Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nurul Azizah Chaniago

NIM : 13030120140093
Matkul : Sejarah Perkotaan

BANJIR DAN PENGENDALIANNYA DI “KAMPUNG BESAR” JAKARTA


TAHUN 1911 – 1985: Suatu Kajian Sejarah Lingkungan

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penelitian ini ingin mengkaji bagaimana masyarakat
Jakarta dalam menghadapi banjir yang merupakan gejala alam, dikaitkan dengan upaya
penanggulangannya:
• Apakah faktor geografi: perubahan iklim, geologi, geomorfologi dan curah hujan
mempengaruhi besarnya banjir?
• Seberapa jauh pemanfaatan ruang kota (ruang politik, ekonomi dan sosial budaya)
mempengaruhi wilayah banjir?
• Bagaimana dinamika masyarakat dalam menghadapi banjir?
• Bagaimana upaya pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi banjir?
Dua factor yang mempengaruhi pembentukan pantai di teluk Jakarta :
- Sedimentasi di muara sungai yang tinggi dalam masa ribuan tahun terbentuknya
dataran alluvial
- Iklim. Pada musim angin barat dimana angin meniup ke darat hal ini menimbulkan
abrasi dan akresi.
Faktor paling besar pengaruhnya terhadap banjir adalah jumlah, sebaran, ruang, waktu,
intensitas, kemiringan lereng, infiltrasi, panjang sungai. Hujan pada bulan Januari – Pebruari
lebih berbahaya karena tanah sudah jenuh air.
Menurut data, pada tahun 1980-1985 Batavia mengalami banjir yang fluktuatif. Oleh karena
kebutuhan air Batavia, maka Van Blommestein mengusulkan untuk:
• Membangun suatu tanggul laut sepanjang pantai Teluk Jakarta dari Muara Karang
sampai Tanjung Priok.
• membangun waduk-waduk penampungan dan pengumpulan air.
• memperdalam saluran-saluran yang ada di wilayah tersebut pada sub edi atas dan
pembuatan pintu-pintu pengatur tinggi muka air agar terbentuk kompleks-kompleks
polder dengan tinggi permukaan air yang berbeda-beda.
• membangun sarana pompa pembuang air merangkap pusat pembangkit tenaga listrik
hidro di Sewan di Cisadane dengan alur listrik tegangan tinggi ke sarana pompa
Ancol.
• membangun sarana pompa pembuang air Ancol dekat pada syphon Terusan Gunung
Sahari.
• pengalihan dan penyelesaian saluran Sentiong dan saluran Duri.
• pembangunan pintu air untuk kapal antara lautan dan terusan Ancol dan antara
kompleks polder satu sama lain.
• pembangunan pintu-pintu air di Cengkareng dengan suatu saluran sambungan ke
Pintu Air Karet.
• pembangunan pusat penjernihan air dekat Pintu Air Karet, sementara dengan
kapasitas 1 meter kubik perdetik untuk kemudian ditingkatkan.
Dasar Kepres No. 183/1965, 22 Juni 1965 dan Kepres No. 29/1965; 11 Pebruari 1965:
• Proyek Pencegahan banjir di Jakarta Raya penting dalam rangka menanggulangi
banjir dimusim hujan yang selalu melanda kota Jakarta sehingga terjadi pemusnahan
modal dan investasi, dan merugikan kesehatan rakyat dan prestise ibukota RI dan
kepentingan martabat negara. Kopro terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah
Jakarta; ABRI dan tenaga teknis.
• Kopro banjir pekerjaan dibagi 2 yaitu Proyek Hulu dan hilir. Proyek Hulu pembuatan
waduk
• Proyek hilir normalisasi sungai, pengerukan sungai, perbaikan tanggul.
• Tahun 1972 Berubah nama menjadi Proyek Pengendalian Banjir Jakarta Raya tahun
1985 wilayah kerja diperluas menjadi Jabotabek.
Tema-tema penelitian yang berkaitan dengan lingkungan dan kota masih banyak belum
dikerjakan. Diantaranya tentang kota dan polusi dari industri. Sementara itu penelitian sejarah
masih sangat terbatas. Dari polusi udara bisa berimplikasi terhadap perilaku norma dan juga
munculnya penyakit karena kondisi udara yang kurang bagus. Ada juga tema mengenai
penyakit dan lingkungan. Aspek-aspek kesehatan masyarakat di wilayah perkotaan yang
menyangkut penggunaan air tanah, sampah dan konflik tanah (mafia tanah) dan sanitasi adalah
problem perkotaan yang sangat lazim. Kini dengan semakin terbatasnya sumber air dan lahan
maka kedepan konflik-konflik itu akan semakin banyak dan terbuka. Selain itu terdapat tentang
sejarah bencana yang menarik untuk di uji.

Anda mungkin juga menyukai