Anda di halaman 1dari 24

Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol.

I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

DASAR DASAR PENGUKURAN


1
Wahyu Yahya Saputra, 2Selvyana, 3Triana Endah Rahmasari Ladjide

Jurusan kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

email: Yahyasaputra163@gmail.com

INFO ARTIKEL

Status artikel: ABSTRAK


Diterima:
Disetujui: Telah di lakukan percobaan yang berjudul
Tersedia online: “Dasar-Dasar Pengukuran” dengan tujuan untuk
mengetahui macam macam alat ukur, mampu
Kata kunci : Alat Ukur, Besaran, menggunakan alat-alat ukur, mampu menghitung NST
NST, Pengukuran, dan Satuan. masing-masing alat ukur, serta mampu mengukur benda
menggunakan alat ukur, baik pada pengukuran tunggal
maupun pengukuran berganda. Pengukuran adalah suatu
teknik untuk mengkaitkan suatu bilangan pada suatu sifat
fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran
standar yang telah diterima sebagai suatu satuan.
Pengukuran yang dilakukan ada empat, yaitu pengukuran
panjang, massa, waktu dan listrik pada pengukuran
tunggal dan pengukuran ganda. Pengukuran panjang
menggunakan alat ukur mistar, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup. Pengukuran massa menggunakan dua
alat ukur neraca ohauss 311 gram, dan neraca digital.
Pengukuran besaran waktu menggunakan stopwatch
analog dan stopwatch dialog. Masing-masing alat ukur
yang digunakan memiliki NST dan ketidakpastian
tersendiri. Ketidakpastian adalah suatu parameter yang
berhubungan dengan hasil pengukuran yang
mengarakteristikkan (memberi sifat) penyebaran nilai-
nilai layak yang dikaitkan dengan besaran ukur.

JFT | 1
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

1. PENDAHULUAN

Fisika merupakan upaya menemukan pola-pola keteraturan alam dan

membingkainya menjadi bagan berpikir yang runtut, yakni berupa kaitan logis antara

konsep-konsep tertentu. Bagan bepikir tentang pola-pola keteraturan alamiah itu disebut

teori. Jadi, fisika adalah upaya membangun teori tentang gejala-gejala alamiah. Bagan

berpikir itu secara matematis disajikan sebagai kaitan-kaitan matematis yang

menghubungkan struktur-struktur matematis yang mewakili konsep-konsep tertentu,

semisal besaran, parameter, dll (Rosyid, Muhammad Fachriani, dkk., 2014: 4).

Oleh karena itu, konsep-konsep pun bermunculan sesuai kebutuhan. Jadi, ilmu

fisika berusaha menemukan pola-pola keteraturan tersebut dan membingkainya dalam suatu

rumusan matematis. Yang diusahakan adalah mendapatkan gambaran matematis maksimal,

yakni persamaan matematis yang paling tepat dan yang memiliki jangkauan paling luas

dalam menjelaskan keteraturan alam. Walaupun tidak ada kesepakatan secara formal

namun telah berkembang keyakinan secara luas bahwa pola-pola keteraturan alam itu

paling baik apabila dimodelkan atau disajikan dalam bentuk pola-pola matematis yang

berupa persamaan ataupun grak. Contoh-contoh yang telah disebutkan di muka barang kali

cukup menunjukkan kebenaran pernyataan ini (Rosyid, Muhammad Fachriani, dkk., 2014:

4).

Pengukuran adalah proses untuk memperoleh imformasi. Pengukuran bisa berupa

pemberian angka pada suatu benda atau kejadian menurut aturan tertentu. Pengukuran

harus sesuai dengan kebutuhan misalnya mengukur tinggi badan dengan meteran (cm),

mengukur berat badan dengan kiloan (Kg), mengukur jarak dengan kilometer (km), dan

lain sebagainya (Susilawati, 2018.12).

JFT | 2
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan percobaan dengan judul “Dasar-Dasar


Pengukuran yang bertujuan agar praktihan dapat memahami dasar-dasar pengukuran
besaran fisika, menentukan NST dan tingkat ketelitian pada alat ukur, menggunakan dan
mengoperasikan alat ukur dasar fisika dan menentukan ketidakpastian pada hasil
pengukuran tunggal, berganda dan campuran.

Manfaat dilakukannya percobaan pengukuran dasar ini diantaranya dapat memahami

penggunaan alat ukur. Alat ukur diperlukan dalm kehidupan sehari-hari misalnya untuk

mengukur massa tepung, sehingga kita dapat mengetahui bagaimana cara menentukan

hasilnya. Pengukuran juga biasa ditemui dalam kehidupan misalnya dalam pembuatan rak

sepatu dapat menentukan panjang, lebar, dan tinggi suatu benda.

Allah Subhanahu Wa Taala telah menciptakan semua yang ada di alam semesta ini

dengan teratur dan sangat rapi. Semuanya berdasarkan ukuran-ukuran yang sesuai dengan

keadaan benda, baik benda yang kecil sampai benda yang besar. Sebagai mana dalam

firman-Nya;

:ٍ‫ ر‬:‫ َد‬:َ‫ ق‬:ِ‫ ب‬:ُ‫ه‬:‫ ا‬:َ‫ ن‬:‫ ْق‬:َ‫ ل‬:‫ َخ‬:‫ ٍء‬:‫ي‬
:ْ :‫ َش‬:َّ:‫ ل‬:‫ ُك‬:‫ ا‬:َّ‫ِإ ن‬

Terjemahnya:

“Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (Al-

Qamar: 49).

Manusia sebagai khalifah di muka Bumi, dalam perkembangannya perlu memahami

benda-benda di alam ini untuk kelangsungan hidupnya. Memahami alam dan semua yang

ada didalamnya tidak terlepas dari pengamatan dari sifat-sifat benda di sekitanya. Salah

satu bagian dari proses pengamatan adalah melakukan pengukuran. Biasanya, untuk

menggambarkan hasil pengukuran kita menggunakan angka-angka. Setiap ukuran yang kita

JFT | 3
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

gunakan untuk menggambarkan gejala fisis secara kuantitatif disebut besaran. Dengan kata

lain, besaran adalah sesuatu yang dapat dilakukan dan dinyatakan dalam angka-angka.

Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengaitkan suatu bilangan pada suatu sifat

fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai

suatu satuan. Kebanyakan pengukuran yang dilakukan di laboratorium disederhanakan

sedemikian rupa (Alonso dan Edward, 1990: 12)

Pada proses pengukuran dibutuhkan suatu standar pengukuran guna menghindari

keberagaman hasil pengukuran. Standar tersebut adalah unit pengukuran yang telah

disamakan secara internasional yang meliputi panjang, massa dan waktu. Seiring dengan

banyaknya parameter pengukuran, maka tidak hanya panjang, massa dan waktu, tetapi unit

pengukuran dibedakan berdasarkan arah dan nilainya (Fthuroya, vivien ., dkk, 2017: 1-2).

Setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian. Ketidakpastian adalah suatu

parameter yang menetapkan rentang nilai yang didalamnya diperkirakan. Ketidakpastian

dalam nilai numeric diasumsikan sebesar satu atau beberapa satuan dalam digit terakhir

yang dinyatakan. Sebagai contoh, jika panjang terukur adalah 8,8 cm, maka ketidakpastian

diasumsikan sebesar 0,1 cm atau 0,2 cm. Satu hal yang penting diingat adalah jangan

menuliskan nilai tersebut menjadi 8,80 cm; penulisan itu menunjukkan bahwa panjangnya

sekitar 8,7 dan 8,9 (Giancoli.2014: 7).

Ketidakpastian terbagi menjadi dua yaitu ketidakpastian mutlak yang terjadi jika

suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan keterbatasan alat ukur itu sendiri dan

ketidakpastian relativ adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil pengukuran

(Kristiantoro, Tony., dkk, 2016, 2-3).

JFT | 4
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat dibuthkan dengan

namanya alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan data hasil

pengukuran. Faktor lain selain alat ukur untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu adanya

faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara lain benda yang diukur,

proses dalam pengukuran, kondisi suatu lingkungan dan orang yang melakukan

pengukuran. Menurut said,M (2014:77) alat-alat pengukuran tersebut antara lain:

a. Mistar

Mistar adalah alat ukur panjang yang paling sederhana dan memiliki 2 skala ukuran

yaitu skala utama dan skala terkecil. Skala utama pada mistar adalah sentimeter (cm)

dan satuan skala terkecil adalah milimeter (mm). Nilai skala terkecil mistar yaitu 1

mm.

b. Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi, diameter

luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong dapat mengukur

hingga ketilitian 0,1 mm. Skala utama terletak di batang di batang jangka sorong,

sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10 bagian dengan panjang 9

mm maka disebut skala nonius

c. Mikrometer

Mikrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal maupun

diameter luar benda yang berukuran kecil. Mikrometer sekrup mempunyai ketelitian hingga

0,01 mm sehingga biasanya digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang sangat

tipis.

d. Neraca Ohauss

JFT | 5
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Neraca ohauss adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu massa benda.

Penentuan massa benda hanya dilakukan dengan menggeser sejumlah anak

timbangan yang telah berada pada lengan neraca, massa benda yang ditimbang sama

dengan massa anakan timbangan yang digeser pada lengan.

e. Stopwatch

Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk mengukur waktu. Stopwatch

terbagi menjadi 2 jenis yaitu dalam bentuk digital dan analog. Namun biasanya yang

sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah stopwatch digital.

f. Amperemeter

Amperemeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus yang

mengalir dalam satu rangkaian listrik. Berdasarkan jenisnya, sumber arus

amperemeter dibagi menjadi 2 yaitu amperemeter DC dan amperemeter AC.

g. Voltmeter
Voltmeter merupakan alat untuk mengukur besarnya tegangan dalam suatu benda
yang dilewati oleh listrik. Berdasarkan jenis dari arus listrik voltmeter dibagi menjadi 2
yaitu voltmeter AC dan voltmeter DC.

2. METODE PENELITIAN

1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca ohauss, mikrometer sekrup,

jangka sorong, spherometer, voltmeter, amperemeter, dan stopwatch.

1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pipa L, air, beban, uang koin, dan

kaca tebal.

JFT | 6
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

1.3 Prosedur Penelitian

Prosedur kerja pada percobaan ini dimulai dari pengukuran panjang dan massa yaitu

diambil alat ukur yang akan digunakan lalu ditentukan masing-masing nilai skala terkecil

(NST) dan kesalahan titik nol (KTN), dilakukan pengukuran tunggal untuk menentukan

nilai skala terkecil dan kesalahan titik nol. Dilakukan pengukuran berganda sebanyak 3

kali dan setiap anggota praktikan diharuskan melakukan masing-masing. Untuk pengukuran

besaran panjangdigunakan sebuah benda seperti tabung dengan ketebalannya melalui

mikrometer sekrup, uang logam dengan mengukur ketebalanya melalui spherometer dan

balok kaca planparalel dengan mengukur ketebalannya melalui spherometer dan balok kaca

planparalel dengan mengukur Panjangnya melalui mistar biasa. Kemudian, untuk

pengukuran besaran massa digunakan anak timbangan (beban)yang masing masing akan

diukur massanya melalui neraca ohauss 311 g dan neraca digital.

Kegiatan kedua yatu pengukuran besaran waktu dan listrik yang dimulai dengan

menentukan masing-masing nilai skala terkecil (NST) dan kesalahan titik nol (KTN).

Dilakukan pengukuran tunggal untuk menentukan nilai skala terkecil dan kesalahan titik

nol. Dilakukan pengukuran berganda sebanyak 3 kali dan setiap anggota masing-masing

praktikan harus melakukan 1 kali. Didalam pengukuran besaran waktu akan di tentukan

waktu ayunan suatu bandul. Didalam pengukuran besaran listrik, akan digunakan beberapa

baterai (sumber tegangan) untuk menentukan kuat arus dan tegangannya sesuai dengan

batas ukur yang dipakai.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengukuran Tanpa Kepastian

a. Besaran Panjang

JFT | 7
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

1. Jangka Sorong

Dik: PSU = 3,1 mm

PSN = 5 mm
Batas ukur
NST SU =
Jumlah Skala Utama
1
=
5
= 0,2 mm
Dit : Hp….?
Penyel = Hp = PSU + (PSN X NST SU)
= 3,1 + (5 X 0,2)
= 3,1 mm

Tabel IV.1 Pengukuran besaran Panjang


N Pengukuran
Alat Ukur NST alat Hp
2. o Skala

SUN = 3,1 Skala


1. Jangka Sorong 0,01 mm 3,1 mm
SN = 6 Skala

Spheromet

er

Dik: PSU = 2 mm

PSN = 60 mm

NST SU = 1 mm

NST SN = 0,01 mm

Dit = Hp….?

Penyel = Hp = (PSU X NST SU) + (PSN X NST SN)

= (2 X 1) + (60 X 0,01)

= 2 + 0,6

JFT | 8
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

= 2,6 mm

Tabel IV.2 Pengukuran besaran Panjang


Pengukuran
No Alat Ukur NST Alat Hp
Skala

SU = 1 Skala
3. 1. Spherometer 0,001 mm 2,034 mm Mikromet
SN = 0,001 Skala
er Sekrup

Dik: PSM = 5 mm

PSP = 3 mm
Batas ukur
NST SM =
Jumlah Skala Utama

0,5
=
5
= 0,1 mm
NST SM
NST SP =
Jumlah Skala

0,01
=
5
= 0,002 mm
Penyel: Hp = (PSM X NST SM) + (PSP X NST SP)
= (5 X 0,1) + (3 X 0,002)
= 0,5 + 0,006
= 0,506 mm
Tabel IV.3 Pengukuran besaran panjang

Pengukuran
No Alat Ukur NST Alat Hp
Skala

Mikrometer SU = 5 Skala
1. 0,01 mm 0,506 mm
sekrup SN = 3 Skala

JFT | 9
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

4. Mistar Biasa

Dik: PSU = 11 cm = 111 mm


Batas ukur
NST SU =
Jumlah Skala
1
=
11
= 0,09 cm = 90 mm
Dit: Hp…?
Penyel: Hp = PSU X NST
= 11 mm X 10 mm
= 110 mm
Tabel IV.4 Pengukuran besaran panjang
Pengukuran
No Alat Ukur NST Alat Hp
Skala

SU = 11,1 Skala
1. Mistar biasa 0,01 mm 1,11 mm

5. Besaran Massa
Neraca Ohouss 311 gram
Dik : Lengan 1 = 0 gr
Lengan 2 = 70 gr
Lengan 3 = 0 gr
Lengan 4 = 0 gr
Dit: Hp….?
Penyel: Hp = (lengan 1 + lengan 2 + lengan 3 + lengan 4)
= 0 + 70 + 0 + 0
= 70 gram
Tabel IV. 5 Pengamatan besaran massa
No Alat Ukur Pengukuran Skala NST alat Hp

Lengan 1 = 0 skala

Neraca Ohauss Lengan 2 = 70 skala


1. 0,01 1 gr
311 gram Lengan 3 = 0 skala

Lengan 4 = 0 skala

JFT | 10
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

6. Besaran Listrik
a. Voltmeter
Bu = 5 Volt
5
NST Skala atas =
50
= 0,1 Volt
5
NST Skala bawah =
100
= 0,05 Volt
Dit: Hp….?
Penye: Hp atas = PS atas X NST atas
= 34 V X 50 V
= 1700 V
Hp bawah = PS bawah X NST bawah
= 68 V X 100 V
= 6800 volt

Tabel IV.6 Pengukuran besaran listrik


Pengukuran NST alat Hp b. A
Alat m
No
Ukur Atas Bawah Atas Bawah Atas Bawah p
er
18,5 e
1. Voltmeter 37 77 0,5 V 0,25 V 19,25 V m
V
et
er
Dik : Bu = 100 wA
= 0,1 A
Jumlah skala atas = 50 A
Jumlah Skala bawah = 100 A
NST Skala atas = 0,002 A
NST Skala bawah = 0,001 A
Dit: Hp…?
Peny = Hp atas = PS atas X NST atas
= 1 X 0,002
= 0,002 A
Hp bawah = Ps bawah X NST bawah
= 2 X 0,001
= 0,002 A

JFT | 11
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Pengukuran NST alat Hp


No Alat Ukur Baw
Atas Bawah Atas Bawah Atas
ah

0,002 0,00
1. Amphereeter 1 2 1A 2A
A 2A

1 Besaran waktu
 Stopwatcth analog
PS = 5,3 sekon
NST = 0,5 sekon
Hp = PS X NST
= 5,3 X 0,5
= 2,65 sekon
No Alat Ukur Pengukura Skala NST Alat Hp

1. Mikrometer SU = 3 Skala 0,005 mm 0,04 mm

2 sekrup SN = 2 Skala Besaran


suhu
1. Termometer
Dik: PS air panas = 30 °C
NST alat = 1 °C
Dit: Hp air panas…?
Penye: Hp air panas = PS X NST
= 30 °C X 1°C
= 30 °C
No Alat Ukur Air Panas NST
alat

Ps Hp 0,1 °C

1. Termometer 28 °C 28 °C

2. Pengukura dengan ketidakpastian


a. besaran panjang
1. jangka sorong

JFT | 12
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

 Ketidakpastian Mutlak (KM)


1
ΔX = NST alat
2
1
= 0,01 mm
2
= 0,005 mm
 Kesalahan Relatif (KR)
ΔX
KR = X 100%
X
0,005
= X 100%
3,7
= 0,001 %
 Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 0,001%
= 99,9 %
 Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,005
= 1 – log
3,7
= 1- log 0,001
= 1 – (-3)
=4
= 1 AB
 Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,005 ± 3,7|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,005 ± 3,7|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,005 ± 3,7|

Keterangan ; untuk mencari hasil data 2, 3, dan 4 menggunakan persamaan diatas.

No Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT

1. Jangka 0,01 3,7 0,005 0,001 99,9% 1 0,005


sorong ± 3,7

JFT | 13
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

2. Sphtrometer
 Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 0,001 mm
2
= 0,0005 mm

 Kesalahan Relatif (KR)


ΔX
KR = X 100%
X
0,0005
= X 100%
2,034
= 0,02 %
 Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 0,02%
= 99,98%
 Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,0005
= 1 – log
2,034
= 1 – (-3, 6)
= 4, 6
= 2 AB
 Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,0005 ± 2,034|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,0005 ± 2,034|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,0005 ± 2,034|
No Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT
3.
1. Spherometer 0,001 2,034 0,000 0,02 99,98% 2 0,0005 ± 2,034
5

Mikrometer sekrup
 Ketidakpastian Mutlak (KM)

JFT | 14
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

1
ΔX = NST
2
1
= 0,005
2
= 0,0025
 Kesalahan Relatif (KR)
ΔX
KR = X 100%
X
0,0025
= X 100%
0,04
= 6,25 %
 Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 6,25%
= 93,75%
 Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,0025
= 1 – log
0,04
= 1 – (-1, 20)
= 1, 20
= 2 AB
 Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,0025 ± 0,04|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,0025 ± 0,04|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,0025 ± 0,04|
No Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT
4.
1. Mikrometer 0,005 0,04 0,0025 6,25 93,75% 2 10,0025 ±

sekrup
0,041

Mistar Biasa
 Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2

JFT | 15
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

1
= 0,1
2
= 0,05
 Kesalahan Relatif (KR)
ΔX
KR = X 100%
X
0,05
= X 100%
1,11
= 0,45 %
 Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 0,45%
= 99,55%
 Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,05
= 1 – log
1,11
= 1 – (-1, 39)
= 2,39
= 3 AB
 Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,05 ± 1,11|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,05 ± 1,11|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,05 ± 1,11|

No Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT


5.
1. Mistar biasa 0,1 1,11 0,05 0,45 99,55% 3 10,05 ± 1,11

Neraca Ohauss 311 gram


 Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 0,01
2
= 0,005

JFT | 16
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

 Kesalahan Relatif (KR)


ΔX
KR = X 100%
X
0,005
= X 100%
128,18
= 0,003 %
 Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 0,003%
= 99,97%
 Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,005
= 1 – log
128,18
= 1 – (-4,4)
= 5,4
= 2 AB
 Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,005 ± 128,18|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,005 ± 128,18|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,005 ± 128,18|
No Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT
6.
1. Neraca 0,01 128,18 0,005 0,003 99,97% 2 0,005 ±
Ohauss 311 gr 128,18

Voltmeter
 Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 0,5
2
= 0,25
 Kesalahan Relatif (KR)
ΔX
KR = X 100%
X

JFT | 17
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

0,25
= X 100%
18,5
= 1,35 %
 Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 1,35%
= 98,65%
 Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,25
= 1 – log
18,5
= 1 – (-2)
=3
= 1 AB
 Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,25 ± 18,5|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,25 ± 18,5|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,25 ± 18,5|

No Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT

1. Voltmeter 0,5 18, 5 0,25 1,35 98,65% 1 10,25 ±


18,5

7. Ampheremeter
 Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 0,002
2
= 0,001
 Kesalahan Relatif (KR)
ΔX
KR = X 100%
X

JFT | 18
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

0,001
= X 100%
0,002
= 0,5 %
 Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 0,5%
= 99,5%
 Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,001
= 1 – log
0,002
= 1 – log 0,5
= 1 – (-0,30)
= 1,30
= 2 AB
 Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,001 ± 0,002|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,001 ± 0,002|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,001 ± 0,002|
No Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT
8.
1. Ampheremeter 0,002 0,002 0,001 0,5 99,5 2 0,001 ±
0,002

Stopwacth
 Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 0,5
2
= 0,025

 Kesalahan Relatif (KR)


ΔX
KR = X 100%
X

JFT | 19
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

0,025
= X 100%
2,65
= 0,94 %
 Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 0,94%
= 99,06%
 Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,025
= 1 – log
2,65
= 1 – log 0,009
= 1 – (-2,02)
= 3,02
= 2 AB
 Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,025 ± 2,56|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,025 ± 2,56|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,025 ± 2,56|

N Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT


o

1. Stopwatch 0,5 2,65 0,025 0,94 99,06 2 0,025 ± 2,65

9. Termometer
 Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 1
2
= 0,5 °C

JFT | 20
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

 Kesalahan Relatif (KR)


ΔX
KR = X 100%
X
0,5
= X 100%
28
= 1,78 %
 Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 1,78 %
= 98,22%
 Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,5
= 1 – log
28
= 1 – log 0,01
= 1 – (-2)
=3
= 1 AB
 Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,5 ± 28|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,5 ± 28|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,5 ± 28|

N Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT


o

1. Termometer 1 28 0,5 1,78 98,22 1 0,5 ± 28

Dari grafik diatas didapat variasi jarak(d) dan variabel waktu(t). Variabel jarak(d)
merupakan variabel bebas karena dapat divariasi atau dapat diubah-ubah. Sedangkan
variabel waktu(t) adalah variabel terikat karena besarnya waktu dipengaruhi oleh variabel
terikat. Selain itu, diameter bola pejal (kelereng) juga berpengaruh terhadap waktu yang
diperlukan untuk mencapai jarak tertentu. Semakin besar diameter bola pejal (kelereng),

JFT | 21
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

semakin lama waktu yang dibutuhkan dan semakin kecil diameter bola pejal (kelereng),
semakin cepat waktunya.

IV.3 Pembahasan

Pengukuran adalah kegiatan membandingkan besaran untuk mendapatkan satuan yang

dibutuhkan dengan menggunakan alat bantu yaitu alat ukur pada pengukuran lebar atau ketebalan

suatu benda menggunakan mikrometer sekrup, pengukuran panjang menggunakan mistar,

pengukuran ketebalan menggunakan spherometer dengan ketelitian yang sekian, pengukuran berat

benda dengan menggunakan neraca ohaus, mengukur ketebalan suatu benda dengan menggunakan

jangka sorong dan mengukur kuat arus listrik menggunakan voltmeter dan amperemeter.

Dari hasil yang diperoleh dalam percobaan dapat dinyatakan bahwa

masing-masing dari alat ukur yang digunakan memiliki NST yang berbeda-beda karena memiliki

batas ukur dan jumlah skala yang berbeda-beda pula, selain itu fungsi dari masing-masing alat ukur

juga berbeda. Jangka sorong memiliki NST 0,2 mm, spherometer memiliki NST SU 0,01 mm,

mikrometer sekrup memiliki NST 0,1 mm, mistar biasa memiliki NST 90 mm atau 0,09 cm, neraca

ohauss memiliki NST 0,01 mm, voltmeter memiliki NST atas 0,1 Volt dan NST bawah 0,05 Volt,

ampheremeter memiliki NST atas 50 A dan NST bawah 100 A, stopwatch memliki NST 0,5 sekon

dan termometer memiliki NST 0,1 ºC. NST diperoleh dari Batas ukur dibagi jumlah skala. Diamati

dan dihitung dengan teliti dan seksama agar penentuan NST tepat. Pengamatan harus sejajar antara
1
mata pengamat dengan alat ukur. Kesalahan titik nol ditentukan dengan rumus 2 NST .

Cara menentukan ralat NST dengan pengukuran langsung ialah dengan menggunakan

aturan bahwa ralat NST merupakan setengah nilai NST masing-masing alat ukur. Oleh karena itu,

kunci menentukan ralat pada pengukuran langsung adalah tentukan NST terlebih dahulu. Setelah itu
1
ralat bisa dicari dengan rumus 2 NST . Hasil dapat dituliskan dengan aturan nilai yang dihasilkan ±

ralat NST yang diperoleh. Penentuan hasil pengukuran secara langsung dan berulang dapat

JFT | 22
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

diperoleh dari rata-rata hasil pengukuran ± standar deviasi. Pengukuran dilakukan 3 kali sehingga

dapat dicari rata-ratanya. Rata-rata tersebut dimasukkan ke dalam rumus standart deviasi sehingga

hasil pengukuran dapat dicari. Standart deviasi dapat menunjukkan kepresisian suatu alat ukur.

Semakin kecil standar deviasi yang terbentuk, maka semakin besar pengukuran kita yang mendekati

benar. Pengukuran yang dilakukan secara berulang memiliki ralat lebih kecil dari pada pengukuran

yang dilakukan sekali. Jumlah angka penting yang digunakan dapat dilihat dari ralat relatif.

Semakin banyak angka penting menunjukkan presentase ralat yang relatif kecil berarti semakin

tepat hasil pengukuran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa pengukuran yang

dilakukan mendapatkan hasil yang mendekati tetap, namun beberapa juga menunjukkan hasil yang

kurang tepat karena memiliki angka penting dengan jumlah kecil.

Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

perbedaan atau ketidakpastian dalam pengukuran. Hal-hal yang menyebabkan ketidakpastian dalam

pengukuran pertama, kesalahan kalibrasi yaitu cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat

tidak tepat sehingga berakibat setiap kali alat digunakan suatu ketidakpastian melekat pada hasil

pengukuran. Kedua, kesalahan titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum petunjuk atau

jarum tidak kembali tepat pada angka nol. Ketiga, kelelahan komponen alat. Keempat, gesekan-

gesekan selalu timbul antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.

4. SIMPULAN

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah

ditetapkan sebagai standar pengukuran. Pengukuran adalah teknik dalam memperoleh ukuran suatu

benda dengan menggunakan alat-alat tertentu dan membandingkannya dengan suatu besaran

standar. Cara menetukan NST pada beberapa alat ukur:

JFT | 23
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft

Nilai skalaterkecil dari skala utama


NST = (4.1)
Jumlah skalanonius

Cara menggunakan dan mengoperasikan beberapa alat ukur dasar adalah dengan

mengkalibrasi alat ukur, menentukan batas ukur, menentukan jumlah skala, serta menentukan nilai

NST masing-masing alat yang digunakan. Untuk menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran

dapat dihitung dengan persamaan


1
∆ x= NST
2
(4.2)
5. DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Dauglas C. fisika dasar 1. Jakarta : Erlangga, 2001
Rosyid, Muhammad Farchani dkk. Fisika Dasar Jilid 1: Mekanika. Yogyakarta:Penerbit
Periuk,2014.
Vivien, Fathuroya, dkk., Fisika Dasar untuk Ilmu Pangan.Malang: Tim UB Press, 2001
Susilawati, Dewi. Tes dan Pengukuran. Sumedang: UPI Sumedang press, 2018.
Alonso, Marcelo dan Edward J. Finn. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga,
992

JFT | 24

Anda mungkin juga menyukai