Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

“PENGERTIAN PENGUKURAN BESARAN LISTRIK”

Disusun oleh :

Navvaz Arief Setya Pamuji

2203030047

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah S. W. T. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 30 November 2022

Navvaz Arief Setya Pamuji

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................3
BAB I ...................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................4
1.3. Tujuan………………………………………………………………………4
BAB II ..................................................................................................................5
2.1. Pengertian Pengukuran ..................................................................................5
2.2. Karakteristik Alat Ukur .................................................................................7
2.3. Contoh Alat Ukur dalam Kelistrikan dan Fungsinya ………………………8
BAB III .........................................................................................................…...11
3.1. Kesimpulan .........................................................................................….....11
3.2. Daftar Pustaka.......................................................................................…....12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lebih dari satu setengah abad yang lalu, telah banyak diperoleh sumbangan mengenai ilmu
pengukuran besaran listrik. Selama periode tersebut, segala upaya ditujukan kepada
penyempurnaan instrument (alat ukur) jenis-jenis defleksi dengan sebuah skala atau penunjuk yang
dapat bergerak. Sudut defleksi dari penunjuk merupakan suatu fungsi, dengan demikian dapat
disamakan dengan harga dari besaran listrik yang diukur. Istilah alat ukur analog dibuat untuk ciri-
ciri ukur jenis defleksi dan membedakan dari sejumlah instrument yang berbeda. Sementara
apabila harga besaran yang diukur ditampilkan dalam desimal (digital), instrumen tersebu disebut
dengan alat ukur digital.

Banyaknya kesalahan dalam mempraktekan prosedur pengukuran dengan menggunakan


alat ukur yang baik dan benar menyebabkan berbagai kesalahan kecil tentang pengukuran di
berbagai bidang seperti bidang teknik, bidang pendidikan, dsb. Sehingga membuat hasil
pengukuran tidak sesuai dari apa yang menjadi tujuan pengukuran sebenarnya.

Terkait dengan hal tersebut maka akan diterangkan dalam makalah ini tentang karakteristik
alat ukur yang pokok dan penting dalam proses pengukuran.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah pengertian dari pengukuran besaran
listrik itu sendiri, karakteristik dari alat ukur, dan contoh alat ukur beserta fungsinya.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar penyusun dan pembaca dapat
mengetahui dan mengenal lebih dekat tentang pengertian pengukuran besaran listrik dan
karakteristiknya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengukuran

Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi atau data secara
kuantitatif. Hasil dari pengukuran dapat berupa informasi atau data yang dinyatakan dalam bentuk
angka maupun uraian yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu mutu
informasi haruslah akurat. (Umar, 1991)

Pengukuran bisa juga diartikan sebagai suatu proses pembandingan antara suatu besaran
dengan besaran lain yang sejenis secara eksperimen dengan salah satu besaran yang dianggap
sebagai besaran standar. Perbandingan tersebut haruslah digunakan suatu alat bantu (alat ukur)
yang sudah dikalibrasi. Sebagai contoh, misalnya pengukuran tegangan pada jaringan listrik.
Dalam hal ini, tegangan yang akan diukur diperbandingkan dengan penunjukkan dari Volt meter.
Pengukuran sendiri dalam ilmu keteknikan, utamanya teknik elektro, dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu: pengukuran besaran listrik, misalnya seperti arus (ampere), tegangan (Volt), hambatan
(ohm) dan daya (Watt); dan pengukuran besaran non listrik, misalnya seperti suhu, kuat cahaya,
tekanan, waktu, dan kecepatan.

Dalam melakukan proses pengukuran, telah disinggung bahwa pengukuran tidak bisa lepas
dari alat bantu berupa alat ukur. Alat ukur memiliki beragam jenis dan karakteristik tergantung
dari besaran yang akan diukur. Dalam ilmu kelistrikan, pengukuran listrik menggunakan alat ukur
yang memang didesain untuk mengukur besaran listrik itu sendiri. Mengetahui karakteristik alat
ukur adalah penting agar pekerjaan pengukuran secara menyeluruh (persiapan, pelaksanaan dan
analisis) dapat diandalkan keberhasilannya. Seseorang tidak akan dapat merancang pengukuran
dengan benar tanpa mengetahui arti karakteristik dari alat ukur. (Jatmiko, 2016)

A. Cara Kerja Pengukuran


Saat melakukan pengukuran listrik terdapat beberapa cara pengukuran tergantung
dari nilai yang diukur. Pengukuran lazim dilakukan dengan cara yang paling efektif dan
harus dilakukan dengan benar dan sesuai dengan prosedur yang ada supaya bisa didapat
nilai pengukuran yang tepat dan juga untuk menghindari rusaknya alat yang bisa
disebabkan karena penggunaan alat yang tidak benar dan tidak berhati-hati.
Alat ukur dapat terbagi menjadi tiga golongan berdasarkan tingkat ketelitiannya.
Ketiga golongan tersebut yaitu: alat cermat atau alat presisi (tingkat kesalahan < 0,5%);
alat kerja (tingkat kesalahan ± 1 - 2 %); dan alat ukur kasar (tingkat kesalahan ≥ 3 %).

5
1. Alat ukur presisi
Alat ukur yang termasuk golongan ini memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, dan
memiliki nilai kesalahan ukur di bawah 0,5%. Biasanya, alat ukur yang temasuk ke
dalam golongan ini sangat mahal harganya dan hanya dipakai untuk pengukuran
dengan kecermatan yang tinggi. Alat ukur persisi dibuat dalam bentuk yang bisa
dipindahkan ke mana pun.
2. Alat kerja
Alat ukur kerja memiliki tingkat kesalahan antara 0,5% hingga 3%. Alat dengan
tingkat kesalahan ± 1% – 2% dibuat transportable dan biasa dipakai di bengkel, pabrik,
dan lain sebagainya. Untuk alat kerja dengan kesalahan ukur ± 2 - 3 % pada umumnya
dipakai untuk pengukuran pada papan penghubung baik di pusat-pusat tenaga listrik,
pabrik, dan lain sebagainya.
3. Alat ukur kasar
Alat ukur dengan kesalahan ukur > 3% termasuk golongan alat kasar dan biasanya
hanya digunakan sebagai petunjuk, seperti alat ukur untuk mengetahui arah aliran yang
dapat digunakan untuk melihat accumulator dari sebuah mobil yang sedang diisi atau
dikosongkan.
B. Operator
Saat melakukan pengukuran listrik, operator yang melakukan pengukuran haruslah
teliti. Keadaan di mana dilakukan pengukuran harus diperhatikan. Jika diperlukan adanya
laporan hasil pengukuran, maka pencatatan hasil pengukuran perlu mendapat perhatian
penuh. Untuk catatan pada setiap besaran yang diukur ada baiknya dicatat di buku
tersendiri.

Jika operator atau pengguna alat ukur tidak memahami cara kerja alat ukur yang
benar, maka rentanlah terjadi kesalahan pemakaian atau cara membaca skala salah padahal
alat ukur ada pada kondisi yang baik.

Alat ukur selain merupakan alat yang menghasilkan nilai dengan satuan listrik
maupun mekanik, juga ada alat yang hanya menunjukkan indikasi benar atau tidaknya
suatu rangkaian. Alat seperti ini disebut dengan indikator.

C. Keadaan alat ukur


Saat melakukan pengukuran listrik, alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan
baik. Alat ukur yang akan digunakan secara periodik harus dicek (kalibrasi) ulang. Cara
penyimpanan alat ukur maupun proses transportasi alat ukur juga harus diperhatikan
supaya alat ukur berada dalam kondisi yang baik agar nilai hasil pengukuran yang
ditunjukkan oleh alat ukur tersebut tepat. Kondisi ketelitiannya juga harus sesuai dengan

6
yang dijadikan standar untuk pengukuran. Ketelitian alat ukur dapat berkurang karena
umur, teknis, dan ekonomis.

2.2. Karakteristik Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran listrik memiliki beberapa
karakteristik penting, yaitu:

A. Ketelitian

Ketelitian didefinisikan sebagai persesuaian antara pembacaan alat ukur dengan


nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Ketelitian alat ukur diukur dalam derajat
kesalahannya.

B. Kecermatan

Adalah yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi hasilnya untuk
harga yang sama. Dengan kata lain, alat ukur belum tentu akan dapat memberikan hasil
yang sama jika diulang, meskipun harga besaran yang diukur tidak berubah. Hal tersebut
berarti bahwa jika suatu mikrometer menghasilkan angka 0,0002 mm, dan hasil yang sama
akan diperoleh kembali meskipun pengukuran diulang-ulang, dikatakan bahwa mikrometer
tersebut sangat cermat.

C. Sensitivitas
Sensitivitas dari sistem instrumentasi mempunyai pengertian Adanya perubahan
terkecil dari suatu variabel pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang masih
memberikan pengamatan. Kebalikan dari sensitivitas adalah dead zone, yaitu harga
terbesar dari suatu perubahan harga yang diukur dengan menggunakan alat ukur yang tidak
dapat memberikan pengamatan. Sensitivitas juga dapat dikatakan sebagai perbandingan
antara besaran akibat (respon) dan besaran yang diukur. Sering sensitivitas dinyatakan
sebagai keadaan sebaliknya.
D. Resolusi
Resolusi bisa disebut dengan daya urai atau diskriminasi. Resolusi dari suatu alat
ukur adalah pertambahan terkecil dari besaran yang diukur yang dapat dideteksi alat ukur
dengan pasti. Harga resolusi sering dinyatakan dalam persen skala penuh.
E. Efisiensi
Efisiensi dari alat ukur didefinisikan sebagai perbandingan antara nilai pembacaan
dari alat ukur dan daya yang digunakan oleh alat ukur tersebut pada saat melakukan
pengukuran. Efisiensi alat ukur biasanya dalam keadaan pengukuran pada skala penuh.
F. Error
Error dalam pengukuran dapat diartikan sebagai beda aljabar antara nilai ukuran
yang terbaca dengan nilai sebenarnya dari obyek yang diukur. Tidak ada komponen atau

7
alat ukur yang sempurna, semuanya mempunyai kesalahan atau ketidak telitian. Setiap
hasil pengukuran selalu mengandung error. Tidak ada pengukuran yang bebas error, ini
merupakan sifat alamiah, kecuali jika yang diukur/dihitung adalah jumlah barang atau
jumlah kejadian. Error dalam pengukuran dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu spurious
error, systematic error dan random error.
G. Validitas
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Ketepatan validitas pada
suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran
yang dikehendaki dengan tepat.
H. Reliabilitas
Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat
pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat
pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.

2.3. Contoh Alat Ukur dalam Kelistrikan dan Fungsinya

A. Multimeter Analog
Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur voltage / tegangan, ampere
/ arus listrik dan ohm / hambatan / resistensi dalam satu unit. Alat ini sering disebut juga
dengan istilah multitester / avometer. Multimeter memiliki dua jenis, yaitu multimeter
analog dan multimeter digital.
Multimeter analog adalah multimeter yang menggunakan kuantitas basic electrical
(listrik dasar) seperti resistansi AC dan DC, tegangan dan arus. Untuk penunjuk nilai,
multimeter analog menggunakan bentuk jarum pada bidang skala.
Jenis pengukuran yang dapat dilakukan oleh multimeter analog sangat beragam.
Multimeter analog dapat digunakan untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik,

8
hambatan listrik dan kapasitansi. Komponen multimeter analog juga menggunakan
komponen aktif elektronika yang berfungsi sebagai penguat.

B. Osiloskop
Osiloskop merupakan alat ukur elektronika yang fungsinya memproyeksikan
bentuk sinyal listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Pada osiloskop dilengkapi dengan
tabung sinar katode. Kemudian, peranti pemancar elektron akan memproyeksikan sorotan
elektron ke layar tabung sinar katode. Sorotan elektron tersebut membekas pada layar.
Rangkaian khusus dalam osiloskop akan menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang
dari kiri ke kanan. Proses pengulangan ini menyebabkan bentuk sinyal yang berkelanjutan
sehingga dapat dipelajari.
Osiloskop digunakan untuk mengamati bentuk gelombang yang tepat dari sinyal
listrik. Osiloskop selain dapat menunjukkan amplitudo sinyal, dapat juga menunjukkan
distorsi, waktu antara dua peristiwa (seperti lebar pulsa, periode, atau waktu naik) dan
waktu relatif dari dua sinyal yang saling berkaitan. Semua alat ukur elektronik bekerja
berdasarkan sampel data, yang mana jika semakin tinggi sampel data, maka semakin akurat
peralatan elektronik tersebut.

C. Amperemeter
Amperemeter adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur nilai arus
listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik. Pengukuran arus listrik harus

9
memutuskan rangkaian terlebih dahulu lalu dihubungkan masing-masing ke terminal-
terminal amperemeter. Amperemeter dapat ditemukan pada rangkaian listrik dalam
peralatan elektronika seperti radio, perekam kaset, dan penguat. Jenis arus listrik yang
dapat diukur oleh amperemeter yaitu arus searah maupun arus bolak-balik. Amperemeter
juga digunakan pada pengukuran kuat arus listrik yang dihasilkan dari suatu pembangkit
tenaga listrik.

10
BAB III

PENUTUP

Dari hasil rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran dapat diartikan sebagai
penentu besaran, dimensi, kapasitas. Pengukuran sendiri dalam ilmu keteknikan utamanya teknik
elektro dapat dibedakan menjadi dua yaitu; pengukuran besaran listrik, misalnya seperti arus
(ampere), tegangan (Volt), hambatan (ohm) dan daya (Watt); dan pengukuran besaran non listrik,
misalnya seperti suhu, kuat cahaya, tekanan, waktu, dan kecepatan. Karakteristik dalam alat ukur
juga memerlukan ketelitian, sensitivitas (kepekaan), resolusi, efisiensi alat ukur, reliabilitas,
validitas, dan error.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alat Ukur Elektrostatis, disadur dari : http://infokitabersama123.blogspot.co.id/2013/03/alat-


ukur-elektrostatis-instrument.html

Alat Ukur Elektrodinamis, disadur dari : http://kusumandarutp.blogspot.co.id/2015/11/alat-ukur-


elektrodinamis.html

Pengertian Termokopel dan Prinsip Kerjanya, disadur dari :


http://teknikelektronika.com/pengertian-termokopel thermocouple-dan-prinsip-kerjanya/

Pengenalan Alat Ukur Listrik, dikutip dari :


http://wuriyaningsih.blogspot.co.id/2014/05/pengenalan-alat-ukur-listrik.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Multimeter

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Amperemeter

http://hendrasepta22.blogspot.com/2015/11/karakteristik-alat-ukur.html?m=1

Umar, H. 1991. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

12

Anda mungkin juga menyukai