PENGUKURAN LISTRIK
Disusun Oleh :
Kelompok 6
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah alat ukur analog dibuat untuk ciri-ciri ukur jenis defleksi dan
membedakan dari sejumlah instrument yang berbeda. Sementara apabila harga
besaran yang diukur ditampilkan dalam desimal (digital), instrumen tersebut
disebut dengan alat ukur digital.
Ilmu dan teknologi sangat berkaitan erat dengan pengukuran sebagai hal
yang tidak dapat dipisahkan. Instrumen pengukuran modern adalah salah satu
buah hasil dari ilmu pengetahuan. Instrumentasi adalah cabang dari keteknikan
yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan tetapi semua cabang keteknikan
dan obat-obatan secara baik.Pengukuran yang tepat dari dimensi, temperatur,
tekanan, daya, tegangan, arus, impedansi, mermacam-macam sifat material, dan
sebagian besar variabel fisika lainnya adalah penting bagi keteknikan sebagai ilmu
pengetahuan.Pengukuran akurat sangat diperlukan untuk perancangan yang
ekonomis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pada pengukuran listrik ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan,
antara lain cara pengukuran, alat ukur yang dipakai, dan operator yang melakukan
perngukuran;
a. Cara pengukuran
Saat melakukan pengukuran listrik terdapat beberapa cara pengukuran
tergantung dari nilai yang diukur, pengukuran dilakukan dengan cara
pengukuran yang paling efektif, pengukuran harus dilakukan dengan benar
dan sesuai dengan prosedur yang ada agar mendapat nilai pengukuran
yang tepat dan juga utuk menghindari rusaknya alat karena cara
pengukuran yang tidak benar atau tidak tepat.
b. Alat ukur
4
Saat melakukan pengukuran listrik alat ukur yang digunakan harus dalam
keadaan baik, alat ukur yang akan digunakan secara periodik harus dicek
(kalibrasi) ulang, cara penyimpanan alat ukur maupun proses transportasi
alat ukur juga harus diperhatikan. Alat ukur harus berada dalam kondisi
yang baik agar nilai hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur
tersebut tepat atau hanya dengan nilai error yang dapat ditoleransi.
c. Operator (Orang)
Saat melakukan pengukuran listrik, operator yang melakukan pengukuran
haruslah teliti. Keadaan dimana dilakukan pengukuran harus diperhatikan.
Jika diperlukan adanya laporan hasil pengukuran, maka pencatatan hasil
pengukuran perlu mendapat perhatian, untuk catatan pada setiap besaran
yang diukur digunakan buku tersendiri.
a. Ketelitian
Ketelitian didefinisikan sebagai persesuaian antara pembacaan alat ukur
dengan nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Ketelitian alat ukur
diukur dalam derajat kesalahannya.
Kesalahan (Error)
Kesalahan ialah selisih antara nilai pembacaan pada alat ukur dengan
nilai sebenarnya. Rumusan error dapat ditulis :
E = I – T atau dalam %
dimana : E = Kesalahan
I = Nilai pembacaan
T = Nilai sebenarnya
Koreksi
5
Koreksi ialah selisih antara nilai sebenarnya dari besaran yang diukur
dengan nilai pembacaan pada alat ukur. Rumusan koreksi dapat
ditulis :
C = T – Iatau dalam %
dimana : C = Koreksi
I = Nilai pembacaan
T = Nilai sebenarnya
Dari kedua rumus diatas yaitu kesalahan dan koreksi dapat dilihat bahwa
nilai koreksi adalah negatif dari nilai kesalahan; C = - E.
Berdasarkan ketelitian tersebut alat-alat ukur terdiri dari; alat cermat atau
alat presisi, alat ukur dengan ketelitian tinggi (< 0,5%); alat kerja, alat
ukur dengan ketelitian menengah (± 1 - 2 %); alat ukur kasar, alat ukur
dengan ketelitian rendah (≥ 3 %).
Alat Kerja
Alat ukur dengan kesalahan ukur > 0,5% termasuk golongan alat
kerja, untuk alat ukur kerja dengan kesalahan ukur ± 1 – 2 % juga
dibuat transportable dan biasa dipakai dibengkel, pabrik, dan lain
sebagainya. Untuk alat kerja dengan kesalahan ukur ± 2 - 3 %
dipakai untuk pengukuran pada papan penghubung baik di pusat-
pusat tenaga listrik, pabrik, dan lain sebagainya.
6
Alat Ukur Kasar
Alat ukur dengan kesalahan ukur > 3% termasuk golongan alat kasar
dan hanya digunakan sebagai petunjuk, seperti arah aliran untuk
melihat apakah accumulator dari sebuah mobil yang sedang diisi atau
dikosongkan.
Pada beberapa alat ukur yang akan ditempatkan pada panel maka untuk
mengurangi kesalahan membaca karena paralaks, jarum petunjuk dan
skala pembacaan ditempatkan pada bidang-bidang yang sama seperti
diperlihatkan dalam gambar.
7
Tabel kelas ketelitian alat ukur dan penggunaannya
Kesalahan yg
Kelas Penggunaan Keterangan
diizinkan (%)
Operator atau pengguna alat ukur tidak memahami cara yang benar,
sehingga terjadi kesalahan pemakaian atau cara membaca skala salah
padahal alat ukur pada kondisi yang baik.
Alat ukur selain merupakan alat yang menghasilkan nilai dengan satuan
listrik maupun mekanik, juga ada alat yang hanya menunjukkan indikasi
benar atau tidaknya suatu rangkaian. Alat seperti ini disebut dengan
indikator.
b. Sensitivitas (kepekaan)
Sensitivitas dari sistem instrumentasi mempunyai pengertian:
“Adanya perubahan terkecil dari suatu variabel pengukuran dengan
menggunakan alat ukur yang masih memberikan pengamatan (response)”.
8
Kebalikan dari sensitivitas adalah “Dead Zone” yaitu harga terbesar dari
suatu perubahan harga yang diukur dengan menggunakan alat ukur yang
tidak dapat memberikan pengamatan (response).Sensitivitas juga dapat
dikatakan sebagai perbandingan antara besaran akibat (respon) dan
besaran yang diukur. Sering sensitivitas dinyatakan sebagai keadaan
sebaliknya (inverse sensitivity = faktor penyimpangan/ defleksi).
Resolusi juga dapat dikatakan sebagai selisih nilai dari skala ukur yang
dapat ditunjukkan oleh sebuah alat ukur analog, ataupun berapa nilai
kelipatan pangkat sepuluh terkecil yang dapat ditunjukkan oleh sebuah alat
ukur digital. Semakin kecil pertambahan nilai besaran yang ditunjukkan
oleh alat ukur analog ataupun kelipatan pangkat sepuluh yang ditunjukkan
alat ukur analog, maka resolusi dari suatu alat ukur semakin baik, dan
begitu juga sebaliknya.
Misalnya suatu Volt meter mempunyai skala seragam yang terbagi atas
100 bagian dan berskala penuh sama dengan 200 V. Satu perseratus jelas,
maka deskriminasi alat ukur sama dengan 1/100 atau 2 V.
d. Repeatibility
Repeatibilty adalah kemampuan suatu alat ukur untuk dapat dipakai
melakukan pengukuran secara berulang-ulang.
9
Alat ukur dikatakan memiliki repeability yang baik apabila suatu
pengukuran untuk nilai yang sama dilakukan berkali-kali tetap
menunujukkan angka hasil pengukuran yang sama dan tidak berubah
dengan waktu.
Kebanyakan alat ukur mempunyai sifat bahwa nilai hasil pengukuran yang
ditunjukkkan bertendensi atau cenderung untuk bergeser, yaitu dengan
satu nilai masukan yang sama, nilai pembacaan berubah dengan waktu.
Haltersebut disebabkan antara lain oleh :
Getaran mekanis
Getaran mekanis adalah suatu getaran yang terjadi pada alat ukur,
baik getaran yang terjadi karena faktor internal dari dalam alat ukur
sendiri, misalnya getaran yang terjadi saat melakukan pengukuran,
maupun getaran yang terjadi karena faktor eksternal dari luat alat ukur.
Untuk menghindari adanya getaran mekanis ini maka pada alat ukur
duperlukan adanya pemasangan peredam getaran.
Perubahan suhu
Perubahan suhu yang terjadi di ruangan tempat penyimpanan alat
ukur maupun ruangan tempat dilakukannya pengukuran dapat
mempengaruhi repeatibility dari suatu alat ukur. Untuk menghindari
hal ini maka ruangan diusahakan dijaga agar memiliki suhu yang
tetap dengan cara pemasangan alat pendingin (AC).
10
Alat ukur tidak boleh membebani / mempengaruhi besaran yang
diukur,bisa juga dikatakan bahwa alat ukur harus mempunyai nilai
impedansi masuk yang besar,
Mempunyai keseksamaan yang tinggi, yaitu alat harus mempunyai
ketepatan dan ketelitian yang tinggi (mempunyai accuracy error dan
precision error yang tinggi),
Mempunyai kepekaan (sensitifitas) yang tinggi, yaitu batas input
signal yang sekecil-kecilnya sehingga mampu membedakan gejala-
gejala yang kecil
Mempunyai stabilitas yang tinggi sehingga menolong dalam
pembacaan dan tidak terganggu karena keadaan yang tidak
dikehendaki
Kemampuan baca (readibilitas) yang baik, hal ini banyak tergantung
dari skala dan alat penunjuknya serta piranti untuk menghindari
kesalahan paralak.
Kemantapan (realibilitas) alat yang tinggi, yaitu alat yang dapat
dipercaya kebenarannya untuk jangka waktu yang lama.
Efisiensi alat ukur biasanya diambil dalam keadaan pengukuran pada skala
penuh. Adapun satuannya adalah besaran yang diukur dibagi dengan Watt.
Suatu alat ukur sebaiknya diusahakan memiliki nilai efisiensi yang tinggi.
Alat ukur dikatakan memiliki efisiensi yag tinggi apabila alat ukur tersebut
hanya menggunakan daya yang kecil pada saat melakukan pengukuran,
atau bisa juga dikatakan alat ukur tersebut hanya membutuhukan sedikit
daya untuk bekerja.
11
V fs I fs .Rm Rm
Eff
Pfs I fs .V fs V fs
dimana : Eff = Efisiensi Volt meter
Vp = Penunjukkan Volt meter skala penuh
Pp = Daya yang diperlukan pada penunjukkan Volt meter
pada skala penuh
Ip = Arus yang mengalir pada penunjukkan volt meter pada
skala penuh
Rm = Tahanan dalam dari volt meter
Efisiensi biasanya tidak dinyatakan pada spesifikasi suatu alat ukur, tetapi
efisiensi alat ukur dapat dihitung, jika impedansi dari alat ukur dan arus
yang mengalir pada skala penuh diketahui atau tegangan yang dipasang
diketahui.
f. Linearity/Linearitas
Linearitas adalah sedekat apa bentuk kurva dengangaris lurus. Tanggapan
alat ukur untuk perubahan dalam media yang diukur dapat digambarkan
untuk memberikan kurva respons. Masalah dapat timbul jika respons tidak
linear, terutama untuk aplikasi kendali kontinyu.Masalah juga bisa terjadi
pada titik kontrol sebagai resolusi bervariasi tergantung pada nilai yang
diukur.Linearitas mengungkapkan penyimpangan pembacaan yang
sebenarnya dari sebuah garis lurus. Untukaplikasi kendali kontinyu,
masalah yang timbul akibat perubahan tingkat output berbeda dari alat
ukur. Keuntungan dari perubahan perangkat non-linear sebagai perubahan
output atas input bervariasi. Dalam perubahan sistem tertutup laba
mempengaruhi dinamika loop. Dalam aplikasi, linieritas perlu dinilai. Jika
masalah tidak ada, maka sinyal perlu di-linearised.
12
2.3. Klasifikasi Alat Ukur (widya pratiwi mansur)
Alat ukur yang digunakan dalam kegiatan pengukuran besaran listrik dapat
diklasifikasikan dalam berbagai macam cara, klasifisikasi dari alat ukur listrik
antara lain yaitu; menurut macam arus, menurut macam besaran listrik yang
diukur, menurut kecermatan pemakaian, menurut asas kerja, menurut jenis
penunjukkan, menurut sifat penggunaan, menurut sistem pengukuran, dan
menurut metode pengukuran.
13
Ohm Meter Tahanan Ω Dc V/I
V I T Cos
Kwh Meter Energi Kwh Ac & Dc
Φ
Frekuensi
Getaran/Detik Hz Ac -
Meter
Kesalahan yg
Kelas Penggunaan Keterangan
diizinkan (%)
14
3,0 ± 3,0 Hanya untuk cek Rendah
15
Alat ukur thermocouple,(andi yusriandi pratama)
Termokopel (Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan
untuk mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam
konduktor berbeda yang digabung pada ujungnya sehingga
menimbulkan efek “Thermo-electric”.
Pada dasarnya Termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam
konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan ujungnya. Satu jenis
logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan berfungsi
sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang
satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas.
16
ditempatkan dimedan magnit tersebut dan menerima gaya
elektromagnetis.
17
Alat ukur induksi, ( Taufik hamzi )
Alat ukur induksi hanya dipergunakan pada pengukuran listrik bolak-
balik serta dapat digunakan sebagai Ammeter, Voltmeter ataupun
Wattmeter sertaEnergi meter (Kwh-meter).Torsi penyimpang pada
alat ukur induksi dihasilkanoleh reaksi antara fluks magnet bolak-
balik.
Prinsip kerja alat ukur induksi ini dipengaruhi adannya torsi yang
terjadikarena adanya reaksi antara fluks magnetis yang magnitudenya
tergantung padaarus atau tegangan yang diukur serta tergantung pada
arus eddy atau arus putar yang terinduksi pada piringan atau silinder
metal oleh fluks magnet yang lain.
18
Gambar 7. Alat Ukur Elektrostatis
e. Menurut jenis penunjukkannya
Alat ukur dengan penunjukkan yang langsung dapat dibaca atau
dilihat (pengukuran langsung),
Alat ukur yang hasil akhirnya didapatkan dari beberapa pengukuran
langsung (pengukuran tidak langsung),
Alat ukur dengan sistem tercatat.
19
Metode pengukuran dimana suatu kebesaran yang akan diukur
disamakan dengan suatu referensi yang diketahui dan dicek untuk
dalam keseimbangan dengan kebesaran tersebut, secara langsung atau
sebagai multiplikasi dari padanya. Hasil yang didapatkan adalah
sesuai dengan harga sebenarnya daripada kebesaran referensi dengan
suatu faktor perkalian.
Contoh : Metode potensiometer atau jembatan.
Metode substitusi (penggantian)
Metode pengukuran dimana suatu kebesaran yang akan diukur
disubstitusikan dengan kebesaran referensi dan hasil yang
didapatkannya diturunkan dari rasio kedua pembacaan.
Metode substitusi ini mempunyai keuntungan untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh faktor-faktor yang sama dari
kebesaran yang hendak diukur dan kebesaran referensi.
Contoh : Pengukuran elektrolit (mengukur penampang dari tabung
dan jarak diantara elektroda).
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pengukuran adalah suatu proses pembandingan antara suatu besaran
dengan besaran lain yang sejenis secara eksperimen dengan salah satu
besaran dianggap sebagai besaran standar,
2. Karakteristik dari suatu alat ukur antara lain; akurasi (ketelitian),
sensitivitas (kepekaan), resolusi (daya urai/deskriminasi), repeatibility,
efisiensi, dan linearitas.
3. Klasifisikasi dari alat ukur listrik antara lain yaitu; menurut macam arus,
menurut macam besaran listrik yang diukur, menurut kecermatan
pemakaian, menurut asas kerja, menurut jenis penunjukkan, menurut sifat
penggunaan, menurut sistem pengukuran, dan menurut metode
pengukuran.
21
DAFTAR PUSTAKA
22