Anda di halaman 1dari 30

Alat Ukur Panjang: Mistar, Jangka Sorong,

dan Mikrometer
anashir 3 years ago Fisika
Dalam Fisika tentu tidak terlepas dari kegiatan pengukuran. Kegiatan pengukuran
memerlukan alat ukur yang sesuai. Ketepatan hasil ukur salah satunya ditentukan oleh jenis
alat yang digunakan. Penggunaan suatu jenis alat ukur tertentu ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu: ketelitian hasil ukur yang diinginkan, ukuran besaran yang diukur, dan bentuk
benda yang akan diukur.

Mikrometer sekrup merupakan salah satu jenis alat ukur panjang


(Sumber: Wikimedia Commons, Lisensi: GFDL)
Penggaris/mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup merupakan contoh alat ukur
panjang. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda, sehingga Anda harus bisa
memilih alat ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan alat ukur yang kurang
tepat akan menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.
1. Mistar (Penggaris)

Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan. Alat ukur ini memiliki
skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar memiliki ketelitian pengukuran setengah dari skala
terkecilnya yaitu 0,5 mm. Pada saat melakukan pengukuran dengan mistar, arah pandangan
harus tegak lurus dengan dengan skala pada mistar dan benda yang diukur. Jika tidak tegak
lurus maka akan menyebabkan kesalahan dalam pengukurannya, bisa lebih besar atau lebih
kecil dari ukuran aslinya.

Contoh:
2. Jangka Sorong

Jangka sorong juga merupakan alat pengukur panjang dan biasa digunakan untuk mengukur
diameter suatu benda. Penemu jangka sorong adalah seorang ahli teknik berkebangsaan
Prancis, Pierre Vernier. Jangka sorong terdiri dari dua bagian, yaitu rahang tetap dan geser
(sorong). Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap adalah skala utama, sedangkan skala
pendek pada rahang geser adalah skala nonius atau vernier, diambil dari nama penemunya.
Skala utama memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius memiliki panjang 9
mm dan dibagi 10 skala. Sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama
adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01
cm.

Contoh:
Gambar (a) menunjukkan bagian-bagian dari jangka sorong dan gambar (b) menunjukkan
skala jangka sorong.
Panjang benda diukur dengan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar (b). Pada gambar di
atas skala utama (sku) 62 skala dan skala nonius (skn) 4 skala. Sehingga dapat diketahui
panjang benda yang diukur dengan cara berikut:

Panjang benda = sku . 1 mm + skn . 0,1 mm


= 62 . 1 mm + 4 . 0,1 mm
= 62 mm + 0,4 mm
= 62,4 mm

3. Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur benda-benda yang tipis, seperti tebal
kertas dan diameter rambut. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu selubung (poros
tetap) dan selubung luar (poros ulir). Skala panjang pada poros tetap merupakan skala utama,
sedangkan pada poros ulir merupakan skala nonius. Skala utama mikrometer sekrup
mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu
bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer
sekrup memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari dua alat yang telah disebutkan sebelumnya,
yaitu 0,01 mm.

Contoh:
Pada mikrometer sekrup di atas, ditunjukkan bahwa sku = 9 skala dan skn = 43 skala, maka
panjang benda yang diukur dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Panjang benda = (sku . 0,5 + skn . 0,01) mm


= (9 . 0,5 + 43 . 0,01) mm
= (4,5 + 0,43) mm
= 4,93 mm

Nah, itulah tiga buah alat ukur panjang beserta cara menggunakannya. Jika ada yang
ditanyakan silakan ditanyakan melalui alamat email edukasi@anashir.com. Artikel diringkas
dari buku-buku BSE yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kemdikbud dan dapat diunduh
secara gratis di BSE Kemdikbud.

Daftar Pustaka:
1. Handayani, Sri., Damari, Ari. 2009. Fisika untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
2. Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
3. Widodo, Tri. 2009. FISIKA untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

http://edu.anashir.com/2013/11/alat-ukur-panjang-mistar-jangka-sorong.html
umi13sahrun
Smile! You’re at the best WordPress.com site ever

kumpulan jurnal praktikum fisika


JURNAL PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
“PENGUKURAN DASAR”

Oleh:
Atik Dian Widiastuti (1318101301024)
Umi Sahrun Ni’mah (131810301029)
Fitri Sulistiyowati (131810301043)
Riski Diah Kusumaningrum(1318103010 )

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu fisika‚ pengukuran dan besaran merupakan suatu hal yang sifatnya sangat mendasar.
Kegiatan mengukur merupakan suatu syarat atau hal yang sangat penting dilakukan dalam
mempelajari fenomena-fenomena yang terjadi. Di ala mini memiliki beberapa hal yang
berpengaruh pada sifat-sifat fisis dalam fenomena berkembang dengan adanya penemuan-
penemuan baru. Di dalam penemuan-penemuan itu terdapat dasar yaitu pengukuran.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai
patokan(Suyadi, 2011).
Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap
besaran fisis harus melalui pengukuran. Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan
dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
Namun bagaimanapun juga ketika kita mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan
instrumen, tidaklah mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat
ketidakpastian.Pengukuran dilakukan dengan suatu alat ukur,dan setiap alat ukur memiliki
nilai skala terkecil(nst).Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang atau busur atau angka
digital.Pada skala terdapat goresan dan goresan kecil sebagai pembagi,dibubuhi nilai
tertentu.Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir objek yang diukur tidak
tajam.Nilai skala sesuai dengan jarak terkecil itu disebut nst alat ukur
tersebut(Swastikaningrum, 2013).
Pentingnya besaran dalam pengukuran‚ maka dilakukan suatu kegiatan praktikum untuk lebih
memahami dasar-dasar dalam pengukuran. Dalam melakukan pengukuran‚ seseorang di
tuntut untuk memiliki sifat ilmiah. Seperti mengikuti aturan-aturan yang berhubungan atau
berkaitan dengan pengukuran suatu variabel fisis. Dan ada beberapa faktor yang harus diper
hatikan dalm pengukuran yaitu metode pengukuran‚ keadaan lingkungan‚ kondisi alat‚
sampai analisa data hasil pengukuran serta simpulan dari hasil pengukuran(Wibowo, 2012).

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada percobaan pengukuran adalah
Bagaimana menghitung ralat nst yang diperoleh dari perhitungan langsung?
Bagaimana menghitung ralat standart deviasi yang diperoleh dari perhitungan langsung?
Bagaimana perbandingan perhitungan ralat nst dan ralat standart deviasi?

Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan pengukuran adalah
Mampu melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan ralat nst
Mampu melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan ralat standart deviasi
Mampu membandingkan perhitungan menggunakan ralat nst dengan ralat standart deviasi

Manfaat
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal pengukuran. Kita bisa
menerapkannya dalam bidang pembangunan dan properti terutama dalam ketelitian membuat
sesuatu. Dengan kita mengenal alat ukur secara detail dan jelas, maka dengan mudah kita bisa
menentukan berapa ukuran dari sebuah benda yang akan dibuat. Seperti dalam pembuatan
rumah, almari, meja dan yang lain-lain itu membutuhkan pengukuran dan ketelitian.
Sehingga sangat bermanfaat bagi kita.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Ilmu fisika dilandasi oleh pengukuran besaran. Dimana dasar pengukuran tersebut digunakan
untuk mengetahui jari-jari atom‚massa bumi‚ jarak bumi ke matahari‚ dan sebagainya dalam
segala aspek kehidupan. terkait dengan pengukuran itu‚ berkembang juga alat ukur yang
berarti juga berkembangnya teknologi. Telah disebutkan bahwa pengukuran berarti
membandingkan nilai besaran itu dengan satuan. Satuan merupakan ukuran perbandingan
yang telah disepakati(SI). Tujuan setiap orang ketika mengukur adalah untuk medapatkan
hasil berupa nilai ukur yang tepat. namun‚ awal mulanya tujuan itu tidak pernah benar dan
tercapai‚ karena alat ukur yang digunakan dulu memiliki tingkat ketelitian yang terbatas. Hal
yang dapat dicapai adalah untuk memperoleh hasil ukur yang boleh jadi benar (Priyambodo‚
2009).
Kebanyakan pengukuran yang dilakukan di laboratorium disederhanakan sedemikian rupa
sehingga pada dasarnya merupakan pengukuran dengan jarak. Dengan pengukuran yang
menggunakan besaran akan kita peroleh besaran yang diinginkan (Alonso‚ 2007)
Dalam pengukuran diperlukan alat ukur seperti mistar‚ jangka sorong‚ dan micrometer .
Mistar sudah sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya cara pemakaian nya
sudah dipahami sedangkan jangka sorong dan micrometer biasanya hanya di laboratorium.
Lebih jelasnya‚ gambar jangka sorong sebagai berikut:
Berikut ini adalah tahapan cara menggunakan jangka sorong :

1. Kendorkan sekrup penjepit


2. Geser rahang geser sedikit lebih lebar dari benda yang akan diukur jika kita ingin
mengukur bagian luar dari benda, atau geser rahang dalam sedikit lebih sempit dari benda
yang akan diukur jika kita ingin mengukur bagian dalam suatu benda.
3. Geser rahang geser menuju ke rahang tetap sehingga benda yang diukur tidak dapat
bergerak, pastikan tidak menekan terlalu kuat karena hal ini akan mempengaruhi hasil
pengukuran.
4. Kencangkan sekrup penjepit
5. Baca skala yang didapatkan dari hasil pengukuran.
(Yulianti, 1997).
Mikrometer adalah alat ukur panjang‚ ketebalan atau diameter luar benda-benda yang relative
lebih kecildenagn cara pemutaran alat itu di salah satu bagiannya. Alat ini digunakan untuk
mengukur panjang‚ lebar‚ diameter luar dan tinggi.

Gambar: Mikrometer sekrup

Cara menggunakan mikrometer sekrup adalah sebagai berikut:


Benda atau plat tipis yang akan diukur ketebalannya diletakkan di antara landasan dan
sumbu. Kemudian gagang pemutar kita atur sehingga plat tersebut terjepit dengan kuat, baru
kita tarik kunci ke arah kiri agar tidak terjadi pergeseran lagi (mengunci).
Untuk menentukan besarnya pengukuran maka pembacaan skala kita lakukan dengan
membaca skala tetap terlebih dahulu, dengan satuan milimeter, yaitu garis skala tetap yang
tepat berada di depan gagang pemutar.
(Yulianti, 1997).

BAB 3 METODE PERCOBAAN


Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pengukuran adalah
Mikrometer digunakan untuk mengukur panjang, tebal dan diameter luar dari sebuah benda
yang berukuran relatif kecil.
Jangka sorong digunakan sebagai alat ukur dari besaran panjang dengan cukup teliti.
Amperemeter digunakan untuk mengukur kuat arus yang mengalir dalam rangkaian tertutup.
Voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan dalam sebuah rangkaian tertutup.
Neraca digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran massa.
Stopwatch digunakan sebagai alat pengukur waktu.
Termometer digunakan untuk mengukur perubahan suhu.
Mistar digunakan untuk mengukur panjang,lebar, dan tinggi.
Balok logam digunakan sebagai bahan praktikum yang akan diukur.
Bola besi kecil digunakan sebagai bahan untuk pengukuran diameter luar dan diameter
dalam.

Design
Jangka Sorong

Gambar 3.1 Jangka Sorong


(Purwandari, 2013)

Mikrometer

Gambar 3.2 Mikrometer


(Purwandari, 2013)
Amperemeter

Gambar 3.3 Amperemeter


(Purwandari, 2013)
Voltmeter

Gambar 3.4 Voltmeter


(Purwandari, 2013)
Stopwatch

Gambar 3.5 Stopwatch


(Purwandari, 2013)

Mistar

Gambar 3.6 Mistar


(Artoto, 2007)
Neraca pegas
Gambar 3.7 Neraca Pegas
(Purwandari, 2013)
Termometer

Gambar 3.8 Termometer


(Artoto, 2007)
Balok logam

Gambar 3.9 Balok logam


(Artoto, 2007)

Bola besi kecil

Gambar 3.10 Bola besi


(Artoto, 2007)

Langkah Kerja
Adapun langkah kerja pada percobaan pengukuran adalah
Menentukan nilai skala terkecil (nst) dan kesalahan titik nol
Diambil jangka sorong lalu tentukan nstnya, kemudian dicatat apabila sklanya tidak
menunjukkan titik nol saat jangka sorong belum digunakan.
Diambil mikrometer lalu tentukan nstnya, kemudian dicaat apabila skalanya tidak
menunjukkan angka nol saat mikrometer belum digunakan.
Amperemeter diambil dan ditentukan nstnya, kemudaian dicatat apabila jarum tidak
menunjukkan titik nol saat tidak ada arus.
Voltmeter diambil lalu ditentukan nstnya, kemudian dicatat apabila jarum tidak menunjukkan
titik nol saat tidak ada tegangan
Termometer diambil kemudian tentukan nstnya.
Neraca diambil lalu tentukan nstnya, kemudian dicatat apabila skalanya tidak menunjukkan
titik nol saat pegas belum terbebani.
Stopwatch diambil kemudian tentukan nstnya.
Mistar diambil kemudian tentukan nstnya.

Pengukuran langsung dengan menggunakan nilai skala terkecil.


(catatan: hanya dilakukan percobaan 1 kali)
Jangka sorong digunaka untuk mengukur diameter dalam dan diameter luar sebuah cincin.
Mikrometer digunakan untuk mengukur diameter luar sebuah bola besi kecil.
Amperemeter dan voltmeter dihubungkan dalam sebuah rangkaian tertutup, kemudian dicatat
besar arus dan besar tegangan yang muncul.
Diberikan besar arus dan besar tegangan yang muncul.
Panjang, lebar dan tinggi balok diukur dengan menggunakan mistar panjang.
Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter kemudian dihitung waktunya dengan menggunakan
stopwatch.

Pengukuran langsung dengan menggunakan standart deviasi.


(catatan: semua percobaan diulang sebanyak 3 kali)
Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dan diameter dalam sebuah cincin.
Mikrometer digunakan untuk mengukr diameter luar dari sebuah bola besi kecil.
Amperemeter dan voltmeter dihubungkan dalam sebuah rangkaian tertutup, kemudian dicatat
besar arus dan besar tegangan yang muncul.
Diberikan beban pada neraca kemudian dicatat nilai skalanya.
Panjang, lebar dan tinggi balok diukur dengan menggunakan mistar panjang.
Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter kemudian dihitung waktunya dengan menggunakan
stopwatch.

Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nilai skala terkecil


(catatan: dilakukan 1 kali percobaan)
Pengukuran dilakukan kembali untuk menentukan panjang, lebar, dan tinggi balok tersedia
menggunakan mistar kemudian massa balok ditimbang.
Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter kemudian diulangi untuk jarak 2,5 meter, 3 meter, dan
3,5 meter dengan menggunakan stopwatch, lalu dicatat masing-masing waktunya.

Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan standart deviasi.


(catatan: dilakukan dengan 3 kali percobaan)
Pengukuran dilakukan kembali untuk menentukan panjang, lebar, dan tinggi balok tersedia
menggunakan mistar kemudian massa balok ditimbang.
Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter kemudian diulangi untuk jarak 2,5 meter, 3 meter, dan
3,5 meter dengan menggunakan stopwatch, lalu dicatat masing-masing waktunya.

Pengukuran tidak langsung menggunakan nilai skala terkecil dan standart deviasi.
Panjang, lebar, dan tinggi balok diukur menggunakan mistar dan standart deviasi kemudian
ditimbang massa balok menggunakan nst.
Berjalan dari A ke B sejauh 2,0 meter, jarak 2,5 meter, 3 meter, dan 3,5 meter dengan
menggunakan stopwatch, kemudian pengukuran jarak menggunakan nst dan perhitungan
menggunakan standart deviasi.

Analisis Data
Adapun analisis data pada percobaan pengukuran adalah
Nilai Skala Terkecil (nst)
∆x= 1/2 x nst
Bila hasil ukur menggunakan pengukuran tidak langsung
∆z=(dz/dx)(∆x)+ (dz/dy)(∆y)
Ralat asal standart deviasi
∆z=√((dz/dx)^2 (∆x)^2+ (dz/dy)^2 〖(∆y)〗^2 )
Dimana
∆x=√(〖Σ(Xi-X rata)〗^2/(n-1))
∆y=√(〖Σ(yi-y rata)〗^2/(n-1))
Ralat asal gabungan
∆z=√(〖(dz/dx)〗^2 (〖0.68 ∆x)〗^2+(dz/dy)^2 〖(∆y)〗^2 )
Dimana
Δx=1/2 nst
Δy=√(〖Σ(yi-y rata)〗^2/(n-1))

DAFTAR PUSTAKA
Suyadi. (2011). Deforestation in Bukit Barisan Selatan Natinal Park,Sumatra,Indonesia.
Jurnal Biologi Indonesia, 7(2).
Swastikaningrum, H. (2013). Keanekaragaman Jenis Burung pada Berbagai Tipe
Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong,Perbatasan Surabaya-Gresik. Jurnal
Ilmiah Biologi, 1, 1–13.
Wibowo, P. h. (2012). Pengaruh Pengunaan Modul Hasil Penelitian Bentos pada Pokok
Bahasan Pencemaran Lingkungan terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa kelas X SMA
Negeri 1 Mojolaban Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi.

https://umi13sahrun.wordpress.com/2014/05/30/kumpulan-jurnal-praktikum-fisika/
7
membantu peserta didik menguasai tujuan
belajar yang spesifik.
b. Karakteristik Modul
Menurut Vembriarto (1975, 15-20)
untuk menghasilkan modul yang mampu
meningkatkan motivasi belajar, pengembangan
modul harus memperhatikan karakteristik yang
diperlukan sebagai modul.
1) Self Instruction
Merupakan karakteristik penting dalam
modul, dengan karakter tersebut
memungkinkan seseorang belajar secara
mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.
Untuk memenuhi karakter self instruction,
maka modul harus:
a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas,
dan dapat menggambarkan pencapaian
Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas
dalam unit-unit kegiatan yang
kecil/spesifik, sehingga memudahkan
dipelajari secara tuntas;
c. Ciri-ciri Modul
Menurut Vembrianto dalam Made Wena
(2009:232) ciri-ciri modul, yaitu:
1) Modul merupakan paket pembelajaran yang
bersifat self-instruction.
2) Pengakuan adanya perbedaan individual
belajar.
3) Membuat rumusan tujuan pembelajaran
secara eksplisit.
d. Sifat Modul
Memperhatikan pengertian modul diatas,
maka dapat disimpulkan sifat-sifat modul
sebagai berikut :
1) Modul merupakan unit pengajaran terkecil
dan lengkap.
2) Modul memuat rangkaian kegiatan belajar
yang direncanakan dan sistematis.
3) Modul memuat tujuan belajar yang
dirumuskan secara jelas dan spesifik
(khusus).
6. Peranan Guru Dalam Pengajaran
Modul
Peranan guru dalam pengajaran modul
berbeda dengan peranannya dalam pengajaran
tradisional. Dalam pengajaran tradisional guru
lebih banyak berperan sebagai pemberi
informasi ilmu pengetahuandengan cara
menerangkan atau memperagakan. Akan tetapi
dalam pengajaran modul guru berperan sebagai
organisator sehingga memungkainkan para
siswa lebih banyak dan semakin aktif belajar
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
7. Alat Ukur Presisi
Pengukuran adalah membandingkan
sesuatu dengan besaran standar (Sudji Munadi,
1988:61). Pengukuran dalam arti yang luas
adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran standar (Taufik Rochim dan
Soetarto,1980:90). Alat yang digunakan
sebagai pembanding disebut alat ukur (Taufik
Rochim dan Soetarto,1980: 92).
A.

Teori Umum
Pengukuran dalam ilmu fisika merupakan aspek penting mengingat
suatu “hukum” dapat diberlakukan kalau telah terbukti secara eksperimental,
dan eksperimental tidak dapat dipisahkan dari pengukuran. Ketepatan pengukuran juga
merupakan bagian penting dari fisika. Tidak pengukuran yang presisi secara mutlak, tedapat
ketidakpastian sehubungan dengann setiap pengukuran (Universitas Hasanuddin, 2011).
Pengukuran dalam arti luas adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.
Besaran standar tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Doerwanto: 2008): 1.

Dapat didefinisikan secara fisik 2.

Jelas dan tidak berubah dengan waktu 3.

Dapat digunakan sebagai pembanding, di mana saja di dunia ini Besaran fisika yang umum
dan sering dipakai adalah panjang, massa, waktu, gaya, kecepatan, kerapatan (dansitas),
resishvitas, temperatur, itensitas cahaya (Gabriel,1996). Pada tahun 1971, secara internasional
konfrensi umum mengenai Barat dan ukuran dan menetapkan 7 besaran sebagai dasar.
Besaran tersebut merupakan asar bagi satuan Sistem Internasional, di singkat SI (
Mediarman, 2005).
MAKALAH MISTAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam fisika terdapat dua jenis besaran fisika yaitu besaran pokok dan besaran turunan, untuk
menghitung besaran-besaran tersebut dibutuhkan alat ukur yang valid dan benar dengan
dibutuhkan cara pengukuran yang benar pula, seringkali kita mendapatkan kesulitan untuk
mengetahui panjang dari suatu benda diantaranya pita, kayu, panjang tanag dan lain sebagainya,
untuk memudahkan untuk mengetahui panjang dari masing-masing benda tadi kita memerlukan alat
ukur panjang yaitu mistar ataupun meteran, kedua alat ini tepat digunakan untuk mengukur panjang
bukan untuk mengukur besaran yang lain.

Lantas untuk mengetahui lebih dalam tentang mistar dan meteran ini kita seharusnya mampu
menjelaskan definisi dan fungsi dari mistar dan meteran, untuk menjelaskan prinsip kerja dan
pemanfaatan dalam pembelajaran fisika, untuk mengetahui cara pengukuran sesuai prosedur,
membaca hasil ukur, dan menuliskan hasil pengukuran, Dapat melakukan kalibrasi alat ukur.

Alat ukur merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui nilai dari suatu besaran, alat ukur
tertentu digunakan untuk menghitung besaran tertentu pula, tidak bisa digunakan secara acak
untuk semua alat ukur, terdapat berbagai alat ukur ada dalam kehidupan sehari-hari kita misalnya
mistar dan meteran untuk mengukur niali panjang, neraca untuk menghitung berat, thermometer
digunakan untuk menghitung suhu dan lain sebagainya

Masing-masing lat ukur memiliki ketelitian yang berbeda beda dengan ketidakpastian yang berbeda-
beda pula, misalnya untuk mistar ketelitiannya 1mm, dan ketidakpastiannya 0,5 mm,

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah

1. Bagaimana definisi dan fungsi dari mistar dan meteran


2. Bagaimana prinsip kerja dan pemanfaatan dalam pembelajaran fisika

3. Bagaimana cara pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur dan menuliskan hasil pengukuran

4. Bagaimana cara melakukan kalibrasi alat ukur

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk menjelaskan definisi dan fungsi dari mistar dan meteran


2. Untuk menjelaskan prinsip kerja dan pemanfaatan dalam pembelajaran fisika
3. Untuk mengetahui cara pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur dan menuliskan hasil
pengukuran
4. Untuk dapat melakukan kalibrasi alat ukur.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi dan Fungsi dari mistar dan meteran
Mistar dan meteran merupakan alat ukur yang digunkan untuk mengukur besaran panjang. Jenis-
jenis mistar diantaranya
1. Penggaris
Penggaris merupakan alat ukur panjang dan alat bantu gambar untuk menggambar garis lurus. Alat
ukur yang satu ini banyak sekali digunakan secara universal, baik untuk keperluan pengukuran atau
hal lainnya, Pada umumnya, mistar memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar mempunyai
ketelitian pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar.
Ada berbagai macam penggaris, dari mulai yang lurus sampai yang berbentuk segitiga (biasanya
segitiga siku-siku sama kaki dan segitiga siku-siku 30 ° -60 °). Dibawah ini merupakan gambar dari
bentuk dan jenis dari penggaris yang sering kita temui:

Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam, kayu


Dibawah ini gambar penggaris yang terbuat dari a. Plastik, b. Kayu dan c. Logam
a.

b.
c.

Penggaris bentuknya sejajar digunakan untuk menggaris baris, tetapi biasanya penggaris juga berisi
garis dikalibrasi untuk mengukur jarak. Unit pengukuran pada alat ini adalah inch, milimeter, dan
centimeter Didalam penggaris terdapat bagian-bagian yang menunjang penggaris diantaranya
a. Satuan millimeter
b. Satuan inci
c. Satuan centimeter

2. Mistar gulung
Meteran gulung atau Rollmeter merupakan alat ukur panjang yang dapat digulung, dengan panjang
25 – 50 meter. Ketelitian pengukuran dengan rollmeter 0,5 mm. Meteran ini biasanya dibuat dari
plastik atau pelat besi tipis
Mistar berbentuk rol adalah alat ukur besaran panjang yang bisa digulung,. fungsi dari mistar ini
berbentuk roll agar dapat memudahkan penggunanya dalam menyimpan dan membawa mistar
ini,dan yang sering menggunakan adalah para tukang bangunan karena lebih praktis dapat dibawa
kemana-manaMeteran ini dipakai oleh tukang bangunan atau pengukur lebar jalan dan untuk
mengukur suatu benda yang sangat panjang (lebih dari 5 meter),

Bagian-bagian yang terdapat pada meteran sama halnya dengan yang di penggaris yaitu diantaranya
a. Satuan millimeter
b. Satuan inci
c. Satuan centimeter

3. Mistar pita
Mistar pita adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, hanya saja bentuknya
yang berbentuk pita, fungsi dibuatnya mistar berbentuk pita adalah agar memudahkan mengukur
diameter suatu benda yang ukurannya besar. Mistar berebntuk pita ini sering digunkan oleh tukang
jahit pakaian, untuk mengukur diameter lingkaran lengan maupun pinggang manusia. Mistar pita ini
memiliki panjang tidak kurang dari 2 m. Bahan yang sering digunakan untuk mistar pita ini adalah
karet dengan warna yang berfariasi

Bagian yang ada didalam mistar pita ini diantaranya adalah


a. Skala centimeter
b. Skala millimeter
c. Skala inci
Dibawah ini terdapat gambar mistar untuk mempermudah kita mengetahui komponen yang
terdapat pada mistar pita ini

4. Mistar lipat
Selain yang bisa digulung dan berbentuk pita, ada juga mistar yang bisa dilipat atau sering disebut
sebagai mistar lipat. Mistar lipat ini ditemukan oleh Anton Ullrich pada 1851. Mistar lipat ini
digunakan oleh tukang kayu, akan tetapi sekarang mistar seperti itu jarang ditemukan karena sudah
ada mistar rol yang lebih praktis.mistar ini memiliki fungsi mengukur panjang suatu benda, sama
seperti fungsi mistar pada umumnya.

Bahan dari mistar lipat ada yang terbuat dari kayu dan ada pula yang terbuat dari logam, untuk
mistar yang terbuat dari kayu tentu saja cepat rusak jika dibandingkan dengan mistar rol yang
terbuat dari logam (aluminium). Dibawah ini terdapat gambar mengenai mistar lipat kayu dan
logam.

Gambar mistar lipat dari logam


Mistar lipar dari kayu

Mistar lipat dari plastik

B. Prinsip kerja pada mistar


Mistar atau penggaris pada umumnya memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm sama dengan jarak
antara dua goresan terdekat. Oleh karena itu, banyak yang menuliskan ketidakpastian (Δx) pada
penggaris dengan ½ skala terkecilnya. Cara penggunaan mistar adalah sebagai berikut:

a. Impitkan skala nol pada mistar dengan salah satu ujung benda yang akan diukur.
b. Lihat posisi ujung lain benda tersebut. Baca skala mistar yang berimpit dengan ujung lain benda.
c. Secara umum akan teramati ujung benda tidak tepat berimpit dengan salah satu skala millimeter
pada mistar. Oleh karena itu laporan pengukuran adalah nilai terbaca ± ketidakpastian pengukuran
(x ± Δx).
Pemanfaatan mistar maupun meteran pada pembelajaran fisika adalah menunjang dalam
melakukan pengukuran baik pada pembelajaran sehari-hari ataupun pada saat praktikum di lab
fisiska, mistar dan meteran memudahkan kita saat mengukur panjang suatu benda, lebar suatu
benda atau bahkan memudahkan kita saat mencari luas suatu benda atupun volume suatu benda
ataupun dan dalam hal yang lain, selain itu pengajarpun dimudahkan dengan adanya mistar dan
meteran, dan siswapun merasa terbantu juga

C. Pengukuran Sesuai Prosedur, Membaca Hasil Ukur dan Menuliskan Hasil Pengukuran

Pembacaan skala pada mistar dilakukan dengan kedudukan mata pengamat tegak lurus dengan skala
mistar yang dibaca. Jika kedudukan mata pengamat tidak tegak lurus dengan skala mistar yang
dibaca bisa menyebabkan terjadinya kesalahan paralaks. Dibawah ini terlihat bagaimana posisi mata
kita saat membaca skala
Ketelitian hasil pengukuran ditentukan oleh beberapa hal diantaranya yaitu: kondisi alat ukur, cara
penggunaan dan pembacan skala alat ukur, serta kondisi lingkungan tempat pengukuran
dilangsungkan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat dapat dilakukan langkah-langkah
menghindari kesalahan dalam pengukuran. Langkah-langkah itu diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Memilih alat ukur yang lebih peka


Misalnya untuk mendapatkan hasil pengukuran panjang lingkar lengan, hendaknya kita
menggunakan mistar pita, bukan malah menggunakan penggaris ataupun rollmeter

b. Melakukan kalibrasi terhadap alat ukur sebelum digunakan


Kalibrasi biasa digunakan pada badan meteorology dan geofisika. Misalnya untuk timbangan yang
sudah cukup lama digunakan, perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi adalah peneraan kembali nilai-nilai
skala pada alat ukur. Proses kalibrasi dapat juga dilakukan dalam lingkup yang kecil yaitu pada
pengambilan data eksperimen di laboratorium. Sering sekali alat ukur yang digunakan memiliki
perbedaan. Misalnya pada penggaris, kadang kita temui penggaris yang panjangnya berbeda, nilai
panjang 1 cm ataupun 1 mm dari penggaris satu dengan yang lain kadang mengalami perbedaan, hal
ini perlu kita lakukan kalibrasi agar panjangnya sama.

c. Melakukan pengamatan dengan posisi yang tepat


Lingkungan tempat pengukuran dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Misalnya banyaknya cahaya
yang masuk. Gunakan cahaya yang cukup untuk pengukuran. Setelah lingkungannya mendukung
maka untuk membaca skala pengukuran perlu posisi yang tepat. Posisi pembacaan yang tepat
adalah pada arah yang lurus pada bacaan skala.

d. Menentukan angka taksiran yang tepat.


Angka taksiran adalah angka yang kita taksir atau kita kira-kirakan,dan yang harus ditentukan
dengan tepat. Angka taksiran biasanya ditentukan dengan mengambil besar nilai disekitar nilai
setengah dari skala terkecil alat ukur yang digunakan.
Fenomena yang ada banyak siswa yang melakukan pengukuran dengan mistar/penggaris tidak
dimulai dari skala nol (nol) melainkan dari ujung penggaris yang tidak ada skalanya dan bahkan ada
yang memulai dari skala 1.

Berikut langkah-langkah sekaligus contoh dalam


melakukan melakukan pengukuran panjang, pembacaan, dan penulisan hasil dengan menggunkan
mistar/meteran dengan benar.

Gambar Mistar dan benda yang diukur (warna biru)

1. Letakan benda yang akan diukur pada tepi skala mistar (lihat gambar).

2. Pastikan bahwa benda telah sejajar dengan mistar dan salah satu ujung benda tepat berada di angka
nol (0)

3. Baca skala mistar yang terletak diujung lain benda (bukan ujung yang di titik nol mistar).

4. Lihat angka yang dekat dengan akhir ujung benda, pada gambar tersebut akhir ujung benda berada
di skala 2, maka panjang benca adalah 2 cm
5. Lihat juga setelah angka 2 ada garis-garis, lihatlah garis-garis tersebut dengan cara menghitungnya
setelah angka 2. Maka ujung benda tersebut berakhir di garis ke 5, maka skalnya di baca 5 mm atau
0,5 cm

6. Panjang benda tesebut adalah 2 cm + 5 mm atau 2 cm + 0,5 cm. Dengan demikian panjang benda
tersebut adalah 2,5 cm atau 25 mm.

Contoh yang lainnya,


perhatikan gambar berikut, menunjukkan pengukuran panjang sebuah batang menggunakan alat
ukur penggaris atau mistar berskala cm.

Satu ujung batang ditempatkan pada nilai skala 0 pada mistar, dan ujung yang lain menunjuk pada
suatu nilai yang merupakan nilai panjang batang tersebut. Pada gambar terlihat bahwa panjang
batang bernilai diantara 3,4cm dan 3,5cm. Kita dapat memperkirakan bahwa panjang batang adalah
3,45cm sesuai hasil pembacaan skala. Angka penting hasil pengukuran tersebut adalah 3,45. Angka
pastinya adalah 3,4 dan angka taksirannya adalah 5. Artinya kita dapat menjamin bahwa panjang
batang pasti bernilai 3,4cm, sedangkan angka 0,05cm hanya merupakan perkiraan yang nilainya
mungkin antara 0,01cm sampai 0,09cm.
Gambar di atas adalah cntoh hasil pegukuran panjang pensil. Panjang pensil di antara 47 mm dan 48
mm, sehingga skala mistar yang dibaca adalah 47mm. Kelebihannya diperkirakan setengah dari skala
terkecil yaitu 0,5mm. Sehingga hasil pengukuran adalah 47,5 mm.

D. Kalibrasi pada mistar

Kalibrasi dalah adalah menetukan kebenarankonvensional penunjukan alat melalui cara


perbandingan dengan standar ukuran yang terlusur kestandar Nasional/Internasional. Kalibrasi bisa
dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun
internasional bahan-bahan acuan tersertifikat serta mengikuti petunjuk didalam ISO/IEC. Bisa kata
lain, kalibrasi dalah kegiatan yang membentuk hubungan antara niali yang ditunjukkan oleh
instrumen ukur/system pengukuran atau nilai diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah
diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.
Kalibrasi yang ada pada mistar
Misalnya pada penggaris, kadang kita temui penggaris yang panjangnya berbeda, nilai panjang 1 cm
ataupun 1 mm dari penggaris satu dengan yang lain kadang mengalami perbedaan, hal ini perlu kita
lakukan kalibrasi agar panjangnya sama.

Manfaat kalibrasi antara lain


1. Mendukung system mutu yang diterapkan diberbagai industri pada peralatan laboratorium dan
produksi yang dimiliki
2. Mengetahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga yang benar dengan harga
yangditunjukkan oleh alat ukur
3. Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar teta[ sesuai dengan spesifikasi

E. CARA PERAWATAN

Adapun cara perawatan mistar diantaranya

1. Pada saat membeli mistar hendaklah plastik pembungkusnya ataupun wadahnya tidak dibuang,
karena wadah ini dapat berfungsi sebagai tempat mistar setelah digunakan, agar mistar tetap dalam
keadaan bersih
2. Menggunakan mistar dengan baik dan benar, mistar tidak digunakan untuk melakukan hal lain
kecuali dalam pengukuran suatu benda
3. Sebelum dan sesudah menggunakan, mistar bersihkan mistar
4. Menjaga mistar agar tidak tergores ataupun patah
5. Menaruhnya dalam tempat yang aman
BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah

1. Mistar termasuk alat ukur panjang dengan ketelitian 0,1 cm dengan ketidakpastian 0,05 cm

2. macam-macam mistar terdiri dari penggaris, mistar gulung, mistar pita, mistar lipat

3. prinsip kerja mistar dengan cara mengimmpitkan skala nol pada mistar dengan salah satu ujung
benda yang akan diukur, melihat posisi ujung lain benda tersebut. Baca skala mistar yang berimpit
dengan ujung lain benda
4. cara membaca mistar dengan cara melihat angka pasti ditambah dengan angka taksiran

5. terdapat cara perawatan mistar diantaranya Sebelum dan sesudah menggunakan, mistar bersihkan
mistar dan Menggunakan mistar dengan baik dan benar, mistar tidak digunakan untuk melakukan
hal lain kecuali dalam pengukuran suatu benda

DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Sri., Damari, Ari. 2009. Fisika untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

http://www.anneahira.com/macam-macam-alat-ukur.htm

http://mafia.mafiaol.com/2012/12/definisi-dan-jenis-mistar-sebagai-alat.html

http://r16---snaigllnee.googlevideo.com/videoplayback?ratebypass

http://r1---sn-snaigllnzy.googlevideo.com/videoplayback?sver

http://lansida.blogspot.com/2010/09/sistem-kalibrasi.html

Cara Menggunakan Alat Ukur: Penggaris atau Mistar


Salam fisikawan hijau, kawan setia kami.
Menu kita hari ini yaitu :

Bagaimana cara menggunakan penggaris dengan benar? Fisikawan hijau sudah pasti mengetahui
bagaimana bentuk penggaris. Penggaris sering kita pergunakan, ada yang terbuat dari plastik, besi
dan ada juga yang dari kayu. Alat ukur ini sangat familiar bagi kawan-kawan hijau semua. Oya
sebutan lain dari penggaris yaitu mistar.
Ingat penggaris atau mistar ini digunakan untuk mengukur dan menggaris ya! Jangan disalahgunakan
bahaya.

Sekarang bagaimana sich menggunakan alat ukur yang satu ini.

Caranya:

1. Tempelkan penggaris atau mistar pada benda yang akan diukur panjangnya. Titik nol pada
penggaris harus tepat dengan ujung awal dari panjang benda yang diukur.
2. Nilai ukur benda ditunjukkan oleh garis pada skala penggaris atau mistar yang bertepatan
dengan ujung akhir panjang benda.
Contoh:

Nilai hasil pengukuran penggaris atau mistar menunjukkan skala penggaris pada ujung akhir benda
yaitu 2,5 cm dan ada ditengah garis kelima dan keenam dari angka dua (atau garis 25 dan 26 dari
angka Nol) menunjukkan ukuran skala 0,5 mm.
Jadi secara matematisnya:
Hasil pengukuran = 2,5 cm + 0,5 mm (konversikan satuan mm jadi cm --> : 10)
= 2,5 cm + 0,05 cm
= 2,55 cm

Anda mungkin juga menyukai