Anda di halaman 1dari 17

Metrologi Industri

Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Metrologi Industri
Yang Dibimbing Oleh Bapak Towip, S.Pd.,M.T.

Disusun oleh :
1. Eko Bayu Seno (K2520027)
2. Errysa Ayu Firdiyanti (K2520029)
3. Fauziyah Nur Latifah (K2520031)
4. Fikri Nur Ahmad Firjatullah (K2520033)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar

Puji Allah SWT atas kehadirannya, dan terimakasih atas nikmat dan
kebahagiaan yang dibawanya untuk kita semua. Dengan cara ini, kami berhasil
menyelesaikan laporan “Metrologi Industri" tanpa masalah. Kami membuat
laporan ini berdasarkan berbagai pendapat dan beberapa bantuan rekan kelompok
kami. Untuk ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang
telah membantu kami menyelesaikan pekerjaan laporan ini.

Atas tersusunnya makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak


Towip sebagai dosen mata kuliah Metrologi Industri yang telah memberikan peng
arahan kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Akhir kata semoga laporan
tugas membuat laporan ini..dapat..memberikan..manfaat besar..bagi..kita..semua.

Jakarta, 24 Maret 2021

Dosen Pengampu Penyusun

Towip S.Pd.,M.Pd.,MT Kelompok 4


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
D. Manfaat ................................................................................................
BAB II Pembahasan………………………………………………………...

A. Penjelasan Alat ukur………………………………….............................


B. Pengertian Metode Pengukuran……………………………………
C. Pengertian Metode Kalibrasi………………………………………

BAB III PENUTUP .........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengukuran merupakan bagian penting dalam metrologi. Pengukuran


sendiri mempunyai arti membandingkan suatu besaran yang belum diketahui
dengan suatu besaran standar. Dalam kehidupan sehari-hari, pengukuran
mempunyai peranan utama. Tanpa pengukuran yang pasti tentu akan terjadi
kekacauan. Hampir segala sesuatu dinyatakan dalam ukuran, suhu udara, tinggi
badan, dkk. Satuan pengukuran antar setiap wilayah juga harus disamakan
(kalibrasi) agar tidak terjadi kebingungan.

Kalibrasi pertama dilakukan pada zaman Firaun yang mengenalkan sistem


standar panjang sabit untuk mengukur benda-benda dalam membuat piramida.

1.2 Rumusan Masalah

Guna mempromosikan pembahasan artikel ini, penulis telah merumuskan


beberapa rumusan masalah sebagai acuan penulisan artikel ini. Rumusnya
meliputi:

1. Mendiskusikan tentang Alat


2. Mendiskusikan tentang Metode Pengukuran
3. Mendiskusikan tentang Metode Kalibrasi

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tentang alat alat ukur.


2. Untuk Memahami tentang bermacam-macam metode pengukuran.
3. Untuk memahami metode-metode Kalibrasi.

1.4 Metode Pengkajian


Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan beberapa cara untuk
memperoleh data sebagai bahan dalam pembuatan makalah ini, antara lain :

1. Menggunakan buku-buku terkait sebagai media literatur.


2. Melakukan Diskusi mengenai hal yang ingin diketahui
3. Pengalaman penulis setelah melakukan analisis dari artikel di Internet.
4. Melalui situs-situs yang berhubungan dengan topik pada makalah ini
BAB II

PEMBAHASAN

Alat Ukur

Metrologi adalah ilmu yang mempelajari masalah pengukuran.


Pengukuran di sini hanya yang berkaitan erat dengan perindustrian. Dalam bidang
perindustrian biasanya banyak melibatkan ilmu pengetahuan keteknikan.
Metrologi industri lebih mengkhususkan pada pengukuran geometris suatu produk
dengan cara dan alat yang tepat sehingga hasil pengukurannya mendekati
kebenaran dari keadaan yang sesungguhnya.

Ada beberapa istilah yang sering terkait dalam masalah pengukuran antara lain
yaitu:

1. Ketelitian (Accuracy)
2. Ketepatan (Precision)
3. Ukuran Dasar (Basic Size)
4. Toleransi ( Tolerance)
5. Harga batas (Limits)
6. Kelonggaran (Clearance)

Pengukuran yaitu membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.


Syarat dari besaran standar yaitu dapat didefinisikan secara fisik, jelas dan tidak
berubah terhadap waktu, dan dapat digunakan sebagai pembanding disemua
tempat.

Ada beberapa cara pengukuran yang bisa dilakukan untuk mengukur


geometris obyek ukur yaitu:

Pengukuran Langsung.

Proses pengukuran yang hasil pengukurannya dapat dibaca langsung dari alat ukur
yang digunakan disebut dengan pengukuran langsung. Misalnya mengukur
diameter poros dengan jangka sorong atau mikrometer.

Pengukuran Tak Langsung.


Bila dalam proses pengukuran tidak bisa digunakan satu alat ukur saja dan
tidak bisa dibaca langsung hasil pengukurannya maka pengukuran yang demikian
ini disebut dengan pengukuran tak langsung. Kadang-kadang untuk mengukur
satu benda ukur diperlukan dua atau tiga alat ukur, biasanya ada alat ukur standar,
alat ukur pembanding dan alat ukur pembantu. Misalnya mengukur ketirusan
poros dengan menggunakan senter sinus (sine center) yang harus dibantu dengan
jam ukur (dial indikator) dan blok ukur.

Pengukuran Dengan Kaliber Batas.

Kadang-kadang dalam proses pengukuran kita perlu melihat berapa besar


ukuran benda yang dibuat melainkan hanya untuk melihat apakah benda yang
dibuat masih dalam batas-batas toleransi tertentu. Misalnya saja mengukur
diameter lubang. Dengan menggunakan alat ukur jenis kaliber batas dapat
ditentukan apakah benda yang dibuat masuk dalam
kategori diterima (Go) atau masuk dalam kategori dibuang atau ditolak (No Go).
Dengan demikian sudah tentu alat yang digunakan untuk pengecekannya adalah
kaliber batas Go dan No Go. Pengukuran seperti ini disebut pengukuran dengan
kaliber batas. Keputusan yang diambil adalah: dimensi obyek ukur yang masih
dalam batas toleransi dianggap baik dan dipakai, sedang dimensi yang terletak di
luar batas toleransi dianggap jelek. Pengukuran cara ini tepat sekali untuk
pengukuran dalam jumlah banyak dan membutuhkan waktu yang cepat.

Pengukuran Dengan Bentuk Standar.

Pengukuran disini sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat


dengan bentuk standar yang memang digunakan untuk alat pembanding. Misalnya
kita akan mengecek sudut ulir atau roda gigi, mengecek sudut tirus dari poros
kronis, mengecek radius dan sebagainya. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur
proyeksi. Jadi, disini sifatnya tidak membaca besarnya ukuran tetapi
mencocokkan bentuk aja. Misalnya sudut ulir dicek dengan mal ulir atau alat
pengecek ulir lainnya.

Geometris obyek ukur mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi. Adanya
variasi bentuk dan ukuran inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai jenis alat
ukur dan jenis pengukuran. Untuk jenis pengukuran sudah dibicarakan di atas,
jenis alat ukur perlu juga dibicarakan yang dititik beratkan pada sifat alat ukur itu
sendiri maupun pada jenis benda yang diukur.

Menurut cara kerja dari alat ukur maka alat ukur dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: alat ukur mekanis, alat ukur elektris, alat ukur optis, alat ukur mekanis
optis dan alat ukur pneumatis. Ini semua sudah dibicarakan pada bagian pengubah
alat ukur.

Menurut sifat dari alat ukur maka alat ukur dapat dibedakan menjadi:

1. Alat ukur langsung, hasil pengukurannya dapat langsung dapat dibaca


pada skala ukurnya. Misalnya jangka sorong, mikrometer dan sebagainya.
2. Alat ukur pembanding, alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Dipakai sebagai pembanding alat ukur yang lain. Misalnya:
jam ukur (dial indicator), pembanding (comparator).
3. Alat ukur standar, alat ukur yang mempunyai harga ukuran tertentu.
Biasanya digunakan bersama-sama dengan alat ukur pembanding
misalnya: blok ukur (gauge block), batang ukur (length bar) dan master
ketinggian (height master).
4. Alat ukur batas, alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah
suatu dimensi obyek ukur masih terletak dalam batas-batas toleransi
ukuran. Misalnya: kaliber-kaliber batas Go dan No Go.
5. Alat ukur bantu, alat ukur yang sifatnya hanya sebagai pembantu dalam
proses pengukuran. Misalnya: dudukan mikrometer, penyangga/pemegang
jam ukur, dan sebagainya.
6. Menurut jenis dari benda yang akan diukur maka alat ukur dapat pula
diklasifikasikan menjadi:
7. Alat ukur linier, baik alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak
langsung. Misalnya : pengukuran panjang, ketinggian, diameter, ketebalan,
kedalaman, dll.
8. Alat ukur sudut atau kemiringan. Ada alat ukur sudut yang langsung
bisa dibaca skala sudutnya ada juga yang harus menggunakan perhitungan
secara matematika. Misalnya : pengukuran bidang miring, taper, sudut, dll.
9. Alat ukur kedataran. Misalnya : pengukuran straightness, levelling, dll
10. Alat ukur untuk mengukur profil atau bentuk. Misalnya : pengukuran
foam, contour cetakan, dll.
11. Alat ukur ulir. Misalnya : pengukuran pitch, diameter dalam, kedalaman
ulir, dll.
12. Alat ukur roda gigi. Misalnya : pengukuran modul roda gigi, tebal gigi,
diameter pitch, tebal gigi, dll.
13. Alat ukur mengecek kekasaran permukaan. Misalnya : pengukuran
flatness, surface roughness, dll.

Sumber kesalahan pada pengukuran bisa terjadi karena beberapa faktor,


yaitu benda kerja, cara dan metode, alat ukur tersebut, lingkungan, dan pengukur.

1. Benda kerja.
Yaitu kesalahan bentuk dan posisi, hasil akhir permukaan, penyimpangan
benda kerja.
2. Cara dan metode.
Yaitu mengabaikan ABBE principle, posisi benda kerja dan posisi
pengukuran.
3. Alat ukur tersebut.
Yaitu titik kontak pengukuran, kesalahan titik nol, kesalahan linear,
kesalahan pada setting gauge, keausan alat ukut, koefisien suhu alat ukur.
4. Lingkungan.
Yaitu temperatur, tekanan udara dan kelembaban, kebersihan, medan
magnet, getaran.
5. Pengukur.
Yaitu kesalahan mengukur, kesalahan membaca, kesalahan pengekleman.

Metode Pengukuran

Untuk dapat menghasilkan kualitas pengukuran yang benar, pada


pengukuran benda kerja tidak dapat dilakukan dengan satu cara pengukuran, hal
ini dikarenakan beragamnya bentuk benda kerja. Untuk memperoleh hasil
pengukuran yang baik dikenal empat metode pengukuran dalam Metrologi
Industri, yaitu :
1. Pengukuran Langsung,
yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur langsung
dimana hasil pengukuran dapat diperoleh secara langsung.
2. Pengukuran Tak Langsung,
yaitu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur
pembanding dan alat ukur standar, dimana hasil pengukuran tidak dapat
diperoleh secara langsung.
3. Pengukuran dengan Kaliber Batas,
yaitu pengukuran yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
dimensi suatu produk berada di dalam atau diluar daerah toleransi produk
tersebut
4. Membandingkan dengan Bentuk Standar,
yaitu pengukuran yang dilakukan dengan cara membandingkan bentuk
produk dengan bentuk standar dari produk tersebut. Pengukuran ini
dilakukan dengan menggunakan profil proyektor.

Pengambilan Data Pengukuran

Pengambilan data adalah bagian dari proses pengukuran yang menuntut


ketelitian atau kesaksamaan yang tinggi, karena kegiatan ini selalu dibayangi oleh
kemungkinan sulitnya pengulangan proses pengukuran jika data yang sudah
diperoleh mengalami kekeliruan. Kesulitan pengambilan data ulang antara lain
disebabkan oleh sudah berlalunya obyek pangukuran ke pos pengerjaan
berikutnya, sehingga menyulitkan pelacakan, dan berubahnya karakteristik elemen
pengukuran terhadap waktu, misalnya perubahan suhu atau perubahan
karakteristik alat ukur yang akan mengakibatkan berubahnya nilai ukur. Oleh
karena itu, proses pengambilan data sebaiknya dilakukan hanya pada satu
kesempatan sampai tuntas dan tanpa kekeliruan.

Dalam proses pengambilan data terdapat lima elemen yang terlibat yaitu;
Obyek ukur, Standar ukur, Ukur, Operator pengukuran, Lingkungan. Proses
pengukuran tidak dapat berlangsung dengan baik bila salah satu dari keempat
elemen yang pertama tidak ada. Faktor lingkungan selalu hadir pada setiap situasi.
Kelima elemen perlu dipahami agar kesalahan yang ditimbulkan oleh setiap
elemen dapat dipelajari. Proses pengukuran dilakukan si operator dengan
membandingkan benda ukur (obyek) dengan alat ukur (standar) yang sudah
diketahui nilai ukurnya (kalibrasi) dengan sarana ruang dan alat bantu ukur yang
memenuhipersyaratannya.

A. Obyek Ukur
Obyek ukur adalah komponen sistem pengukuran yang harus dicari
karakteristik dimensionalnya, misal panjang, jarak, diameter, sudut, kekasaran
permukaan dst, agar hasil ukurnya memberikan nilai yang aktual, maka sebelum
proses pengukuran dilakukan, obyek ukur harus dibersihkan dahulu dari debu,
minyak atau bahan lain yang menutup atau mengganggu permukaan yang akan
diukur.

B. Standar Ukur
Standar ukur adalah komponen sistem pengukuran yang dijadikan acuan
fisik pada proses pengukuran. Bagi pengukuran dimensional standar satuan
ukuran adalah standar panjang dan turunannya. Dalam proses pengukuran yang
baik menuntut standar ukur yang mempunyai akurasi yang memadai dan mampu
telusur ke standar nasional/internasional.

C. Alat Ukur

Alat ukur atau instrumen adalah komponen sistem pengukuran yang


berfungsi sebagai sarana pembanding antara obyek ukur dan standar ukur, agar
nilai obyek ukur dapat ditentukan secara kuantitatif dalam satuan standarnya. Ciri-
ciri dari alat ukur yang baik adalah yang memiliki kemampuan ulang yang ketat,
kepekaan yang tinggi, histerisis yang kecil dan linieritas yang memadai.

D. Operator pengukur

Operator pengukur adalah orang yang menjalankan tugas pengukuran


dimenisonal baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Seorang
operator hendaknya dibekali dengan; kemampuan membaca gambar kerja,
pengetahuan tentang sistem toleransi, kemampuan menjalankan alat/mesin ukur,
pengetahuan tentang statistika pengukuran dan teori ketidakpastian.

Tugas ini terdiri dari pos pekerjaan, diantaranya;


1) Pemeriksaan obyek ukur (dan gambar kerja),

2) Pemilihan alat-alat ukur (dan standar ukur),

3) Persiapan pengukuran (penjamin kebersihan, penyusunan sistem ukur,


pemeliharaan kondisi lingkungan dan lain-lain).

4) Perhitungan analisis kesalahan pengukuran dan pembuatan


interprestasi ketidakpastian pengukuran

5) Penyajian hasil pengukuran (dalam bentuk laporan pengukuran)

E. Lingkungan

Proses pengukuran dapat dilakukan dimana saja: diruang terbuka maupun


diruang ysng terkondisi. Pada ruang terkondisi khususnya pengukuran
dimensional tentunya akan menjamin hasil ukur lebih akurat,dengan persyaratan
yang dipersyaratkan bagi sebuah ruang untuk keperluan pengukuran/kalibrasi
dimensional adalah suhu 200C dan kelembaban relatif 50 %.

Metode Kalibrasi

Metode Kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan yang membentuk


hubungan antara nilai yang ditujukan oleh instrumen alat ukur atau sistem
pengukura, maupun nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai nilai yang
sudah diketahui yg berkaitan dr besaran yang di ukur dalam kondisi tertentu.

Nilai yang telah diketahui ini biasa merujuk kepada suatu nilai dr
kalibrator atau standar, yang harus memiliki akurasi yang lebih tinggi drpada alat
ukur yang di tes, (biasa disebut unit under tes UUT). Pengukuran ini sesuai
dengan tujuan dr kalibarasi itu sendiri yakni untuk mencapai keterlusuran
pengukuran yang di evaluasi dgn skema dgn analisa ketidakpastian.
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur dgn
rancangnya. kalibrasi biasanya dilakukan dgn membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun standar internasional dan bahan-bahan
acuan yang telah terverifikasi.

Fungsi kalibrasi

 Perangkat baru
 Suatu perangkat setiap waktu tertentu
 Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertent (jam operasi)
 Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan ataupun getaran yg
berpotensi mengubah kelibarasi Ketika hasil observasi dipertanyakan

Umumnya kalibrasi merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau


indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dgn besarat standar yang di
gunakan dlm akurasi tertentu.

Misalnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau


koreksi dapat ditentukan serta disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga
thermometer tersebut akan menunjukkan temperatur yg sebenarnya dlm celcius
pada titik-titik tertentu di skala.

Jenis – jenis Kalibrasi

A. Kalibrasi besaran dimensi dgn kemampuan ukur sampai resolusi 0,00001


mm untuk alat ukur panjang sprt gauge block, caliper, mikrometer, ring
gauge dll
B. Kalibrasi dengan besaran massa untuk alat ukur massa sampai kelas E2
seperti timbangan dan anak timbangan, dll
C. Kalibrasi besaran gaya untuk alat ukur gaya sampai kapasitas 1000kN sprt
proving ring, compression machine, torque meter, dan lain lain
D. Kalibrasi besaran tekanan untuk alat ukur tekanan sampai capacity 1200
bar sprt pressure gauge, dead weight tester, digital manometer, pressure
indicator, dll.
E. Kalibrasi dengan besaran temperatur/suhu untuk alat ukur suhu dari
(-)2000C sampai 17000C, sprt oven, termometer, termocouple, cold
storage, furnace dll.
F. Kalibrasi besaran listrik untuk alat – alat seperti volmeter, amperemeter,
ohmmeter, powermeter, capacitance meter, oscilloscope dll.
G. Kalibrasi besaran volume dan aliran untk alat ukur volume sprt peralatan
gelas laboratorium, ,micro syringe, flow meter cairan, dll.
H. Kalibrasi instrumentasi laboratorium sprt gas detector, pH meter,
conductivity meter, turbidity meter, sperctrophotometer UV – Vis, AAS,
GC, ICP, dll.
I. Kalibrasi untuk peralatan rumah sakit seperti ECG, tensimeter, bloog
warmer, incubator, defibrator, suction, ventilator, tread mill dll.
J. Kalibrasi atas alat ukur volumetrik yang terdiri atas :
⦁ kalibrasi atas peralatan alat ukur dinamis (meter prover dan flow meter)
⦁ kalibrasi alat ukur statis (tangki timbun).
BAB III

KESIMPULAN

Pengukuran yaitu membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.


Syarat dari besaran standar yaitu dapat didefinisikan secara fisik, jelas dan tidak
berubah terhadap waktu, dan dapat digunakan sebagai pembanding disemua
tempat.

Cara kerja dari alat ukur maka alat ukur dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: alat ukur mekanis, alat ukur elektris, alat ukur optis, alat ukur mekanis
optis dan alat ukur pneumatis. Ini semua sudah dibicarakan pada bagian pengubah
alat ukur.

Dengan bekal ilmu ini semoga kita semua dapat memiliki pemahaman
yang baik tentang apa itu Alat ukur, Metode Pengukuran, Metode Kalibrasi dan
bagaimana dalam proses pengukuran tersebut. Wawasan kita juga bisa lebih
terbuka sehingga kita bisa mulai mempelajari ide-ide di bidang teknologi
pengukuran, agar pemanfaatan teknologi pengukuran lebih maju dan bermanfaat
bagi masyarakat, serta meminimalisir cacat yang ada.
DAFTAR PUSAKA

https://bellarukmana.wordpress.com/2017/02/20/metrologi-industri-alat-
ukur/

https://slideplayer.info/slide/3033588/

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132302518/pendidikan/Modul+APF+1.pdf

Anda mungkin juga menyukai