Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AWAL PRATIKUM FISIKA

DASAR PENGUKURAN

(M1)

NAMA : Fiki Andrian Saputra

No.BP : 2022110049

Jurusan : TEKNIK MESIN

Fakultas : TEKNIK

Hari/Tgl prakt : KAMIS / 9 MARET 2023

Kelompok :3

Rekan Kerja Pratikum:

1. MIFTAH NUGRAHA ( 2022110008 )


2. DION ALFADERI ( 2022110045 )
3. AULIA ALIFAH NADIF ( 2022110052 )

Asisten : Muhammad Ridwan

Dosen : PUTRI PRATIWI, M. Si

LABORATORIUM FISIKA

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

2021
DASAR PENGUKURAN
( M1 )

Tujuan
1. Mengenali dan memahami alat ukur dasar (jangka sorong,mikrometer
sekrup dan neraca ohaus).
2. Memahami cara mencari besaran turunan (volume dan massa jenis).
3. Memahami konsep angka penting.

BAB I
LANDASAN TEORI
Ilmu fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan eksperimen, d
imana eksperimen itu di bagi beberapa tahapan , diantara nya pengukuran. P
engukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas
mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam
mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari.
Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran
lain yang telah disepakati. Misalnya menghitung volume balok, maka harus
mengukur untuk dapat mengetahui panjang, lebar dan tinggi balok, setelah itu
baru menghitung volume.
      Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan
karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kualintatik. Dan jika
dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka
pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data  yang mendukung. Dengan
pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan
pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut.
Untuk mencapai suatu tujuan tertentu,kita biasanya melakukan pengamatan yang
diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum tidaklah
lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil
pengukuran. 
Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur apa
yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita
menghetahui apa yang sedang kita bicarakan itu. Sedangkan arti dari pengukuran
itu sendiri adalah membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan besaran
sejenis yang ditetapkan sebagai satuan, misalnya bila kita mendapat data
pengukuran panjang sebesar 5 meter, artinya benda tersebut panjangnya 5 kali
panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter. Dalam hal ini, angka 5
menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan besaran
dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki
satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut
besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur
dan dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran
tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi
walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai  satuan.
Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek
bias, koefisien gesekan, dan massa jenis relative.
Ilmu Fisika merupakan ilmu pengetahuan alam lainnya yang murni
maupun terapan bergantung pada pengamatan dan percobaan-percobaan.
Pengamatan merupakan pengkajian suatu gejala yang terjadi di alam. Pengamatan
gejala alamiah dilakukan dengan cermat dengan memperhatikan dan melakukan
analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya.Pengamatan suatu gejala
pada umumnya belum lah lengkap jika belum memberikan informasi yang
kuantitatif. Proses memperoleh infomasi yang sedemikian itu memerlukan
pengukuran suatu sifat fisis. Dalam melakukan pengukuran kita harus berusaha
agar sesedikit mungkin menimbulkan gangguan pada sistem yang sedang diamati.
Misalnya dalam pengukuran suhu termometer dapat mengambil atau memberikan
kalor pada sistem yang diukur sehingga mempengaruhi suhu sistem yang diukur.
Hal ini perlu disadari dan di perhitungkan agar pengaruh tersebut sekecil
mungkin, lebih kecil dari sesatan eksperimen (experimental error).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, pengukuran adalah suatu
teknik untuk menyatakan suatu sifatfisis dalam bilangan sebagai hasil
membandingkan mengira, dan mengujinya menggunakan alat ukur dengan suatu
besaran baku yang diterima sebagai satuan. Besaran fisis ini didefinisikan sesuai
dengan hubungannya dengan besaran-besaran lain yang disebut besaran turunan.
Ada pula besaran yang tidak bergantung pada besaran lain disebut besaran dasar
(fundamental). Besaran dasar ini dipilih sesedikit mungkin. Untuk setiap besaran
dasar Fisika sebagai induk mekanika-mekanika, fluida-hidrolik-alat berat
memerlukan pengukuran-pengukuran yang sangat teliti agar gejala yang dipelajari
dapat dijelaskan (dan bisa diramalkan) dengan akurat.
Ilmu yang mempelajari benda-benda dan fenomena yang terjadi pada
benda-benda tersebut untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi pada
benda,maka didefinisikan berbagai besaran-besaran fisika.
Besaran-besaran fisika selalu dapat terukur dan memiliki nilai dapat
berbentuk angka-angka yang merupakan hasil pengukuran.Untuk mengetahui nilai
dari suatu besaran fisika harus dilakukan pengukuran. Mengukur adalah
membandingkan antara dua hal dengan salah satunya menjadi pembandingan atau
alat ukur,yang besarnya harus di standarkan. Sistem standar internasional untuk
ukuran saat ini di kenal dengan sistem internasional (SI). Hasil pengukuran selalu
terdiri dari beberapa angka pasti serta satu atau dua angka terakhir yang tidak pasti
atau berupa perkiraan ralat dari pengukuran biasanya di ambil dari skala terkecil
atau setengah dari skala terkecil alat ukur yang di gunakan. Satuan untuk suatu
besaran sebenarnya bisa dipilih secara sembarang. Untuk satuan panjang saja kita
bebas untuk menggunakan centimeter, meter, mil dan sebagainya. Bahkan ada
orang yang menggunakan satuan hasta sebagai satuan panjang. Penggunaan
berbagai macam satuan ini ternyata bisa membuat beberapa kesulitan. Misalnya
kita akan memerlukan berbagai macam alat ukur yang berbeda untuk satuan yang
berbeda pula. Kesulitan selanjutnya adalah saat kita akan melakukan komunikasi
ilmiah. Kita mungkin akan kesulitan untuk melakukan konversi dari sebuah
satuan menjadi satuan yang lain. Dikarenakan hal itulah, maka para ilmuwan
dunia sepakat membuat sebuah satuan internasional untuk menghilangkan
kesulitan-kesulitan itu, dan lahirlah system SI. Dalam satuan SI, panjang memiliki
satuan meter, satuan massa adalah kilogram, dan satuan waktu adalah sekon yang
dikenal juga dengan sebutan sistem MKS. Selain itu dikenal pula istilah CGS,
dengan centimeter sebagai satuan panjang, gram sebagai satuan massa, dan sekon
sebagai satuan waktu. Setelah ditetapkan secara internasional, sekarang setiap
satuan memiliki standar masing-masing dalam pengukurannya
Dalam fisika dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Akan tetapi,
ternyata tak ada pengukuran yang mutlak tepat. Setiap pengukuran pasti
memunculkan sebuah ketidakpastian pengukuran, yaitu perbedaan antara dua hasil
pengukuran. Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika,
walaupun demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada
ketidakpastian yang berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian
muncul dari sumber yang berbeda. Di antara yang paling penting, selain
kesalahan, adalah keterbatasan ketepatan setiap alat pengukur dan
ketidakmampuan membaca sebuah alat ukur di luar batas bagian terkecil yang
ditunjukkan. Misalnya kita memakai sebuah penggaris centimeter untuk
mengukur lebar sebuah papan, hasilnya dapat dipastikan akurat sampai 0,1 cm,
yaitu bagian terkecil pada penggaris tersebut. Alasannya, adalah sulit untuk
memastikan suatu nilai di antara garis pembagi terkecil tersebut, dan penggaris itu
sendiri mungkin tidak dibuat atau dikalibrasi sampai ketepatan yang lebih. 
Akurasi pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif.  Akurasi
didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca
dari alat ukur dengan nilai sebenarnya. Dalam eksperiman, nilai sebenarnya yang
tidak pernah diketahui diganti dengan suatu nilai standar yang diakui secara
konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan dengan cara
kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dan dapat diekspresikan dalam bentuk plus-
minus atau presentasi dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang
spesifik. Semua alat ukur dapat diklasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang
berbeda-beda, tergantung pada akurasinya.
Sedang akurasi dari sebuah sistem tergantung pada akurasi Individual elemen
pengindra primer,  elemen skunder dan alat manipulasi yang lain.
Presisi adalah istilah untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur
dari kesalahan acak. Dua istilah yang mempunyai arti mirip dengan presisi
adalah repeatability dan reproducibility. Repeability digunakan untuk
menggambarkan kedekatan (closeness) keluaran pembacaan bila dimasukkan
yang sama digunakan secara berulang-ulang pada periode waktu yang singkat
pada kondisi dan lokasi pengukuran yang sama, dan dengan alat ukur yang sama.
Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan (closeness)
keluaran pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara berulang-ulang.
Jika pengukuran individual dilakukan berulang-ulang, maka sebran hasil
pembacaan akan berubah-ubah disekitar nilai rata-ratanya. Bila Xn adalah nilai
pengukuran ke n dan adalah nilai rata-ratanya n pengukuran maka secara
metematis, presisi dapat dinyatakan presisi tinggi dari alat ukur tidak mempunyai
implikasi terhadap akurasi pengukuran. Alat ukur yang mempunyai presisi tinggi
belum tentu alat ukur tersebut mempunyai akurasi tinggi. Akurasi rendah dari alat
ukur yang mempunyai presisi tinggi pada umum nya disebabkan oleh bias dari
pengukuran, yang bisa dihilangkan dengan kalibrasi..
BAB II

PROSEDUR KERJA

2.1 Alat Dan Bahan

1. Jangka Sorong (vernier calliper)


Digunakan untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit, u
ntuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.

2. Makrometer Sekrup
Digunakan untuk mengukur dan melihat benda dengan satuan ukur yang m
emiliki ketelitian 0.01 mm.

3. Neraca Ohaus

Neraca ini digunakan untuk mengukur massa benda atau logam dalam taka
ran kecil hingga milligram.

4. Gelas ukur
Digunakan sebagai alat ukur volume cairan yang tidak memerlukan keteliti
an yang tinggi .

5. Benang
Digunakan untuk mengikat benda atau menggantungkan benda yang akan
di teliti, baik gerak dan suara.

6. Penggaris
Digunakan untuk mengukur jarak benda dan tinggi benda.
2.2.Cara kerja

Benda bola

1. Massa bola diukur dengan menggunakan neraca Ohaus.


2. Diameter bola di ukur dengan jangka sorong.
3. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali.

Benda silinder (kawat)


1. Massa kawat diukur menggunakan neraca Ohaus.
2. Diameter kawat diukur menggunakan mikrometer sekrup.
3. Panjang kawat diukur dengan menggunakan benang.
4. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali.

Benda kubus/balok
1. Massa kubus/balok diukur menggunakan neraca Ohaus.
2. Sisi/panjang,lebar dan tinggi diukur menggunakan penggaris.
3. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali.

Cairan
1. Massa cairan diukur menggunakan neraca Ohaus.
2. Volume cairan diukur menggunakan gelas ukur.
3. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali.

2.3.Skema Alat

1. Jangka Sorong
2. Mikrometer Sekrup

3. Neraca Ohaus

4. GelasUkur
5. Benda yang akan diuji (bola logam/kaca,kawat silinder,balok/kubus,bahan
plastik/akrilik/logam dan cairan)

6. Benang

7. Penggaris
Pertanyaan

1. Berapakah skala terkecil dari jangka sorong , micrometer sekrup dan


penggaris ?
2. Mengapa dalam pengukuran dilakukan pengulangan ?
3. Jelaskan bagaimana mengukur ketebalan selembar kertas !

Jawaban

1. Skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm, skala terkecil micrometer
sekrup 0,01 mm, dan skala terkecil penggaris 1 mm.
2. Karena dalam konsep pengukuran , baik karena keterbatasan alat ukur
maupun karena kondisi lingkungan, maka dipercaya bahwa setiap
pengukuran akan selalu menghasilkan hasil ukur yang tidak sebenarnya .
Oleh karena perlu untuk melakukan pengulangan dalam pengukuran.
3. Dengan menggunakan micrometer sekrup yaitu :
a. Buka pengunci micrometer sekrup sehingga selubung dapat
bergerak.
b. Kemudian letakkan kertas yang ingin di ukur di antara rahang.
c. Kemudian putar gigi geser pada selubung pemutar sampai
terdengar suara “klik”.
d. Hentikan pemutaran, lalu kunci kembali micrometer sekrup agar
skala tidak berubah.
e. Baca skala utama apakah menunjukkan satuan atau tengahan
satuan.
f. Baca skala nonius yang tepat segaris dengan skala utama.
g. Hitung hasil pengukuran dengan cara menjumlahkan skala utama
dengan skala nonius, kemudian jumlahkan atau kurangi dengan
ketelitian mikrometer sekrup.
DAFTAR PUSAKA

Halliday, dkk. 2001. Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 (terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
Darma, 2001. Disain dan Analisa kebutuhan tenaga alat pemarut sagu tipe
silinder, Thesis, Pascasarjana IPB, Bogor.
Satriawan, Mirza.2007.Fisika Dasar

Anda mungkin juga menyukai