Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS STUDI KASUS BANJIR ROB DI DAERAH JAKARTA UTARA

(PENYEBAB, DAMPAK DAN PENANGANAN)

TUGAS PERTEMUAN 14

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Irigasi dan Bangunan
Keairan (TB416) yang diampu oleh:

Dedi Purwanto, S.Pd., M.PSDA.

Disusun oleh:

Ghiffary Muhammad Ramadan

NIM. 1804727

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021
Fenomena Banjir Rob di Jakarta Utara

Fenomena bencana banjir rob beserta dampak negatifnya yang telah


ditimbulkan di Jakarta Utara mengindikasikan kurangnya kewaspadaan dan
kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya banjir. Kawasan pesisir Jakarta Utara
berada pada ketinggian 0-3 m diatas permukaan air laut, banjir , banjir rob di Jakarta
Utara memiliki ketinggian sampai 100 cm. Oleh karena itu, perlu adanya analisis
penyebab terjadinya banjir rob serta bagaimana penanganannya sebagai upaya
untuk mengurangi dampak yang akan terjadi serta memposisikan masyarakat dan
daerah yang bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda.

A. PENYEBAB BANJIR ROB


1. Pasang Surut Air Laut
Fenomena banjir rob yang terjadi hampir disepanjang tahun baik terjadi di
musim hujan maupun di musim kemarau. Hal ini menunjukan bahwa curah
hujan bukanlah faktor utama yang menyebabkan fenomena rob. Rob terjadi
terutama karena pengaruh tinggi-rendahnya pasang surut air laut yang terjadi
oleh gaya gravitasi. Gravitasi bulan merupakan pembangkit utama pasang
surut. Walaupun massa matahari jauh lebih besar dibandingkan masa bulan,
namun karena jarak bulan yang jauh lebih dekat ke bumi di bandingkan
matahari maka gravitasi bulan memiliki pengaruh yang lebih besar.

2. External Force
Terjadinya banjir rob akibat adanya kenaikan muka air laut yang disebabkan
oleh pasang surut, dan faktor-faktor atau eksternal force seperti dorongan air,
angin atau swell (gelombang yang akibatkan dari jarak jauh), dan badai yang
merupakan fenomena alam yang sering terjadi di laut.

3. Pemanasan Global
Selain itu, banjir rob juga terjadi akibat adanya fenomena iklim global yang
ditandai dengan peningkatan temperatur rata-rata bumi dari tahun ke tahun.
Lapisan ozon merupakan pelindung bumi dari pengaruh sinar matahari
sehingga bila lapisan ini menipis maka akan terjadi pemanasan global,
sehingga menyebabkan lapisan es di kutub utara dan antartika mencair.
Akibatnya, permukaan permukaan laut air global naik.

4. Pembangunan Gedung/Penurunan Muka Tanah


Jakarta Utara merupakan bagian dari kota metropolitan Jakarta mengalami
perkembangan wilayah yang pesat setiap tahunnya, ditandai dengan
pembangunan gedung bertingkat dan meningkatnya aktivitas penduduk yang
secara tidak langsung menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air bersih
dan memicu pengambilan air tanah secara besar-besaran. Hasil pengukuran
pada tahun 1925-2003, permukaan air laut Jakarta selalu naik setiap tahun,
kenaikannya rata-rata 0,5 sentimeter (cm) per tahun. Sebaliknya laju
penurunan muka tanah Jakarta mencapai 5cm hingga 12 cm per tahun di
sejumlah titik selama tiga dekade terakhir, kondisi ini yang menyebabkan
akumulasi permukaan air laut yang menggenangi tanah Jakarta lebih tinggi.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di jakarta saat ini tersisa 9%, Ruang
tebuka Hijau (RTH) yang sudah ada sejak tahun 2000 semakin berkurang
setiap tahunnya, terlihat dengan daerah kelapa gading, jakarta utara dahulu
diperuntukan untuk area peresapan air namun yang terjadi sekarang menjadi
tempat sentra bisnis. Hal tersebut pada akhirnya telah meyebabkan terjadinya
kurangnya daerah resapan air serta penurunan permukaan tanah beberapa
centimeter setiap tahun di beberapa tempat seperti pada daerah Sunter, Ancol,
Kelapa Gading, Pluit, Cilincing, dan Kapuk. Akibatnya, air dari sistem
drainase sulit mengalir ke laut, menyebabkan semakin rentannya kawasan
pesisir terkena banjir saat air laut pasang. Kotamadya Jakarta Utara
merupakan wilayah terendah di Jakarta yang berbatasan langsung dengan
Laut Jawa.

5. Reklamasi Pantai Utara Jakarta


Kondisi di atas diperparah oleh adanya aktivitas reklamasi pantai utara
Jakarta untuk pembangunan kawasan permukiman. Reklamasi pantai utara
Jakarta tersebut, juga telah menggusur hutan mangrove (bakau) yang berfungsi
sebagai pelindung alami wilayah daratan bila terjadi air pasang/gelombang
pasang dari laut. Selain mengubah geomorfologi (bentang alam), hal tersebut
juga telah mengganggu sistem hidrologi dataran pantai sehingga meyebabkan
air dari sistem drainase sulit mengalir ke laut.

B. DAMPAK BANJIR ROB


Adapun dampak yang diakibat banjir rob bisa meliputi berbagai aspek
kehidupan seperti mengubah fisik lingkungan, penurunan kualitas lingkungan,
dan kerugian ekonomi. Berikut adalah beberapa dampak yang ditimbulkan dari
adanya banjir rob di daerah Jakarta Utara tiap tahunnya:

1. Kerugian Ekonomi
Adapun banjir genangan ini lebih sering berdampak pada taman rekreasi
Jaya Ancol, karena taman rekreasi ini berbatasan langsung dengan laut. Untuk
penangan genangan terpaksa menggunakan drainase dengan sistem polder
dengan sistem drainase sangat mahal, baik biaya konstruksi maupun biaya
operasi perawatannya. Memerlukan tanah dari luar lokasi untuk pengurugan
lahan, yang ternyata memerlukan biaya yang relatif besar pula dan peninggian
jalan lingkungan sampai di atas peil muka air laut maksimum.

2. Rumah dan Bangunan


Pengaruh banjir rob terhadap bangunan, pada umumnya adalah sebagai
berikut:
a. Lantai rumah / bangunan pada umumnya tergenang air (banyak dijumpai
pada rumah yang tidak dihuni oleh pemiliknya).
b. Rumah / bangunan rusak, seperti: retak, kusen pintu lapuk, dan tenggelam
tanah urugan.
c. Lantai rumah rumah terpaksa harus ditinggikan setiap 5 tahun sekali.
Ratarata peninggian sebesar 10 - 50 cm.
d. Rumah / bangunan diurug sampai habis, dan di atas lahan urugan dibangun
rumah yang sama sekali baru.
e. Pada bagian depan rumah dipasang bendung penahan air atau bagian teras
rumah ditinggikan.

Gambar 1. Lokasi Pemukiman di daerah Ancol yang terdampak Banjir


Rob
3. Prasarana dan Sarana
Pengaruh pada prasarana dan sarana permukiman seperti jalan becek
dan selalu tergenang air sehingga menggangu kelancaran lalu lintas.
Fenomena fisik yang terjadi di wilayah ini adalah setiap 5 tahun badan
jalan lingkungan dan jalan penghubung menjadi terputus. Disisi lain
investasi atau biaya pengelolaan untuk mempertahankan agar kawasan
ini tetap eksis dalam menunjang aktifitas perkotaan secara finansial
sangat merugikan, baik penduduk setempat ataupun masyarakat umum,
demikian juga pengelola kota mengalaminya.

Gambar 2. Jalan Utama tergenang Banjir Rob

4. Kondisi Air Bersih dan Sampah


Banjir rob juga dapat berpangaruh terhadap kebutuhan air bersih.
Pengaruhnya berupa kedalam pipa bertambah akibat pengurugan lahan,
air tanah rasanya berubah jadi asin / payau, dan peralatan air bersih cepat
rusak terkena korosi. Selain itu terjadinya banjir rob juga mengakibatkan
Septik Tank atau cubluk (SPAL) perlu di perhatikan seperti penambahan
ketinggian dinding tangki atau cubluk dikuras setiap 2 tahun sekali. Hal
itu dilakukan untuk menghindarkan air dan tinja dalam melimpah ke atas.
Untuk pengelolaan sampah di lakukan peninggian TPS dan perawatan
gerobak sampah.

C. PENANGANAN BANJIR ROB


Banjir rob yang terjadi di Jakarta dapat ditangani dengan bebagai solusi
yaitu sebagai berikut :
1. Pemanfaatan teknologi untuk mengatasi rob dapat dilakukan dengan
melakukan pemanenan air hujan, pengoperasian pompa, serta
membangun bendungan di area pesisir.
2. Pembangunan kota berkonsep water front city juga bisa dilakukan.
Konsep ini menjadikan air sebagai bagian kehidupan sehari-hari
masayrakat. Cara ini bisa diterapkan di daerah yang mempunyai laju
penurunan tanah tinggi. Secara tidak langsung, masyarakat akan
beradaptasi dengan membuat rumah panggung untuk menghindari
luapan air.
3. Pembuatan bendungan laut yang disertai dengan tidal gate atau pintu
air yang berfungsi untuk mengatur pasang surut daerah mura. Tujuan
sistem ini adalah mencegah dan mengurangi volume air laut masuk ke
daratan.
4. Pemerintah juga dapat membuat polder atau kolam untuk menampung
air rob. Polder-polder tersebut didesain sedemikian rupa agar menjadi
bagian dari drainase kota.
5. Beberapa teknologi yang diciptakan Belanda guna mencegah luapan air
dari laut utara antara lain:
a. mengeringkan air laut menggunakan pompa hidrolik yang
digerakkan oleh kincir angin
b. membangun benteng untuk menahan volume air yang mungkin
akan menerjang Belanda.
c. membuat tanggul dan bendungan yang dapat dibuka tutup sesuai
kebutuhan Tanggul ini akan menutup secara otomatis ketika air laut
mengalami pasang. Sebaliknya, ketika air laut surut, tanggul akan
terbuka.

Gambar 3. Pompa Air dan Sistem Polder

Gambar 4. Sistem Tanggul dan Kincir Angin

LINK VIDEO PENANGANGAN BANJIR ROB:


https://www.youtube.com/watch?v=BhRkoHnfRpY
https://www.youtube.com/watch?v=D687INGv0lo

Anda mungkin juga menyukai