I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
Jurusan kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar
email: Yahyasaputra163@gmail.com
INFO ARTIKEL
JFT | 1
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
1. PENDAHULUAN
membingkainya menjadi bagan berpikir yang runtut, yakni berupa kaitan logis antara
konsep-konsep tertentu. Bagan bepikir tentang pola-pola keteraturan alamiah itu disebut
teori. Jadi, fisika adalah upaya membangun teori tentang gejala-gejala alamiah. Bagan
semisal besaran, parameter, dll (Rosyid, Muhammad Fachriani, dkk., 2014: 4).
Oleh karena itu, konsep-konsep pun bermunculan sesuai kebutuhan. Jadi, ilmu
fisika berusaha menemukan pola-pola keteraturan tersebut dan membingkainya dalam suatu
yakni persamaan matematis yang paling tepat dan yang memiliki jangkauan paling luas
dalam menjelaskan keteraturan alam. Walaupun tidak ada kesepakatan secara formal
namun telah berkembang keyakinan secara luas bahwa pola-pola keteraturan alam itu
paling baik apabila dimodelkan atau disajikan dalam bentuk pola-pola matematis yang
berupa persamaan ataupun grak. Contoh-contoh yang telah disebutkan di muka barang kali
cukup menunjukkan kebenaran pernyataan ini (Rosyid, Muhammad Fachriani, dkk., 2014:
4).
pemberian angka pada suatu benda atau kejadian menurut aturan tertentu. Pengukuran
harus sesuai dengan kebutuhan misalnya mengukur tinggi badan dengan meteran (cm),
mengukur berat badan dengan kiloan (Kg), mengukur jarak dengan kilometer (km), dan
JFT | 2
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
penggunaan alat ukur. Alat ukur diperlukan dalm kehidupan sehari-hari misalnya untuk
mengukur massa tepung, sehingga kita dapat mengetahui bagaimana cara menentukan
hasilnya. Pengukuran juga biasa ditemui dalam kehidupan misalnya dalam pembuatan rak
Allah Subhanahu Wa Taala telah menciptakan semua yang ada di alam semesta ini
dengan teratur dan sangat rapi. Semuanya berdasarkan ukuran-ukuran yang sesuai dengan
keadaan benda, baik benda yang kecil sampai benda yang besar. Sebagai mana dalam
firman-Nya;
:ٍ ر: َد:َ ق:ِ ب:ُه: ا:َ ن: ْق:َ ل: َخ: ٍء:ي
:ْ : َش:َّ: ل: ُك: ا:َِّإ ن
Terjemahnya:
Qamar: 49).
benda-benda di alam ini untuk kelangsungan hidupnya. Memahami alam dan semua yang
ada didalamnya tidak terlepas dari pengamatan dari sifat-sifat benda di sekitanya. Salah
satu bagian dari proses pengamatan adalah melakukan pengukuran. Biasanya, untuk
menggambarkan hasil pengukuran kita menggunakan angka-angka. Setiap ukuran yang kita
JFT | 3
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
gunakan untuk menggambarkan gejala fisis secara kuantitatif disebut besaran. Dengan kata
lain, besaran adalah sesuatu yang dapat dilakukan dan dinyatakan dalam angka-angka.
Pengukuran adalah suatu teknik untuk mengaitkan suatu bilangan pada suatu sifat
fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar yang telah diterima sebagai
keberagaman hasil pengukuran. Standar tersebut adalah unit pengukuran yang telah
disamakan secara internasional yang meliputi panjang, massa dan waktu. Seiring dengan
banyaknya parameter pengukuran, maka tidak hanya panjang, massa dan waktu, tetapi unit
pengukuran dibedakan berdasarkan arah dan nilainya (Fthuroya, vivien ., dkk, 2017: 1-2).
dalam nilai numeric diasumsikan sebesar satu atau beberapa satuan dalam digit terakhir
yang dinyatakan. Sebagai contoh, jika panjang terukur adalah 8,8 cm, maka ketidakpastian
diasumsikan sebesar 0,1 cm atau 0,2 cm. Satu hal yang penting diingat adalah jangan
menuliskan nilai tersebut menjadi 8,80 cm; penulisan itu menunjukkan bahwa panjangnya
Ketidakpastian terbagi menjadi dua yaitu ketidakpastian mutlak yang terjadi jika
suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan keterbatasan alat ukur itu sendiri dan
JFT | 4
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
namanya alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan data hasil
pengukuran. Faktor lain selain alat ukur untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu adanya
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara lain benda yang diukur,
proses dalam pengukuran, kondisi suatu lingkungan dan orang yang melakukan
a. Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang paling sederhana dan memiliki 2 skala ukuran
yaitu skala utama dan skala terkecil. Skala utama pada mistar adalah sentimeter (cm)
dan satuan skala terkecil adalah milimeter (mm). Nilai skala terkecil mistar yaitu 1
mm.
b. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi, diameter
luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong dapat mengukur
hingga ketilitian 0,1 mm. Skala utama terletak di batang di batang jangka sorong,
sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10 bagian dengan panjang 9
c. Mikrometer
Mikrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal maupun
diameter luar benda yang berukuran kecil. Mikrometer sekrup mempunyai ketelitian hingga
0,01 mm sehingga biasanya digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang sangat
tipis.
d. Neraca Ohauss
JFT | 5
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
Neraca ohauss adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu massa benda.
timbangan yang telah berada pada lengan neraca, massa benda yang ditimbang sama
e. Stopwatch
terbagi menjadi 2 jenis yaitu dalam bentuk digital dan analog. Namun biasanya yang
f. Amperemeter
Amperemeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus yang
g. Voltmeter
Voltmeter merupakan alat untuk mengukur besarnya tegangan dalam suatu benda
yang dilewati oleh listrik. Berdasarkan jenis dari arus listrik voltmeter dibagi menjadi 2
yaitu voltmeter AC dan voltmeter DC.
2. METODE PENELITIAN
1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca ohauss, mikrometer sekrup,
1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu pipa L, air, beban, uang koin, dan
kaca tebal.
JFT | 6
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
Prosedur kerja pada percobaan ini dimulai dari pengukuran panjang dan massa yaitu
diambil alat ukur yang akan digunakan lalu ditentukan masing-masing nilai skala terkecil
(NST) dan kesalahan titik nol (KTN), dilakukan pengukuran tunggal untuk menentukan
nilai skala terkecil dan kesalahan titik nol. Dilakukan pengukuran berganda sebanyak 3
kali dan setiap anggota praktikan diharuskan melakukan masing-masing. Untuk pengukuran
mikrometer sekrup, uang logam dengan mengukur ketebalanya melalui spherometer dan
balok kaca planparalel dengan mengukur ketebalannya melalui spherometer dan balok kaca
pengukuran besaran massa digunakan anak timbangan (beban)yang masing masing akan
Kegiatan kedua yatu pengukuran besaran waktu dan listrik yang dimulai dengan
menentukan masing-masing nilai skala terkecil (NST) dan kesalahan titik nol (KTN).
Dilakukan pengukuran tunggal untuk menentukan nilai skala terkecil dan kesalahan titik
nol. Dilakukan pengukuran berganda sebanyak 3 kali dan setiap anggota masing-masing
praktikan harus melakukan 1 kali. Didalam pengukuran besaran waktu akan di tentukan
waktu ayunan suatu bandul. Didalam pengukuran besaran listrik, akan digunakan beberapa
baterai (sumber tegangan) untuk menentukan kuat arus dan tegangannya sesuai dengan
a. Besaran Panjang
JFT | 7
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
1. Jangka Sorong
PSN = 5 mm
Batas ukur
NST SU =
Jumlah Skala Utama
1
=
5
= 0,2 mm
Dit : Hp….?
Penyel = Hp = PSU + (PSN X NST SU)
= 3,1 + (5 X 0,2)
= 3,1 mm
Spheromet
er
Dik: PSU = 2 mm
PSN = 60 mm
NST SU = 1 mm
NST SN = 0,01 mm
Dit = Hp….?
= (2 X 1) + (60 X 0,01)
= 2 + 0,6
JFT | 8
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
= 2,6 mm
SU = 1 Skala
3. 1. Spherometer 0,001 mm 2,034 mm Mikromet
SN = 0,001 Skala
er Sekrup
Dik: PSM = 5 mm
PSP = 3 mm
Batas ukur
NST SM =
Jumlah Skala Utama
0,5
=
5
= 0,1 mm
NST SM
NST SP =
Jumlah Skala
0,01
=
5
= 0,002 mm
Penyel: Hp = (PSM X NST SM) + (PSP X NST SP)
= (5 X 0,1) + (3 X 0,002)
= 0,5 + 0,006
= 0,506 mm
Tabel IV.3 Pengukuran besaran panjang
Pengukuran
No Alat Ukur NST Alat Hp
Skala
Mikrometer SU = 5 Skala
1. 0,01 mm 0,506 mm
sekrup SN = 3 Skala
JFT | 9
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
4. Mistar Biasa
SU = 11,1 Skala
1. Mistar biasa 0,01 mm 1,11 mm
5. Besaran Massa
Neraca Ohouss 311 gram
Dik : Lengan 1 = 0 gr
Lengan 2 = 70 gr
Lengan 3 = 0 gr
Lengan 4 = 0 gr
Dit: Hp….?
Penyel: Hp = (lengan 1 + lengan 2 + lengan 3 + lengan 4)
= 0 + 70 + 0 + 0
= 70 gram
Tabel IV. 5 Pengamatan besaran massa
No Alat Ukur Pengukuran Skala NST alat Hp
Lengan 1 = 0 skala
Lengan 4 = 0 skala
JFT | 10
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
6. Besaran Listrik
a. Voltmeter
Bu = 5 Volt
5
NST Skala atas =
50
= 0,1 Volt
5
NST Skala bawah =
100
= 0,05 Volt
Dit: Hp….?
Penye: Hp atas = PS atas X NST atas
= 34 V X 50 V
= 1700 V
Hp bawah = PS bawah X NST bawah
= 68 V X 100 V
= 6800 volt
JFT | 11
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
0,002 0,00
1. Amphereeter 1 2 1A 2A
A 2A
1 Besaran waktu
Stopwatcth analog
PS = 5,3 sekon
NST = 0,5 sekon
Hp = PS X NST
= 5,3 X 0,5
= 2,65 sekon
No Alat Ukur Pengukura Skala NST Alat Hp
Ps Hp 0,1 °C
1. Termometer 28 °C 28 °C
JFT | 12
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
JFT | 13
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
2. Sphtrometer
Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 0,001 mm
2
= 0,0005 mm
Mikrometer sekrup
Ketidakpastian Mutlak (KM)
JFT | 14
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
1
ΔX = NST
2
1
= 0,005
2
= 0,0025
Kesalahan Relatif (KR)
ΔX
KR = X 100%
X
0,0025
= X 100%
0,04
= 6,25 %
Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 6,25%
= 93,75%
Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,0025
= 1 – log
0,04
= 1 – (-1, 20)
= 1, 20
= 2 AB
Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,0025 ± 0,04|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,0025 ± 0,04|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,0025 ± 0,04|
No Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT
4.
1. Mikrometer 0,005 0,04 0,0025 6,25 93,75% 2 10,0025 ±
sekrup
0,041
Mistar Biasa
Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
JFT | 15
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
1
= 0,1
2
= 0,05
Kesalahan Relatif (KR)
ΔX
KR = X 100%
X
0,05
= X 100%
1,11
= 0,45 %
Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 0,45%
= 99,55%
Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,05
= 1 – log
1,11
= 1 – (-1, 39)
= 2,39
= 3 AB
Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,05 ± 1,11|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,05 ± 1,11|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,05 ± 1,11|
JFT | 16
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
Voltmeter
Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 0,5
2
= 0,25
Kesalahan Relatif (KR)
ΔX
KR = X 100%
X
JFT | 17
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
0,25
= X 100%
18,5
= 1,35 %
Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 1,35%
= 98,65%
Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,25
= 1 – log
18,5
= 1 – (-2)
=3
= 1 AB
Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,25 ± 18,5|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,25 ± 18,5|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,25 ± 18,5|
7. Ampheremeter
Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 0,002
2
= 0,001
Kesalahan Relatif (KR)
ΔX
KR = X 100%
X
JFT | 18
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
0,001
= X 100%
0,002
= 0,5 %
Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 0,5%
= 99,5%
Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,001
= 1 – log
0,002
= 1 – log 0,5
= 1 – (-0,30)
= 1,30
= 2 AB
Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,001 ± 0,002|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,001 ± 0,002|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,001 ± 0,002|
No Alat ukur NST Hp ΔX KR DK AB PT
8.
1. Ampheremeter 0,002 0,002 0,001 0,5 99,5 2 0,001 ±
0,002
Stopwacth
Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 0,5
2
= 0,025
JFT | 19
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
0,025
= X 100%
2,65
= 0,94 %
Derajat kpercayaan (DK)
DK = 100% - KR
= 100% - 0,94%
= 99,06%
Angka Berarti (AB)
ΔX
AB = 1 – log
X
0,025
= 1 – log
2,65
= 1 – log 0,009
= 1 – (-2,02)
= 3,02
= 2 AB
Pelaporan Fisika (PF)
PF = |∆∝ ± X|
= |0,025 ± 2,56|
PF max = |∆∝ ± X|
= |0,025 ± 2,56|
PF mim = |∆∝ ± X|
= |0,025 ± 2,56|
9. Termometer
Ketidakpastian Mutlak (KM)
1
ΔX = NST
2
1
= 1
2
= 0,5 °C
JFT | 20
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
Dari grafik diatas didapat variasi jarak(d) dan variabel waktu(t). Variabel jarak(d)
merupakan variabel bebas karena dapat divariasi atau dapat diubah-ubah. Sedangkan
variabel waktu(t) adalah variabel terikat karena besarnya waktu dipengaruhi oleh variabel
terikat. Selain itu, diameter bola pejal (kelereng) juga berpengaruh terhadap waktu yang
diperlukan untuk mencapai jarak tertentu. Semakin besar diameter bola pejal (kelereng),
JFT | 21
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
semakin lama waktu yang dibutuhkan dan semakin kecil diameter bola pejal (kelereng),
semakin cepat waktunya.
IV.3 Pembahasan
dibutuhkan dengan menggunakan alat bantu yaitu alat ukur pada pengukuran lebar atau ketebalan
pengukuran ketebalan menggunakan spherometer dengan ketelitian yang sekian, pengukuran berat
benda dengan menggunakan neraca ohaus, mengukur ketebalan suatu benda dengan menggunakan
jangka sorong dan mengukur kuat arus listrik menggunakan voltmeter dan amperemeter.
masing-masing dari alat ukur yang digunakan memiliki NST yang berbeda-beda karena memiliki
batas ukur dan jumlah skala yang berbeda-beda pula, selain itu fungsi dari masing-masing alat ukur
juga berbeda. Jangka sorong memiliki NST 0,2 mm, spherometer memiliki NST SU 0,01 mm,
mikrometer sekrup memiliki NST 0,1 mm, mistar biasa memiliki NST 90 mm atau 0,09 cm, neraca
ohauss memiliki NST 0,01 mm, voltmeter memiliki NST atas 0,1 Volt dan NST bawah 0,05 Volt,
ampheremeter memiliki NST atas 50 A dan NST bawah 100 A, stopwatch memliki NST 0,5 sekon
dan termometer memiliki NST 0,1 ºC. NST diperoleh dari Batas ukur dibagi jumlah skala. Diamati
dan dihitung dengan teliti dan seksama agar penentuan NST tepat. Pengamatan harus sejajar antara
1
mata pengamat dengan alat ukur. Kesalahan titik nol ditentukan dengan rumus 2 NST .
Cara menentukan ralat NST dengan pengukuran langsung ialah dengan menggunakan
aturan bahwa ralat NST merupakan setengah nilai NST masing-masing alat ukur. Oleh karena itu,
kunci menentukan ralat pada pengukuran langsung adalah tentukan NST terlebih dahulu. Setelah itu
1
ralat bisa dicari dengan rumus 2 NST . Hasil dapat dituliskan dengan aturan nilai yang dihasilkan ±
ralat NST yang diperoleh. Penentuan hasil pengukuran secara langsung dan berulang dapat
JFT | 22
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
diperoleh dari rata-rata hasil pengukuran ± standar deviasi. Pengukuran dilakukan 3 kali sehingga
dapat dicari rata-ratanya. Rata-rata tersebut dimasukkan ke dalam rumus standart deviasi sehingga
hasil pengukuran dapat dicari. Standart deviasi dapat menunjukkan kepresisian suatu alat ukur.
Semakin kecil standar deviasi yang terbentuk, maka semakin besar pengukuran kita yang mendekati
benar. Pengukuran yang dilakukan secara berulang memiliki ralat lebih kecil dari pada pengukuran
yang dilakukan sekali. Jumlah angka penting yang digunakan dapat dilihat dari ralat relatif.
Semakin banyak angka penting menunjukkan presentase ralat yang relatif kecil berarti semakin
tepat hasil pengukuran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa pengukuran yang
dilakukan mendapatkan hasil yang mendekati tetap, namun beberapa juga menunjukkan hasil yang
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
perbedaan atau ketidakpastian dalam pengukuran. Hal-hal yang menyebabkan ketidakpastian dalam
pengukuran pertama, kesalahan kalibrasi yaitu cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat
tidak tepat sehingga berakibat setiap kali alat digunakan suatu ketidakpastian melekat pada hasil
pengukuran. Kedua, kesalahan titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum petunjuk atau
jarum tidak kembali tepat pada angka nol. Ketiga, kelelahan komponen alat. Keempat, gesekan-
gesekan selalu timbul antara bagian yang satu dengan bagian yang lain.
4. SIMPULAN
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah
ditetapkan sebagai standar pengukuran. Pengukuran adalah teknik dalam memperoleh ukuran suatu
benda dengan menggunakan alat-alat tertentu dan membandingkannya dengan suatu besaran
JFT | 23
Jurnal Fisika dan Terapannya (2021) Vol. I (10): 1 - 22
DOI:
JURNAL FISIKA DAN TERAPANNYA
p-ISSN: 2302-1497, e-ISSN: 2715-2774
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jft
Cara menggunakan dan mengoperasikan beberapa alat ukur dasar adalah dengan
mengkalibrasi alat ukur, menentukan batas ukur, menentukan jumlah skala, serta menentukan nilai
NST masing-masing alat yang digunakan. Untuk menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran
JFT | 24