Rob
Rob atau banjir air laut adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang
menggenangi daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari
muka air laut.
BANJIR ROB DI KOTA SEMARANG Satria Mahardika Suryo Putra UNIVERSITAS
DIPONEGORO SEMARANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA 2014
Sedangkan banjir rob yang melanda daerah-daerah di pinggiran laut atau pantai disebabkan oleh:
Permukaan tanah yang lebih rendah daripada muka pasang air laut.
Ada beberapa sebab yang menyebabkan terjadinya banjir rob. Meskipun bukanlah penyebab
secara langsung, namun juga bisa dikatakan bahwa faktor tersebut dikatakan sebagai faktor-
faktor yang mendukung terjadinya banjir rob. Beberapa faktor yang menyebabkan atau
mendukung terjadinya banjir rob antara lain adalah:
1. Pemanasan global
Hal pertama yang disinyalir menjadi sesuatu yang sangat mendukungt erjadinya banjir rob
adalah pemanasan global. Hal ini karena pemansan global merupakan suatu peristiwa alam yang
menyebabkan meningkatnya suhu rata- rata dunia. Meningkatnya suhu udara yang ada di bumi
ini tentu saja akan berakibat kepada es yang berada di kedua kutub bumi.
Akibat adanya penyebab pemanasan global ini, maka kedua es yang berada pada kutub bumi
menjadi mencair dalam jumlah yang tidak sedikit. menacirnya es yang berada di kedua kubut
bumi ini baik sedikita tau banyak akan mempengaruhi naiknya jumlah atau volume air laut.
Akibatnya air laut akan bertambah banyak dan permukaan air laut ini akan menaik (fenomena ini
disebut dengan fenomena sea level rise). Naiknya permukaan air laut ini tentu akan
menimbulkan kekhawatiran masyarakat dan menambah resiko terjadinya fenomena banjir rob di
suatu wilayah, terutama di wilayah pesisir pantai.
Itulah beberapa hal yang dapat menyebabkan tejadinya banjir rob atau beberapa hal yang
mendukung terjadinya banjir rob. Bila kita mencermati faktor- faktor di atas maka aan kita
temukan bahwa beberapa faktor tersebut adalah faktor alami dan beberapa lainnya adalah faktor
yang disebabkan karena ulah manusia. Oleh karena itu sebagai manusia yang bijak, kita harus
berusaha untuk menjauhi perbuatan- perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian tersebut.
Walau bagaimanapun juga, oerbuatan buruk sekecil apapun akan dapat menyumbang atau
meningkatkan resiko terjadinya banjir rob ini. Dan hal ini akan membawa berbagai macam
kerugian, baik pribadi amupun untuk masyarakat
http://ilmugeografi.com/bencana-alam/banjir-rob
Maya sari
Dampak yang sudah pasti dirasakan bagi masyarakat yang mengalami banjir rob adalah berupa
kerugian material. Kerugian material ini merupakan dapat timbul karena banyak rumah warga
yang terendam banjir, kemudian tidak hanya rumah saja namun juga perabotan rumah tangga
ikut terendam banjir. Hal ini akan mengakibatkan adanya kergian material yang cukup besar
untuk dapat memulihkan seperti kondisi semula.
2. Merusak bangunan
Dampak yang juga sangat dirasakan oleh masyarakat akibat banjir rob adalah rusaknya
bangunan yang terendam banjir. Bangunan yang terlalu lama tergenang air memang akan
mengalami kerusakan, baik banyak maupun sedikit. serapan bangunan yang berpotensi rusak
adalah lantai atau keramik, kusen pintu, maupun tembok bagian bawah. Terlebih banjir rob
merupakan banjir yang airnya berasal dari air laut ynag mengandung garam. Hal ini akan
sangat mempercepat kerusakan bangunan itu sendiri.
http://ilmugeografi.com/bencana-alam/banjir-rob
Bukan tanpa usaha, pemerintah kotasemarang berusaha mengatasi banjir rob ini dengan
membuat sebuah polder/ danau buatan di depan stasiun tawang untuk mengurangi banjir rob
tersebut dengan memompa air ke dalam polder buatan itu, peninggian tanggul sungai pun
dilakukan
Untuk menangani masalah kerusakan pantai ada beberapa cara antaar lain:
(1).Non Struktur : penanaman pohon bakau (mangrove), pengisian pasir
(2). Struktur: dengan menggunakan bangunan pelindung pantai: perkuatan disepanjang garis
pantai menggunakan tembok laut, pengatur laju sedimen diarea pantai baik sambung maupun
lepas pantai, menggunakan bangunan tegak lurus pantai untuk menangkap gerak sedimen
sepanjang pantai (groing), bangunan pantai yang diletakkan disisi sungai (jetty) dan pemecah
gelombaang (breakwater)
2. Abrasi
Abrasi merupakan proses terjadinya pengikisan daratan oleh gelombang sehingga menyebabkan
hanyutnya substrat dan berkurangnya luas daratan [1]. Terjadinya perubahan garis pantai sangat
dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada daerah sekitar pantai, dimana pantai selalu
beradaptasi dengan berbagai kondisi yang terjadi [2].
[1] Miyasyiwi, Seztifa dan Prasetya, Hendra. 2011. Penanggulagan Abrasi, Erosi, Dan Tsunami
dengan Optimalisasi Vegetasi Dan Kontrol Biologis. Bogor: Jurnal Institut Pertanian Bogor.
[2] Carter, R.W.G. 1993. Coastal Environment. London. Academic Press Limited.
1) Mangrove
Dalam hal struktur, mangrove di Indonesia lebih bervariasi bila dibandingkan dengan
daerah lainnya. Dapat ditemukan mulai dari tegakan Avicennia marina dengan ketinggian
1 - 2 meter pada pantai yang tergenang air laut, hingga tegakan campuran Bruguiera-
Rhizophora-Ceriops dengan ketinggian lebih dari 30 meter (misalnya, di Sulawesi
Selatan). Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove,
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis
epifit dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan
beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove), sementara
jenis lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan
(asociate asociate).
.
Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur,
terutama di daerah dimana endapan lumpur terakumulasi (Chapman, 1977). Di Indonesia,
substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizophora mucronata and Avicennia
marina (Kint, 1934). Kint (1934) melaporkan bahwa di Indonesia, R. stylosa dan
Sonneratia alba tumbuh pada pantai yang berpasir, atau bahkan pada pantai berbatu.
Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove
mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara
selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara
beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada
daunnya.
Di Indonesia, areal yang selalu digenangi walaupun pada saat pasang rendah
umumnya didominasi oleh Avicennia alba atau Sonneratia alba. Areal yang digenangi
oleh pasang sedang didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora. Adapun areal yang digenangi
hanya pada saat pasang tinggi, yang mana areal ini lebih ke daratan, umumnya
didominasi oleh jenisjenis Bruguiera dan Xylocarpus granatum, sedangkan areal yang
digenangi hanya pada saat pasang tertinggi (hanya beberapa hari dalam sebulan)
umumnya didominasi oleh Bruguiera sexangula dan Lumnitzera littorea.
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Mencegah abrasi pantai biasanya dilakukan dengan menanam bakau. Akan tetapi, di
Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, masyarakat menanam pandan, waru, ketapang, angsana,
dan asam. Kelurahan Paupanda. Sebagai langkah awal, FIRD yang mulai memberikan
advokasi pascabencana gelombang pasang Juli 2009 bersama masyarakat kemudian
menanam 150 pohon ketapang dalam radius sekitar 20 meter dari bibir pantai pada Oktober
2010. Berbeda dengan daerah lain yang umumnya menanam bakau untuk menahan abrasi, di
Tanjung dan Paupanda ini mereka memilih waru, angsana, ketapang, pandan, dan asam.
Angsana, ketapang, asam, dan waru juga bisa difungsikan sebagai peneduh pantai, sedangkan
pandan dipilih karena memiliki akar kuat. Pada Februari 2011, FIRD bersama masyarakat
Puunaka dan Rate, termasuk anggota Kodim 1602/Ende dan sejumlah lembaga swadaya serta
pemerintah setempat melakukan penanaman lagi 450 pohon waru, angsana, dan pandan. Ada
baiknya penanaman di pesisir bukan saja pohon waru, tetapi juga cemara laut.
http://nasional.kompas.com/read/2011/06/10/03394838/mencegah.abrasi.dengan.pandan.da
n.asam
nasional Mencegah Abrasi dengan Pandan dan Asam Jumat, 10 Juni 2011 Samuel Oktora
Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkunganhutan bakau atau
daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama
lain seperti daon,
daonan (Sd., Bms.),buyuk (Jw., Bali),bhunyok (Md.), bobo(Menado, Ternate,Tidore),
boboro(Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno,
pureno, parinan, parenga (Seram, Ambondan sekitarnya).[1]
Nipah tumbuh di bagian belakang hutan bakau, terutama di dekat aliransungai yang memasok
lumpur ke pesisir. Palma ini dapat tumbuh di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang masih
terpengaruh pasang-surut air laut yang mengantarkan buah-buahnya yang mengapung. Di
tempat-tempat yang sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus di belakang lapisan
hutan bakau, kurang lebih sejajar dengan garis pantai. Nipah mampu bertahan hidup di atas lahan
yang agak kering atau yang kering sementara air surut.
Palma ini umum ditemukan di sepanjang garis pesisir Samudera Hindia hingga Samudera
Pasifik, khususnya di antara Bangladeshhingga pulau-pulau di Pasifik. Nipah termasuk jenis
tumbuhan yang terancam punah di Singapura.
Gangguan alam yang sering menimpa tanaman nipah adalah angindan banjir.
1. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya,
Jakarta. Hal. 487-490.
2. ^ Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita,
Jakarta. Hal. 135.
5) Bamboo
6) Waru
7) Ketapang
8) Angsana
9) Nyamplung
10) Katang