Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS PERENCANAAN TATA GUNA LAHAN DAN

PERENCANAAN TRANSPORTASI DI SEMARANG

Latar Belakang
Kota Semarang merupakan salah satu kota pesisir di Indonesia. Berdasarkan
ilustrasi soal tersebut, kota Semarang sangat sering dilanda banjir rob. Hampir setiap
hari menjelang malam, genangan air selalu terjadi di beberapa daerah sebagai akibat
dari banjir rob, bahkan sampai saat ini belum ada upaya penanganan yang sesuai untuk
permasalahan ini dan beban pembangunan yang merambah wilayah pesisir juga
semakin besar sehingga penurunan muka tanah di darat juga ikut berpengaruh
terhadap terjadinya banjir rob. Daerah yang beresiko terhadap banjir rob yaitu wilayah
pesisir Kota Semarang yang meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Tugu, Semarang
Barat, Semarang Utara, Gayamsari, Semarang Timur, Genuk. adanya banjir rob tersebut
mempengaruhi perkembangan Kota Semarang itu sendiri misalnya membuat adanya
kawasan tidak sehat di Semarang bagian Utara.

Bencana Rob
Rob adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi
daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari muka
air laut. Di Semarang permasalahan Rob ini telah terjadi cukup lama dan semakin parah
karena terjadi penurunan muka tanah sedang muka air laut meninggi sebagai akibat
pemanasan suhu bumi.
Rob merupakan banjir yang terjadi akibat pasang air laut yang menggenangi
kawasan yang mempunyai ketinggian lebih rendah dari permukaan air laut pada pasang
tertinggi. Lama genangan dapat berlangsung berhari-hari bahkan sepanjang tahun
tergantung pada jenuh tidak nyata. Beberapa penyebab yang secara langsung dapat
memperparah terjadinya rob antara lain penurunan tanah akibat ground water
pumping dan bbeban di atas muka tanah, bertambahnya tinggi permukaan air laut,
tingginya sedimentasi dan sampah, sistem drainase yang tidak tepat, curah hujan dan
fenomena alam lain.
Mitigasi Bencana dan Analisis Bencana Rob di Semarang
Dalam hal ini perlu dilakukan upaya mitigasi bencana banjir yang terjadi di pesisir
semarang. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana banjir antara lain mengurangi pembuangan sampah
sembarangan, mengurangi pembangunan pemukiman di bataran sungai agar terdapat
daerah resapan air, membuat selokan, serta membuat rumah dengan tipe panggung
dsb.
Pada kawasan pantai Kota Semarang sering terjadi banjir akibat dari pasang surut
air laut, yang terkenal dengan banjir rob. Banjir rob adalah genangan air pada bagian
daratan pantai yang terjadi pada saat air laut pasang. Banjir rob menggenangi bagian
daratan pantai atau tempat yang lebih rendah dari muka air laut pasang tinggi (high
water level). Beberapa literatur mengulas bahwa fenomena banjir rob kawasan pantai
Semarang merupakan akibat dari beberapa peristiwa berikut :
•Perubahan penggunaan lahan di wilayah pantai: lahan tambak, rawa dan sawah,
yang dulu secara alami dapat menampung pasang air laut telah berubah menjadi lahan
pemukiman, kawasan industri dan pemanfaatan lainnya, dengan cara mengurug
tambak, rawa dan sawah, sehingga air laut tidak tertampung lagi, kemudian
menggenangi kawasan yang lebih rendah lainnya. Dari sekitar 790,5 Ha lahan di
Kecamatan Semarang Utara sudah tidak ada lahan tambak, dan dari sekitar 585 Ha
lahan total di Kecamatan Semarang Barat hanya terdapat sekitar 126,5 Ha lahan tambak
(Bappeda, 2000)
•Penurunan tanah di kawasan pantai (land subsidence). Penurunan muka tanah
pada wilayah pantai Kota Semarang berkisar antara 2-25 cm/tahun. Khusus di wilayah
Kelurahan Bandarharjo, Tanjung Mas dan sebagian kelurahan Terboyo Kulon emncapai
20 cm/tahun (Dit. Geologi dan tata Lingkungan, 1999)
•Penurunan permukaan air tanah sebagai akibat dari penggunaan air tanah yang
berlebihan, dan recharge air tanah pada kawasan konservasi yang buruk. Pengambilan
air tanah Kota Semarang sebesar 35,639 x 106 M6/tahun (Dit. Geologi dan Tata
Lingkungan, 1998)
•Kenaikan muka air laut (sea level rise) sebagai efek pemanasan global. Antara
tahun 1990 hingga tahun 2100 akan terjadi kenaikan suhu rerata permukaan bumi
sebesar 1,4 0C – 5,8 0C. Pemansan global itu akan menyebabkan perubahan iklim bumi,
dan kenaikan muka air laut (Sea Level Rise) sekitar 1,00 M pada tahun 2100
(Intergovernmental Panel on Climate Change-IPCC-Working Group 2, 2001)

Adapun Langkah-langkah mitigasi bencana banjir Rob


Berkaca dari penyebab terjadinya, penanggulangan banjir rob semestinya
dilakukan secara kompak antar berbagai pihak. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh warga masyarakat untuk dapat mencegah terjadinya banjir rob. Beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi terjadinya banjir adalah sebagai berikut :
— Melakukan pemanenan air hujan di daerah atas, pembuatan pompa untuk daerah
bawah, dan membendung air laut yang masuk ke daratan.
— Membuat sumur resapan sehingga air yang berada dipermukaan tanah bisa
menambah volume air bawah tanah.
— Melakukan konsep water front city, yaitu menjadikan air sebagai bagian kehidupan
sehari- hari dari masyarakat. Konsep ini dapat diterapkan di daerah yang mempunyai
tingkat penurunan tanah yang tinggi. Konsep ini secera tidak langsung menghendaki
masyarakat untuk membuat rumah panggung dengan kondisi sekelilingnya adalah air
bersih.
— Melakukan konseptidal gate, yaitu meletakkan pintu air atau pintu pasang surut di
daerah muara degan tujuan untuk mencegah air laut yang datan dan masuk ke sungai
terlalu besar.
— Pembangunan polder, yaitu pembuatan kolam kecil yang digunakan untuk
menampung rob. Polder- polder tersebut harus ditata sedemikian rupa dan dilakukan
secara terpadu, serta menjadi bagian dari drainase kota.
— Mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi pemakaian kendaraan
bermotor dan barang-barang elektronik yang meningkatkan lepasnya gas rumah kaca.
— Menanam mangrove. Akar mangrove dapat berperan sebagai jaring yang menjerat
sedimen sehingga mengurangi dampak abrasi akibat adanya banjir rob.

Anda mungkin juga menyukai