Anda di halaman 1dari 40

PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL

GYMNASIUM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


LAPORAN KELOMPOK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Survey dan Pemetaan
Yang diampu oleh
Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Sheila Octa Monica (1604267)


Ahmad Nur Fadillah (1604311)
Nur Indah Sri Mulyati (1604347)
Tasya Tazkia Vianti (1606843)
Maulana Aldiasa Budiman (1607183)
Annisa Kushandayani (1606811)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Survey dan Pemetaan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW.

Selaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H.
Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T. selaku dosen mata kuliah Survey dan
Pemetaan yang telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini. Selain
itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
memudahkan proses pembuatan makalah.

Tujuan dibuatnya laporan yang berjudul Pengukuran Sipat Datar Kerangka


Dasar Vertikal ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Survey
dan Pemetaan. Harapan kami laporan ini dapat bermanfaat untuk rekan-rekan
kami baik dalam proses pembelajaran di kampus maupun luar kampus.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu adanya kritik dan masukan yang membangun dari berbagai pihak
sangat kami nantikan untuk penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, Semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, September 2017

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum .......................................................................................1
1.3 Prinsip Dasar Pengukuran .........................................................................1
1.4 Volume Pekerjaan .......................................................................................1
1.5 Metode Penulisan........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................3
2.1 Pendahuluan ................................................................................................3
2.2 Tujuan Pengukuran Sifat Datar ..................................................................4
2.3 Metode Pengukuran Sifat Datar .................................................................4
2.4 Macam-Macam Alat Ukur Sifat Datar .......................................................5
2.5 Penyetelan Instrumen Sifat Datar ..............................................................6
2.6 Kesalahan-Kesalahan pada Sifat Datar .......................................................7
2.7 Pengenalan Alat Ukur .................................................................................7
BAB III TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIFAT DATAR .....10
3.1 Tujuan Instruksional Umum .....................................................................10
3.2 Tujuan Instruksional Khusus ....................................................................10
3.3. Prosedur Persiapan Peralatan ...................................................................10
3.4 Prosedur Pengukuran ................................................................................11
3.5 Prosedur Pengolahan Data ........................................................................12
3.6 Prosedur Penggambaran ...........................................................................13
3.6.1 Gambar Manual .................................................................................13
3.6.2 Gambar Digital ..................................................................................14

BAB IV PELAKSANAAN PRAKTEK ..............................................................15


4.1 Lokasi Pengukuran ...................................................................................15

ii
4.2 Waktu Pengukuran....................................................................................16
4.3 Pelaksanaan Praktikum .............................................................................16
BAB V PENGOLAHAN DATA ..........................................................................18
5.1 Data Lapangan ..........................................................................................18
5.2 Rumus yang Digunakan ............................................................................19
5.3 Pengolahan Data .......................................................................................21
BAB VI PENUTUP ..............................................................................................30
6.1 Kesimpulan ...............................................................................................30
6.2 Saran .........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................31
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dumpy Level (type kekar) .. 6

Gambar 2. Lokasi pengukuran . 15

Gambar 3. Lokasi pengukuran . 15

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data hasil Pengukuran Koreksi Garis Bidik 18

Tabel 2. Data Hasil Lapangan Gymnasium ... 19

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bola bumi pada hakikatnya mendekati bentuk ellipsoida putar, sehingga


untuk pengukuran pada permukaan bumi haruslah dipergunakan metode
pengukuran pada bidang ellipsoida. Jadi pengukuran di atas permukaan bumi dan
proses perhitungannya pun akan lebih sukar dibandingkan dengan pengukuran
yang dilakukan pada bidang datar. Pengukuran yang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan bentuk lengkungan bumi disebut dengan geodesi, sedangkan
pengukuran yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan bentuk lengkungan
bumi disebut ukur tanah datar.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran KDV.

2. Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran KDV.

3. Dapat mengolah data hasil pengamatan KDV dengan benar.

1.3 Prinsip Dasar Pengukuran

Untuk menghindari kesalahan kesalahan yang mungkin terjadi, maka


tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu:

1. Perlu adanya pengecekan yang berulang untuk menghindari kesalahan


pembacaan

2. Tidak adanya kesalahan kesalahan dalam pengukuran

1.4 Volume Perkejaan

Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan.


Berikut adalah hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan :

a. Persiapan perlengkapan alat ukur.

1
2

b. Persiapan pengukuran

c. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik.

d. Pengukuran sipat datar profil melintang.

1.5 Metode Penulisan

Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan


praktikum survey dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan
studi lapangan atau pengamatan langsung di lapangan dan studi literatur atau
berdasarkan rumusan-rumusan yang didapat dari berbagai macam sumber buku
yang berhubungan dengan ilmu ukur tanah.
3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan

Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran


kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa
ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini
biasanya berupa ketinggian muka airlaut rata-rata (Mean Sea Level-MSL) atau
ditentukan lokal.

Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik.
Bila tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui
sama dengan Hadan titik B letak lebih tinggi daripada titik A, maka tinggi titik B,
Hb = Ha + h. Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah
jarak antara duabidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo
adalah bidang yang lengkung,tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil,
maka kedua bidang nivo yang melalui titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai
bidang yang mendatar.

Beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara:

a. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara


mengamati tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan
referensi dalam hal ini misalnya elevasi 0.00 meter dari permukaan laut rata-
rata.

b. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi


menggunakan alat ukur yang cukup teliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan
horizontal yaitu alat ukur Theodolit.

3
4

c. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung


tinggi garis bidik atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan
menggunakan alat ukur sipat datar (waterpass). Dari ketiga metode diatas, metode
pengukuran sipat datar adalah metode pengukuran yang paling teliti. Sehingga
dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat
datar.

2.2 Tujuan Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi


yang relatif akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada
daerah yang tercakup layak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.

2.3 Metode Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran Sipat Datar KDV adalah pembuatan serangkaian titik-titik


dilapangan yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk
pengikatan ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak.

Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:

1. syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,

2. syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,

3. syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka


syarat-syarat diatas harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur
penyipat datar harus diatur terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat
terpenuhi. Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan memahami
bahwa beda tinggi dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo yang melalui
titiktitik itu. Selanjutnya bidang nivo dianggap mendatar untuk jarakjarak yang
kecil antara titiktitik itu. Apabila demikian, beda tiggi h dapat ditentukan dengan
menggunakan garis mendatar yang sembarang dan dua mistar yang dipasang di
atas kedua titik A dan B.
5

2.4 Macam-Macam Alat Ukur Sipat Datar

Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi menjadi


dua macam utama, yaitu:

a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap
ditempatkan diatas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan
sumbu kesatu sebagai sumbu putar.

b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada
teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan sumbu kesatu
sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letaknya
searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis
teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.

Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik Penentuan beda tinggi antara dua
titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat sipat datar tergantung pada
keadaan di lapangan, adapun tiga cara penempatan alat sipat datar, yaitu:

a. Dengan menempatkan alat sipat datar di atas titik B (salah satu titik yang akan
diukur beda tingginya), bidik pesawat ke titik lainnya (A) yang sebelumnya
telah berdiri rambu ukur. Sebagai contoh, hasil bidikan tadi kita beri nama a.
Setelah di ketahui a, pindahkan alat sipat datar ke titik A, lakukan bidikan yang
sama terhadap titik B, maka di ketahuilah hasil bidikan terhadap titik B yaitu b.
Beda tinggi dari kedua titik tersebut ( h) dapat diperoleh dengan h = b-a. Perlu
diketahui bahwa dalam setiap pengukuran, letak gelembung nivou harus berada
di tengah-tengah.

b. Alat ukur penyipat datar diletakkan diantara titik A dan titik B dan membentuk
suatu garis lurus, ukur jarak antara alat sipat datar terhadap titik A dan titik B,
Arahkan garis bidik dengan gelembung di tengahtengah ke titik A (belakang)
dan ke titik B (muka) yang telah berdiri rambu ukur, dan misalkan pembacaaan
pada dua mistar berturut turut ada b (belakang) dan m (muka). Bila selalu
diingat, bahwa angkaangka pada rambu selalu menyatakan jarak antara angka
6

dan alas mistar, maka dengan mudahlah dapat dimengerti, bahwa beda tinggi
antara titiktitik A dan B ada h = b m.

c. Alat ukur penyipat datar ditempatkan tidak diantara titik A dan B, tidak pula
diatas salah satu titik A atau titik B, tetapi di sebelah kiri titik A atau disebelah
kanan titik B, jadi diluar garis AB. Pembacaan yang dilakukan pada mistar
yang diletakkan di atas titik A dan B sekarang adalah berrturut-turut b dan m
lagi, sehingga digambar didapat dengan mudah, bahwa beda tinggi t = b m. 7

2.5 Penyetelan Instrumen Sipat Datar

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat datar


adalah :

- Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertikal.

- Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.

- Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat datar.

Penyetelan instrument sipat datar wye adalah sebagai berikut :

- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis garis rangka teleskopnya.

- Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivau tabung dari
teleskopnya.

- Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertical.

Gambar 1. Dumpy Level (type kekar)


7

Keterangan:

1. Teropong 6. Skrup kiap

2. Nivo Tabung 7. Tribrach

3. Pengatur nivo 8. Trivet

4. Pengatur diafragma 9. Kiap (leveling head)

5. Kunci horizontal 10. Sumbu ke-1 6

2.6 Kesalahan-kesalahan pada Sipat Datar

Sesuai dengan karateristik, kesalahan dapat di bedakan dalam 3 klasifikasi


sebagaiberikut :

1. kesalahan acak

2. kesalahan sistematis

3. kesalahan blunder

2.7 Pengenalan Alat Ukur

Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat


penyipat datar(waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel
pengukuran, serta alat tulis dankalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai
alat ukur serta bagian-bagiannya.

a. Waterpass.
Bagian bagian penting dari alat waterpass Teropong jurusan Teropong
jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat Susunan lensa- lensa
yang terdiri dari lensa objektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat.
Didalam teropong terdapat pula pelat kaca yang dibalur dengan bingkai dari
logam (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat goresan benang silang.
Niveau Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk
membuat arah-arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi
menjadi dua macam yaitu niveau kotak dan niveau tabung. Pada waterpass
8

yang digunakan adalah niveau kotak. Niveau kotak, terdiri atas kotak dari
gelas yang dimasukkan dalam montur dari logam sedemikian hingga bagian
atas tidak tertutup. Kotak tersebut diisi dengan cairan atsiri (ether atau
alkohol), bidang atas dari gelas diberi bentuk bidang lengkung dengan jari-
jari besar. Bagian kecil kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga bagian ini dari
atas terlihat sebagai gelembung.
b. Mistar / Rambu ukur
Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4 meter,
bahkan ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka
mistar ini dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat
dengan cm; tiap-tiap cm ada blok 10 merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter
diberi warna yang berlainan, merah-putih dan hitam-putih untuk
memudahkan pembacaan meter.
c. Statif
Statif adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai
kaki untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi
untuk menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip
harus rata karena dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.
d. Pita Ukur
Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam
minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50
meter. Pita ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.
e. Payung
Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu
sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak
menguap.
f. Tabel Pengukuran
Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel pengukuran
untuk memudahkan analisa data.
g. Alat tulis dan Kalkulator
Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan menghitung koreksi
kesalahan pembacaan benang.
9

h. Patok kayu dan paku


Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil pengukuran,
dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan
menggunakan patok/paku.

Pengukuran Sipat Datar Memanjang Pengukuran menyipat datar


dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila dua titik tentu
itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-kira 2 km, maka beda
tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan mengukur beda tinggi titik-titik
penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu itu.
10

BAB III

TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR

3.1 Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan dan mengaplikasikan


berbagai metoda pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada
praktik pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah.

3.2 Tujuan Instruksional Khusus

Pengukuran Sipat Datar KDV Dapat menyebutkan jenis jenis alat yang
digunakan pada pengukuran sipat datar KDV. Dapat menyebutkan tahapan
tahapan pengukuran sipat datar KDV. Dapat menggambarkan bentuk formulir
ukuran yang digunakan. Dapat memberikan nilai kesalahan garis bidik alat sipat
datar yang digunakan. Dapat membuat tabel untuk pengolahan data sipat datar
KDV. Dapat memasukan angka angka hasil survey ke dalam tabel. Dapat
memberikan nilai pengolahan data sipat datar KDV baik secara manual maupun
secara komputerisasi. Dapat menggambarkan hasil pengolahan data pada jalur
memanjang pengukuran menggunakan metode manual / grafis digital.

3.3 Prosedur Persiapan Peralatan

Alat sipat datar optis Wild NK10-173149


Statif ( perhatiakan kecocokannya dengan alat )
Unting unting
Rambu ukur 2 buah
Alat tulis dan formulir ukuran
Payung 1 buah ( untuk memayungi alat )
Pita ukur 1 buah
Meteran 1 buah
Patok pengukuran ( disesuaikan dengan wilayah pengukuran )
Peta wilayah situasi ( dengan bebas pengukuran )

10
11

Bon peminjaman alat dan absensi kelompok

3.4 Prosedur Pengukuran

Adapun prosedur pengukuran dengan menggunakan alat theodolite untuk


menentukan beda tinggi tanah, diantaranya:

a. Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan,


b. Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada formulir
peminjaman alat,
c. Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum,
d. Ketua tim menyerahkan formulir peminjaman alat kepada laboran,
e. Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya,
f. Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan,
g. Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab),
h. Dirikan statif pada posisi stand satu dan pasang alat di atas stand tsb,
i. Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip dua putaran sekrup kaki
kiap keluar ataukedalam saja dan satu sekrup ke kanan dan ke kiri,
j. Memasang unting-unting dan dua rambu ukur di arah belakang dan muka,
k. Menghimpitkan gelembung nivo tabung,
l. Membidik rambu ukur belakang dan visir,
m. Memperjelas benang diafragma sekrup pada teropong,
n. Memperjelas obyek rambu ukur dengan memutar skrup focus di atas
teropong,
o. Menggerak-gerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang vertical
diafragma berhimpit dengan bagian tengah rambu,
p. Lakukan pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT), dan benang
bawah (BB).
q. Periksa syarat BT 0,001 , jika sesuai teruskan dengan langkah-lamgkah
berikutnya, jika tidak sesuai ulangi pembacaan,
r. Hitung jarak optis dari alat ke rambu ( BA . BB ) x100 ,
s. Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang,
t. Hitung koreksi garis bidik (Kgb),
u. Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran pertama (patok pertama),
12

v. Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah studi, tentukan lokasi patok-
patok pada jalur ukuran,
w. Anggota regu melakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang
telah tersedia (buat slagnya genap),
x. Dirikan alat pada slag pertama, lakukan pembacaan benang atas (BA), benang
bawah (BB), dan benang tengah (BT) ke rambu belakang dan rambu muka,
y. Mengukur jarak belakang (db) dan jarak muka (dm) (jarak mendatar)
menggunakan pita ukur,
z. Memindahkan alat ke slag dua, lakukan hal yang sama seperti pada slag-slag
selanjutnya.
NB : Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan
penghapus /tipe x. jika salah angka dicoret, nilai yang benar ditulis diatas
atau sebelahnya.

3.5 Prosedur Pengolahan Data

1. Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar kerangka dasar vertikal


2. Masukan nilai Kesalahan Garis Bidik (KGB) pada tabel
3. Masukan nilai BA,BT,BB, Jarak Belakang dan Jarak Muka ke dalam tabel
4. Hitung Benang Tengah Koreksi (BT-k) disetiap slag dengan rumus :
BTbk = BTb (KGB x Db)
BTmk = BTm (KGB x Dm)
5. Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah koreksi
belakang dan muka dengan rumus :
H = BTbk BTmk
6. Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menjumlahkan semua beda
tinggi disetiap slag.
H = H1 + H2 ++Hn
7. Hitung jarak disetiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan muka
D = db + dm
13

8. Hitung total jarak jalur pengukuran dengan menjumlahkan jarak semua


slag.
D = D1 + D2 + + Dn
9. Hitung Bobot koreksi disetiap slag dengan membagi jarak slag dengan
total jarak pengukuran
1
=
D
10. Mengkontrol hasil bobot. ( Bobot = 1)
11. Hitung beda tinggi koreksi dengan rumus :
Hk = H (H x Bobot)
12. Mengkontrol jumlah beda tinggi koreksi. (Hk = 0)
13. Hitung tinggi titik- titik pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi
titik sebelumya dengan beda tinggi koreksi
Ti = Tinggi Awal
T1 = Ti + Hk1
14. Memastikan bahwa tinggi titik awal kembali ke tinggi titik akhir.
Ti = Ti
15. Hitung kemiringan dengan rumus :

= 100
Hk

3.6 Prosedur Penggambaran

3.6.1 Gambar Manual

1. Siapkan kertas millimeter block ukuran A3 (42 cm x 29,7 cm) dan


alat tulis seperti pulpen, pensil, penggaris, penghapus dan buat garis
pinggir dan etiket.
2. Hitung jarak total dan selisih beda tinggi terbesar
3. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal
berbeda dengan skala horizontal (Skala horizontal kurang dari skala
vertikal)
14

4. Setelah skala dibentuk, tentukan tinggi titik awal yang terdapat pada
data pengukuran
5. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan
6. Lakukan langkah ke 5 sampai slag terakhir
7. Setelah gambar sudah membentuk seperti grafik, lengkapilah
gambar dengan menggambar rambu ukur, waterpass, dan
tambahkan keterangan jarak, tinggi titik dan kemiringan.

3.6.2 Gambar Digital

1. Siapkan komputer atau laptop, kemudian buka software AutoCAD


2. Setelah AutoCAD dibuka, aturlah satuan pada AutoCAD dengan
perintah Units -> Enter. (Disarankan untuk menggunakan satuan
Cm)
3. Buatlah garis pinggir dengan perintah REC -> Enter
4. Kemudian masukan ukuran kertas A3 ( 42 cm x 29,7 cm)
5. Setelah garis pinggir terbentuk, hitunglah jarak total dan selisih
beda tinggi terbesar.
6. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal
berbeda dengan skala horizontal (Skala horizontal kurang dari skala
vertikal)
7. Setelah skala dibentuk, tentukan tinggi titik awal yang terdapat pada
data pengukuran
8. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan
9. Lakukan langkah ke 8 sampai slag terakhir
10. Setelah gambar sudah membentuk seperti grafik, lengkapilah
gambar dengan menggambar rambu ukur, waterpass, dan
tambahkan keterangan jarak, tinggi titik dan kemiringan.
15

BAB IV

PELAKSANAAN PRAKTEK

4.1 Lokasi Pengukuran

Gambar 2. Lokasi pengukuran

Gambar 3. Lokasi Pengukuran

15
16

4.2 Waktu Pengukuran

1. Hari : Rabu

Tanggal : 06 September 2017

Kegiatan : Pengenalan alat sipat datar dan pencarian nilai Koreksi Garis
Bidik (KGB)

Pukul : 11.00 WIB - Selesai

Lokasi : Helipad, FPTK UPI

3. Hari : Jumat

Tanggal : 08 September 2017

Kegiatan : Pematokan di Gymnasium UPI

Pukul : 16.30 WIB - Selesai

Lokasi : Sekitaran gedung Gymnasium UPI

4. Hari : Sabtu

Tanggal : 09 Februari 2017

Kegiatan : Pengukuran di Gymnasium UPI

Pukul : 08.00 WIB - Selesai

Lokasi : Sekitaran gedung Gymnasium UPI

4.3 Pelaksanaan Praktikum

Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar,


maka saya bersama rekan dari kelompok 4 melaksankan praktikum pengukuran
sipat datar di Gymnasium UPI. Adapun langkah-langkah yang dilakukan :

a. Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.


17

b. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan
praktikum pengukuran sipat datar.
c. Setelah ke lapangan buat sketsa untuk memberikan tanda buat penyimpanan
rambu ataupun alat sipat datar.
d. Dalam membuat seketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan
kontur yang ada di lapangan .
e. Jumlah slag yang di buat 20 slag, kemudian diberi tanda dengan paku dan cat.
f. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah
disediakan.
g. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan
program excel dan menampilkan gambar dengan AutoCAD.
18

BAB V

PENGOLAHAN DATA

5.1 Data Lapangan

Tabel 1. Data hasil Pengukuran Koreksi Garis Bidik

Bacaan Belakang Syarat Rambu Ukur


Titik d Optis
db BAb BTb BBb 0.001 m
20,04 1.440 1.341 1.241 0.000500 OK 19.90
Bacaan Muka
1
dm BAm BTm BBm
15,94 1.408 1.328 1.248 0.000000 OK 16.00

Bacaan Belakang Syarat Rambu Ukur


d Optis
db BAb BTb BBb 0.001 m
19.95 1.434 1.335 1.236 0.000000 OK 19.80
2
Bacaan Muka
Dm BAm BTm BBm
19,12 1.439 1.345 1.252 0.000500 OK 18.70
KGB 0.0002333

18
19

Tabel 2. Data Hasil Lapangan Gymnasium

Bacaan Benang (M) KONTROL


Jarak (M)
No. Belakang Muka Belakang Muka
Stand
Titik Atas Atas
Tengah Tengah Belakang Muka Total Benang Dopt Benang Dopt
Bawah Bawah
1 1,657 1,718
1 1,608 1,669 10 10 20
2 1,559 1,62 0,0000 9,8 0,0000 9,8
2 1,535 1,691
2 1,465 1,622 14 14 28
3 1,397 1,551 0,0010 13,8 0,0010 14,0
3 1,254 2,524
3 1,184 2,455 14 14 28
4 1,113 2,387 0,0005 14,1 0,0005 13,7
4 0,988 2,127
4 0,952 2,093 7 7 14
5 0,918 2,061 0,0010 7,0 0,0010 6,6
5 0,728 2,289
5 0,688 2,249 7,8 7,8 15,6
6 0,648 2,209 0,0000 8,0 0,0000 8,0
6 1,576 1,482
6 1,505 1,412 14 14 28
7 1,435 1,344 0,0005 14,1 0,0010 13,8
7 1,550 1,782
7 1,480 1,713 14 14 28
8 1,411 1,644 0,0005 13,9 0,0000 13,8
8 1,481 1,731
8 1,431 1,681 10 10 20
9 1,381 1,631 0,0000 10,0 0,0000 10,0
9 1,372 1,589
9 1,312 1,533 11 11 22
10 1,252 1,478 0,0000 12,0 0,0005 11,1
10 1,872 1,136
10 1,818 1,081 11 11 22
11 1,763 1,026 0,0005 10,9 0,0000 11,0
11 2,09 0,757
11 2,063 0,729 5,5 5,5 11
12 2,036 0,702 0,0000 5,4 0,0005 5,5
12 2,244 0,846
12 2,217 0,818 5,5 5,5 11
13 2,191 0,79 0,0005 5,3 0,0000 5,6
13 2,284 1,164
13 2,253 1,127 11,65 11,65 23,3
14 2,223 1,091 0,0005 6,1 0,0005 7,3
14 1,576 1,578
14 1,519 1,519 11 11 22
15 1,462 1,459 0,0000 11,4 0,0005 11,9
15 1,484 1,444
15 1,43 1,392 10 10 20
16 1,375 1,34 0,0005 10,9 0,0000 10,4
16 1,602 1,598
16 1,553 1,548 10 10 20
17 1,503 1,498 0,0005 9,9 0,0000 10,0
17 1,514 1,503
17 1,474 1,463 8 8 16
18 1,434 1,422 0,0000 8,0 0,0005 8,1
18 1,519 1,522
18 1,488 1,492 6 6 12
19 1,457 1,462 0,0000 6,2 0,0000 6,0
19 1,504 1,447
19 1,472 1,425 5,5 5,5 11
20 1,44 1,403 0,0000 6,4 0,0000 4,4
20 1,477 1,45
20 1,45 1,424 5,5 5,5 11
1 1,423 1,399 0,0000 5,4 0,0005 5,1
20

5.2 Rumus yang digunakan

Btbk = BTb-(kgb.db)
BTmk = BTm-(kgb.dm)
H = BTbk-BTmk
d = db + dm

Bobot =

Hk =H-(. )
Ti = T + Hk
2
Kemiringan = x 100
12

Keterangan :
BTbk : Benang tengah belakang koreksi
BTb : Benang tengah belakang
BTmk : Benang tengah muka koreksi
BTm : Benang tengah muka
Kgb : Koreksi garis bidik (0,001)
H : Beda tinggi antara dua titik
D : Jarak antara dua titik
d : Jarak keseluruhan
dm : Jarak benang muka
db : Jarak benang belakang
Bobot : Hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya
( H) : Jumlah dari beda tinggi antara dua titik
Hk : Beda tinggi koreksi
Ti : Tinggi titik
21

Nilai KGB = 0,0002333


Interpolasi Tinggi Titik Awal

3.1445 +920
0.9292
GK1
x

2.2153

+919
GK2
Nilai X :
0.9292
=
920 919 3.1445
0.9292
=
1 3.1445
x = 0.2955000795
Tinggi Titik Awal = 920 - 0. 2955000795 = 919,7044

5.3 Pengolahan Data


MENCARI BTmk DAN BTbk

Rumus :
BTmk = BTm-(kgb.dm)
BTbk = BTb-(kgb.db) kgb = 0.0002333

1 BTmk = 1,67 - (0,000233x10) BTbk = 1,61- (0,000233 x 10)


= 1,6667 m = 1,6057 m
2 BTmk 1,62 - (0,000233x14) BTbk =1,47 - (0,000233x14)
=1,6187 m = 1,4617 m
3 BTmk = 2,46 - (0,000233x14) BTbk =1,18 - (0,000233x14)
= 2,4517 m = 1,1807 m
4 BTmk = 2,09 - (0,000233x7) BTbk = 0,95 - (0,000233x7)
= 2,0914 m = 0,9504 m
22

5 BTmk = 2,25 - (0,000233x7) BTbk = 0,69 - (0,000233x7)


= 2,2472 m = 0,6862 m
6 BTmk = 1,71 - (0,000233x7) BTbk = 1,51-(0,000233x7)
= 1,4087 m = 1,5017 m
7 BTmk = 1,71 - (0,000233x7) BTbk = 1,48 - (0,000233x7)
=1,7097 m = 1,4767 m
8 BTmk = 1,68 - (0,000233x11) BTbk = 1,43 - (0,000233x11)
= 1,6787 m = 1,4287 m
9 BTmk = 1,53 - (0,000233x11) BTbk = 1,31 - (0,000233x11)
= 1,5304 m = 1,3094 m
10 BTmk = 1,08 - (0,000233x11) BTbk = 1,82 - (0,000233x11)
= 1,0784 m = 1,8154 m
11 BTmk = 0,73 - (0,000233x5,5) BTbk = 2,06 - (0,000233x5,5)
= 0,7277 m = 2,0617 m
12 BTmk = 0,82 - (0,000233x5,5) BTbk = 2,22 - (0,000233x5,5)
= 0,8167 m = 2,2157 m
13 BTmk = 1,13 - (0,000233x15) BTbk = 2,25 - (0,000233x15)
= 1,1243 m = 2,2503 m
14 BTmk = 1,52 - (0,000233x10) BTbk = 1,52 - (0,000233x10)
= 1,5164 m = 1,5164 m
15 BTmk = 1,39 - (0,000233x10) BTbk = 1,43 - (0,000233x10)
= 1,3897 m = 1,4277 m
16 BTmk = 1,55 - (0,000233x10) BTbk = 1,55 - (0,000233x10)
= 1,5457 m =1,5507 m
17 BTmk = 1,46 - (0,000233x10) BTbk = 1,47 - (0,000233x10)
= 1,4611 m = 1,4721 m
18 BTmk = 1,49 - (0,000233x10) BTbk = 1,49 - (0,000233x10)
= 1,4906 m = 1,4866 m
19 BTmk = 1,43 - (0,000233x8) BTbk = 1,47 - (0,000233x8)
= 1,4237 m = 1,4707 m
20 BTmk = 1,42 - (0,000233x11) BTbk = 1,45 - (0,000233x11)
= 1,4227 m = 1,4487 m
23

MENCARI H DAN d

Rumus :

1. H : BTbk-BTmk
2. d : db + dm

1 H = 1,6057 - 1,6667 d = 10 + 10
= -0,06 m = 20 m
2 H = 1,4617 - 1,6187 d =14 + 14
= -0,16 m = 28 m
3 H = 1,1807 - 2,4517 d = 14 + 14
= -1,27 m = 28 m
4 H = 0,9504 - 2,0914 d = 7 + 7
= -1,14 m = 14 m
5 H = 0,6862 - 2,2472 d = 7,8 + 7,8
= -1,56 m = 15,6 m
6 H = 1,5017 - 1,4087 d =14 + 14
= 0,09 m = 28 m
7 H = 1,4767 - 1,7097 d = 14 + 14
= -0,23 m = 28 m
8 H = 1,4287 - 1,6787 d = 10 + 10
= -0,25 m = 20 m
9 H = 1,3094 - 1,5304 d =11 + 11
= -0,22 m = 22 m
10 H = ,8154 - 1,0784 d = 11 + 11
= 0,74 m = 22 m
11 H = 2,0617 - 0,7277 d = 5,5 + 5,5
= 1,33 m = 11 m
12 H = 2,2157 - 0,8167 d = 5,5 + 5,5
= 1,4 m = 11 m
13 H = 2,2503 - 1,1243 d = 11,65 + 11,65
24

= 1,126 m = 23,3 m
14 H = 1,5164 - 1,5164 d = 11 + 11
=0m = 22 m
15 H = 1,4277 - 1,3897 d = 10 + 10
= 0,04 m = 20 m
16 H = 1,4277 - 1,3897 d = 10 + 10
= 0,04 m = 20 m
17 H = 1,4721 - 1,4611 d = 8 + 8
= 0,01 m = 16 m
18 H = 1,4866 - 1,4906 d = 6 + 6
=0m = 12 m
19 H = 1,4707 - 1,4237 d = 5,5 + 5,5
= 0,05 m = 11 m
20 H = 1,4487 - 1,4227 d = 5,5 + 5,5
= 0,03 m = 11 m

TITIK KONTROL

(H) = H1 + H2 + H3 + H4 + H5 + H6 + H7 + H8 + H9 +
H10 + H11 +H12 + H13 + H14 +H15 + H16 + H17
+H18 + H19 +H20

= (-0.06) + (-0.16) + (-1.27) + (-1.14) + (-1.56) + (0.09) + (-0.23) +


(-0.25) + (-0.22) + (0.74) + (1.33) + (1.40) + (1.13) + (0.00) + (
0.04) + (0.00) + (0.01) + (0.00) + (0.05) + (0.03)

= -0,083

(d) = d1 + d2 + d3 + d4 + d5 + d6 + d7 + d8 + d9 +
d10 + d11 + d12 + d13 + d14 + d15 + d16 + d17 +
d18 + d19 + d20
25

=20 + 28 + 28 + 14 + 15.6 + 28 + 28 + 20 + 22 + 22 + 11 + 11 +
23.3 + 22 + 20 + 20 + 16 + 12 +11 +11

= 382.9 m

MENCARI BOBOT

Rumus :

()
Bobot = () , dik (d) = 382.9

1. Bobot = 20 / 382.9 = 0,0522


2. Bobot = 28 / 382.9 = 0,0731
3. Bobot = 28 / 382.9 = 0,0731
4. Bobot = 14 / 382.9 = 0,0366
5. Bobot = 15,6 / 382.9 = 0,0407
6. Bobot = 28 / 382.9 = 0,0731
7. Bobot = 28 / 382.9 = 0,0731
8. Bobot = 20 / 382.9 = 0,0522
9. Bobot = 22 / 382.9 = 0,0575
10. Bobot = 22 / 382.9 = 0,0575
11. Bobot = 11 / 382.9 = 0,0287
12. Bobot = 11 / 382.9 = 0,0287
13. Bobot = 23,3 / 382.9 = 0,0609
14. Bobot = 22 / 382.9 = 0,0575
15. Bobot = 20 / 382.9 = 0,0522
16. Bobot = 20 / 382.9 = 0,0522
17. Bobot = 16 / 382.9 = 0,0418
18. Bobot = 12 / 382.9 = 0,0313
19. Bobot = 11 / 382.9 = 0,0287
20. Bobot = 11 / 382.9 = 0,0287
26

TITIK KONTROL

bobot = bobot1 + bobot2 + bobot3 + bobot4 + bobot5 + bobot6 + bobot7


+ bobot8 + bobot9 + bobot10 + bobot11 + bobot12 + bobot13 +
bobot14 + bobot15 + bobot16 + bobot17 + bobot18 + bobot19 +

= 0,0522 + 0,0731 + 0,0731 + 0,0366 + 0,0407 + 0,0731 + 0,0731


+ 0,0522 + 0,0575 + 0,0575 + 0,0287 + 0,0287 + 0,0609 + 0,0575
+ 0,0522 + 0,0522 + 0,0418 + 0,0313 + 0,0287 + 0,0287

=1

MENCARI Hk

Rumus :

Hk : H (h.bobot)

1. Hk = (-0,0610) ((-0,083). 0,0522) = -0,05666

2. Hk = (-0,157) - ((-0,083). 0,0731) = -0,15093

3. Hk = (-1,271) - ((-0,083). 0,0731) = -1,26493

4. Hk = (-1,141) - ((-0,083). 0,0366) = -1,13797

5. Hk = (-1,561) - ((-0,083). 0,0407) = -1,55762

6. Hk = (0,093) - ((-0,083). 0,0731) = 0,09907

7. Hk = (-0,233) - ((-0,083). 0,0731) = -0,22693

8. Hk = (-0,250) - ((-0,083). 0,0699) = -0,24566


27

9. Hk = (-0,221) - ((-0,0983). 0,0575) = -0,21623

10. Hk = (0,737) - ((-0,083). 0,0575) = 0,74177

11. Hk = (1,334) - ((-0,083). 0,0287) = 1,33638

12. Hk = (1,399) - ((-0,083). 0,0287) = 1,40138

13. Hk = (1,126) - ((-0,083). 0,0609) = 1,13105

14. Hk = (0,000) - ((-0,083). 0,0575) = 0,00477

15. Hk = (0,038) - ((-0,083). 0,0522) = 0,04234

16. Hk = (0,005) - ((-0,083). 0,0522) = 0,00934

17. Hk = (0,011) - ((-0,083). 0,0418) = 0,01447

18. Hk = (-0,004) - ((-0,083). 0,0418) = -0,00140

19. Hk = (0,047) - ((-0,083). 0,0287) = 0,04938

20. Hk = (0,026) - ((-0,083). 0,0287) = 0,02838

TITIK KONTROL

(Hk) = Hk1 + Hk2 + Hk3 + Hk4 + Hk5 + Hk6 + Hk7 +


Hk8 + Hk9 + Hk10 + Hk11 + Hk12 + Hk13 + Hk14 +
Hk15 + Hk16 + Hk17 + Hk18 + Hk19 + Hk20

= (-0,05666) + (-0,15093) + (-1,26493) + (-1,13797) + (-1,55762) +


(0,09907) + (-0,22693) + (-0,24566) + (-0,21623) + (0,74177) +
28

(1,33638) +(1,40138) + (1,13105) + (0,00477) + (0,04234) +


(0,00934) + (0,01447) + (-0,00140) + (0,04938) + (0,02838)

= 0,000

MENCARI Ti

Rumus

Ti = Ti2 + HK1

1. Ti1 = 919,7044 m
2. Ti2 = 919,7044 + (-0,05666)
= 919,6477 m
3. Ti3 = 919,6477 + (-0,15093)
= 919,4968 m
4. Ti4 = 919,4968 + (-1,26493)
= 918,2319 m
5. Ti5 = 918,2319 + (-1,13797)
= 917,0939 m
6. Ti6 = 917,0939 + (-1,55762)
= 915,5363 m
7. Ti7 = 915,5363 + (0,09907)
= 915,6354 m
8. Ti8 = 915,6354 + (-0,22693)
= 915,4084 m
9. Ti9 = 915,4084 + (-0,24566)
= 915,1628 m
10. Ti10 = 915,1628 + (-0,21623)
= 914,9465 m
11. Ti11 = 914,9465 + (0,74177)
= 915,6883 m
29

12. Ti12 = 915,6883 + (1,33638)


= 917,0247 m
13. Ti11 = 917,0247 + (1,40138)

= 918,4261 m
14. Ti12 = 918,4261 + (1,13105)

= 919,5571 m
15. Ti11 = 919,5571 + (0,00477)

= 919,5619 m
16. Ti12 = 919,5619 + (0,04234)

= 919,6042 m
17. Ti11 = 919,6042 + (0,00934)

= 919,6136 m
18. Ti12 = 919,6136 + (0,01447)

= 919,6280 m
19. Ti11 = 919,6280 + (-0,00140)

= 919,6266 m
20. Ti12 = 919,6266 + (0,04938)

= 919,6760 m
21. Ti1 = 919,6760 + (0,02838)

= 919,7044 m

MENCARI KEMIRINGAN

Rumus :

Kemiringan = HK / d * 100 %

1. Kemiringan = -0,05666 / 20 * 100 %


= -0,2833 % (turun)
30

2. Kemiringan = -0,15093 / 28 * 100 %


= -0,5390 % (turun)
3. Kemiringan = -1,26493 / 28 * 100%
= -4,5176 % (turun)
4. Kemiringan = -1,13797 / 14 * 100%
= -8,1283 % (turun)
5. Kemiringan = -1,55762 / 15,6 * 100%
= -9,9847 % (turun)
6. Kemiringan = 0,09907 / 28 *100%
= 0,3538 % (naik)
7. Kemiringan = -0,22693 / 28 * 100%
= -0,8105 % (turun)
8. Kemiringan = -0,24566 / 20 *100%
= -1,2283 % (turun)
9. Kemiringan = -0,21623 / 22 *100%
= -0,9829 % (turun)
10. Kemiringan = 0,74177 / 22 *100%
= 3,3717 % (naik)
11. Kemiringan = 1,33638 / 11 *100%
= 12,1489 % (naik)
12. Kemiringan = 1,40138 / 11 *100%
= 12,7399 % (naik)
13. Kemiringan = 1,13105 / 23,3 *100%
= 4,8543 % (naik)
14. Kemiringan = 0,00477 / 22 *100%
= 0,0217 % (naik)
15. Kemiringan = 0,04234 / 20 *100%
= 0,2117 % (naik)
16. Kemiringan = 0,00934 / 20 *100%
= 0,0467 % (naik)
17. Kemiringan = 0,01447 / 16 *100%
= 0,09041 % (naik)
31

18. Kemiringan = -0,00140 / 12 *100%


= -0,0117 % (turun)
19. Kemiringan = 0,04938 / 11 *100%
= 0,4489 % (naik)
20. Kemiringan = -0,02838 / 11 *100%
= 0,2580 % (naik)
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah


diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ke tinggiannya terhadap suatu
bidang ketinggian tertentu. Bidang ketinggian ini bisa berupa ketinggian muka air
laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik
kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka
dasar vertikal.

Maka Para mahasiswa mampu memahami, mendeskripsikan, dan


mengaplikasikan penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan metoda
pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktek pengukuran
dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah. Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam
penyusunan laporan ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Melihat
dari kenyataan tersebut penyusun berlapang dada menerima saran dan kritik serta
uluran pendapat dari para pembaca demi kesempurnaan penyusunan laporan ini di
kemudian hari. Akhirnya tiada kata yang dapat penyusun sampaikan kepada
segenap pembaca,melainkan hanya ucapan terima kasih, semoga mereka selalu
dalam lindungan Allah SWT ,dengan harapan dapat ridho dan pengampunan-Nya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagisegenap pembaca pada umumnya dan bagi
penyusun

6.2 Saran
Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi
waterpass
Pastikan alat waterpass, statif, pita ukur, dan lainnya layak pakai
Ikuti peraturan dan langkah peraturan dengan benar.
Lakukan pengukuran dengan teliti untuk menghindari kesalahan.
Saling berkoordinasi antar anggota kelompok untuk saling bekerjasama
dalam pelaksanaan pengukuran.

30
DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, I.M. (2007). Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Bandung :


Jurusan Teknik Sipil FPTK-UPI.

Soetoma, W.(1995). Ilmu Ukur Tanah. Jakarta:Swada.

Wali, J.& Djoko.(1996). Dasar-Dasar Pengukuran. Jakarta: Erlanggga

31
LAMPIRAN

PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Gambar 3. Alat sipat datar Gambar 4. Payung

Gambar 5. Statif Gambar 6. Rambu ukur

Gambar 7. Pita ukur Gambar 8. Unting-unting

Anda mungkin juga menyukai