda dari transduser.

C. Akumulasi Kesalahan yang Diketahui

Setiap komponen atau bagian sistem instrumentasi memiliki batas ketelitian yang ditetapkan
oleh pabrik pembuatnya. Sebagai contoh, suatu perekam diidentifikasi memiliki tingkat
ketelitian sebesar -+2 % pada indikator skala penuh. Dengan perawatan yang tepat dan
kalibarasi berkala, perekam dianggap dapat mencapai tingkat ketelitian tersebut. Jika
digunakan pada sistem instrumentasi, perekam akan menghasilkan kesalahan pengukuran
karena batas ketelitiannya. Namun, selama perekam berfungsi sesuai dengan spesifikasinya,
kesalahan masih diakui dan diketahui. Gambar 4 menunjukkan kurva input dan output
perekam. Nilai defiasi d, yang merupakan hasil dari ketelitian dan nilai skala penuh dari
tanggapan perekam, dihitung. Garis-garis yang sejajar dengan respons perekam sebenarnya
tergeser sejauh -+d dari batas atas dan bawah instrumen. Daerah yang terletak di antara garis
batas atas dan bawah adalah tempat perekam atau peralatan lainnya dapat bekerja sesuai

25
dengan spesifikasi yang diberikan oleh pabrik pembuat. Jika suatu instrumen dioperasikan
pada satu setengah skala, deviasi akan konstan. Namun, nilai sebenarnya, atau responsnya,
dikurangi dengan faktor dua. Akibatnya, kesalahan yang dihitung sebagai perbandingan
besarnya deviasi dengan nilai sebenarnya menjadi dua kali lebih besar. Contoh ini
menunjukkan bahwa jika perekam dioperasikan pada setengah skala, nilai kesalahan dapat
mencapai -+4%. Dalam keadaan normal, instrumen-instrumen tidak digunakan pada area
skala yang lebih kecil dari tiga perempat hingga dua perempat dari skala penuh, tanpa
mempertimbangkan kesalahan yang mungkin dihasilkan pada pengukuran. Namun,
penggunaan instrumen pada kondisi yang lebih kecil dari skala penuh terkadang mencukupi
kebutuhan.

Karena sistem instrumentasi biasanya terdiri dari beberapa elemen atau bagian, dan setiap
elemen memiliki kesalahan pengukuran tertentu dalam kondisi spesifikasinya, kesalahan
keseluruhan sistem adalah jumlah dari kesalahan-kesalahan yang ada pada tiap bagian.
Akumulasi kesalahan sistem dapat dinyatakan secara matematis sebagai:

dimana :

εT adalah kesalahan dari transduser

εSC adalah kesalahan dari penyesuai sinyal

εA adalah kesalahan dari amplifier

εR adalah kesalahan dari perekam

26
D. Kesalahan Akibat Instrumen yang Tidak Berfungsi dengan Benar

Kesalahan pengukuran dari hal-hal di atas dapat terjadi jika suatu elemen atau bagian sistem
instrumentasi tidak dirawat atau diatur dengan benar sebelum digunakan, seperti melakukan
kalibrasi, menyetel titik nol (zero-offset) atau menyetel range.

Sebelum berbicara tentang kesalahan-kesalahan di atas, perhatikan kurva respons, atau


tanggapan, yang umum untuk instrumen, yang ditunjukkan pada Gambar 5. Di sini, besaran
keluaran Qo dihitung sebagai perubahan besaran masukan Qi. Untuk data yang menggunakan
metode kuadrat, garis lurus adalah representasi yang paling penting dari kurva respons.
Konstanta sensivitas atau kalibrasi instrumen menentukan kemiringan garis lurus. Oleh
karena itu, Untuk perekam, sensivitas S ditampilkan dalam unit perpindahan per Volt,
sedangkan untuk pengukur tekanan piezoelektrik, sensivitas ditampilkan dalam unit tegangan
per unit tekanan.

Deviasi d dihitung sepanjang ordinat yang dikenal sebagai zero-offset Z0 jika garis respons
atau garis tanggapan tidak melewati titik pusat sistem koordinat.

27
Suatu garis jangkauan dapat digambarkan pada grafik tanggapan jika terdapat nilai deviasi
yang diperbolehkan, dan jangkauan instrumen QiR dapat ditetapkan (Gambar 5). Nilai QiR
menunjukkan batas operasi instrumen. Kesalahan skala terbesar, yang berarti instrumen
beroperasi di wilayah yang sedikit lebih rendah dari skala penuh, digunakan untuk
menentukan operasi QiL terendah. Rentang s instrumen ditentukan oleh perbedaan antara
batas teratas dan batas terendah operasi. Karena itu.

Jika instrumen tidak secara akurat dikalibrasi dan diatur nilai zero-offset-nya, kesalahan
pengukuran Qo dapat terjadi. Selain itu, jika input Qi instrumen lebih besar dari range QiR-
nya, kesalahan pengukuran Qo juga dapat terjadi. Contoh kesalahan kalibrasi, zero-offset,

E. Cara Mengatasi Kesalahan Eksperimental


1. Alat perlu di kalibrasi sebelum digunakan
2. Mengoreksi hasil pengukuran dengan alat yang lebih baik
3. Koreksi pada pengolahan data

28
BAB 8 PENUTUP

A. Kesimpulan

Meskipun sederhana, pengukuran memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Pengukuran
melibatkan perbandingan dua atau lebih besaran yang sama sebagai satuan. Contohnya,
panjang buku dapat diukur dengan menggunakan mistar dan satuan panjang milimeter atau
centimeter. Pengukuran penting dalam fisika karena memahami fenomena alam melalui
observasi dan pembuktian empiris. Ketepatan dan ketelitian harus diperhatikan dalam
pengukuran. Ketepatan mengukur sebanding dengan nilai sebenarnya, dan ketelitian
ditentukan oleh alat pengukur. Jangka sorong lebih presisi daripada mistar karena memiliki
skala yang lebih kecil. Mengukur dengan presisi tinggi tidak selalu menghasilkan keakuratan.
Keakuratan harus diuji dengan membandingkannya dengan standar yang ditetapkan. Eror
dalam pengukuran dapat terjadi selama proses pengukuran atau karena gangguan. Penting
untuk mengurangi eror sebanyak mungkin dan mencatat eror maksimum. Dalam beberapa
kasus, perhitungan eror dapat digunakan untuk mengestimasi nilai yang dihitung.

29
DAFTAR PUSTAKA

Sumirat, E. (n.d.). Jenis kesalahan pengukuran. Tf 091332, 1–22.

Novafianto, F., & Pabakti, C. (n.d.). Pengukuran Pengukuran Pengukuran e-Modul e-Modul.

Wahyu Widayati, C. S. (2013). Komparasi Beberapa Metode Estimasi Kesalahan


Pengukuran. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 13(2), 182–197.
https://doi.org/10.21831/pep.v13i2.1409

Wahyuni, A., & Syamsul Rizal, Mp. (2022). Alat Ukur Dan Pengukuran Penerbit. 1–1.

Puriyanto, R. D., & Rosyady, P. A. (2021). Dasar-Dasar Pengukuran Besaran Listrik (p.
15).

Kesalahan Kasar ( Mistake / Blunders ) Kesalahan Sistematik ( Systematic Error )


Kesalahan Random / Tak Terduga ( Occidental Error ). (n.d.).

Macam-macam kesalahan (Types Of Error). (2014). Diakses 8 Maret 2024 dari


https://belajargeomatika.wordpress.com/2010/12/05/macam-macam-kesalahan-types-of-
error

Nugroho, S. (2015). kesalahan pengukuran. Diakses 8 Maret 2024 dari


https://www.academia.edu/12183355/kesalahan_pengukuran

MIPA, S. B. (2017). 3 Kesalahan Umum dan Ketidakpastian dalam Pengukuran Besaran


Fisika. Diakses 8 Maret 2024 dari https://www.fisikabc.com/2017/04/kesalahan-dan-
ketidakpastian-pengukuran.html

KESALAHAN ACAK YANG TAK DISENGAJA (RANDOM ERRORS). (n.d.). Diakses 8 Maret
2024 dari https://portalpelajaranlengkap.blogspot.com/2016/06/kesalahan-acak-yang-tak-
disengaja.html

Kesalahan Acak dan Kesalahan Sistematika (Systematic and Random Error). (n.d.). Diakses
8 Maret 2024 dari https://www.infolabling.com/2015/07/kesalahan-acak-dan-kesalahan.html

Bias Pengukuran (Measurement Bias) – Bisa Riset. (2022). Kesalahan Acak dan Sistematis
(Random and Systematic Error) - Bisa Riset. Diakses 8 Maret 2024 dari
https://bisariset.id/kesalahan-acak-dan-sistematis-random-and-systematic-error/

Suprianto. (2015). Tipe dan Sumber Kesalahan Pada Alat Ukur. Diakses 11 Maret 2024 dari
https://blog.unnes.ac.id/antosupri/tipe-dan-sumber-kesalahan-pada-alat-ukur/
30
#:~:text=Kesalahan%20instrumental%20(instrumental%20error)%3A,’Arsonval%2C
%20(b)

Doe, J. (2024). Apa Kesalahan dalam Pengukuran? Jenis Kesalahan dengan Perhitungan.
Diakses 11 Maret 2024 dari https://ind.jf-parede.pt/what-are-errors-
measurement#:~:text=Kesalahan%20besar%20dapat%20didefinisikan%20sebagai
%20kesalahan%20fisik%20dalam,peralatan%20analisis%20atau%20penghitungan%20dan
%20pencatatan%20hasil%20pengukuran

Surveyor, M. A. R. (2023). Jenis-jenis Kesalahan dalam Pengukuran: Panduan Lengkap dan


Terperinci. Retrieved from https://digitaleksplorasi.com/jenis-jenis-kesalahan-dalam-
pengukuran/Surveyor, M. A. R. (2023). Jenis-jenis Kesalahan dalam Pengukuran: Panduan
Lengkap dan Terperinci. Diakses 11 Maret 2024 dari https://digitaleksplorasi.com/jenis-
jenis-kesalahan-dalam-pengukuran/

Suprianto. (2015). Kesalahan batas relatif (relative limiting error) pada Alat Ukur Listrik.
Diakses 11 Maret 2024 dari https://blog.unnes.ac.id/antosupri/kesalahan-batas-relatif-
relative-limiting-error-pada-alat-ukur-listrik/

Kusumandaru, D. (n.d.). Kesalahan dalam Pengukuran (Penggunaan Alat Ukur Listrik).


Diakses 11 Maret 2024 dari https://kusumandarutp.blogspot.com/2015/10/kesalahan-dalam-
pengukuran-penggunaan.html

2019, D. pada 06 O. (2019). Perhitungan Kesalahan Absolut dan Relatif. Diakses 11 Maret
2024 dari https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu/absolute-and-
relative-error-calculation-609602/

Admin. (2023). Errors in Measurement - Absolute Error, Relative Error and Tolerance:
BYJU’S. Diakses 11 Maret 2024 dari https://byjus-com.translate.goog/physics/errors-
absolute-error-relative-error/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

2019, D. pada 09 A. (2019). Definisi Kesalahan Mutlak atau Ketidakpastian Mutlak. Diakses
11 Maret 2024 dari https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-matematika/ilmu/absolute-
error-or-absolute-uncertainty-definition-604348/

(N.d.). Diakses 11 Maret 2024 dari https://physigeek.com/id/kesalahan-pengukuran/

Mencermati Kesalahan Yang Terjadi Pada Saat Pengukuran. (2016). Diakses 11 Maret 2024
dari https://news.tridinamika.com/4743/mencermati-kesalahan-yang-terjadi-pada-saat-

31
pengukuran

(MEd), L. B. (2023). Perhitungan kesalahan mutlak dan kesalahan relatif. Diakses 11 Maret
2024 dari https://www.yubrain.com/id/sains/kesalahan-relatif-dan-perhitungan-kesalahan-
absolut/#google_vignette

Pengukuran Teknik. (n.d.). Diakses 11 Maret 2024 dari


https://kuliah.unpatti.ac.id/mod/page/view.php?id=58

32

Anda mungkin juga menyukai