Anda di halaman 1dari 34

aaPENGUKURAN METODE SIPAT DATAR KERANGKA DASAR

VERTIKAL FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP) LAMA

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tuga mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah

yang diampu oleh Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya., M.T.

Disusun oleh :

Rosilawati Tiara Alifya F. (1800613)


Ayu Putri Hapsari (1802419)
Moch. Anggi Kusumah (1803690)
Ghiffary M. Ramadan (1804727)
Farina Nugrahani (1807498)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat,
taufik, karunia, inayah serta hidayah-Nya penulis dapat menyusun laporan tentang
“Pengukuran Metode Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) Lama" Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. beserta keluarga, para sahabat, dan kita
selaku umatnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak. Maka dari itu, perkenankanlah penulis berterimakasih kepada
1. Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.; selaku Dosen Praktik Ilmu Ukur
Tanah UPI.
2. Irma, S.Pd.; selaku Asisten Dosen Praktik Ilmu Ukur Tanah UPI.
3. Parmono, S.Pd., M.T.; selaku Asisten Dosen Praktik Ilmu Ukur Tanah UPI.
4. Rekan-rekan yang sudah memberikan segala masukannya terhadap penyusunan
laporan ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa dalam penyajian
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Terima kasih. Wassalam.

Bandung, 20 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 6
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 7
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.5 Tujuan ....................................................................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9
2.1 Pengukuran Sipat Datar ............................................................................ 9
2.1.1 Pengukuran Sipat Datar Optis ........................................................... 9
2.1.2 Instrument – Instrument Sipat Datar ............................................... 10
2.1.3 Instrument Pokok Sipat Datar ......................................................... 10
2.1.4 Penyetelan Instrument Sipat Datar .................................................. 11
2.1.5 Macam – Macam Alat Ukur Sipat Datar......................................... 11
Keterangan : ........................................................................................................ 14
BAB III METODOLOGI ................................................................................... 15
3.1 Lokasi Kegiatan ...................................................................................... 15
3.2 Waktu Kegiatan ...................................................................................... 16
3.3 Metode .................................................................................................... 17
3.4 Populasi, dan Teknik Sampling .............................................................. 17
3.5 Data Primer dan Data Sekunder ............................................................. 17
3.6 Instrumen ................................................................................................ 17
3.7 Teknik Analisis....................................................................................... 18
3.8 Kerangka Berpikir .................................................................................. 18
3.9 Diagram Alir ........................................................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 20
4.1 Hasil Pengukuran ................................................................................... 20

ii
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 21
4.3 Prosedur Penggambaran ......................................................................... 32
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ..................... 35
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 35
5.2 Implikasi ................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagian-bagian Alat Tipe Kekar ..................................................... 11


Gambar 2. Bagian-bagian Alat Tipe Reversi .................................................. 12
Gambar 3. Bagian-bagian Alat Tipe Jungkit ................................................. 13
Gambar 4. Bagian-bagian Alat Tipe Otomatik ............................................... 14
Gambar 5. Lokasi Pengukuran.......................................................................... 15
Gambar 6. Lokasi Pengukuran.......................................................................... 16
l

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Waktu Kegiatan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal .. 16


Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kesalahan Garis Bidik (KGB) ................. 20
Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran FIP Lama UPI ........................................... 20

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Ukur Tanah merupakan ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan
informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia di
bidang datar (luas < 55 km x 55 km) atau (<0,5 derajat x 0,5 derajat ).

Salah satu bagian dari Ilmu Ukur Tanah adalah Pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal, yakni teknik dan cara pengukuran kumpulan titik yang telah diketahui
atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu. Pengukuran Kerangka dasar Vertikal ini dapat dimanfaatkan
bagi analisis vertikal bidang teknik sipil dan perencanaan menurut ISI (Ikatan
Surveyor Indonesia), IAP (Ikatan Ahli Perencana), HITI (Himpunan Ilmu Tanah
Indonesia) dan ESRI (Environmental science Research Institute) USA.

Oleh karena itu, Mahasiswa Jurusan Teknik Bangunan sebagai calon ahli
bidang Teknik Bangunan dan juga guru, diharapkan mampu memahami, dan
mengaplikasikan berbagai metoda pengukuran beda tinggi tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diketahui diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
a. Pentingnya mengetahui Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal yang dipakai
dalam pekerjaan pengukuran serta survei dan pemetaan.
b. Pentingnya mengetahui Pengolahan Data Pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal pada pekerjaan pengukuran serta survei dan pemetaan.
c. Sebagian besar mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan sering ceroboh
dalam pengukuran dan pengolahan data, maka dari itu penting mempelajari
bab ini.

6
1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan


maupun pelebaran pokok masalah agar pembuatan makalah ini lebih terarah dan
memudahkan dalam pembahasan. Beberapa batasan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
a. Penjelasan tentang Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal di bidang Imu
Ukur Tanah saja.
b. Data dan informasi yang ditulis dalam laporan ini hanya menggunakan
beberapa sumber dari buku, jurnal, dan artikel dari internet saja.
c. Rumus-rumus dan metode berhitung pada laporan ini hanya untuk
pengukuran dan pemetaan dalam bidang Imu Ukur Tanah saja.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan beberapa


permasalahan yang akan dibahas, diantaranya sebagai berikut:
a. Bagaimana pengukuran situasi jalan dan bangunan dengan menggunakan
metode sipat datar ?
b. Bagaimana menggunakan pesawat penyipat datar (waterpass ?
c. Bagaimana perhitungan, pengolahan data dan penggambaran dari hasil
pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar ?

1.5 Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran Praktikum


Ilmu Ukur Tanah ini, diantaranya:
a. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran situasi jalan dan bangunan dengan
menggunakan metode sipat datar.
b. Mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan pesawat penyipat
datar.
c. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan, mengolah data dan menggambar
dari hasil pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar.

7
1.6 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan uraian lebih terperinci. Maka


laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Sipat Datar

Pengukuran Sipat Datar merupakan teknik dan cara pengukuran titik-titik


yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggian
terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu.

Pengukuran Sipat Datar dilakukan untuk menentukan beda tinggi antara


dua titik di atas permukaan bumi. Bila beda tinggi (h) dari selisih ketinggian
antara titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B
terletak lebih tinggi daripada titik A, maka tinggi titik B (Hb) = Ha + h.

Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak
antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah
bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik – titik A dan B kecil, maka
kedua bidang nivo yang melalui titik – titik A dan B dapat dianggap sebagai
bidang yang mendatar.

2.1.1 Pengukuran Sipat Datar Optis

Pengukuran Sipat Datar Optis ialah metode sipat datar dengan


prinsip dasar mengukur tinggi garis bidik alat sipat datar optis di lapangan
melalui rambu ukur. Sipat datar ini digunakan untuk daerah yang relatif
datar. Sipat datar optis memiliki sipat datar yang lain, dinamakan sipat datar
luas yang digunakan untuk menentukan suatu daerah dengan beda tinggi
yang relatif kecil tetapi harus dibuat garis konturnya.

Pada alat sipat datar Optis, akan terdapat garis bidik, dimana garis
bidik ini harus dibuat mendatar, supaya dapat digunakan untuk menentukan
beda tinggi antara dua titik. Ingatlah pula pada nivo tabung, karena pada
nivo tabung dijumpai suatu garis lurus yang dapat mendatar dapat pula
digunakan untuk mendatarkann garis bidik di dalam suatu teropong

9
Garis lurus mendatar didapat pula pada bidang atas zat cair yag
misalnnya ditempatkan di dalam pipa. Garis lurus yang didapat dari
permukaan zat cair ini digunakan pada alat – alat yang sederhana, untuk
mennentukann beda tinnnggi antara dua titik.

2.1.2 Instrument – Instrument Sipat Datar


1. Sipat datar langsung
a. Sipat datar spirit
b. Sipat datar barometer
2. Sipat datar tak langsung
a. Sipat datar trigonometri
b. Sipat datar memotong sungai
c. Sipat datar triangulasi udara

2.1.3 Instrument Pokok Sipat Datar


1. Instrument sipat datar Wye
Instrument sipat datar wye ini adanya sebuah teleskop dan tabung
nivo yang didukung sipat datar berbentuk Y mempunyai bagian–bagian
tertentu yang dapat distel sendiri untuk pengukuran kasar.

2. Instrument sipat datar Tabung


Instrument sipat datar tabung ini sama halnya seperti instrument
sipat datar wye akan tetapi dalam sipat datar tabung keberadaan
pesawatnya sudah distel.

3. Instrument sipat datar Ungkit


Instrument sipat datar ungkit adalah paling banyak digunakan
dalam pengukuran.

4. Instrument sipat datar Otomatis


Instrument sipat datar otomatis lebih banyak digunakan dalam
pengukuran dalam konstruksi karena lebih mudah dalam
pengerjaannya. Dalam sipat datar otomatis ini kelemahannya adalah
lebih mudah dipengaruhi oleh faktor getaran.

10
2.1.4 Penyetelan Instrument Sipat Datar

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat


datar adalah :
a. Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertical.
b. Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.
c. Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sipat datar.
❖ Penyetelan instrument sipat datar wye adalah sebagai berikut :
a. Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis – garis rangka
teleskopnya.
b. Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivau tabung
dari teleskopnya.
c. Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertikal.
❖ Penyetelan instrument sipat datar tabung adalah sebagai berikut :
a. Penyetelan agar sumbu nivau tegak lurus dengan garis vertikal.
b. Penyetelan agar garis kolimasi sejajar dengan sumbu niveau
(pengatur patok).

2.1.5 Macam – Macam Alat Ukur Sipat Datar

a. Tipe Kekar (Dumpy Level)


Pada tipe ini sumbu tegak menjadi satu dengan teropong. Semua bagian
pada alat sipat datar tipe kekar adalah tetap. Nivo tabung berada di atas
teropong, teropong hanya dapat digeser dengan sumbu kesatu sebagai
sumbu putar.

Gambar 1. Bagian-bagian Alat Tipe Kekar

11
1. Teropong 7. Tribrach
2. Nivo Tabung 8. Trivet
3. Pengatur nivo 9. Kiap (leveling head)
4. Pengatur diafragma 10. Sumbu ke-1
5. Kunci horizontal 11. Tombol fokus
6. Skrup kiap

b. Tipe Reversi (Reversible Level)


Pada tipe ini teropongnya dapat diputar pada sumbu mekanis
dan disangga oleh bagian tengah yang mempunyai sumbu tegak. Di
samping itu teropong dapat diungkit dengan skrup (no 13) sehingga
garis bidik dapat mengarah ke atas, ke bawah, maupun mendatar.
Sumbu mekanis, disamping sebagai sumbu putar teropong merupakan
garis penolong untuk membuat garis bidik sejajar denagn dua garis
jurusan nivo reversi.

Gambar 2. Bagian-bagian Alat Tipe Reversi

1. Teropong 9. Kiap
2. Nivo reversi 10. Sumbu kesatu (sumbu tegak)
3. Pengatur nivo 11. Tombol Fokus
4. Pengatur diafragma 12. Pegas
5. Skrup pengunci horizontal 13. Skrup pengungkit teropong
6. Skrup kiap 14. Skrup pemutar teropong
7. Tribrach 15. Sumbu mekanis
8. Trivet

12
c. Tipe Jungkit (Tilting Level)
Pada tipe ini sumbu tegak dan teropong dihubungkan dengan engsel
dan skrup pengungkit atau dapat diungkit dengan skrup pengungkit.

Gambar 3. Bagian-bagian Alat Tipe Jungkit

1. Teropong 8. Trivet
2. Nivo tabung 9. Kiap
3. Pengatur nivo 10. Sumbu ke-1
4. Pengatur diafragma 11. Tombol fokus
5. Pengunci horizontal 12. Pegas
6. Skrup kiap 13. Pengungkit teropong
7. Tribrach

13
d. Tipe Otomatik (Automatic Level)
Tipe ini sama dengan tipe kekar hanya didalam teropongnya
terdapat alat yang disebut komposator untik membuat agar garis bidik
mendata. Berbeda dengan 3 tipe sebelumnya, pada tipe otomatik ini tidak
terdapat nivo tabung untuk mendatarkan garis bidik sebagai
penggantinya di dalam teropong dipasang alat yang dinamakan
kompensator.
Bila benang silang diafragma telah diatur dengan baik, sinar
mendatar dan masuk melalui pusat objektif akan selalu jatuh depan di
titik potong benang silang diafragma, walaupun teropong miring
(sedikit).Tipe otomatik mempunyai kekurangan yaitu mudah
dipengaruhi getaran, karena sebagai kompensatornya dipergunakan
sistem pendulum. Tipe Otomatik terdriri dari :

Gambar 4. Bagian-bagian Alat Tipe Otomatik


Keterangan :
1. Teropong 6. Tribrach
2. Kompensator 7. Trivet
3. Pengatur diafragma 8. Kiap
4. Pengunci horizontal 9. Tombol Fokus
5. Skrup kiap

14
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi Kegiatan

Lokasi pengukuran kami bertempat di sekitar Fakultas Ilmu Pendidikan


(FIP) Lama Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Gambar 5. Lokasi Pengukuran

15
Gambar 6. Lokasi Pengukuran
3.2 Waktu Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Waktu Kegiatan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

No. Hari Tanggal Kegiatan Waktu Lokasi


1. Mendapatkan 13.00 Lab. Survei
Materi mengenai WIB – dan Pemetaan
pengukuran KDV Selesai FPTK UPI
Metode Sipat
11 Februari Datar
Selasa
2020 Melakukan 14.30 Di sekitar
pengukuran sipat WIB – Gedung FIP
datar dan Selesai Lama UPI
perhitungan
KGB di Gedung
FIP Lama UPI
3. Jumat 14 Februari Melakukan 10.00 Di sekitar
2020 pengukuran sipat WIB – Gedung FIP
datar dan 11.30 Lama UPI
perhitungan WIB
KGB di Gedung
FIP Lama UPI
4. Selasa 18 Februari Melakukan 14.30 Di sekitar
2020 pengukuran sipat WIB - Gedung
datar dan Selesai FPMIPA UPI
perhitungan
KGB di Gedung
FIP Lama UPI
5. Jumat 21 Februari Pengolahan data 13.00 FPTK UPI
2020 hasil pembacaan WIB -
Selesai

16
3.3 Metode

Dalam tugas ini metode yang digunakan adalah metode penelitian


kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut
penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan
penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik.

3.4 Populasi, dan Teknik Sampling


Populasi adalah keseluruhan subjek. Populasi pada tugas ini adalah buku
paket Teknik Survei dan Pemetaan Jilid I. Penulis Dr. Ir. H Iskandar Muda
Purwaamijaya, M.T.
Teknik Sampling pada laporan kegiatan ini adalah Teknik Purposif dan
Teknik Deskriptif. Teknik Purposif Sampling adalah teknik sampling non-
random sampling dimana peneliti atau penulis menetukan pengambilan sample
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan peneliti
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan.

3.5 Data Primer dan Data Sekunder


Data Primer yang digunakan bersumber dari Buku Teknik Survei dan
Pemetaan pada bab 3 yang berjudul Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar
Vertikal. Sedangkan Data Sekunder yang digunakan bersumber dari jurnal dan
artikel di internet.

3.6 Instrumen
Intrumen yang digunakan dalam tugas ini adalah Instrumen Dokumen
Resmi. Karena Instrumen Dokumen Resmi adalah dokumen yang dikeluarkan
oleh suatu lembaga secara resmi, misalnya : informasi penting, nilai raport, arsip
sejarah, dan baku.

17
3.7 Teknik Analisis

Teknik Analisis yang digunakan dalam Tugas ini adalah teknik analisis
deskriptif karena dibaca dari sumber buku Teknik Survei dan Pemetaan pada
Bab 3 yang membahas Pengukuran Metode Sipat Datar Kerangka Dasar
Vertikal.

3.8 Kerangka Berpikir

Mengunduh File PDF buku Pengantar Survei dan Pemetaan Jilid I

Membaca Isi Buku dan mendapatkan materi mengenai Pengukuran KDV

Melakukan Pengukuran KDV Metode Sipat Datar

Melakukan pengolahan data hasil pembacaan

Melakukan penggambaran secara manual, lalu digital

Membuat laporan

18
3.9 Diagram Alir

Model Diagram Alir


Model Diagram Alir
Pengukuran MetodeSipat
Pengukuran SipatDatar
DatarKerangka
Kerangka Dasar
Dasar Vertikal
Vertikal

Maksud :
Pembuatan serangkaian titik-titik di lapangan yang diukur
ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan
ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak

Tujuan :
Memperoleh informasi tinggi yang akurat untuk menyajikan informasi
yang lebih kompleks (garis kontur)

Referensi tinggi :
diperoleh dengan cara pengamatan pasut pada selang waktu tertentu
di tepi pantai untuk memperoleh tinggi muka air laut rata -rata atau
mean sea level (MSL)

Eliminasi kesalahan sistematis :


Pengukuran Melakukan pengukuran sipat datar dalam posisi 2 stand (2 kali berdiri
Sipat Datar alat) untuk memperoleh nilai kesalahan garis bidik (kemungkinan
Kerangka terungkitnya garis bidik ke atas/bawah akibat keterbatasan pabrik
Dasar Vertikal membuat alat betul-betul presisi)

Pengaturan awal alat sipat datar :


Mengatur garis bidik // sumbu II teropong dengan mengetengahkan
gelembung nivo kotak (menggerakkan 2 sekrup kaki kiap ke dalam/
luar dan 1 sekrup kaki kiap ke kanan/kiri) ; Mengatur sumbu I tegak
lurus sumbu II teropong dengan mengetengahkan gelembung nivo
tabung. Rambu ukur diatur tegak lurus permukaan tanah dan dibaca.

Pengukuran di lapangan :
Persiapan sketsa/peta jalur pengukuran dan rencana pematokan
dengan jumlah slag genap. Persiapan patok-patok pengukuan. Survei
awal dan pematokan. Rambu ukur didirikan di atas patok-patok
pengukuran. Alat sipat datar didirikan sekitar tengah-tengah slag atau
dibuat jumlah jarak belakang ~ jumlah jarak muka. Pembacaan
rambu ukur belakang dan muka. Pengukuran jarak belakang & muka.

Pengolahan Data :
Koreksi bacaan benang tengah dengan hasil kali koreksi garis bidik dan jarak.
Perhitungan beda tinggi koreksi kesalahan sistematis. Perhitungan bobot koreksi
dari rasio jarak slag terhadap total jarak pengukuran. Perhitungan kesalahan acak.
Distribusi kesalahan acak ke setiap slag dengan bobot koreksi. Perhitungan beda
tinggi dan tinggi definitif yang telah dikoreksi kesalahan acak. Penggambaran
jalur pengukuran dengan skala vertikal > skala horisontal.

Gambar 87. Diagram alir pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengukuran

Tanggal Pengukuran : 11 Februari 2020 Cuaca : Mendung


Lokasi Pengukuran : FIP Lama-UPI Diukur oleh : Kelompok 1
Alat Ukur : Waterpass WILD

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Kesalahan Garis Bidik (KGB)

Bacaan Belakang Syarat


Titik d optis
db Bab BTb BBb rambu ukur
1 4,5 1,395 1,373 1,350 -0,0005 4,5
2 6,7 1,407 1,375 1,340 -0,0015 6,7
Bacaan Muka Syarat
Titik d optis
Dm Bam BTm BBm rambu ukur
1 4,8 1,406 1,381 1,358 0,001 4,8
2 5,5 1,408 1,380 1,353 0,0005 5,3
KGB 0,00033

Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran FIP Lama UPI

BA BT BB Syarat dm Db
NO TITIK STAND RAMBU
(meter) (meter) (meter) Bacaan (meter) (meter)
Muka 1.865 1.790 1.715 -0.0005
1 A-B 1 15 15
Belakang 1.039 0.964 0.889 0
Muka 1.647 1.622 1.597 -0.0005
2 B-C 2 5 5
Belakang 0.526 0.501 0.476 -0.0005
Muka 2.231 2.171 2.111 0.0005
3 C-D 3 12 12
Belakang 1.811 1.751 1.691 -0.0005
Muka 1.688 1.638 1.588 0.0005
4 D-E 4 10 10
Belakang 1.317 1.267 1.217 0.0005
Muka 1.928 1.878 1.828 0.0005
5 E-F 5 10 10
Belakang 0.742 0.692 0.642 -0.0005
Muka 1.885 1.835 1.785 0
6 F-G 6 10 10
Belakang 1.551 1.501 1.451 -0.001

20
Muka 1.871 1.796 1.721 -0.0005
7 G-H 7 15 15
Belakang 1.991 1.916 1.841 0.001
Muka 1.886 1.811 1.736 0
8 H-I 8 15 15
Belakang 2.379 2.304 2.229 0.001
Muka 1.540 1.500 1.46 0.0005
9 I-J 9 8 8.4
Belakang 2.336 2.294 2.252 0.0005
Muka 1.106 1.032 0.958 0.0005
10 J-K 10 14.8 13
Belakang 2.529 2.464 2.399 0.0005
Muka 1.685 1.620 1.555 0
11 K-L 11 13 15
Belakang 2.568 2.493 2.418 0.001
Muka 1.158 1.083 1.008 0
12 L-M 12 15 15
Belakang 1.716 1.641 1.566 0

4.2 Pembahasan

• Rumus ang Digunakan


1. BTbk : BTb-(kgb.db)
2. BTmk : BTm-(kgb.dm)
3. ∆H : BTbk-BTmk
4. ∑d : db + dm
∑𝑑
5. Bobot : ∑(∑𝑑)

6. ∆Hk : ∆H-(∑∆. 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡)


7. Ti : T + ∆Hk
𝑇2−𝑇
8. Kemiringan : ∑𝑑12 x 100%
𝑇𝑖−𝑇
: 𝑑′+𝑑x 10

21
• Mencari BTmk dan BTbk
Rumus :
BTmk : BTm-(kgb.dm)
BTbk : BTb-(kgb.db) kgb = 0,00033

1. BTbk = 0.964 -( 0.00033 x 15 )= 0.959

2. BTbk = 0.501 -( 0.00033 x 5 )= 0.499

3. BTbk = 1.751 -( 0.00033 x 12 )= 1.747

4. BTbk = 1.267 -( 0.00033 x 10 )= 1.264

5. BTbk = 0.692 -( 0.00033 x 10 )= 0.689

6. BTbk = 1.501 -( 0.00033 x 10 )= 1.498

7. BTbk = 1.916 -( 0.00033 x 15 )= 1.911

8. BTbk = 2.304 -( 0.00033 x 15 )= 2.299

9. BTbk = 2.294 -( 0.00033 x 8.4 )= 2.291

10. BTbk = 2.464 -( 0.00033 x 13 )= 2.460

11. BTbk = 2.493 -( 0.00033 x 15 )= 2.488

12. BTbk = 1.641 -( 0.00033 x 15 )= 1.636

26
1. BTmk = 1.790 -( 0.00033 x 15 )= 1.785

2. BTmk = 1.622 -( 0.00033 x 5 )= 1.620

3. BTmk = 2.171 -( 0.00033 x 12 )= 2.167

4. BTmk = 1.638 -( 0.00033 x 10 )= 1.635

5. BTmk = 1.878 -( 0.00033 x 10 )= 1.875

6. BTmk = 1.835 -( 0.00033 x 10 )= 1.832

7. BTmk = 1.796 -( 0.00033 x 15 )= 1.791

8. BTmk = 1.811 -( 0.00033 x 15 )= 1.806

9. BTmk = 1.500 -( 0.00033 x 8 )= 1.497

10. BTmk = 1.032 -( 0.00033 x 14.8 )= 1.027

11. BTmk = 1.620 -( 0.00033 x 13 )= 1.616

12. BTmk = 1.083 -( 0.00033 x 15 )= 1.078

• Mencari ∆H dan ∑d
Rumus :
∆H : BTbk-BTmk

27
∑d : db + dm

1. ∆H = 0.959 - 1.785 = -0.826

2. ∆H = 0.499 - 1.620 = -1.121

3. ∆H = 1.747 - 2.167 = -0.042

4. ∆H = 1.264 - 1.635 = -0.371

5. ∆H = 0.689 - 1.875 = -1.186

6. ∆H = 1.498 - 1.832 = -0.334

7. ∆H = 1.911 - 1.791 = 0.120

8. ∆H = 2.299 - 1.806 = 0.493

9. ∆H = 2.291 - 1.497 = 0.794

10. ∆H = 2.460 - 1.027 = 1.433

11. ∆H = 2.488 - 1.616 = 0.872

12. ∆H = 1.636 - 1.078 = 0.558


+
∑∆H = 0.012

1. ∑d = 15 + 15 = 30

2. ∑d = 5 + 5 = 10

3. ∑d = 12 + 12 = 24

4. ∑d = 10 + 10 = 20

5. ∑d = 10 + 10 = 20

6. ∑d = 10 + 10 = 20

7. ∑d = 15 + 15 = 30

8. ∑d = 15 + 15 = 30
9. ∑d = 8 + 8.4 = 16.4

28
10. ∑d = 14.8 + 13 = 27.8

11. ∑d = 13 + 15 = 28

12. ∑d = 15 + 15 = 30
+
∑d = 286

• Mencari Bobot
Rumus :
(∑𝐝)
Bobot = ∑(∑𝐝) , dik ∑(∑d) = 286 m

1. Bobot = 30 / 286 = 0.105

2. Bobot = 10 / 286 = 0.035

3. Bobot = 24 / 286 = 0.084

4. Bobot = 20 / 286 = 0.070

5. Bobot = 20 / 286 = 0.070

6. Bobot = 20 / 286 = 0.070

7. Bobot = 30 / 286 = 0.105

8. Bobot = 30 / 286 = 0.105

9. Bobot = 16.4 / 286 = 0.057

10. Bobot = 27.8 / 286 = 0.057

11. Bobot = 28 / 286 = 0.098

20. Bobot = 30 / 286 = 0.105


+
Titik Kontrol = ∑Bobot = 1.000

• Mencari ∆Hk
Rumus :

29
∆Hk : ∆H – (∑∆H.bobot)

1. ∆Hk = -0.826 - ( 0.012 x 0.105 )= -0.827

2. ∆Hk = -1.121 - ( 0.012 x 0.035 )= -1.121

3. ∆Hk = -0.420 - ( 0.012 x 0.084 )= -0.421

4. ∆Hk = -0.371 - ( 0.012 x 0.070 )= -0.372

5. ∆Hk = -1.186 - ( 0.012 x 0.070 )= -1.187

6. ∆Hk = -0.334 - ( 0.012 x 0.070 )= -0.335

7. ∆Hk = 0.120 -( 0.012 x 0.105 )= 0.119

8. ∆Hk = 0.493 -( 0.012 x 0.105 )= 0.492

9. ∆Hk = 0.794 -( 0.012 x 0.057 )= 0.793

10. ∆Hk = 1.433 -( 0.012 x 0.097 )= 1.431

11. ∆Hk = 0.872 -( 0.012 x 0.098 )= 0.871

12. ∆Hk = 0.558 -( 0.012 x 0.105 )= 0.557


+
Titik Kontrol = ∑∆Hk = 0.000

• Mencari Ti
Rumus :
Ti = Tawal + ∆Hk
Dik: Tawal = 916,000 m

1. T1 = Tawal = 921.0000

2. T2 = 921.0000 + -0.827 = 920.1728

3. T3 = 920.1728 + -1.121 = 919.0514

4. T4 = 919.0514 + -0.421 = 918.6304

30
5. T5 = 918.6304 + -0.372 = 918.2585

6. T6 = 918.2585 + -1.187 = 917.0717

7. T7 = 917.0717 + -0.335 = 916.7369

8. T8 = 916.7369 + 0.119 = 916.8556

9. T9 = 916.8556 + 0.492 = 917.3474

10. T10 = 917.3474 + 0.793 = 918.1406

11. T11 = 918.1406 + 1.431 = 919.5721

= 0.871
12. T12 919.5721 + = 920.4432

T1' = 917.4193 + -0.827 = 921.0000

• Mencari Kemiringan/Slope
Rumus :
Kemiringan = ( ∆HK / ∑d ) x 100 %

-0.827
1. Kemiringan =( / 29.5 ) x 100% = 0.015

2. Kemiringan =( -1.121 / 29.4 ) x 100% = -0.006

31
-0.421
3. Kemiringan =( / 29.4 ) x 100% = 0.003

-0.372
4. Kemiringan =( / 17.2 ) x 100% = -0.019

5. Kemiringan =( -1.187 / 17.4 ) x 100% = 0.076

6. Kemiringan =( -0.335 / 26.0 ) x 100% = 0.054

7. Kemiringan =( 0.119 / 28.1 ) x 100% = 0.054

8. Kemiringan =( 0.492 / 26.0 ) x 100% = 0.027

9. Kemiringan =( 0.793 / 11.4 ) x 100% = 0.004

10. Kemiringan =( 1.431 / 29.4 ) x 100% = 0.000

11. Kemiringan =( 0.871 / 30.0 ) x 100% = 0.000

12. Kemiringan =( 0.557 / 30.0 ) x 100% = 0.000

4.3 Prosedur Penggambaran

4.3.1 Gambar Manual


1. Siapkan kertas millimeter block ukuran A3 (42 cm x 29,7 cm) dan
alat tulis seperti pulpen, pensil, penggaris, penghapus dan buat
margin dalam dan luar serta etiket (mencakup legenda).
2. Hitung jarak total dan selisih beda tinggi terbesar
3. Tentukan sumbu x dan y

32
4. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal
berbeda dengan skala horizontal (skala horizontal kurang dari skala
vertikal).
5. Setelah skala dibentuk, tentukan tinggi titik awal yang terdapat
pada data pengukuran
6. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan
7. Lakukan langkah ke 5 sampai slag terakhir. Kemudian buat
permukaan tanah dengan mengarsir arsiran ke kanan
8. Setelah gambar sudah membentuk seperti grafik, lengkapilah
gambar dengan menggambar rambu ukur, waterpass, dan
tambahkan keterangan jarak, tinggi titik dan kemiringan.

4.3.1 Gambar Digital


1. Siapkan komputer atau laptop, kemudian buka software
Autodesk Map.
2. Setelah Autodesk Map dibuka, aturlah satuan pada Autodesk
Map dengan perintah Units -> Enter. (Disarankan untuk
menggunakan satuan cm)
3. Buatlah garis pinggir dengan perintah REC -> Enter
4. Kemudian masukan ukuran kertas A3 ( 42 cm x 29,7 cm)
5. Setelah garis pinggir terbentuk, hitunglah jarak total dan selisih
beda tinggi terbesar.
6. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala
vertikal berbeda dengan skala horizontal (Skala horizontal
kurang dari skala vertikal)
7. Tentukan sumbu x dan y
8. Tentukan tinggi titik awal yang terdapat pada data pengukuran
9. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah
ditentukan.
10. Lakukan langkah ke 8 sampai slag terakhir. Kemudian tarik
garis sesuai dengan titik tersebut sampai akhir hingga
membentuk seperti grafik.

33
11. Untuk membuat permukaan tanah, command “Offset” pada
garis grafik tersebut, tentukan jaraknya, dan tarik ke bawah.
Kemudian command “Hatch” dan pilih simbol arsiran tanah.
12. Lengkapilah gambar dengan menggambar rambu ukur,
waterpass, statif, unting-unting dan tambahkan keterangan
jarak, tinggi titik dan kemiringan serta buat skala grafis.
13. Buat etiket (mencakup legenda).
14. Save, plot, dan print.

34
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Praktikum Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu aplikasi dari mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah. Dalam hal ini mengenai pengukuran sipat datar, pengukran sipat
datar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beda tinggi dalam suatu tempat.
Dalam pengukuran sipat datar diperlukan ketelitian yang tinggi dalam pembacaan
benang atas, benang bawah, dan benang tengah karena sedikit kesalahan
pembacaaan dapat menyebabkan kesalahan yang fatal mengingat jarak dalam
pengukuran. Kesalahan garis bidik hendaknya diukur dengan teliti.

Dalam pengukuran yang telah kami lakukan, mendapatkan hasil sebagai


berikut :

• Jumlah Slag sebanyak 12 dengan menggunakan alat Waterpass WILD.


• Tinggi Titik awal yang telah dihitung dari hasil interpolasi adalah 921,0000
• KGB yang didapat adalah 0.00033
• Total jarak yang telah diukur adalah 286 m
• Besar koreksi beda tinggi yang didapat adalah 0.012

5.2 Implikasi

Hasil dari makalah ini digunakan sebagai bahan literasi bagi mahasiswa
yang belajar tentang pengukuran Metode Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal
(KDV) dalam survei dan pemetaan. Dengan selesainya makalah ini diharapkan
dapat menambah pemahaman sekaligus pengetahuan tentang Pengukuran
Metode Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal (KDV).

35
5.3 Rekomendasi
Hasil laporan ini disususun pada kesimpulan laporan yang telah
dikemukakan sebelumnya. Penulis mengajukan saran yang sekiranya dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan bahan masukan bagi pihak yang
bersangkutan, yaitu:
a. Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi
waterpass
b. Pastikan alat yang akan digunakan layak pakai
c. Ikuti peraturan dan langkahnya dengan benar
d. Lakukan pengukuran dengan teliti

36
DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2008). Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1


Untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembiaan SMK.

Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2017). Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah.


Bandung: Laboratorium Survei dan Pemetaan DPTS FPTK UPI.

37

Anda mungkin juga menyukai