Anda di halaman 1dari 61

44

Disusun oleh : Elsa listia

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

PENGUKURAN
PANJANG
PENGURANGA
N VEKTOR

PENJUMLAHAN
VEKTOR

PENGUKURAN
MASSA
PENGUKURAN
BESARAN FISIKA DAN
VEKTOR
PENGUKURAN
WAKTU
PENGUKURAN
MASSA JENIS
BENDA

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Pengukuran Besaran Fisika dan Vektor

Kompetensi Inti
elajar
KI.1

Menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI.2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,


Petunjuk Belajar
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI.3

Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural, dan metekognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI.4

Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan


ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif

44

dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah


keilmuan.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

B. Kompetensi Dasar
KD 3.1.:Memahami konsep besaran fisika dan pengukuran
KD.4.1. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan
peralatan dan teknik

yang tepat untuk penyelidikan ilmiah

Indikator
Indikator kognitif
3.1.1.Menjelaskan konsep besaran dan satuan
3.1.2.Menjelaskan perbedaan besaran pokok dan besaran
3.1.3.Menjelaskan penggunaan alat ukur , ketelitian,ketepatan dan
ketidakpastian
3.1.4.Menggunakan aturan angka penting dalam hasil pengukuran.
3.1.5.Menjelaskan konsep massa jenis dan pengukurannya.
3.1.5.Menjelaskan konsep besaran vektor,penjumlahan dan
pengurangan vektor.
Indicator psikomotor
4.1.1.Melakukan percobaan pengukuran besaran panjang, massa, dan
waktu.
Setelah mempelajari bahan ajar ini, Siswa diharapkan mampu:
4.1.2.Menggunakan alat ukur besaran panjang, massa, dan waktu.
1. Menjelaskan konsep besaran dan satuan dengan benar
44

.2.Menjelaskan perbedaan besaran pokok dan besaran turunan dengan benar


3.Menjelaskan penggunaan alat ukur , ketelitian,ketepatan dan ketidakpastian
dengantepat
E.Tujuan Pembelajaran
kognitif
.4.Menggunakan aturan angka penting dalam hasil pengukuran.

Pengukuran besaran fisika dan


.5.Menjelaskan konsep massa jenis dan pengukurannya.
vektor
5.Menjelaskan konsep besaran vektor,penjumlahan dan

pengurangan vektor.

Tujuan pembelajaran psikomotor


1.

Disediakan seperangkat alat percobaan, siswa dapat melakukan percobaan


pengukuran panjang, massa, dan waktu.

2.

Disediakan seperangkat alat percobaan, siswa terampil menggunakan alat

Mengamati

44

Kegiatan
Pembelajaran

ukur besaran panjang, massa, dan waktu.

Membuat daftar (tabel) nama besaran, alat ukur, cara


mengukur, dan satuan yang digunakan secara individu,
termasuk yang berlaku di daerah setempat (misalnya:
untuk ukuran massa: mayam di Sumatera Utara, untuk

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

ukuran panjang: tumbak di Jawa Barat).


Mengamati beberapa alat ukur panjang, massa dan waktu
yang ada di sekitar(mistar milimeter, jangka sorong,
mikrometer, neraca lengan, neraca pegas, dan stopwatch)
dan menemukan cara bagaimana alat tersebut

Memperta-nyakan

Mempertanyakan tentang cara menggunakan alat ukur,

cara mebaca skala, dan cara menuliskan hasil pengukuran.


Mempertanyakan aspek ketelitian, ketepatan, dan
keselamatan kerja, serta alat ang digunakan dalam
mengukur.

beda dan jenis yang sama) secara berkelompok dengan


menggunakan neraca, jangka sorong atau mikrometer, dan
gelas ukur

Komunikasi

Asso-siasi

44

Mengukur masa jenis kelereng (pengukuran dilakukan satu


kali) dan batu kerikil (dilakukan berulang dengan ukuran

Ekspe-rimen

siswa

bekerja/digunakan.

Mengolah data hasil pengukuran berulang (diberikan oleh


guru) dalam bentuk penyajian data, membuat grafik,
menginterpretasi data dan grafik, dan menghitung
kesalahan, serta menyimpulkan hasil interpretasi data

Membuat laporan tertulis

F.Materi

Materi Fakta

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Ada berbagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran


panjang.
Ada berbagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran
massa
Ada berbagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur besaran
waktu.
Alat ukur ada yang mempunyai dua skala yaitu skala utama dan skala
nonius.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur panjang adalah
mistar,jangka sorong,micrometer sekrub dll.
Volume benda tak beraturan diukur dengan cara memasukkan benda

kedalam suatu zat cair


volume zat cair yang dimasukkan suatu benda akan bertambah sesuai
dengan berat benda
Mengukur massa benda dengan alat neraca O,Hauss
Neraca OHauss terdiri dari bagian-bagian. Yaitu sekrup kalibrasi,
piringan wadah beban, beban geser, dan titik nol.
Benda-benda yang dapat diukur dengan neraca Ohauss beratnya tidak
lebih dari 1 kg
Beban geser pada neraca OHauss ada empat, yaitu : 0 s/d 1000, 0 s/d
100, 0 s/d 10 dan 0 s/d 1
Nilai skala terkecil dari neraca OHauss 0,01 gr
Mengukur volume benda yang tidak beraturan dapat menggunakan
44

tabung reaksi yang diberi zat cair.


Besar kenaikan zat cair dalam suatu wadah ketika benda dimasukkan
dalam zat cair,menunjukkan volume benda tersebut.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Besaran vektor adalah salah satu besaran matematis.


Memiliki besar dan arah merupkan karakteristik utama dari suatu
besaran vektor.
Banyak manfaat yang diperoleh dari penerapan konsep vektor dalam
kehidupan sehari-hari.
Berbagai gambar vektor resultan dalam kehidupan sehari-hari seperti
vektor perpindahan dan vektor kecepatan.
Salah satu penulisan vektor adalah dengan dicetak tebal seperti gaya F
Konsep:
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, mempunyai nilai
yang dapat dinyatakan dengan angka dan memiliki satuan tertentu.
Besaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,yaitu:
1. Besaran pokok:besaran yang tidak terdiri dari besaran lain.
2. Besran turunan:besaran yang terdiri dari besaran pokok.
Satuan adalah ukuran dari suatu besaran yang digunakan untuk
mengukur.
Satuan terbagi dua,yaitu:
1. Satuan baku: Satuan baku adalah satuan yang telah diakui dan
disepakati pemakaiannya secara internasional atau disebtu satuan
internasional (SI).
2. Satuan tidak baku: Satuan tidak baku adalah satuan yang tidak
diakui secara internasional dan hanya berlaku pada daerah tertentu
saja.
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan
alat ukur yang telah disepakati.
Pengukuran panjang benda menggunakan mistar,meteran,jangka
44

sorong dll.
Pengukuran

massa

menggunakan

neraca

dua

lengan,neraca

ohaus,neraca digital,dll.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Massa dalam IPA adalah sifat fisika dari suatu benda, yang secara
umum dapat digunakan untuk mengukur banyaknya materi penyusun

yang terdapat dalam suatu benda.


Berat suatu benda merupakan perkalian antara massa dengan gravitasi
Massa jenis adalah hasil bagi antara massa benda dengan volumenya
Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur.
Neraca OHauss adalah alat ukur massa dengan ketelitian 0,01 g
Bagian-bagian neraca OHauss adalah:
Sekrup kalibrasi : berfungsi untuk mengkalibrasi alat, atau
menggeser garis penunjuk ke titik nol
Piringan wadah beban :berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan
beban yang akan ditimbang
Beban geser : berfungsi untuk menyeimbangkan beban ketitik

kesetimbangan (titik nol)


Titi knol : berfungsi sebagai titik kesetimbangan
Pengukuran waktu menggunakan jam tangan,jam dinding,stopwatch
dll.
Ketelitian (precision) merupakan ukuran kedekatan data-data yang
diperoleh dari hasil pengukuran sampel yang sama. Semakin tinggi
tingkat ketelitian maka nilai dari data ulangan tersebut hampir sama
Ketepatan (accuracy) merupakan ukuran kedekatan data yang
diperoleh dari hasil pengukuran dengan nilai data yang sebenarnya.
Semakin tinggi tingkat ketepatan maka semakin dekat dengan nilai
sebenarnya.
Kesalahan dapat dibagi menjadi 3,yaitu:
1. Kesalahan umum
2. Kesalahan sistematik
3. Kesalahan acak.
vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah.
Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai,tidak
44

memilki arah.
Besaran vektor adalah besarn yang memiliki nilai dan arah

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Metoda poligon adalah salah satu cara menentukan resultan vektor


dengan menyambungkan ujung sebuah vektor dengan titik pangkal
vektor lainnya.
Metoda Jajar genjang adalah salah cara menenukan resultan vektor
dengan mengumpulkan titik-titik pangkal vektor.
Metoda analisis adalah salah satu cara menentukan resultan vektor
dengan memproyeksikan vektor kesumbu-x dan sumbu-y.
Prinsip:
Dalam

fisika

terdapat

besaran

pokok

yaitu:massa,panjang,waktu,suhu,intensitas cahaya, jumlah zat,dan kuat


arus listrik.Dimana besaran turunan terdiri dari beberapa besaran
pokok.
Setiap alat ukur memiliki ketelitian berbeda-beda.
Dalam melaporkan hasil pengukuran,menggunakan aturan angka
penting dan menyertakan ketidakpastian nya.
Dalam menyatakan hasil pengukuran yang terlalu kecil atau terlalu
besar,menggunakan aturan penulisan notasi ilmiah.
ketidakpastian pada pengukuran tunggal merupakan setengah skala terkecil
alat

Volume banda yang dimasukkan kedalam air sama dengan volume zat
cair yang dipindahkan
Mencari volume benda beraturan adalah dengan rumus-rumus yang
sudah ditentukan, misalnya:
Vbola =
44

Vkubus =
Vbalok = (P)(L)(T), dll
Massa jenis benda () =

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Ket: M :massa benda, V : volume benda.


A = Ax+Ay
Untuk vektor segaris, resultannya
R = A + B + C + n dst
R2=A2+B2+2ABcos

R = A + (-B) = A B

Prosedur
Percobaan mengukur massa dan waktu jatuh bola
Langah percobaan:
1. ukurlah massa bola dengan menggunakan neraca atau
timbangan.
2. Jatuhkan bola dari ketinggian 1 m, untuk mengukur ketinggian
gunakan meteran.
3. Catatatlah waktu berapa waktu yang dibutuhkan bola untuk
4.
5.
6.
7.

mencapai tanah dengan menggunakan stopwatch.


Ulangi prosedur 1 dan 2 hingga lima kali.
Ubahlah ketinggian jatuh bola menjadi 2 m dan 3 m.
Masukkan data hasil pengukuran dalam table.
Laporkanlah
hasil
pengukuran
lengkap

ketidakpastiannya.
Percobaan
menentukan
44

ketebalan

lempeng

dengan

tipis,volume

kelereng,volume kubus materi dan kedalaman tabung reaksi .


Langkah-langkah percobaan:
1. Pilihlah alat ukur yang sesuai untuk menentukan ketebalan
lempeng tembaga.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

2. Ukurlah ketebalan lempeng tembaga dengan alat ukur yang


3.
4.
5.
6.

tepat.
Ukurlah panjang sisi kubus materi dengan alat ukur yang tepat.
Ukurlah diameter kelereng dengan alat ukur yang tepat.
Ukurlah kedalaman tabung reaksi dengan alat ukur yang tepat.
Berdasarkan besaran yang didapatkan untuk masing-masing
benda,tentukanlah velome kubus materi,volume kelereng.

7. Laporkan hasil pengukuran disertai dengan ketidakpastiannya.

Mengukur massa jenis zat yang bentuknya beraturan


1. menyediakan tiga buah balok kayu yang ukurannya berbeda,
penggaris, dan neraca.
2.Selanjutnya mengukur panjang, lebar, dan tinggi tiap balok
3.Menghitung volume tiap-tipa balok dengan rumus V=p x l x t
4.Menimbang masing-masing balok kayu
5.Membagi massa dengan volume untuk masing-masing balok
Mengukur massa jenis zat yang bentuknya tidak beraturan
1.Menyiapkan gelas ukur, neraca, benda yang akan diukur
massa jenisnya, dan air secukupnya
2.Mengukur massa batu dengan neraca
3.Mengisi hgelas ukur dengan air bagian dan amati skala
44

pada gelas ukur


4.Memasukkan benda yang akan dicari massa jenisnya ke
dalam gelas ukur

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

5.Mengamati skala pada gelas ukur


6.Menghitung volume benda dengan cara V= V(air dan batu)- V(air)
7.Membagi massa benda dengan volumenya
Menentukan resultan vektor dengan metoda poligon(segitiga)
1) Tempatkan titik pangkal vektor v sehingga berimpit dengan
titik ujung vektor u;
2) Vektor (u+v) diperoleh dengan cara menghubungkan titik
pangkal vektor u dengan titik ujung vektor v.

Menentukan resultan vektor dengan metoda jajargenjang


1) Tempatkan titik pangkal vektor v sehingga berimpit dengan
titik pangkal vektor u;
2) Bentuklah jajargenjang dengan sisi-sisi yang sejajar dengan u
dan v;
3)

Vektor (u+v) adalah diagonal jajargenjang dengan titik


pangkal vektor u.

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Menentukan resultan vektor dengan metoda analisis


1) Menempatkan titik pangkal vektor v sehingga berimpit
dengan titik pangkal vektor u dalam koordinat kartesian;
2) Memproyeksikan vektor u kesumbu x dan sumbu y dan
vektor v kesubu x dan sumbu y;
3) Menjumlahkan vektor-vektor pada sumbu x .
4) Menjumlahkan vektor-vektor pada sumbu y
5) Vektor (u+v) adalah akar dari kuadrat jumlah vektor di
sumbu x dan kuatrad jumlah vektor di sumbu y.

Ringkasan Materi
A. Besaran Fisika
44 1. Pengertian Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, mempunyai nilai yang
dapat dinyatakan dengan angka dan memiliki satuan tertentu.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

a. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan lebih dahulu
dan tidak tersusun atas besaran lain.
Tabel Besaran Pokok dan Satuannya
Besaran Pokok

Satuan SI

Massa

kilogram (kg)

Panjang

meter (m)

Waktu

sekon (s)

Kuat Arus

ampere (A)

Suhu

kelvin (K)

Intensitas Cahaya

candela (Cd)

Jumlah Zat

mole (mol)

b. Besaran Turunan
Besaran turunan merupakan kombinasi dari satuan-satuan besaran pokok..
Perhatikan tabel besaran turunan, satuan dan dimensi di bawah ini.
Tabel Besaran Turunan dan Satuannya

44

Besaran Turunan

Satuan SI

Gaya (F)

kg.m.s-2

Massa Jenis (p)

kg.m-3

Usaha (W)

kg.m2.s-2

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Tekanan (P)

kg.m-1.s-2

Percepatan

m.s-2

Luas (A)

m2

Kecepatan (v)

m.s-1

Volume (V)

m3

Satuan
Satuan adalah ukuran dari suatu besaran yang digunakan untuk mengukur.Satuan
dapat dibagi dua,yaitu:
a.Satuan Baku
Satuan baku adalah satuan yang telah diakui dan disepakati pemakaiannya
secara internasional atau disebtu satuan internasional (SI). Sistem satuan yang biasa
digunakan pada besaran pokok dan besaran turunan asalah sistem Satuan
Internasional (SI) atau biasa dikenal sebagai sistem metrik yaitu meter, kilogram dan
sekon yang disingkat MKS. Selain sistem metrik yang lain adalah CGS (centimeter,
gram, sekon). Adapula British Engineering System yang biasa disebut sebagai sistem
FPS (foot, pound, sekon).
Tabel Satuan Baku

44

Besaran Pokok

Satuan MKS

Satuan CGS

Massa

kilogram (kg)

gram (g)

Panjang

meter (m)

centimeter (cm)

Waktu

sekon (s)

sekon (s)

Kuat Arus

ampere (A)

statampere (statA)

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Suhu

kelvin (K)

kelvin (K)

Intensitas Cahaya

candela (Cd)

candela (Cd)

Jumlah Zat

kilomole (mol)

mol

Satuan yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:


1) Satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun,
misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.
2) Bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh negara.
3) Mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya.
1.Penetapan Satuan Internasional untuk Panjang
Pada tahun 1983, Konferensi Internasional tentang timbangan dan ukuran
memutuskan bahwa satu meter merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada
selang waktu 1/299792458 sekon. Penggunaan kecepatan cahaya ini, karena nilainya
dianggap selalu konstan.
2.Penetapan Satuan Internasional untuk Massa
Massa standar satu kilogram didefinisikan sebagai massa satu liter air
murni pada suhu 4C.
3. Penetapan Satuan Internasional untuk Waktu
Satu detik adalah selang waktu yang diperlukan oleh atom cesium-133
44

untuk melakukan getaran sebanyak 9192631770 kali.


4.Penetapan Satuan international untuk suhu

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Suhu titik lebur es pada 76 cmHg menjadi T = 273,15 K dan titik didih air pada 76
cmHg menjadi T = 373,15 K.
5.Penetapan Satuan Intensitas Cahaya
Satuan kandela didefinisikan sebagai benda hitam seluas satu meter persegi yang
bersuhu titik lebur platina (1.773C). Benda ini akan me mancarkan cahaya dalam arah tegak
lurus dengan kuat cahaya sebesar 6 105 kandela.
6. Penetapan Satuan Jumlah Zat
Jumlah zat dalam satuan internasional memiliki satuan mol. Satu mol zat terdiri atas
6,025 1023 buah partikel (bilangan 6,025 1023 disebut dengan bilangan Avogadro).
7.Penetapan satuan arus listrik
Satu ampere didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik satu coulomb (1 coulomb =
6,25 1018 elektron) yang melewati suatu penampang dalam waktu 1 sekon.

Mengonversi Satuan Panjang, Massa, dan Waktu


Untuk mengonversi atau mengubah dari suatu satuan ke satuan yang lainnya
diperlukan tangga konversi. Gambar di bawah menunjukkan tangga konversi panjang,
massa, dan waktu, beserta dengan langkah-langkah penggunaannya.

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Tangga Konversi Panjang


Awalan Satuan dan Sistem Satuan di Luar Sistem Metrik
Konversi besaran panjang menggunakan acuan sebagai berikut:

1 mil = 1760 yard (1 yard adalah jarak pundak sampai ujung jari tangan orang
dewasa).

1 yard = 3 feet (1 feet adalah jarak tumit sampai ujung jari kaki orang
dewasa).

1 feet = 12 inci (1 inci adalah lebar maksimal ibu jari tangan orang dewasa).

1 inci = 2,54 cm

1 cm = 0,01 m
Satuan mil, yard, feet, inci tersebut dinamakan satuan sistem Inggris. Untuk
besaran massa berlaku juga sistem konversi dari satuan sehari-hari maupun
sistem Inggris ke dalam sistem SI. Contohnya sebagai berikut.

1 ton = 1000 kg

1 kuintal = 100 kg

1 slug = 14,59 kg

1 ons (oz) = 0,02835 kg

1 pon (lb) = 0,4536 kg

44

Satuan waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat dikonversi ke dalam sistem


SI yaitu detik atau sekon. Contohnya sebagai berikut.

1 tahun = 3,156 x 10pangkat 7 detik

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

1 hari = 8,640 x 10 pangkat4 detik

1 jam = 3600 detik

1 menit = 60 detik
Di dalam sistem metrik juga dikenal sistem awalan dari sistem MKS baik ke

sistem makro maupun ke sistem mikro. Perhatikan Tabel berikut ini.

Mengonversi Satuan Besaran Turunan


Besaran turunan memiliki satuan yang dijabarkan dari satuan besaran-besaran
44

pokok yang mendefinisikan besaran turunan tersebut. Sebagai contoh, satuan


percepatan dapat ditulis dengan m/s2 dapat juga ditulis dengan N/kg. Satuan besaran
turunan dapat juga dikonversi. Perhatikan beberapa contoh di bawah ini!

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

1 dyne = 10pangkat-5 newton

1 erg = 10pangkat-7 joule

1 kalori = 0,24 joule

1 kWh = 3,6 x 10pangkat6 joule

1 liter = 10pangkat-3 m3 = 1 dm3

1 ml = 1 cm3 = 1 cc

1 atm = 1,013 x 10pangkat5 pascal

1 gauss = 10pangkat-4 tesla

b.Satuan tidak baku


Satuan tidak baku adalah satuan yang tidak diakui secara internasional dan
hanya berlaku pada daerah tertentu saja.Contoh depa,hasta,lengan tombak,langkah
dan lain-lain.
Dimensi
Dimensi adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan simbol
(lambang) besaran pokok. Hal ini berarti dimensi suatu besaran menunjukkan cara
besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok.
Dimensi suatu besaran yang dinyatakan dengan lambang huruf tertentu, biasanya
diberi tanda [ ]. Tabel berikut menunjukkan lambang dimensi besaran-besaran pokok.

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Dimensi dari besaran turunan dapat disusun dari dimensi besaran-besaran pokok.
Tabel berikut menunjukkan berbagai dimensi besaran turunan.

44

Contoh Soal 1
Tentukan dimensi besaran luas, kecepatan dan volume
Penyelesaian:

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

a)Luas merupakan hasil kali panjang dan lebar, keduanya memiliki dimensi panjang
[L]
luas = panjang x lebar
[luas] = [panjang] [lebar]
[luas] = [ L] [ L] = [ L]2
b)Kecepatan merupakan hasil bagi jarak terhadap waktu. Dimensi jarak adalah [L],
sedangkan waktu memiliki dimensi [ T ]. Jadi dimensi kecepatan adalah:
Kecepatan = jarak/waktu
[kecepatan] =[L]/[T] = [ L][ T ]-1
c)Volume adalah hasil kali panjang, lebar, dan tinggi. Ketiganya memiliki dimensi
panjang [ L], sehingga dimensi volume adalah:
[volume] = [ panjang ] [ lebar] [tinggi]
[volume] = [ L] [ L] [ L] = [ L]3
B.Pengukuran
Pengukuran adalah suatu proses pembandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain
yang dianggap sebagai patokan(standar) yang disebut satuan

a.Alat ukur
Alat Ukur adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur suatu besaran.
Berbagai macam alat ukur memiliki tingkat ketelitian tertentu. Hal ini bergantung
pada skala terkecil alat ukur tersebut. Semakin kecil skala yang tertera pada alat ukur
maka semakin tinggi ketelitian alat ukur tersebut. Beberapa contoh alat ukur sesuai
44

dengan besarannya, yaitu:


1. Pengukuran Panjang
a.Pengukuran Panjang dengan Mistar

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang


berbentuk lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar
tukang kayu, dan penggaris berbentuk pita (meteran pita). Mistar mempunyai batas
ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran pita dapat mengukur panjang sampai 3
meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.

Alat Ukur Panjang

b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong


Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur
sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat
digunakan untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa.
Bagian-bagian penting jangka sorong yaitu:
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
2.rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius
44

mempunyai selisih 1 mm.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Jangka Sorong
c. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer
sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan
tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang
berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar,
dan silinder bergerigi. Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm, sedangkan
skala terkecil untuk skala putar sebesar 0,01 mm. Berikut ini gambar bagian-bagian
dari mikrometer.

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Mikrometer Sekrup
2. Pengukuran Massa Benda
Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya adalah
keseimbangan kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang diukur
dengan anak timbangan yang digunakanPerhatikan beberapa alat ukur berat berikut
ini.Bagian-bagian dari neraca OHauss tiga lengan adalah sebagai berikut:
Lengan depan memiliki skala 010 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.
Lengan tengah berskala mulai 0500 g, tiap skala sebesar 100 g.
Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.

44
Neraca

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

o Pengukuran Massa Jenis


Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi
massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa
jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.
Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki
volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa jenis
lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik
(kgm-3),

sedangkan

satuan

massa

jenis

dalam

'CGS

[centi-gram-sekon]'

adalah : gram per sentimeter kubik (g/cm3).


Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis
yang berbeda.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah
Dengan :
=
keterangan :
adalah massa jenis,
m adalah massa,
V adalah volume.
Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3
Selain karena angkanya yang mudah diingat dan mudah dipakai untuk menghitung,
maka massa jenis air dipakai perbandingan untuk rumus ke-2 menghitung massa
jenis, atau yang dinamakan 'Massa Jenis Relatif.
Rumus massa jenis relatif = Massa bahan / Massa air yang volumenya sama.
44

Menghitung massa jenis benda beraturan lebih mudah daripada mengukur


massa jenis benda tak beraturan, karena untuk benda beraturan memiliki volume

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

dengan bentuk tetap serta telah diketahui persamaan untuk mencari volumennya.
Contoh benda yang beraturan yaitu diantaranya kubus, balok, bola, dan lainnya.
Menghitung massa jenis benda tak beraturan lebih sukar dibandingkan benda
beraturan, karena benda tak beraturan memiliki bentuk yang tak menetu sehingga
untuk menentukan volumenya diperlukan media lain. Untuk mengukur volume
sebuah benda padat dengan bentuk yang tidak beraturan, seperti batu, gunting, pisau
dapat dilakukan dengan cara memasukkan benda- benda itu misalnya kedalam gelas
ukur yang telah berisi air, atau dapat juga diukur dengan memasukkan benda ke
dalam gelas berpancuran. Sedangkan untuk mengukur massa benda tersebut dapat
dilakukan dengan mennggunakan berbagai macam neraca, yaitu neraca sama lengan,
neraca digital, dan neraca OHauss. Apabila telah diketahui massa dan volume dari
benda maka kita dapat menentukan massa jenis benda tersebut sesuai dengan
persamaan yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. Pengukuran Besaran Waktu
Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam dinding,
jam atom, jam matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch termasuk
alat ukur yang memiliki ketelitian cukup baik, yaitu sampai 0,1 s.

44

4.Alat Ukur Kuat Arus Listrik

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

(Kelas 1 SMA Fisika - Joko Sumarno 2009)

Alat untuk mengukur kuat arus listrik

disebut amperemeter. Amperemeter

mempunyai hambatan dalam yang sangat kecil, pemakaiannya harus dihubungkan secara
seri pada rangkaian yang diukur, sehingga jarum menunjuk angka yang merupakan besarnya
arus listrik yang mengalir.
5.Alat Ukur Suhu

(Kelas 1 SMA Fisika - Joko Sumarno 2009)

Untuk mengukur suhu suatu sistem umumnya

menggunakan termometer.

Termometer dibuat berdasarkan prinsip pemuaian. Termometer biasanya terbuat dari sebuah
tabung pipa kapiler tertutup yang berisi air raksa yang diberi skala. Ketika suhu bertambah,
air raksa

44

dan tabung memuai. Pemuaian yang terjadi pada air raksa lebih besar

dibandingkan pemuaian pada tabung kapiler. Naiknya ketinggian permukaan raksa dalam
tabung kapiler dibaca sebagai kenaikan suhu.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Berdasarkan skala temperaturnya, termometer dibagi dalam empat macam, yaitu


termometer skala Fahrenheit, skala Celsius, skala Kelvin, dan skala Reamur. Termometer
skala Fahrenheit memiliki titik beku pada suhu 32 oF dan titik didih pada 212oF . Termometer
skala Celsius memiliki titik beku pada suhu 0oC, dan titik didih pada 100oC. Termometer
skala Kelvin memiliki titik beku pada suhu 273 K dan titik didih pada 373 K. Suhu 0 K
disebut suhu nol mutlak, yaitu suhu semua molekul berhenti bergerak. Dan termometer skala
Reamur memiliki titik beku pada suhu 0oR dan titik didih pada 80oR.

b. Ketelitian dan Ketepatan


Ketelitian (precision) merupakan ukuran kedekatan data-data yang diperoleh
dari hasil pengukuran sampel yang sama. Secara sekilas tingkat ketelitian dapat
dilihat dari ulangan. Semakin tinggi tingkat ketelitian maka nilai dari data ulangan
tersebut hampir sama.
Ketepatan (accuracy) merupakan ukuran kedekatan data yang diperoleh dari
hasil pengukuran dengan nilai data yang sebenarnya. Semakin tinggi tingkat
ketepatan maka semakin dekat dengan nilai sebenarnya.
a. Kesalahan dan ketidakpastian.
1.Kesalahan
Kesalahan-Kesalahan umum ( gross errors ) :
Kebanyakan disebabkan kesalahan manusia, antara lain :
a. kesalahan pembacaan alat ukur
b. penyetelan yang tidak tepat
c. pemakaian instrumen yang tidak sesuai
44

d. kesalahan penaksiran

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Kesalahan kesalahan sistematis ( systematic errors )


Kesalahan sistem matematis, umumnya dikelompokkan kedalam dua bagian,
yaitu :
1. Kesalahan-kesalahan instrumental, yaitu kekurangan-kekurangan dari
instrumen itu sendiri.
2. Kesalahan-kesalahan lingkungan, yaitu yang disebabkan oleh keadaankeadaan luar yang mempengaruhi pengukuran.
1. Kesalahan kesalahan instrumental ( instrumental errors ),
Misalnya :
-

gesekan

komponen

yang

bergerak

terhadap

bantalan,

dapat

menimbulkan pembacaan yang tidak tepat ( pada alat ukur dArsonval ).


-

tarikan pegas yang tidak teratur, perpendekan pegas.

berkurangnya tarikan karena penanganan yang tidak tepat atau


pembebanan instrumen secara berlebihan.

Jenis kesalahan instrumen lainnya :


-

Kalibrasi yang menyebabkan pembacaan instrumen yang terlalu tinggi


atau terlalu rendah sepanjang seluruh skala.

Kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke angka nol sebelum


melakukan pengukuran.

2.Kesalahan-kesalahan lingkungan ( environmental errors ), disebabkan oleh


keadaan luar, dan termasuk keadaan disekitar instrumen yang mempengaruhi
alat ukur, seperti :
44

pengaruh perubahan temperatur.

kelembaban.

tekanan udara luar atau medan maknetik atau medan elektrostatik.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

.Cara-cara untuk mengurangi pengaruh-pengaruh tersebut diatas, antara lain :


-

pengkondisian udara.

penyegelan komponen-komponen

instrumen tertentu

dengan rapat

sekali.
-

pemakaian pelindung maknetik, dan lain-lain.

3.Kesalahan-kesalahan acak ( random errors )


Kesalahan ini, disebabkan oleh penyebab-penyebab yang tidak diketahui
dan

terjadi

walaupun

seluruh

kesalahan

sistematis

sudah

diperhitungkan.Misalnya fluktuasi tegangan listrik, landasan bergetar, bising, dan


radiasi.

Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan cara kalibrasi apapun dan
juga cara pengontrolan yang ada.
Satu-satunya cara untuk memperbaiki kesalahan acak ini adalah :
-

Penambahan jumlah pembacaan.

Penggunaan cara-cara statistik, untuk memperoleh pendekatan yang paling


baik terhadap nilai yang sebenarnya.

2. Ketidakpastian pada Pengukuran


a.Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang hanya dilakukan sekali saja
ketidakpastiannya diperoleh dari setengah nilai skala terkecil instrumen yang digunakan.
Misalnya, Anda mengukur panjang sebuah benda menggunakan mistar. Perhatikan Gambar
dibawah!

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

(Fisika SMA Kelas X-Setya Nurachmandani-2009)

Pada Gambar diatas ujung benda terlihat pada tanda 15,6 cm lebih sedikit. Berapa
nilai lebihnya? Ingat, skala terkecil mistar adalah 1 mm. Telah Anda sepakati bahwa
ketidakpastian pada pengukuran tunggal merupakan setengah skala terkecil alat. Jadi,
ketidakpastian pada pengukuran tersebut adalah sebagai berikut.

Karena nilai ketidakpastiannya memiliki dua desimal (0,05 mm), maka hasil
pengukurannya pun harus Anda laporkan dalam dua desimal. Artinya, nilai x harus Anda
laporkan dalam tiga angka. Angka ketiga yang Anda laporkan harus Anda taksir, tetapi
taksirannya hanya boleh 0 atau 5. Karena ujung benda lebih sedikit dari 15,6 cm, maka nilai
taksirannya adalah 5. Jadi, pengukuran benda menggunakan mistar tersebut dapat Anda
laporkan sebagai berikut.

Arti dari laporan pengukuran tersebut adalah Anda tidak tahu nilai x (panjang benda)
yang sebenarnya. Namun, setelah dilakukan pengukuran sebanyak satu kali Anda
mendapatkan nilai 15,6 cm lebih sedikit atau antara 15,60 cm sampai 15,70 cm. Secara
statistik ini berarti ada jaminan 100% bahwa panjang benda terdapat pada selang 15,60 cm
sampai 15,7 cm atau (15,60 d x d 15,70) cm.
2.Pengukuran Berulang
Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, Anda dapat melakukan pengukuran
secara berulang. Pada pengukuran berulang Anda akan mendapatkan hasil pengukuran

44

sebanyak N kali. Berdasarkan analisis statistik, nilai terbaik untuk menggantikan nilai benar
x0

adalah nilai rata-rata dari data yang diperoleh (

). Sedangkan untuk nilai

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

ketidakpastiannya

dapat digantikan oleh nilai simpangan baku nilai rata-rata sampel.

Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Pada pengukuran tunggal nilai ketidakpastiannya

disebut ketidakpastian

mutlak. Makin kecil ketidakpastian mutlak yang dicapai pada pengukuran tunggal, maka
hasil pengukurannya pun makin mendeka tikebenaran. Nilai ketidakpastian tersebut juga
menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada laporan hasil pengukuran.
Cara menentukan banyaknya angka yang boleh disertakan pada pengukuran berulang
adalah dengan mencari ketidakpastian relatif pengukuran berulang tersebut. Ketidakpastian
relatif dapat ditentukan dengan membagi ketidakpastian pengukuran dengan nilai rata-rata
pengukuran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.

Setelah mengetahui ketidakpastian relatifnya, Anda dapat menggunakan aturan yang

44

telah disepakati para ilmuwan untuk mencari banyaknya angka yang boleh disertakan dalam
laporan hasil pengukuran berulang. Aturan banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam
pengukuran berulang adalah sebagai berikut.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

ketidakpastian relatif 10% berhak atas dua angka


ketidakpastian relatif 1% berhak atas tiga angka
ketidakpastian relatif 0,1% berhak atas empat angka

d.Notasi ilmiah
Untuk mempermudah penulisan bilangan-bilangan yang besar dan kecil
digunakan Notasi Ilmiah atau Cara Baku. Bilangan yang besar misalnya kecepatan
cahaya 300.000.000 m/s akan sangat sulit bagi kita untuk menghitug angka tersebut
dalam sebuah persamaan. Untuk bilangan yang kecil adalah massa elektron
0,0000000000000000000000000000091 Kg akan sangat sulit dihitung. Maka
dibuatlah sebuah sistem yang disebut dengan notasi ilmiah atau cara baku.
Dalam notasi ilmiah, semua nomor ditulis seperti ini:
a x 10 b
(a dikali 10 pangkat b), dimana pangkat b adalah bilangan bulat, dan koefisien a
adalah bilangan riil, disebut significand atau mantissa (meskipun istilah mantissa
dapat menyebabkan kebingungan karena juga dapat merujuk ke bagian pecahan dari
logaritma). Jika nomor itu negatif maka, pangkatnya memakai tanda minus (seperti
pada notasi desimal biasa).
Notasi desimal biasa
300
4,000
5,720,000,000
0.0000000061

Notasi ilmiah (normalisasi)


3102
4103
5.72109
6.1109

Penulisan dengan Notasi Ilmiah


44

Untuk menuliskan hasil pengukuran ke dalam bentuk notasi ilmiah cukup


mudah. Anda cukup melihat apakah bilangan tersebut lebih dari 10 atau kurang dari 1

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Notasi Ilmiah untuk Bilangan Lebih dari 10, caranya:


1. Jika bilangan yang lebih dari 10 tidak mempunyai koma (bukan desimal)
buatlah koma di belakang angka paling belakang. Jika bilangan tesebut telah
memiliki koma sobat tidak perlu menambahkannya lagi.
2. Buatlah koma di sebelah kanan angka pertama.
3. Hilangkanlah angka nol di belakang koma selain yang diapit angka bukan nol
4. Kalikan bilangan yg sobat dapat di angka 3 dengan 10n, dimana n = jumlah
angka yang diapit dua koma.
e. Penulisan Angka Penting
Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka tertentu termasuk angka penting atau
bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah ini:

Semua angka bukan nol termasuk angka penting.


Contoh: 2,45 memiliki 3 angka penting.

Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka
penting.
Contoh: 2,60 memiliki 3 angka penting 16,00 memiliki 4 angka penting.

Angka nol yang tertulis di antara angka-angka penting (angka-angka


bukan nol), juga termasuk angka penting.
Contoh: 305 memiliki 3 angka penting.
20,60 memiliki 4 angka penting.

Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai
penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting.

44

Contoh: 0,5 memiliki 1 angka penting.


0,0860 memiliki 3 angka penting.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Semakin banyak angka penting yang dituliskan, berarti pengukuran yang


dilakukan semakin teliti.
Berikut beberapa contoh penulisan hasil pengukuran dengan memperhatikan angka
penting:
1.
1.
1.
1.

Satu angka penting


Dua angka penting
Tiga angka penting
Empat angka penting

:
:
:
:

2,
2,6
20,1
20,12

0,1
1,0
1,25
1,000

0,002
0,010
0,0621
0,1020

0,01 x 10-2
0,10 x 10-2
3,01 x 10-2
1,001 x 10-2

Perhitungan dengan Angka Penting


a. Penjumlahan dan pengurangan
Bila angka-angka penting dijumlahkan atau dikurangkan, maka hasil
penjumlahan atau pengurangan tersebut memiliki ketelitian sama dengan ketelitian
angka-angka yang dijumlahkan atau dikurangkan, yang paling tidak teliti.
Contoh:
24,681
2,34

ketelitian hingga seperseribu


ketelitian hingga seperseratus

3,2 + ketelitian hingga sepersepuluh


30,221 Penulisan hasil yang benar

30,2 ketelitian hingga sepersepuluh.

Bila jawaban ditulis 30,22 ketelitiannya hingga seperseratus. Hal ini


menunjukkan hasil perhitungan lebih teliti dibanding hasil pengukuran, karena hasil
pengukuran yang dijumlahkan ada yang ketelitiannya hanya sampai sepersepuluh,
yaitu 3,2.
b. Perkalian dan pembagian
Bila angka-angka penting dibagi atau dikalikan, maka jumlah angka
penting pada hasil operasi pembagian atau perkalian tersebut paling banyak
44

sama dengan jumlah angka penting terkecil dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
Contoh:
3,22 cm x 2,1 cm = 6,762 cm2,

ditulis 6,8 cm2

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

c. Aturan pembulatan angka-angka penting


Untuk membulatkan angka-angka penting, ada beberapa aturan yang harus kita ikuti:

Angka kurang dari 5, dibulatkan ke bawah (ditiadakan)


Contoh: 12,74 dibulatkan menjadi 12,7

Angka lebih dari 5, dibulatkan ke atas


Contoh: 12,78 dibulatkan menjadi 12,8

Angka 5, dibulatkan ke atas bila angka sebelumnya ganjil dan ditiadakan bila
angka sebelumnya genap.
Contoh: 12,75 dibulatkan menjadi 12,8
12,65 dibulatkan menjadi 12,6

C.VEKTOR
Selain besaran pokok dan turunan, jenis besaran lain yaitu besaran vektor
dan skalar. Besaran vektor adalah besaran besaran yang memiliki nilai dan arah,
sedangkan besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja tidak
memiliki arah.
Contoh besaran vektor dan scalar

44

Besaran vector

Besaran scalar

Perpindahan

Jarak

Kecepatan

Kelajuan

Percepatan

Perlajuan

Gaya

Tekanan

Rapat arus listrik

Arus listrik

Medan listrik

Massa

Medan magnet

Usaha

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

a.PENULISAN NOTASI VEKTOR


Vektor dituliskan dengan symbol anak panah. Panjang anak panah menunjukkan nilai
vektor sedangkan tanda panah menyatakan arah vektor. Notasi vektor dituliskan dengan cara :
1.
2.

Ditulis dengan huruf tebal, contoh vektor A ditulis A


Ditulis dengan huruf yang diatasnya diberi tanda panah contoh

F, v

Contoh cara melukiskan A (dibaca vektor A)


Nilai vektor

Titik tangkap

arah vektor/ujung vektor

Vektor
Dua buah vektor dikatakan sama apabila nilai (panjang) dan arahnya sama

Contoh :
A

maka vektor A sama dengan vektor B

Tetapi apabila nilainya sama tetapi arahnya berlawanan maka kedua vektor itu
berlawanan.
Contoh :

Maka vektor A berlawanan dengan

atau A = - B (tanda (-) menunjukkan arah vektor


bukan nilai).

44
b.OPERASI VEKOTR

1.

Melukiskan Penjumlahan dan Pengurangan vektor.

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

vektor

Penjumlahan vektor tidak sama seperti penjumlahan bilangan biasa atau


penjumlahan besaran skalar karena arah vektor mempunyai pengaruh dalam
penjumlahan vektor. Nilai hasil penjumlahan vektor disebut resultan vektor. Ada
beberapa metode penjumlahan vektor tergantung pada arah dan kedudukan vektor.
Secara grafis penjumlahandua buah vektor dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Lukislah vektor pertama sesuai niali dan arahnya.
b. Letakkan titik tangkap vektor kedua doujung vektor pertama sesuai dengan
nilai dan arahnya.
Contoh :
1). Penjumlah dua atau tiga buah vektor yang terletak segaris.
diketahuai vektor A, B da C sebagai berikut :

2). Penjumlahan dan Pengurangan Vektor dalam satu bidang datar


Hasil penjumlahan dan pengurangan vektor disebut resultan vektor. Semisal kita
memiliki vektor sebagai berikut :

F3

44

F1
F2

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Untuk melukiskan penjumlahan sejumlah vektor diatas dapat digunakan dua


metode yaitu metode poligon dan metode jajaran genjang.
a. Metode Poligon
Secara grafis penjumlahan dan pengurangan dengan metode poligon adalah
sebagi berikut :

contoh

a. F1 + F2

c. F1 + F2 + F3
F2

F1

F2

F1
F1+F2

F3

b.. F1 - F2 =

F1 + F2 + F3

-F2

F1- F2

F1

Gambar1.11.

44

Penjumlahan dua vector atau lebih dengan cara poligon


b. Metode jajaran genjang
Cara melukiskan resultan vektor dengan metode jajaran genjang adalah
sebagai berikut :

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

1. Letakkan titik tangkap vektor 1 dan 2 pada satu titik sesuai nilai dan
arah masing masing vektor.
2. Tariklah garis dari ujung vektor satu sejajar dengan vektor yang lain dan
sebaliknya.
3. Tariklah garis dari titik pangkal kedua vektor sampai ke titik potong
garis sejajar vektor tersebut.
Contoh :

1). F1 + F2
F1
F1+F2

F2

2). F1 - F2
F1
F 1 F2
-F2

3). F1 + F2 + F3 F1

F1+F2

F2

44
(F1+F2)+F3

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

F3

Gambar1.12. Penjumlahan dua vector atau lebih dengan cara jajaran genjang
c. Menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor
a.

Penjumlahan dan pengurangan dua buah vektor yang membentuk sudut


tertentu

Dua vektor F1 dan F2 yang saling mengapit sudut seperti pada gambar maka
besar resultan kedua vektor tersebuta adalah :
F1

(180-)

F2

Gambar 1.13. Penjumlahan dua vector dengan aturan cosinus

F1 + F2 = R

Secara metematis nilai Resultan ( R ) diselesaikan dengan rumus aturan


cosinus sebagai berikut :

44

R 2 F12 F22 2 F1 F2 cos


R

F12 F22 2 F1 F2 cos

b. Arah Vektor Resultan


C

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

F1

(180-)

F2
Gambar1.14. arah resultan dua vector dengan aturan sinus

Perhatikanlah segitigaa ABC diatas, dengan menggunakan rumus aturan


sinus maka diperoleh rumusan sebagai berikut :

R
F
1
sin(180 - ) sin
R
F
1
sin sin
F sin
sin 1
R

; ingat sin (180 - ) sin

dimana adalah sudut yang menunjukkan arah Vektor Resultan


contoh :
dua buah gaya F1 dan F2 masing masing besarnya 50 N dan 30 N saling
mengapit sudut 600. tentukan arah dan resultan kedua vektor tersebut ?
diketahui :
F1 = 50 N
F2 = 30 N
= 600

44

Ditanya : R dan ?
Jawab :
R

F12 F22 2 F1 F2 cos

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

50 2 30 2 2 50 30cos 60

50 2 30 2 2 50 30 12

R 4900
R 70 N

arah vektor resultan adalah


F1 sin
R
F1 sin
sin
R
50 sin 60
sin
70
25 3
sin
0,618
70
38,20
sin

jadi resultanyaa 70 N ke arah 38,20 terhadap F2.


d. Menguraikan vektor dan perpaduan vektor
a. Menguraikan Vektor
Jika dua buah vektor atau lebih dapat diresultan menjadi satu buah vektor
resultan maka berlaku juga sebaliknya. Sebauh vektor dapat diuraikankembali
menjadi dua buah vektor yang disebut vektor komponen. Vektor dapat
diproueksikan pada sumbu koordinat X, Y atau kartesian. Uraian vektor pada
sumbu Y di sebut komponen Vektor sumbu Y demikian halnya dengan sumbu X,
vektor komponennya disebut komponen vektor sumbu X.
Perhatikanlah cara menguraikan sebauh vektor atau lebih pada sumbu X
dan sumbu Y berikut :

44
Fy

Pengukuran besaran fisika dan


vektor


Fx

Gambar1.15. penguraian sebuah vector pada bidang XY


Fx = komponen vektor F pada sumbu X
Fy = komponen vektor F pada sumbuY

= suduat antara F dan Fx

maka dapat diruliskan besar komponen vektornya adalah:


Fx = F. cos
Fy = F. sin
F

(Fx ) 2 (Fy ) 2

b. Perpaduan dua buah vektor atau lebih dengan analitis vektor.


Sejumlah vektor yang terletak membentuk sudut tertentu terhadap bidang horinsontal
(sumbu X) atau vertical (sumbu Y) akan lebih mudah jika seluruh vektor omponen
dijumlahkan pada sumbu masing masing dibanding dengan mengunakan cara grafis.
Metode ini dikenal dengan cara analitis. Untuk lebih jelasnya perhatikan langkah
langkah berikut :
1). Lukislah uraian vektor komponen X dan Y dari masing-masing vektor.
y

44

F2

F2y

F1y

F1

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

F2x

F1x

F3

Gambar1.16. Penjumlahan dua vector atau lebih pada sumbu X dan Y dengan
cara analisis
2). Carilah nilai vektor komponen X dan Y lalu masukan ke tabel beriut :
Vektor

Vektor

Vektor Komponen

Vektor Komponen

Sumbu X

Sumbu Y

Vektor Komponen

Vektor Komponen

Sumbu X

Sumbu Y

F1

F1x= F1cos =.

F1y= F1sin =.

F2

F2x= -F2cos =

F2y= F2sin =

F3

F3x= -F3cos 90 =.

F3x= -F3sin 90 =.

Fx=.

Fy=.

Tanda (-) menunjukkan sumbu X atau Y (-)

44

3). Hitunglah resultan dengan rumus berikut :

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Fy

untuk menentukan arah vektor resultan digunakan nilai tangen vektor


komponen X dan Y :

Tan

F
F

= sudut vektor resultan terhadap sumbu X


contoh
:

Tiga buah vektor F1, F2 dan F3 masing masing besarnya adalah 10 N, 20 N dan 5
N terletak seperti pada gambar 1.17. Tentukan resultan dan arah ketiga vektor
tersebut.
y

F2 = 30 N

F1 = 20 N

44
530

370
x

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

F3 = 10 N

Gambar 1.17.

jawab

F2y= F2 sin 530

F2

F1y = F1sin 37
F1
530

370

F2x=F2cos530

F1x=F1cos370

F3

Gambar 1.18.
Vektor komponen Gaya pada sumbu X dan Y adalah :

Vektor

44

Vektor Komponen

Vektor Komponen

Sumbu X

Sumbu Y

F1

20 cos 37 = 20.0.8 = 16 N

10 sin 37 = 10. 0,6 = 12 N

F2

- 30cos53 = 30.0,6 = -18N

30 sin 53 = 30.0,8 = 24 N

F3

-8 cos 90 = 0

-10 sin 90 = -10.1 = -10 N

Fx= - 2 N

Fy= 2 N

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

jadi resultan Vektornya adalah :


R

2 2 2 2

44

R2 2 N

sedangkan arah vektor komponennya adalah:


Tan

2
1
2

= 1350 terhadap sumbu X (+) atau 450 terhadap sumbu X (-).


Soal latihan
a. Sebuah gaya sebesar 20 N membentuk sudut 60 o terhadap sumbu x positif. Tentukan
vektor komponen sumbu x dan y.
b. Dua vektor kecepatan v1 dan v2 masing masing besarnya 20 ms -1 dan 30 ms-1
memiliki arah seperti pada gambar dibawah. Tentulah resultan vektor komponen
pada sumb x dan y
e.
y

v1

v2

30o

30o

a. tiga buah gaya F1, F2, dan F3 masing masing besarnya 20 N, 20 N dan 40 N
membntuk sudut masing-masing 45o, 135 dan 270 terhadap sumbu x positif.
Tentukan

44

i. vektor Komponen masing masing sumbu


ii. arah dan resultan ketiga vektor tersebu
2.

Besaran Vektor dan Skalar

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Evaluasi

TUGAS TERSTRUKTUR
No
1

Soal
Sebutkan nama alat dan fungsinya!
a.

b.

c.

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Jawaban

d.

e.

Apakah perbedaan besaran pokok dan besaran turunan?


Jelaskan!

44
3

Sebutkan besaran pokok dan turunan yang sering Anda temui


dalam kehidupan sehari-hari!

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Sebutkan satuan tidak baku yang masih digunakan di


sekitarmu dan jelaskan alasan satuan tersebut masih
digunakan!

Sebutkan beberapa instrumen pengukuran panjang!

Bagaimana cara Anda untuk menghindari kesalahankesalahan yang mungkin terjadi pada suatu pengukuran?
Jelasakan!

Bagaimana cara Anda agar memperoleh nilai ketidakpastian


yang lebih baik dengan menggunakan instrumen pengukuran
yang sama? Jelaskan!

Pada perlombaan lari cepat jarak pendek seorang pelari


menempuh jarak 100 m. Berapa jarak lari 100 m jika
dinyatakan dalam yard?

Anda mungkin sering mendengar, satuan panjang dengan feet


(kaki). Dapatkah feet (kaki) digunakan sebagai satuan besaran
pokok panjang dalam S.I. Beri penjelasan!

44

10

Tentukan dimensi besaran-besaran turunan berikut ini.


a. Massa jenis

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

b. Momentum
c. Energi kinetik
d. Energi potensial

11

Di antara besaran-besaran dalam fisika ternyata terdapat


beberapa besaran yang mempunyai lambang dimensi sama.
a. Tentukan besaran-besaran yang mempunyai lambang
dimensi yang sama!
b. Apa yang dapat Anda simpulkan dari besaran-besaran yang
mempunyai dimensi yang sama?

12

Selesaikan operasi matematik di bawah ini dengan


menggunakan aturan angka penting!
a. 15,12 + 1,2
b. 105 + 4,501
c. 24,15 5,2
d. 125 4,28
e. 1,26 x 4,3
f. 12,55 x 1,43
g. 14,27: 3,90

44

h. 1,25: 0,015

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

13

Tuliskan dengan aturan notasi ilmiah dan sebutkan orde


besarnya.
a. 1.250.000 m
b. 8.500.000 Hz
c. 0,0000250 F
d. 0,0000087 H

14

Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan 72 km/jam. Berapa


kecepatan mobil tersebut jika dinyatakan dalam m/s?

15

Massa jenis suatu fluida adalah 1,0 g/cm3. Jika dinyatakan


dalam kg/m3, berapakah nilai massa jenis fluida tersebut?

16

Pengukuran menggunakan jangka sorong pada skala utama


menunjuk angka 33 mm dan pada skala nonius menunjuk
angka 8. Berapakah hasil pengukurannya?

17

Hitunglah hasil pengukuran menggunakan mikrometer sekrup


jika skala utama menunjuk angka 7,5 mm dan skala nonius
menunjuk angka 18!

18

Volume zat cair dalam percobaan kimia biasanya diukur


dengan gelas ukur yang satuannya dalam cc (1 cc = 1 mL, 1
mL = 1 dm3). Berapa m3 terdapat dalam zat cair dengan

44

volume 2.000 cc?

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

19

Massa dua benda yang tarik-menarik berturut-turut adalah m 1


dan m2 dengan jarak r. Jika gaya yang terjadi sebesar

, tentukan satuan G!

20

Energi kinetik dari sebuah bola dinyatakan sebagai

atau

, dimana m adalah massa bola dan

v adalah laju. Hubungan ini dapat digunakan untuk


mendefinisikan momentum bola p. Gunakan analisis dimensi
untuk menentukan dimensi momentum!

DAFTAR PUSTAKA
Saripudin,aip dkk.2009.Praktis Belajar Fisika.Jakarta:Visindo media persada.
Widodo,tri.2009.Fisika untuk SMA.Jakarta: Mefi Caraka.

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

PENYELESAIAN TUGAS TERSTRUKTUR


1. A. Mistar. Berfungsi sebagai alat ukur panjang.
B. Meteran. Berfungsi sebagai alat ukur panjang.
C. Jangka sorong. Berfungsi sebagai alat ukur panjang.
D. Micrometer skrup. Berfungsi sebagai alat ukur panjang.
E. Timbangan. Berfungsi sebagai alat ukur massa.
2. Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran
yang lain. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok
yang lain. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan dari besaran
pokok. Satuan besaran turunan disebut satuan turunan dan diperoleh dengan
mengabungkan beberapa satuan besaran pokok.
3. Besaran pokok : panjang, massa, waktu dan suhu.
Besaran turunan : luas, volume, dan kecepatan.
4. Contoh satuan tidak baku yaitu kaki, lengan, jengkal tangan dll.
5. Pengukuran panjang : Pertama kita ambil benda yang akan di ukur, misalnya panjang
pena meenggunakan jangka sorong. Kita geser rahang sorongnya, kita letakkan pena
tersebut di antara apitan rahang sorong dengan rahang tetap. Lalu kita geser rahang
sorong tersebut untuk mengapit pena tersebut. Kita baca sekala yang di tunjukkannya.
6. Cara menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada suatu pengukuran
yaitu: Hasil pengukuran akan akurat jika kita mengukur dengan alat ukur yang tepat dan
peka. Penggunaan alat ukur yang tidak tepat dan tidak peka, maka pembacaan nilai pada
alat ukur yang tidak tepat akan memberi hasil pengukuran yang tidak akurat atau
mempunyai kesalahan yang besar.
7. Cara agar memperoleh nilai ketidakpastian yang lebih baik dengan menggunakan

44

instrumen pengukuran yang sama yaitu alat yang kita gunakan basih bagus sehingga
memperoleh nilai pengukurannya hamper mendekati ketepatan.
8. Penyelesaian:

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Berarti :
Sehingga:

9. Satuan panjang dengan feet (kaki) tidak dapatkah digunakan sebagai satuan besaran
pokok panjang dalam S.I. karena merupakan satuan besaran pokok tidak baku.
Sedangkan satuan pokok panjang dalam SI harus baku.
10. dimensi besaran-besaran turunan berikut ini.
a. Massa jenis : kg/M3
b. Momentum : kg.m/s
c. Energi kinetik : kg.m2/s2
d. Energi potensial : kg.m2/s2
11. a. Besaran-besaran yang mempunyai lambang dimensi yang sama yaitu luas lingkaran,
luas persegi panjang, luas persegi dan luas bola mempunyai rumus yang berbeda tetapi
besaran ini memiliki dimensi yang sama dan satuan yang sama.
b. Dapat disimpulkan bahwa walaupun luas lingkaran, luas persegi panjang, luas persegi
dan luas bola mempunyai rumus yang berbeda tetapi besaran ini memiliki dimensi yang
sama dan satuan yang sama, karenanya termasuk besaran fisika yang sejenis.
12. Operasi matematik di bawah ini dengan menggunakan aturan angka penting

44

a. 15,12 + 1,2 = 16,32


b. 105 + 4,501 = 109,50

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

c. 24,15 5,2 = 18, 95


d. 125 4,28 = 120,82
e. 1,26 x 4,3 = 5,42
f. 12,55 x 1,43 = 17,95
g. 14,27: 3,90 = 3,66
h. 1,25: 0,015 = 83,33
13. Dengan aturan notasi ilmiah dan sebutkan orde besarnya.
a. 1.250.000 m = 1,25 x 106 m
b. 8.500.000 Hz = 8,5 x 106 Hz
c. 0,0000250 F = 2,5 x 10-5 F
d. 0,0000087 H = 8,7 x 10-6 H

14.

15.

16. Pada skala utama menunjuk angka 33 mm


Pada skala nonius menunjuk angka 8 x 0,1 mm = 0,8 mm
Maka hasil pengukurannya adalah 33 mm + 0,8 mm = 33,8 mm

44

17. Pada skala utama menunjuk angka 7,5 mm


Pada skala nonius menunjuk angka 18 x 0,01 mm = 0,18 mm
Maka hasil pengukurannya adalah 7,5 mm + 0,18 mm = 7,68 mm

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

18. 2.000 cc = 2.000 dm3 = 2 m3


19.

Dimana,

F = kg.m/s2
m1 =m2 = kg
r=m

20.

44

Pengukuran besaran fisika dan


vektor

Anda mungkin juga menyukai