Anda di halaman 1dari 22

PENGUKURAN DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Oleh :
Nama / NIM : Udaibah Nadilla Zurni / 231810401067

Fakultas / Jurusan : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam /


Biologi
Kelompok : Kelompok 03

Asisten : Elza Dina

Tanggal Praktikum/Jam : 27 September 2023 / 09.40-13.20

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2023
DAFTAR ISI

BAB 1 ..................................................................................................................................3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................3
Latar Belakang ................................................................................................................3
Rumusan Masalah ..........................................................................................................4
Tujuan ............................................................................................................................4
BAB 2 ..................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................5
BAB 3 ................................................................................................................................10
METODE PRAKTIKUM .......................................................................................................10
3.1 Alat dan Bahan .......................................................................................................10
3.2 Metode kerja ..........................................................................................................10
3.3 Metode Analisis Data .............................................................................................12
3.4 Ralat .......................................................................................................................15
BAB 4 ................................................................................................................................18
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................18
4.1 Hasil........................................................................................................................18
4.2 Pembahasan ...........................................................................................................19
BAB 5 ................................................................................................................................21
PENUTUP..........................................................................................................................21
5.1 Kesimpulan .............................................................................................................21
5.2 Saran ......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................22

2
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suatu objek
secara sistmatik. Pengukuran memegang peranan penting, baik untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun untuk penyajian
informasi. Harun Rasyid (2008:9) mengatakan bahwa “pengukuran adala
suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut aturan
atau informasi yang jelas. Pengertian lain juga menerangkan bahwa
pengukuran merupakan proses mengukur suatu besaran, yaitu
membandingkan nilai besaran yang sedang kita ukur dengan besaran lain
yang sejenis yang digunakan sebagai acuan. Pengukuran juga bisa diartikan
sebagai proses mengukur suatu hal untuk mengetahui beberapa hal tertentu
(Nasution. 2019).
Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, seperti
panjang, waktu, massa, suhu, tekanan, dan arus listrik, tetapi juga dapat
mengukur semua hal. Suatu pengukuran akan melibatkan berbagai alat ukur,
mulai dari yang sederhana dengan ketelitian rendah hingga ketelitian yang
tinggi. Proses pengukuran membutuhkan suatu standar pengukuran guna
menghindari keberagaman hasil pengukuran. Standar tersebut adalah unit
pengukuran yang tela disamakan secara internasional, meliputi panjang,
massa, dan waktu. Parameter pengukuran seiring berjalannya waktu tidak
hanya panjang, massa, dan waktu, tetapi unit pengukuran dibedakan
berdasarkan arah dan nilainya. Standar pengukuran telah diatur oleh
organisasi standar pengukuran internasional yang berlokasi di kota Sevres,
Perancis, atau lebih dikenal dengan International Bureau of Weights and
Measure (BIPM). Adanya ketentuan yang dikeluarkan oleh BIPM tersebut,
maka semua pengukuran, baik pengukuran pokok ataupun pengukuran
turunan harus mengacu pada tujuh standar pengukuran. Ketentuan tersebut
masih digunakan dan diterapkan dalam proses pengukuran pada zaman
sekarang (Fathuroya dkk.2017).
Pengukuran dalam fisika merupakan aspek penting dan mendasar,
mengingat suatu “Hukum” dalam fisika dapat diperlakukan jika telah
dibuktikan secara eksperimen. Suatu eksperimen tentu saja tidak terlepas
dari pengukuran. Hasil pengukuran yang baik adalah pengukuran yang
menghasilkan presisi atau ketepatan. Ketepatan pengukuran diperlukan
untuk melakukan atau menguji sebuaha eksperimen yang diperlukan dalam
pengukuran dengan ketelitian dari sebuah alat ukur yang digunakan.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah semakin tinggi nilai ketepatan dari
alat ukur maka semakin kecil tingkat kesalahan dan ketidakpastian hasil
pengukuran (Lambaga.2019).

3
Tingkat kesalahan bisa dipengaruhi oleh observer (pengamat), yang
dinilai sebagai human error, dan hal ini dapat diminimalisir, yakni dengan
cara mempelajari metode dan teknik penggunaan berbagai alat ukur.
Ketidakpastian pengukuran juga bisa diminimalisir dengan memperoleh
data pengukuran dari alat ukur yang digunakan. Stopwatch bisa dijadikan
contohnya, digunakan dalam eksperimen kecil untuk menghitung durasidari
isolasi mekanik Gerak Harmonik Sederhana (GHS). Hasil pengukuran yang
kita catat kemungkinannya akan lebih kecil atau lebih besar dari hasil yang
sesungguhnya. Pemberian hasil dari setiap pengukuran harus disertakan
dengan “estimasi ketidakpastian” (estimated uncertainly) (Lambaga.2019).
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dibahas di atas dapat dirumuskan beberapa
masalah penting sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menentukan nilai skala terkecil suatu alat ukur?
2. Bagaimana langkah-langkah melakukan pengukuran langsung dan tidak
langsung?
3. Bagaimaan cara melakukan pengukuran langsung dan tidak langsung
dengan menggunakan ralat nst?
4. Bagaimaan cara melakukan pengukuran langsung dan tidak langsung
dengan menggunakan ralat standart deviasi?
5. Bagaimana cara kita menentukan nilai angka penting?
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu menentukan nilai skala terkecil suatu alat ukur.
2. Mampu melakukan langkah-langkah pengukuran langsung dan tidak
langsung.
3. Mampu melakukan pengukuran langsung dan tidak langsung dengan
menggunakan ralat nst.
4. Mampu melakukan pengukuran langsung dan tidak langsung dengan
menggunakan ralat standart deviasi.
5. Mampu menentukan nilai angka penting.
1.1 Manfaat
Manfaat pengukuran dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari seperti
memudahkan kita untuk berinteraksi mengenai suatu objek. Pengukuran juga
bisa digunakan dalam pengambilan analisis suatu data. Pemantauan dan
evaluasi mengenai suatu hal juga bisa dilakukan dengan melakukan proses
pengukuran. pengukuran juga berguna untuk membandingkan besaran suatu
objek dan kita bisa mengetahui ukuran dari objek tersebut.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengukuran merupakan sebuah kegiatan, atau hasil, perbandingan
kuantitatif antara besaran yang diberikan dengan besaran lain sejenis yang
disebut satuan. Hasil pengukuran dinyatakan melalui defleksi penunjuk/pointer
pada skala yang sudah ditetukan atau angka yang memiliki rasio antara besaran
yang tidak diketahui dengan standarnya, standar didefinisikan sebagai
personifikasi atau perlambangaan satuan pengukran atau nilai penggantinya.
Instrument ukur digunakan untuk membandingkan besaran yang tidak diketahui
dengan satuan pengukuran atau nilai standar yang disebut alat ukur. Nilai
besaran yang tidak diketahui dapat diukur dengan metode langsung maupun
tidak langsung (Puriyanto dan Rosyady. 2021).
Pengukuran suatu besaran fisika pasti dibutuhkan alat ukur untuk membantu
dalam mendapatkan hasil pengukuran. penguuran panjang suatu benda dapat
menggunakan jangka sorong, mistar, atau mikrometer. Pengukuran suatu massa
dapat menggunakan timbangan atau neraca, sementara pengukuran waktu
menggunakan stopwatch. Data hasil pengukuran bisa didapatkan dengan akurat
dengan mempertimbangkan factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses
pengukuran. Faktor-faktor tersebut diantaranya benda yang diukur, proses
pengukuran, kondisi lingkungan dan orang yang melakukan pengukuran
(Saripudin dkk. 2007).
2.1 Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai ketelitian
mencapai 0,1 mm. Jangka sorong memiliki dua skala, yaitu skala utama dan
skala nonius. Kelebihan jangka sorong adalah mempunyai dua bagian kaki
pengukur. Bagian cembung digunakan untuk pengukuran biasa, sedangkan
bagian yang cekung ke dalam digunakan untuk mengkur diameter dalam sebuah
benda, misalnya diameter dalam cincin (Prasodjo dkk.2006).

Gambar 2.1 cara membaca jangka sorong


(sumber Prasodjo dkk.2006)

5
2.1 Mikrometer
Mikrometer merupakan alat untuk mengukur benda-benda yang sangat kecil
samai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Bagian utama mikrometer adalah
sebuah poros bergulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut bidal.
Ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian
yang sama. Bidal jika digerakkan satu putaran penuh, maka poros akan maju
(atau mundur) 0,5mm. Proses pengukuran panjang menggunakan mikrometer
dengan bidal diputar sehingga benda dapat diletakkan diantara landasan dan
poros. Poros hampir menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan roda
bergigi agar poros tidak menekan benda. Penekanan pada benda akan
menyebabkan pengukuran tidak teliti (Ruwanto.2006).

Gamar 2.2 cara membaca mikrometer


(sumber Ruwanto.2006)
2.4 Mistar ukur
Mistar merupakan alat pengukuran dasar yang sering kita jumpai. Alat ukur
ini bisa digunakan dalam pengukuran panjang, lebar, ataupun tinggi. Jarak
antara dua garis tebal yanf berdekatan pada mistar sama dengan satu sentimeter,
sedangkan jarak antara dua garis tipis yang berdekatan sama dengan satu
milimeter. Pengukuran pada mistar setiap satu sentimeter terdapat 10 garis tipis
atau 10 milimeter. Hal tersebut menunjukkan bahwa mistar memiliki satuan
terkecil 1 mm atau 0,1 cm sehingga ketelitiannya adalah 1 mm atau 0,1 cm
(Prasodjo dkk.2006)

Gambar 2.4 mistar ukur


(sumber Prasodjo dkk.2006)

2.5 Neraca
Neraca dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti neraca analitis dua
lengan, neraca ohaus, neraca lengan gantung, dan neraca digital. Neraca ini
berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktik laboratorium.
Neraca ini memiliki tingkat ketelitian 0,01 gram. Prinsip kerja neraca ini adalah
sekedar membandingkan massa benda yang akan diukur dengan anak

6
timbangan. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan
menggeser posisi anak timbangan sepanjang lengan (Rapi.2017).

Gambar 2.5 neraca tiga lengan


(sumber Rapi.2017)
2.6 Ampermeter
Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus lstrik.
Umumnya alat ini dipakai oleh teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik
yang disebut Avometer. Avometer ini merupakan gabungan dari fungsi
amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter. Amperemeter dapat dibuat atas susunan
mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian
baik arus yang kecil. Amperemeter bekerja sesuai gaya lorenzt gaya magnetis
(Sibarani.2017).

Gambar 2.6 Ampeemeter


(sumber Ruwanto.2006)
2.7 Voltmeter
Voltmeter adalah alat ukur tegangan listrik. Voltmeter sering dicirikan
dengan simbol V pada setiap rangkaian listrik. Voltmeter harus dipasang parallel
dengan ujung-ujung hambatan yang aan diukur beda potensialnya. Satuan beda
potensial lstirk dalam SI adalah volt atau diberi simbol V. komponen dasar suatu
voltmeter adalah galvanometer (Manurung dan Sinambela.2018).

7
Gambar 2.7 Voltmeter
(sumber Mundilarto dan Istiono.2017)
2.8 Stopwatch
Stopwatch merupakan alat pengukur waktu yang memiliki skala utama
(detik) dan skala terkecil (milidetik). Stopwatch ada dua jenis, yaitu stopwatch
analog dan stopwatch digital. Skala utama memiliki 10 bagian skala terkecil
sehingga nilai satu skala terkecil yang dimiliki stopwatch analog adalah 0,1
detik. Ketelitian dari stopwatch adalah 0,05 detik (Saripudin dkk. 2007).

Gambar 2.8 Stopwatch


(sumber Saripudin dkk. 2007).
2.9 Nilai Skala Terkecil (nst)
Suatu pengukuran selal disertai oleh ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut
disebabkan oleh adanya nilai skala terkecil (nst), kesalahan kalibrasi, kesalahan
titik nol, kesalahan paalaks, dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
keterampilan pengamat. Setiap alat ukur memiliki nilai skala yang tidak dapat
dibagi-bagi lagi yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (nst). Ketelitian alat
ukur bergantung pada nst ini (Tim penyusun 2022).
2.10 Angka Penting
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran,
termasuk angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Angka-angka penting ini
terdiri atas angka-angka pasti dan satu angka taksiran yang sesuai dengan
tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan. Semua angka hasil pengukuran
adalah angka penting, namun tidak semua angka hasil pengukuran termasuk
angka penting. Berikut merupakan aturan penulisan yang dimaksud dengan
angka penting.

8
1. semua angka bukan nol merupakan angka penting. Contoh, 584 memiliki 3
angka penting.
2. angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol termasuk angka
penting. Contoh, 2,022 memiliki 4 angka penting.
3. angka nol yang terletak di sebelah kanan tanda koma dan angka bukan nol
termasuk angka penting.
4. angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang terletak di
sebelah kanan koma desimal, bukan angka penting (Saripudin dkk. 2007).

9
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Jangka sorong, berfungsi untuk mengukur panjang diameter dalam dan luar
dari cincin.
2. Mikrometer, berfungsi untuk mengukur diameter dari bola pejal.
3. Amperemeter, berfungsi untuk mengukur besarnya kuat arus yang mengalir
dalam sebuah rangkaian tertutup yang menghubungkan sebuah sumber
tegangan dengan beban (seperti hambatan, lampu, dan alat elektronik
lainnya).
4. Voltmeter, befungsi untuk mengukur besar tegangan dalam sebuah beban
yang dialiri oleh arus listrik.
5. Stopwatch, berfungsi untuk mengukur waktu dengan sensivitas hingga
0,0001 s.
6. Mistas/penggaris, berfungsi untuk mengukur panjang suatu benda.
7. Neraca, berfungsi untuk mengukur massa suatu benda.
8. Termometer, berfungsi untuk mengukur suhu suatu kondisi.
9. Balok logam, berfungsi sebagai sampel yang digunakan dalam pengukuran
panjang dan massa dengan menggunakan mistar dan neraca.
10. Bola besi kecil, berfungsi sebagai sampel yang digunakan dalam
pengukuran diameter dengan menggunakan mikrometer.
11. Resistor, berfungsi untuk menghubungkan rangkaian pada hambatan sebuah
amperemeter.
12. Kabel penghubung, berfungsi untuk menghubungkan voltmeter dengan
stopkontak.
13. Cincin, berfungsi sebagai sampel dalam pengukuran panjang diameter
dengan menggunakan jangka sorong.

3.2 Metode kerja


3.2.1 Diagram Alir
Diagram alir prrosedur percobaan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
mulai

Diambil jangka sorong, mikrometer, amperemeter


voltmeter, thermometer, neraca pegas, neraca balance,
stopwatch, meteran, dan mistar/penggaris.

10
Ditentukan nilai skala terkecil dan kesalahan titik nol dari
semua alat pengukuran.

Dilakukan pengukuran terhadap cincin, balok logam, dan


bola besi kecil menggunakan alat pengukuran yang sesuai.

selesai

3.2.2 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
3.2.2.1 Menentukan Nilai Skala Terkecil (nst) dan Kesalahan Titik Nol
1. Diambil jangka sorong dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila
skalanya tidak menunjukkan titik nol saat jangka sorong belum
digunakan.
2. Diambil mikrometer dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila
skalanya tidak menunjukkan titik nol saat mikrometer belum digunakan.
3. Diambil ampermeter dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila jarum
tidak menunjukkan titik nol saat tidak ada arus.
4. Diambil voltmeter dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila jarum
tidak menunjukkan titik nol saat tidak ada tegangan.
5. Diambil thermometer dan ditentukan nst-nya.
6. Diambil neraca pegas (spring balance) dan ditentukan nst-nya. Dicatat
juga apabila skalanya tidak menujukkan titik nol saat pegas belum
terberbani.
7. Diambil stopwatch dan ditentukan nst-nya.
8. Diambil mistar/penggaris panjang dan ditentukan nst-nya.
9. Diambil neraca/timbangan dan ditentukan nst-nya.
3.2.2.2 Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
Catatan hanya dilakukan satu kali saja
1. Diukur diameter luar dan diameter dalam sebuah cincin menggunakan
janga sorong.
2. Diukur diameter luar dan diameter dalam sebuah bola kecil dengan
menggunakan mikrometer.
3. Dicatat besar arus dan besar tegangan yang muncul pada ampermeter dan
voltmeter dalam sebuah rangkaian tertutup.
4. Diberi beban pada neraca dan dicatat nilai skalanya.
5. Diukur panjang(l), lebar(b), dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang.
6. Dihitung waktu dengan stopwatch Ketika kita berjalan dari titik A ke B
sejauh 2 meter.

11
3.2.2.3 Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi
1. Diukur diameter dalam dan diameter luar sebuah cincin menggunakan
jangka sorong.
2. Diukur diameter dalam dan diameter luar sebuah bola besi kecil dengan
menggunakan mikrometer.
3. Dicatat besar arus dan tegangan yang muncul pada Ampermeter dan
Voltmeter dalam sebuah rangkaian tertutup.
4. Diberi beban pada neraca dan dicatat nilai skalanya.
5. Diukur panjang (l), lebar (b), dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang.
6. Dihitung waktu dengan stopwatch Ketika kita berjalan dari titik A ke B
sejauh 2 meter.
7. Diulangi Langkah-langkah 1-6 tersebut masing-masing sebanyak 3 kali.
3.2.2.4 Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
1. Diukur panjang(l), lebar(b), dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang kemudian ditimbang massa balok tersebut.
2. Dihitung waktu dengan stopwatch Ketika kita berjalan dari titik A ke B
sejauh 2 meter, kemudian diulangi untuk jarak 2,5 meter, 3 meter, dan
3,5 meter, dicatat masing-masing waktunya.
3.2.2.5 Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi
1. Diukur panjang(l), lebar(b), dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang kemudian ditimbang massa balok tersebut.
2. Dihitung waktu dengan stopwatch Ketika kita berjalan dari titik A ke B
sejauh 2 meter, kemudian diulangi untuk jarak 2,5 meter, 3 meter, dan
3,5 meter, dicatat masing-masing waktunya.
3. Diulangi langkah-langkah 1-2 tersebut sebanyak 3 kali.
3.2.2.6 Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
dan Standart Deviasi
1. Diukur panjang (l), lebar (b), dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang, kemudian dengan balok yang sama diukur
panjang (l), lebar (b), dan tinggi (t) menggunakan standart deviasi dan
penimbangan massa balok menggunakan nst.
2. Dihitung waktu dengan stopwatch Ketika kita berjalan dari titik A ke B
sejauh 2 meter, kemudian diulangi untuk jarak 2,5 meter, 3 meter, dan 3,5
meter, dicatat masing-masing waktunya dengan pengukuran jarak
menggunakan nst dan perhitungan waktu menggunakan standart deviasi.

3.3 Metode Analisis Data


1. Menentukan Nilai Skala terkecil (nst) dan Kesalahan Titik Nol
Jenis Alat nst Kesalahan Titik Nol
Jangka Sorong

12
Mikrometer
Amperemeter
Voltmeter
Termometer
Neraca Pegas
Stopwatch
Mistar
Neraca Lengan

2. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil

No Alat Ukur Objek Hasil Pengukuran X ΔX I (%) K (%) AP


1 Jangka Sorong Cincin Dalam =
Luar =
2 Mikrometer Bola pejal d=
3 Voltmeter Tegangan
listrik
4 Amperemeter Arus listrik
5 Neraca Balok besi
6 Stopwatch Sejauh 20m
7 Mistar Balok Besi p=
l=
t=
8 Termometer Suhu ruang

3. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi


No Alat Ukur P1 P2 P3 X ΔX I K AP
(%) (%)
1 Jangka
Sorong d
Dalam
d Luar
2 Mikrometer
3 Arus
4 Voltmeter
5 Neraca
6 Stopwatch
7 Mistar p= p= p=

13
l= l= l=
t= t= t=

4. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


No Objek Besaran X ΔX I (%) K (%)

1 Balok p= m= ρ=
l= t=

2 Perjalanan S1= t= v1 =
S2= t= v2 =
S3= t= v3 =

5. Pengukuran Tidak Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi


▪ Massa jenis balok
Percobaan p l t m V ρ Δρ I (%) K (%) AP
(cm) (cm) (cm) (gr)
P1
P2
P3

▪ Kecepatan perjalanan
Jarak (m) Waktu (s) v(m/s) Δv I (%) K (%) AP
P1 P2 P3
2,5 m
3m
3,5 m

6. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


dan Standart Deviasi
6.1 Massa jenis balok
P3

6.2 Kecepatan
No. Jarak (m) Waktu (s) v(m/s) Δv I (%) K (%)
P1 P2 P3

14
1. 2,5 m
2. 3m
3. 3,5 m

Percobaan p l t m V ρ Δρ I (%) K %) AP
(cm) (cm) (cm) (gr)
P1
P2
No jenis alat (perhitungan ∆X nst ± perhitungan ∆X standar deviasi)

1 Jangka
Sorong
2 Mikrometer
3 Amperemeter
4 Voltmeter
5 Termometer
6 Neraca
Pegas
7 Stopwatch
8 Mistar
9 Neraca
Lengan

3.4 Ralat
a. Cara penulisan hasil pengukuran yang benar
x = 𝑥̅ ± ∆𝑥 satuan (3.1)
dimana 𝑥̅ = hasil ukur
Δx = ralat

15
Atau x = 𝑥̅ satuan ± Δx % (3.2)
∆𝑥
Dengan Δx % = [ 𝑥̅ ] 𝑥 100% (3.3)

b. Nilai skala terkecil


Jika pengukuran langsung hanya sekali.
1
Δx = 2 𝑛𝑠𝑡 (3.4)

Pengukuran sebanyak n kali, maka Δx dicari dengan menggunakan standar


deviasi
• Jika n ≤ 10
𝜖(𝑥1− 𝑥̅ )2
Δx = √ (3.5)
𝑛(𝑛−1)

• Jika n ≥ 10
𝜖(𝑥1− 𝑥̅ )2
Δx = √ (3.6)
𝑛

c. Ralat nisbi/ralat relatif


∆𝑥
I = ( 𝑥̅ ) 𝑥 100% (3.7)

d. Keseksamaan
K = 100% - I (3.8)

e. Jumlah angka penting


∆𝑥
AP = 1 − log ( 𝑥̅ ) (3.9)

f. Ralat yang digunakan pada pengukuran langsung dengan sandart deviasi


𝑥1+𝑥2+𝑥3+⋯+𝑥𝑛
𝑥̅ = (3.10)
𝑛

𝜖 (𝑥1− 𝑥̅ )2
Δx √
𝑛(𝑛−1)

16
g. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan standart deviasi
V=pxlxt
𝜕𝑣 2 𝜕𝑣 2 𝜕𝑣 2
Δv = √(𝜕𝑝) |∆𝑝|2 + ( 𝜕𝑙 ) |∆𝑙 |2 + ( 𝜕𝑡 ) |∆𝑡|2
𝑠
V=𝑡

𝜕𝑣 2 𝜕𝑣 2
Δv = √(𝜕𝑠 ) |∆𝑠|2 + ( 𝜕𝑡 ) |∆𝑡|2

h. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart
deviasi
𝑚
ρ= 𝑣

𝜕𝜌 2 𝜕𝜌 2
Δρ = √(𝜕𝑚) |∆𝑚|2 + (𝜕𝑣 ) |∆𝑣 |2
1
Δm = Δv = 2 𝑛𝑠𝑡
𝑠
V=𝑡

𝜕𝑣 2 𝜕𝑣 2
Δv = √(𝜕𝑠 ) |∆𝑠|2 + ( 𝜕𝑡 ) |∆𝑡|2

17
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari praktikum yang sudah dilaksanakan dapat diambil data pengukuran
sebagai berikut:
4.1.1 Menentukan Nilai Skala Terkecil dan Kesalahan Titik Nol
A. MENENTUKAN NILAI SKALA TERKECIL (NST) DAN KESALAHAN TITIK NOL
No jenis alat nst kesalahan titik nol
1 Jangka Sorong 0,01 cm 0
2 Mikrometer 0,01 cm 0
3 Amperemeter 1.4
4 Voltmeter 0,2 V
5 Termometer 1 28
6 Neraca Pegas 0,1 n 0,3 gr
7 Stopwatch 1.5 0
8 Mistar 0,1 cm 0
9 Neraca Lengan 0,01 gr 3,56 gr
4.1.2 Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
B. PENGUKURAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN NILAI SKALA TERKECIL

NO ALAT UKUR OBJEK HASIL PENGUKURAN X ∆X I(%) K(%) AP


Dalam 1.5 1.5 2.25 150 -50 1.5
1 Jangka sorong Cincin
Luar 3,85 3.85 14.8225 385 -285 1.5
2 Mikrometer Bola Pejar Diameter 6,18 6.18 38.1924 618 -518 6.18
Tegangan
3 Voltmeter 34 34 1156 3400 -3300 34
Listrik
4 Amperemeter Arus Listrik 41 41 1681 4100 -4000 41
5 Neraca Balok Besi 21,41 21.41 458.3881 2141 -2041 21.41
Sejauh 20
6 Stopwatch 3,2 3.2 10.24 320 -220 3.2
meter
Panjang 2 2 4 200 -100 2
7 Mistar Balok Besi Lebar 1,9 1.9 3.61 190 -90 1.9
Tinggi 2 2 4 200 -100 2
8 Termometer Suhu Ruang 28 28 784 2800 -2700 28

4.1.3 Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi


C. PENGUKURAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN STANDART DEVIASI
No Alat Ukur P1 P2 P3 X ∆X I (%) K (%) AP
Dalam 1,5 1,4 1,6 1.5 0.1 6.66666667 93.33333333 0.066666667
1 Jangka Sorong
Luar 3,76 3,90 3,89 3.85 0.078102497 2.02863628 97.97136372 0.020286363
2 Mikrometer Diameter 6,18 6,17 6,19 6.18 0.01 0.1618123 99.8381877 0.001618123
3 Arus 40 41 42 41 1 2.43902439 97.56097561 0.024390244
4 Voltmeter 35 33 34 34 1 2.94117647 97.05882353 0.029411765
5 Neraca 21,51 22,15 20,57 21.41 0.794732659 3.71196945 96.28803055 0.037119695
6 Stopwatch 3.3 3 3.3 3.2 0.173205081 5.41265877 94.58734123 0.054126588
Panjang 1,8 2,3 1,9 2 0.264575131 13.2287566 86.77124344 0.132287566
7 Mistar Lebar 1,9 2 1,8 1.9 0.1 5.26315789 94.73684211 0.052631579
Tinggi 1,8 2,2 2 2 0.2 10 90 0.1

4.1.4 Pengukuran Tidak Langsung dengna Menggunakan Nilai Skala Terkecil


D. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN NILAI SKALA TERKECIL

No Objek Besaran X ∆X I (%) K (%) AP


Panjang 2
Massa 21,41
1 Balok Lebar 1,9 ρ 2.81710526 7.936082064 281.710526 -181.7105263 2.817105263
Tinggi 2 Volume 7.6
S1 2,5 t1 3,93 ν1 0.63613232 0.404664323 63.6132316 36.38676845 0.636132316
2 Perjalanan S2 3 t2 4,93 ν2 0.60851927 0.370295702 60.851927 39.14807302 0.60851927
S3 3,5 t3 4,23 ν3 0.82742317 0.684629099 82.7423168 17.25768322 0.827423168

4.1.5 Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi

18
E. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN STANDART DEVIASI

MASSA JENIS BALOK


NO Percobaan Panjang Lebar Tinggi Massa Volume ρ ∆ρ I (%) K (%) AP
1 P1 1.8 1.9 1.8 21.51 6.156 3.49415205
2 P2 2.3 2 2.2 22.15 10.12 2.18873518
0.932951067 32.2070161 67.79298389 0.322070161
3 P3 1.9 1.8 2 20.57 6.84 3.00730994
RATA - RATA 7.705333333 2.89673239

KECEPATAN PERJALANAN
Waktu
NO Jarak RATA - RATA WAKTU v (m/s) ∆V I (%) K (%) AP
P1 P2 P3
1 2.5 3.8 4 4 3.933333333 0.63559322
2 3 5 5 4.8 4.933333333 0.608108108
0.16844225 24.40634303 75.593657 0.24406343
3 3.5 4.2 4.3 4.2 4.233333333 0.826771654
RATA - RATA 0.690157661

4.1.6 Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


dan Standart Deviasi
F. PENGUKURAN TIDAK LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN NILAI SKALA TERKECIL DAN STANDART DEVIASI
MASSA JENIS BALOK
NO Percobaan Panjang Lebar Tinggi Massa V ρ ∆ρ I (%) K (%) AP
1 P1 1.8 1.9 1.8 21.41 6.156 3.47790773
2 P2 2.3 2 2.2 21.41 10.12 2.11561265 0.707816515 24.3413322 75.65866779 0.243413322
3 P3 1.9 1.8 2 21.41 6.84 3.13011696
RATA - RATA 7.705333333 2.90787911
KECEPATAN
Waktu
NO Jarak RATA - RATA WAKTU V (m/s) ∆V I (%) K (%) AP
P1 P2 P3
1 2.5 3.8 4 4 3.933333333 0.63559322
2 3 3 5 4.8 4.266666667 0.703125 0.12343498 16.72773577 83.2722642 0.167277358
3 3.5 3.5 4.3 4.2 4 0.875
RATA - RATA 0.737906073

4.2 Pembahasan
Pengukuran merupakan hal yang paling dasar dalam suatu praktikum fisika.
Pengukuran menggunakan alat ukur bisa ditentukan dengan suatu besaran
tertentu. Besaran-besaran tersebut sudah ditetapkan oleh standar internasional.
Besaran yang digunakan dalam pengukuran dasa fisika ini menggunakan satuan
Internasional (SI). Pengukuran dasar dalam fisika bisa dilakukan secara
langsung mauun tidak langsung dengan tetap memerhatikan ketelitian alat ukur.
Penentuan nilai skala terkecil pada pengukuran berfungsi untuk
menunjukkan tingkat ketelitian dari alat ukur. Penentuan nilai skala terkecil pada
alat ukur praktikum kali ini dengan melihat nilai terkecil dari beberapa alat ukur,
seperti penggaris, jangka sorong, dan mikrometer. Penentuan nilai skala terkecil
juga bisa dengan mengukur jarak antara dua pembagian skala. Pembagian skala
ini dengan berurutan dan memaginya dengan jumlah pembagian yang terdapat
dalam suatu jarak pada alat ukur.
Pengukuran dasar dalam fisika bisa dilakukan dengan cara langsung
ataupun tidak langsung. Pengukuran langsung dapat kita peroleh dengan
mengukur sampel secara langsung menggunakan alat ukur yang sudah
disediakan. Pengukuran langsung memudahkan kita mengetahui nilai atau
besaran suatu sampel secara langsung. Pengukuran langsung pada praktikum
kali ini dicontohkan pada pengukuaran diameter dalam dan diameter luar dari
cincin menggunakan jangka sorong. Pengukuran tidak langsung dapat kita
peroleh dengan mengetahui kalibrasi dari alat ukur yang digunakan.
Pengukuran secara langsung dan tidak langsung bisa juga dengan
menggunakan nst-nya. Pengukuran langsung bisa dilakukan dengan nst dari alat
ukur yang digunakan. Pengukuran langsung dengan menggunakan nst bisa

19
mengacu pada seberapa akurat alat ukur dalam mengukur suatu sampel dengan
tepat. Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nst bisa dengan mencari
nilai atau besaran suatu sampel dengan menghitung rata-rata dari besaran suatu
sampel yang telah diketahui. Pengukuran dengan menggunakan nst bisa terjadi
ketika data yang diperoleh dalam perhitungan memilik ketidakpastian.
Pengukuran langsung dan tidak langsung juga bisa menggunakan standar
deviasi. Standar deviasi digunakan untuk mengukur nilai rata-rata dari data yang
sudah diperoleh. Standar deviasi dalam pengukuran langsung digunakan untuk
menentukan seberapa bervariasinya data-data yang sudah diperoleh dalam
proses pengukuran menggunakan sampel. Pengukuran tidak langsung dengan
menggunakan standar deviasi juga bisa dilakukan dengan menghitung rata-rata
dari data sampel yang diperoleh. Standar deviasi dihitung dari perolehan
beberapa data rata-rata ini dan akan diperoleh data pengukuran secara tidak
langsung.
Pengukuran dasar dalam fisika yang menggunakan alat ukur akan
menghasilkan angka penting pada masing-masing alat ukur tersebut. Angka pada
hasil pengukuran merupakan angka penting. Angka penting juga memiliki
ketentuan tersendiri. Penentuan angka penting dalam pengkuran dasar bisa
dengan melihat hasil akhir pengukuran dari suatu sampel. Penentuan tersebut
bisa dilihat dari alat ukur yang digunakan.

20
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengukuran dasar dalam fisika dapat dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung.
2. Pengukuran sampel menggunakan alat ukur harus diketahui terlebbih
dahulu tingkat ketelitian dari alat ukur yang akan digunakan.
3. Angka penting yang dihasilkan dalam proses pengukuran dipengaruhi
oleh tingkat ketelitian alat ukur dan ketepatan dalam proses pengukuran.
5.2 Saran
Praktikum kali ini dilakukan dengan bekerja kelompok dikarenakan sampel
yang dipraktikumkan lumayan banyak sehingga tidak memunginkan untuk
bekerja secara individu. Praktikum kali ini lebih menekankan pada tingkat
ketelitian, ketepatan, dan kefokusan dari praktikan. Praktikan sebaiknya lebih
meningkatkan lagi keteitian, ketepatan, dan kefokusan dalam proses pengukuran
menggunaan alat ukur. Hal tersebut perlu dilakukan agar hasil pengukuran lebih
akurat.

21
DAFTAR PUSTAKA
Fathuroya, V., J. Muchlisyiyah, N. Izza, dan S.S. Yuwono. 2017. FISIKA DASAR
UNTUK ILMU PANGAN. Malang:UB Press.
Lambaga, I. A. 2019. TINJAUAN UMUM KONSEP FISIKA DASAR.
Yogyakarta:DEEPUBLISH.
Manurung, S. R. dan M. Sinambela. 2018. PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA
BERBENTUK LKS BERBASIS LABORATORIUM. Jurnal Inovasi
Pembelajaran Fisika (INPAFI) 6(1):80-87.
Mundilarto, dan E. Istiyono. 2006. FISIKA 3. Yudhistira.
Nasution, S. W. R. 2019. PENGARUH PENGUASAAN
PENGUKURANTERHADAP HASILBELAJAR FISIKASISWA
PADA MATERI BESARAN DAN SATUAN. Jurnal Education and
development 7(4):175-179.
Parsodjo, B., Naryoko, P. Djannah, R. Tampubolon, dan E. Damayanti. 2006.
TEORI DAN APLIKASI FISIKA SMP KELAS VII. Yudhistira.
Puriyanto, R. D., dan P. A. Rosyady. 2021. Pengukuran Besran Listrik.
Yogyakarta: UAD RESS.
Rapi, N. K. 2017. Laboratorium Fisika 1. Depok: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Ruwanto, B. 2006. Asas Asas Fisika 1A. PT Ghalia Indonesia.
Saripudin, A., D. Rustiawan, dan A. Suganda. 2007. Praktis Belajar Fisika: PT
Grafindo Media Pratama.
Sibarani, P.E., U. Sunarya, dan H. Putri. 2017. PERANCANGAN DAN
REALISASI VOLTMETER DAN AMPEREMETER DC
MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER. eProceedings of Applied
Science 3(3):2152-2158.
Tim penyusun.2022. MODUL 1 DASAR PENGUKURAN DAN
KETIDAKPASTIAN.

22

Anda mungkin juga menyukai