LAPORAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tuga mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat,
taufik, karunia, inayah serta hidayah-Nya penulis dapat menyusun laporan tentang
“Pengukuran Metode Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) Lama" Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. beserta keluarga, para sahabat, dan kita
selaku umatnya hingga akhir zaman.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 21
4.3 Prosedur Penggambaran ......................................................................... 32
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ..................... 35
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 35
5.2 Implikasi ................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Ukur Tanah merupakan ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan
informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia di
bidang datar (luas < 55 km x 55 km) atau (<0,5 derajat x 0,5 derajat ).
Salah satu bagian dari Ilmu Ukur Tanah adalah Pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal, yakni teknik dan cara pengukuran kumpulan titik yang telah diketahui
atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu. Pengukuran Kerangka dasar Vertikal ini dapat dimanfaatkan
bagi analisis vertikal bidang teknik sipil dan perencanaan menurut ISI (Ikatan
Surveyor Indonesia), IAP (Ikatan Ahli Perencana), HITI (Himpunan Ilmu Tanah
Indonesia) dan ESRI (Environmental science Research Institute) USA.
Oleh karena itu, Mahasiswa Jurusan Teknik Bangunan sebagai calon ahli
bidang Teknik Bangunan dan juga guru, diharapkan mampu memahami, dan
mengaplikasikan berbagai metoda pengukuran beda tinggi tersebut.
6
1.3 Pembatasan Masalah
1.5 Tujuan
7
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak
antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah
bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik – titik A dan B kecil, maka
kedua bidang nivo yang melalui titik – titik A dan B dapat dianggap sebagai
bidang yang mendatar.
Pada alat sipat datar Optis, akan terdapat garis bidik, dimana garis
bidik ini harus dibuat mendatar, supaya dapat digunakan untuk menentukan
beda tinggi antara dua titik. Ingatlah pula pada nivo tabung, karena pada
nivo tabung dijumpai suatu garis lurus yang dapat mendatar dapat pula
digunakan untuk mendatarkann garis bidik di dalam suatu teropong
9
Garis lurus mendatar didapat pula pada bidang atas zat cair yag
misalnnya ditempatkan di dalam pipa. Garis lurus yang didapat dari
permukaan zat cair ini digunakan pada alat – alat yang sederhana, untuk
mennentukann beda tinnnggi antara dua titik.
10
2.1.4 Penyetelan Instrument Sipat Datar
11
1. Teropong 7. Tribrach
2. Nivo Tabung 8. Trivet
3. Pengatur nivo 9. Kiap (leveling head)
4. Pengatur diafragma 10. Sumbu ke-1
5. Kunci horizontal 11. Tombol fokus
6. Skrup kiap
1. Teropong 9. Kiap
2. Nivo reversi 10. Sumbu kesatu (sumbu tegak)
3. Pengatur nivo 11. Tombol Fokus
4. Pengatur diafragma 12. Pegas
5. Skrup pengunci horizontal 13. Skrup pengungkit teropong
6. Skrup kiap 14. Skrup pemutar teropong
7. Tribrach 15. Sumbu mekanis
8. Trivet
12
c. Tipe Jungkit (Tilting Level)
Pada tipe ini sumbu tegak dan teropong dihubungkan dengan engsel
dan skrup pengungkit atau dapat diungkit dengan skrup pengungkit.
1. Teropong 8. Trivet
2. Nivo tabung 9. Kiap
3. Pengatur nivo 10. Sumbu ke-1
4. Pengatur diafragma 11. Tombol fokus
5. Pengunci horizontal 12. Pegas
6. Skrup kiap 13. Pengungkit teropong
7. Tribrach
13
d. Tipe Otomatik (Automatic Level)
Tipe ini sama dengan tipe kekar hanya didalam teropongnya
terdapat alat yang disebut komposator untik membuat agar garis bidik
mendata. Berbeda dengan 3 tipe sebelumnya, pada tipe otomatik ini tidak
terdapat nivo tabung untuk mendatarkan garis bidik sebagai
penggantinya di dalam teropong dipasang alat yang dinamakan
kompensator.
Bila benang silang diafragma telah diatur dengan baik, sinar
mendatar dan masuk melalui pusat objektif akan selalu jatuh depan di
titik potong benang silang diafragma, walaupun teropong miring
(sedikit).Tipe otomatik mempunyai kekurangan yaitu mudah
dipengaruhi getaran, karena sebagai kompensatornya dipergunakan
sistem pendulum. Tipe Otomatik terdriri dari :
14
BAB III
METODOLOGI
15
Gambar 6. Lokasi Pengukuran
3.2 Waktu Kegiatan
16
3.3 Metode
3.6 Instrumen
Intrumen yang digunakan dalam tugas ini adalah Instrumen Dokumen
Resmi. Karena Instrumen Dokumen Resmi adalah dokumen yang dikeluarkan
oleh suatu lembaga secara resmi, misalnya : informasi penting, nilai raport, arsip
sejarah, dan baku.
17
3.7 Teknik Analisis
Teknik Analisis yang digunakan dalam Tugas ini adalah teknik analisis
deskriptif karena dibaca dari sumber buku Teknik Survei dan Pemetaan pada
Bab 3 yang membahas Pengukuran Metode Sipat Datar Kerangka Dasar
Vertikal.
Membuat laporan
18
3.9 Diagram Alir
Maksud :
Pembuatan serangkaian titik-titik di lapangan yang diukur
ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan
ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak
Tujuan :
Memperoleh informasi tinggi yang akurat untuk menyajikan informasi
yang lebih kompleks (garis kontur)
Referensi tinggi :
diperoleh dengan cara pengamatan pasut pada selang waktu tertentu
di tepi pantai untuk memperoleh tinggi muka air laut rata -rata atau
mean sea level (MSL)
Pengukuran di lapangan :
Persiapan sketsa/peta jalur pengukuran dan rencana pematokan
dengan jumlah slag genap. Persiapan patok-patok pengukuan. Survei
awal dan pematokan. Rambu ukur didirikan di atas patok-patok
pengukuran. Alat sipat datar didirikan sekitar tengah-tengah slag atau
dibuat jumlah jarak belakang ~ jumlah jarak muka. Pembacaan
rambu ukur belakang dan muka. Pengukuran jarak belakang & muka.
Pengolahan Data :
Koreksi bacaan benang tengah dengan hasil kali koreksi garis bidik dan jarak.
Perhitungan beda tinggi koreksi kesalahan sistematis. Perhitungan bobot koreksi
dari rasio jarak slag terhadap total jarak pengukuran. Perhitungan kesalahan acak.
Distribusi kesalahan acak ke setiap slag dengan bobot koreksi. Perhitungan beda
tinggi dan tinggi definitif yang telah dikoreksi kesalahan acak. Penggambaran
jalur pengukuran dengan skala vertikal > skala horisontal.
Gambar 87. Diagram alir pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BA BT BB Syarat dm Db
NO TITIK STAND RAMBU
(meter) (meter) (meter) Bacaan (meter) (meter)
Muka 1.865 1.790 1.715 -0.0005
1 A-B 1 15 15
Belakang 1.039 0.964 0.889 0
Muka 1.647 1.622 1.597 -0.0005
2 B-C 2 5 5
Belakang 0.526 0.501 0.476 -0.0005
Muka 2.231 2.171 2.111 0.0005
3 C-D 3 12 12
Belakang 1.811 1.751 1.691 -0.0005
Muka 1.688 1.638 1.588 0.0005
4 D-E 4 10 10
Belakang 1.317 1.267 1.217 0.0005
Muka 1.928 1.878 1.828 0.0005
5 E-F 5 10 10
Belakang 0.742 0.692 0.642 -0.0005
Muka 1.885 1.835 1.785 0
6 F-G 6 10 10
Belakang 1.551 1.501 1.451 -0.001
20
Muka 1.871 1.796 1.721 -0.0005
7 G-H 7 15 15
Belakang 1.991 1.916 1.841 0.001
Muka 1.886 1.811 1.736 0
8 H-I 8 15 15
Belakang 2.379 2.304 2.229 0.001
Muka 1.540 1.500 1.46 0.0005
9 I-J 9 8 8.4
Belakang 2.336 2.294 2.252 0.0005
Muka 1.106 1.032 0.958 0.0005
10 J-K 10 14.8 13
Belakang 2.529 2.464 2.399 0.0005
Muka 1.685 1.620 1.555 0
11 K-L 11 13 15
Belakang 2.568 2.493 2.418 0.001
Muka 1.158 1.083 1.008 0
12 L-M 12 15 15
Belakang 1.716 1.641 1.566 0
4.2 Pembahasan
21
• Mencari BTmk dan BTbk
Rumus :
BTmk : BTm-(kgb.dm)
BTbk : BTb-(kgb.db) kgb = 0,00033
26
1. BTmk = 1.790 -( 0.00033 x 15 )= 1.785
• Mencari ∆H dan ∑d
Rumus :
∆H : BTbk-BTmk
27
∑d : db + dm
1. ∑d = 15 + 15 = 30
2. ∑d = 5 + 5 = 10
3. ∑d = 12 + 12 = 24
4. ∑d = 10 + 10 = 20
5. ∑d = 10 + 10 = 20
6. ∑d = 10 + 10 = 20
7. ∑d = 15 + 15 = 30
8. ∑d = 15 + 15 = 30
9. ∑d = 8 + 8.4 = 16.4
28
10. ∑d = 14.8 + 13 = 27.8
11. ∑d = 13 + 15 = 28
12. ∑d = 15 + 15 = 30
+
∑d = 286
• Mencari Bobot
Rumus :
(∑𝐝)
Bobot = ∑(∑𝐝) , dik ∑(∑d) = 286 m
• Mencari ∆Hk
Rumus :
29
∆Hk : ∆H – (∑∆H.bobot)
• Mencari Ti
Rumus :
Ti = Tawal + ∆Hk
Dik: Tawal = 916,000 m
1. T1 = Tawal = 921.0000
30
5. T5 = 918.6304 + -0.372 = 918.2585
= 0.871
12. T12 919.5721 + = 920.4432
• Mencari Kemiringan/Slope
Rumus :
Kemiringan = ( ∆HK / ∑d ) x 100 %
-0.827
1. Kemiringan =( / 29.5 ) x 100% = 0.015
31
-0.421
3. Kemiringan =( / 29.4 ) x 100% = 0.003
-0.372
4. Kemiringan =( / 17.2 ) x 100% = -0.019
32
4. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal
berbeda dengan skala horizontal (skala horizontal kurang dari skala
vertikal).
5. Setelah skala dibentuk, tentukan tinggi titik awal yang terdapat
pada data pengukuran
6. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan
7. Lakukan langkah ke 5 sampai slag terakhir. Kemudian buat
permukaan tanah dengan mengarsir arsiran ke kanan
8. Setelah gambar sudah membentuk seperti grafik, lengkapilah
gambar dengan menggambar rambu ukur, waterpass, dan
tambahkan keterangan jarak, tinggi titik dan kemiringan.
33
11. Untuk membuat permukaan tanah, command “Offset” pada
garis grafik tersebut, tentukan jaraknya, dan tarik ke bawah.
Kemudian command “Hatch” dan pilih simbol arsiran tanah.
12. Lengkapilah gambar dengan menggambar rambu ukur,
waterpass, statif, unting-unting dan tambahkan keterangan
jarak, tinggi titik dan kemiringan serta buat skala grafis.
13. Buat etiket (mencakup legenda).
14. Save, plot, dan print.
34
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Praktikum Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu aplikasi dari mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah. Dalam hal ini mengenai pengukuran sipat datar, pengukran sipat
datar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beda tinggi dalam suatu tempat.
Dalam pengukuran sipat datar diperlukan ketelitian yang tinggi dalam pembacaan
benang atas, benang bawah, dan benang tengah karena sedikit kesalahan
pembacaaan dapat menyebabkan kesalahan yang fatal mengingat jarak dalam
pengukuran. Kesalahan garis bidik hendaknya diukur dengan teliti.
5.2 Implikasi
Hasil dari makalah ini digunakan sebagai bahan literasi bagi mahasiswa
yang belajar tentang pengukuran Metode Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal
(KDV) dalam survei dan pemetaan. Dengan selesainya makalah ini diharapkan
dapat menambah pemahaman sekaligus pengetahuan tentang Pengukuran
Metode Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal (KDV).
35
5.3 Rekomendasi
Hasil laporan ini disususun pada kesimpulan laporan yang telah
dikemukakan sebelumnya. Penulis mengajukan saran yang sekiranya dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan bahan masukan bagi pihak yang
bersangkutan, yaitu:
a. Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi
waterpass
b. Pastikan alat yang akan digunakan layak pakai
c. Ikuti peraturan dan langkahnya dengan benar
d. Lakukan pengukuran dengan teliti
36
DAFTAR PUSTAKA
37