Dosen Pembimbing:
Matius Tangdililing, S.Si, M.Si
Disusun oleh:
Billy Chandra
20194520003
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa.Atas rahmat dan hidayah-Nya,saya dapat menyelesaikan
Ujian Tengan Semester yang berjudul “Pendahuluan Instrumentasi dan Kalibrasi” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Fisika Instrumentasi.Selain
itu makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan tentang Instrumentasi dan Kalibrasi secara
luas diluar Medis.
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Matius selaku Dosen Mata Kuliah Fisika
Instrumentasi.Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada pihak yang telah membantu menemani
saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya sadari makalah ini jauh dari kata sempurna,dan banyak sekali kekurangannya.Oleh karena
itu,saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kata Pengantar.........................................................................2
Daftar Isi.................................................................................3
Bab I Pendahuluan...................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................6
B. Rumusan Masalah..........................................................6
C. Tujuan Penelitian...........................................................6
D. Manfaat Penelitian.........................................................6
Bab II Pembahasan..................................................................6
C. Tempratur........................................................................11
D. Cahaya .......................................................................... 15
A. Kesimpulan....................................................................21
B. Saran..............................................................................21
Daftar Pustaka..........................................................................22
BAB I
PEMBUKA
PENDAHULUAN
Instrumentasi berasal dari istilah asing yaitu “instrumentation”. Instrumentasi yang
dibahas di sini terkait dengan pengukuran (measurement) khususnya pengukuran secara
elektronik. Ada beberapa definisi tentang instrumentasi di Internet antara lain :
The installation and use of electronic, gyroscopic, and other instruments for the
purpose of detecting, measuring, recording, telemetering, processing, or analyzing
different values or quantities as encountered in the flight of a rocket or spacecraft.
tionary/i.html Any device used to monitor the performance of the structure during its
construction and throughout its useful life. An arrangement of devices installed into or
near dams (i.e., piezometers, inclinometer, strain gages, measurement points, etc.) and
used to evaluate the structural behavior and performance parameters of the structure.
Reclamation has utilized a variety of instrumentation, most often piezometers, to
evaluate the situations and conditions of all four Horsetooth Dams.
Glossary.htm Pengukuran dilakukan dengan alasan pengamatan gejala alam yang sifatnya
fisik akan menjadi lebih lengkap dan komunikatif bila dinyatakan dengan angka-angka,
misalnya panas
sebuah benda sebesar 30 0 C, atau panjang benda sebesar 200 cm dan lain sebagainya.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sebuah sistem yang disebut dengan sistem
instrumentasi atau sistem pengukuran.
Pengukuran yang dimaksud disini adalah pengukuran elektrik ataupun elektronik baik
secara analog maupun dijital. Bahkan untuk saat ini, sistem pengukuran elektronik sudah
melibatkan mikroprosesor atau mikrokontroler sehingga memberikan fleksibilitas dan tingkat
akurasi yang lebih tinggi.
Isu utama dari sebuah alat ukur yang digunakan dalam sistem instrumentasi adalah
validitas dan reliabilitas. Validitas berarti ketepatan yang dimiliki alat ukur dalam
menghasilkan nilai pengukuran atau alat ukur dapat mengukur sesuai dengan yang diukur,
sedangkan realibilitas adalah keajegan alat ukur dalam menghasilkan nilai pengukuran.
Nampak bahwa sistem instrumentasi terdiri dari 4 (empat) bagian utama, dimulai dari
sensor yang langsung menyentuh titik pengukuran, artinya bersentuhan langsung dengan
besaran yang diukur, dan berakhir dengan display (tampilan) yang berfungsi sebagai interface
bagi pengguna dalam melakukan instrumentasi.
Sensor (pengindera) atau transduser merupakan ujung depan dari sistem pengukuran.
Fungsi dari sensor dalam hal ini adalah mengubah besaran non listrik menjadi listrik, sehingga
memungkinkan pengukuran besaran non listrik melalui sistem pengukuran secara listrik atau
elektronik. Permasalahan utama dari sistem pengukuran secara elektrik maupun elektronik
terletak pada sensor. Sebelum ada sensor atau transducer, maka pengukuran secara elektrik
atau elektronik tidak dapat dilakukan. Misalnya, tidak akan termometer elektronik jika tidak
ada sensor atau transduser yang dapat mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik.
Pengkondisi sinyal berfungsi untuk menyiapkan sinyal yang dikeluarkan oleh sensor,
sehingga dapat diproses pada rangkaian pengolah sinyal. Proses yang terjadi pada pengondisi
sinyal salah satunya menentukan besarnya arus, tegangan atau menghilangkan gangguan
sehingga sinyal yang diproses pada pengolah sinyal benar-benar sesuai dengan karakteristik
besaran yang akan diukur.
Proses pengukuran terjadi pada pengolah sinyal. Pada bagian ini besarnya sinyal hasil
dari pengondisi sinyal dibandingkan dengan besaran yang sejenis yang sudah ditetapkan.
Agar proses pembandingan dapat sesuai dengan nilai besaran yang diukur, maka pada bagian
ini dilakukan kalibrasi dari besaran yang telah ditetapkan. Akurasi pengukuran ini sering
disebut juga dengan validitas sebuah alat ukur. Proses pengukuran dapat dilakukan secara
analog maupun dijital.
Ujung akhir sebuah sistem pengukuran adalah display atau tampilan. Fungsi bagian ini
adalah menyajikan informasi hasil pengukuran kepada kita yang menggunakan alat ukur.
Tampilan ini juga dapat disajikan dalam bentuk analog maupun dijital.
A. Latar Belakang
Voltmeter ,ampermeter dan ohmeter elektronik menggunakan penguat,penyearah dan
rangkaian lain untuk membangkitkan suatu arus yang sebanding dengan besaran yang
diukur.Selanjutnya arus ini menggerakan suatu mekanisme alat ukur konvensional dari jenis
penunjuk arus searah.Hal ini sangatlah menarik untuk diperhatikan bahwa banyak voltmeter
elektronik menggunakan gerak suspense ban kencang sebagai pengganti mekanisme pivot dan
jewel yang lebih konvensional.Instrument-instrument yang menggunakan mekanisme alat ukur
untuk menunjukkan besaran kuantitas yang akan diukur pada sebuah skala yang kontinu
kadang-kadang disebut instrument analog.
Instrument digital tersedia untuk mengukur tegangan,atus searah dan bolak balik,dan
tahanan.Variabel fisisnya dapat diukur dengan menggunakan trasducer yang sesuai.Banyak
instrument digital memiliki instrumen tambahan bag keluaran guna membuat pencatatan
permanen dari hasil-hasil pengukuran yang menggunakan unit-unit cetakan.Proses pengukuran
dalam sistem tenaga listrik merupakan salah satu prosedur standar yang harus dilakukan.Karena
melalui pengukuran akan diperoleh besaran-besaran yang diperlukan,baik untuk pengambilan
keputusan dan instrumen kontrol maupun hasil yang diinginkan oleh seorang user.
Hal ini merupakan salah satu kemajuan teknologi dibidang pengukuran. Pengukuran listrik
sangatlah penting untuk kita ketahui,terkhusus untuk mahasiswa Fisika medis.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu karakter statis?
2. Apa itu karakter Dinamis?
3. Apa itu tempratur
4. Penjelasan cahaya
C. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan Tentang karakter statis
D. Manfaat penelitian
1. Pembaca dapat mengetahui lebih dalam mengenai Karakter statis
2. Untuk menambah wawasan pembaca dalam hal Instrumentasi arus searah
BAB II
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK SENSOR/TRANSDUSER
Secara umum, karakteristik sensor atau transduser dibagi menjadi dua yaitu: (1)
Karakteristik Statis (Static Charasteristics); dan (2) Karakteristik Dinamis (Dynamic
Characteristics).
1. Karakteristik Statis
Karakteristik statis sebuah sensor/transduser sangat banyak yaitu:
a. Akurasi (Accuracy)
Sejauh mana sensor dapat menunjukkan hasil yang mendekati nilai sesungguhnya.
b. Presisi (Precision)
Presisi dapat diartikan dengan ketepatan dan sangat erat hubungannya dengan
akurasi. Contoh pada saat kita mengukur panjang sebuah balok menggunakan
mistar. Akurasi berkaitan dengan kesesuaian mistar menunjukkan ukuran sesuai
dengan panjang sesungguhnya, sedangkan presisi menjamin ketelitian dalam
membaca angka ukuran pada mistar tersebut.
c. Resolusi (Resolution)
Resolusi dapat diartikan dengan ketelitian, yaitu skala terkecil yang digunakan
dalam pengukuran.
d. Sensitifitas (Sensitivity)
Sensitifitas dapat diartikan sebagai kepekaan, yaitu perbandingan kenaikan
keluaran terhadap kenaikan masukan.
e. Selektifitas/Spesifisitas (Selectivity/Specificity)
Kemampuan sensor dalam memilih variabel yang akan ditampilkan nilaiarkan
hasil pengukurannya.
f. Sinyal minimum yang terdeteksi (Minimum Detectable signal/MDS)
Jika input transduser tidak tercampur dengan noise, kemampuan transduser
menampilkan nilai terkecil yang reliabel tanpa tambahan noise darinya dinamakan
sinyal minimum yang dapat dideteksi dari sebuah transduser.
1
Selain beberapa karakteristik statis di atas, ada beberapa karekteristik statis
yang lain di antaranya :Threshold, Non linieritas (Nonlinearity), Distorsi (Distortion),
Comformance (Conformity), Histerisis (Hysteresis), Repeatability, Span, Noise,
Output Impedance, Grounding, Isolation, Instability and Drift, Overall Performance.
2. Karakteristik Dinamis
Karakteristik dinamis sebuah sensor/transduser antara lain :
Fungsi transfer, tanggapan frekuensi, Impulse Response, dan Step response.
SENSOR
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa ujung depan sistem instrumentasi adalah sensor.
Pengertian sensor dapat dicermati dari beberapa definisi berikut ini.
A device that responds to a physical stimulus, such as thermal energy, electromagnetic
energy, acoustic energy, pressure, magnetism, or motion, by producing a signal, usually
electrical.
www.bandwidthmarket.com/resources/glossary/S2.html
A device that responds to a physical stimulus (heat, light, sound, pressure, motion, flow, and
so on), and produces a measurable corresponding electrical signal
www.allaboutmems.com/glossary.html
2
Berdasarkan definisi-definisi tersebut jelas bahwa fungsi utama dari sensor adalah
mengubah rangsangan fisik (energi non listrik) seperti energi termal, energi akustik, tekanan,
gerakan dan lain-lain menjadi sinyal listrik (energi listrik).
Ada beberapa jenis sensor dalam sistem elektronika, baik yang berupa komponen
tunggal atau rangkaian terintegrasi. Besaran yang dihasilkan biasanya resistansi, induktansi,
kapasitansi, arus atau tegangan. Suatu contoh, sensor cahaya LDR (Light Depending Resistor)
akan mengubah perubahan energi cahaya menjadi perubahan resistansi, sensor suhu LM35
akan mengubah energi panas (suhu) menjadi besaran arus atau tegangan.
TRANSDUSER
Selain istilah sensor, dalam teknik instrumentasi elektronika juga dikenal istilah
transduser yang memiliki fungsi hampir sama atau bahkan sama dengan sensor. Perbedaan
pengertian antara sensor dan transduser sangatlah tipis sehingga definisi juga tidak jauh
berbeda. Hal ini dapat dilihat pada definisi-definisi berikut ini.
A device which converts one form of energy into another. The diaphragm in the telephone
and the carbon microphone in the transmitter are transducers. They change variations in
sound pressure (your voice) to variations in electricity, and vice versa.
A device that converts energy from one form to another, such as optical energy to electrical
energy.
A mechanism which converts energy from one form to another. For example, a diaphragm
converts soundwaves to mechanical vibrations, while a microphone converts them to
electrical current, and a loudspeaker or earphone converts electrical energy into
soundwaves. The diaphragm, microphone and loudspeaker are all transducers.
a device that converts energy from one form to another, retaining the amplitude variations
of the energy being converted. Examples include a microphone, which converts acoustical
energy
3
into electrical energy; a loudspeaker, that does the reverse; a photocell that converts light
energy to electrical energy.
Berdasarkan definisi di atas, transduser dapat diartikan sama dengan sensor yaitu
mengubah besaran non listrik menjadi besaran listrik. Contoh transduser misalnya
mikropon, loudspeaker dan lain sebagainya. Motor dan generator tidak termasuk sebagai
transduser.
AKTUATOR
Aktuator merupakan perangkat yang menghasilkan aksi mekanik berdasarkan sinyal
inputnya, baik bersifat listrik maupun fluida (pneumatik dan hidrolik). Aktuator biasanya
digunakan pada sistim kendali. Sehingga input aktuator berasal dari sistem kendali dan aksi
mekanik yang dihasilkan aktuator digunakann untuk menggerakkan sistem yang dikendalikan.
Ada beberapa pengertian yang dapat digunakan untuk memperjelas definisi dari aktuator.
Misalnya :
mechanical action in response to an input signal, which may be either electric or fluidic.
4
MACAM-MACAM SENSOR/TRANSDUSER
3. Temperatur
Beberapa proses industri memerlukan pengukuran temperatur yang akurat, karena
temperatur tidak dapat dikendalikan secara pasti tanpa pengukuran yang tepat. Temperatur
merupakan kemampuan tubuh atau bodi dalam berkomunikasi atau melakukan transfer
energi. Di sisi lain, kita dapat mendefinisikan temperatur sebagai potensial dari energi
panas untuk merambat. Ingat bahwa panas mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur
rendah.
Sensor atau transduser temperatur yang digunakan dalam instrumentasi elektronik
antara lain :
a. Termokopel (Thermocouple)
Termokopel terdiri persambungan dua buah logam yang berbeda. Jika ujung
sambungan dipanaskan, maka pada ujung lain dari masing-masing logam akan
menghasilkan perbedaan tegangan. Semakin tinggi suhu titik persambungan,
maka akan semakin tinggi perbedaan tegangan dari masing-masing ujung logam
tersebut. Termokopel ini sangat luas digunakan dalam dunia industri dalam
pengukuran panas.
Copper
Iron
X1
Thermocouple
junction Vout
X
2
Copper
Constantan
Gambar-2. Termokopel
5
Thermistor
Thermistor merupakan salah sensor suhu, dimana perubahan panas diubah
menjadi perubahan resistansi. Dengan kata lain thermistor merupakan sebuah
resistor yang sangat peka terhadap suhu. Semakin tinggi suhu akan
mengakibatkan nilai resistansi semakin rendah. Bahan yang digunakan biasanya :
nikel oksida, mangan, kobalt, tembaga atau logam lain yang peka terhadap suhu.
Jangkauan panas yang dapat diukur oleh thermistor lebih rendah dibanding
termokopel. Ada dua macam thermistor berdasarkan karakteristik perubahan nilai
resistansinya, yaitu PTC dimana semakin besar suhu mengakibatkan resistansi
juga semakin besar, sedangkan NTC semakin besar suhu nilai resistansi akan
semakin turun.
b. RTD (Resistance Temperature Detector)
Logam murni seperti platina, nikel, tungsten dan tembaga memiliki koefisien
positif, artinya semakin tinggi suhu akan mengakibatkan meningkatnya
resistansi. Jangkauan pengukuran suhu menggunakan RTD antara 0 s.d 266 0 C.
6
Gambar-3 RTD dan housing
7
c. IC LM35
Sensor temperatur seri LM35 merupakan sebuah sensor temperatur berupa
rangkaian terintegrasi, dimana outputnya berupa tegangan yang secara linier
sebanding dengan temperatur Celcius (Centigrade). Sehingga LM35 memiliki
keistimewaan dibandingkan sensor temperatur linear yang bisanya dinyatakan
dalam Kelvin, yaitu pengguna tidak perlu mengurangi hasil output sensor dengan
0
bilangan konstan 273 . Selain itu LM35 tidak memerlukan kalibrasi eksternal,
dengan tingkat akurasi ±¼°C pada suhu kamar, atau ±¾°C untuk jangkah
pengukuran -55 to +150°C. Karakteristik lain dari IC LM35 adalah, memiliki
impedansi output yang rendah, output linier, mudah dioperasikan dan
digabungkan dengan rangkaian berikutnya misalnya rangkaian kendali. LM35
dapat dioperasikan dengan power supply tunggal maupun power supply ganda
(plus dan minus), dan hanya membutuhkan arus 60 µA, panas yang dihasilkan
juga tidak terlalu tinggi (kurang dari 0.1°C) meskipun tanpa pendingin. LM35
mampu mengukur temperatur dengan jangkah -55° to +150°C, sedangkan untuk
seri LM35C memiliki jangkah pengukuran -40° to +110°C. Kemasan seri LM35
dalam bentuk sama dengan kemasan transistor TO-46, sedangkan seri LM35C,
LM35CA dan LM35D juga tersedia dalam bentuk kemasan TO-92, dan seri
LM35D juga juga tersedia dalam kemasan TO-220.
8
(a) (b)
(c) (d)
Gambar-7. Kemasan LM35 model (a) TO-46; (b) SO-8; (c) TO-92 dan (d) TO-220
4. Cahaya
Sensor cahaya merupakan pengembangan hasil penemuan Heinrich Hertz pada
tahun 1887 tentang efek fotolistrik. Sensor cahaya ini banyak digunakan karena sensor
9
bersifat tidak memerlukan kontak/hubungan. Secara umum, sensor cahaya dikategorikan
menjadi (3) tiga jenis perangkat yaitu photoconductive, photovoltaic dan photoemissive.
a. Photoconductive
Transduser photoconductive, adalah transduser yang mengubah perubahan
intensitas cahaya menjadi perubahan konduktifitas. Ada jenis, yaitu : (1) bulk
photoconductors, misalnya photoresistor, dan (2) PN junction photoconductor
seperti photodioda, phototransistor dan photo Darlington.
Photoresistor
Beberapa tahun sebelum Hertz menemukan efek fotolistrik, Willoughby Smith
mengemukakan bahwa resistansi sepotong selenium akan menurun jika diberi
cahaya. Konsep ini sama dengan prinsip yang terjadi pada photoresistor. Bahan
yang digunakan untuk photoresistor antara lain Cadmium Sulfit (CdS) atau
Cadmium Selenide (CdSe). Photoresistor ini juga sering disebut dengan LDR
(Light Depending Resistor).
10
Gambar-11. Contoh penggunaan photoresistor untuk rangkaian pembagi tegangan
Photodiode
Intensitas cahaya juga dapat dideteksi oleh junction PN dalam semikonduktor
seperti photodiode dan phototransistor. Arus yang dihasilkan oleh photodiode
biasanya relatif kecil, sehingga perlu rangkaian penguat agar hasil keluarannya
dapat terbaca. Kadang-kadang rangkaian penguat ini sudah dijadikan satu dengan
sensor photodiode dalam satu kemasan, sehingga keluaran yang dihasilkan sudah
layak untuk proses berikutnya. Gambaran lengkap dari photodiode beserta contoh
aplikasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar-11. Photodiode
11
Gambar-12. Aplikasi Photodiode
Phototransistor
Phototransistor hampir sama dengan photodiode yaitu termasuk bersifat
photosesnsitive. Perbedaannya, phototransistor memiliki arus yang besar dan
memiliki penguatan, sehingga penginderaan menjadi lebih peka dan mudah
terbaca. Keterangan lengkap beserta contoh aplikasi phototransistor dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar-13. Phototransistor
b. Photovoltaic
Photovoltaic adalah sensor cahaya yang menghasilkan tegangan. Besarnya
tegangan yang dihasilkan tergantung intensitas cahaya yang mengenainya.
12
Contoh aplikasi photovoltaic dengan menggunakan penguat operasional dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
c. Photoemissive
Photoemissive transducer pada prinsipnya mengeluarkan elektron pada saat
terkena cahaya, misalnya tabung hampa. Meskipun tabung hampa sudah
digantikan dengan semikonduktor, tetapi masih ada dua jenis sensor tabung
hampa yang digunakan di industri sebagai sensor cahaya yaitu phototube dan
photomultiplier. Gambaran lengkap dari sensor cahaya photoemission dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar-15. Phototube
13
Gambar-16. Photomultiplier
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam makalah yang saya buat untuk ulangan tengah semester kali ini kurang
mengarah bidang medis. Karena dalam pembahasan kali ini Instrumentasi secara luas.
Berdasarkan definisi di atas, instrumentasi terkait dengan beberapa proses diantaranya
pendeteksian, pengukuran, perekaman, telemetri, pengolahan atau analisa data yang
dihasilkan. Dalam instrumentasi terdapat proses pengukuran. Sedangkan pengertian secara
umum dari kata mengukur adalah membandingkan besaran yang diukur dengan besaran
sejenis yang ditetapkan sebagai satuan.
DAFTAR PUSTAKA
https://docplayer.info/35726339-Bab-1-instrumentasi-instrumentasi-dan-kalibrasi.html
http://www.informasi-training.com/sistem-instrumentasi-dan-kalibrasi