Anda di halaman 1dari 1

Naskah La Galigo di Perpustakaan Universitas Leiden terdiri atas 2.850 halaman dalam 12 jilid.

Ukuran buku-buku itu 21 x 34 sentimeter. Jilid 1 merupakan jilid terpendek, yaitu 184 halaman yang
rata-rata ada 21 baris. Ruangan tulisan berukuran 17 x 28 sentimeter. Sebelum 184 halaman yang
mempunyai nomor terdapat satu halaman yang kosong, dan halaman itu didahului oleh daftar isi
yang ditempel pada kertas tebal. Tulisan pada naskah ini pada umumnya rapi dan jelas, walaupun
beberapa kali ada tambahan kata di atas baris. Dengan tinta merah dan pensil merah tempat
pemisahan kata ditandai, serta permulaan alinea baru. Pensil merah digunakan pula sebagai
petunjuk kepada pencetak. Dengan pensil biasa, dan kadang-kadang dengan tinta hitam, Matthes
membuat catatan di atas baris dengan penjelasan arti kata. Penjelasan itu terdiri atas terjemahan
kata atau frase ke dalam bahasa Belanda, bahasa Makassar, atau salah satu sinonim dalam bahasa
Bugis. Tinta hitam digunakan untuk mengubah beberapa huruf yang sifatnya ambigu. Misalnya
aksara p yang dalam tulisan Bugis dapat melambangkan ‘pa’ atau ‘mpa’, ditambah garis kecil
sehingga menjadi aksara P . Sama halnya dengan perubahan aksara r dijadikan R , k dijadikan K , dan
c dijadikan C . Seringkali juga terdapat tambahan tanda untuk vokal pepet E di atas aksara.
Contohnya ialah nama Batara Lattuq, yang diubah menjadi Batara Lettuq. Dalam beberapa kasus

Transkripsi dan Terjemahan

Naskah Bugis yang ditulis dengan aksara Bugis selalu menimbulkan kesulitan dalam hal
transkripsinya. Aksara Bugis melambangkan kombinasi konsonan yang diikuti oleh vokal. Geminasi
dan konsonan akhir tidak dilambangkan, dan prenasalisasi konsonan biasanya tidak ditandai. Pada
umumnya kata-kata tidak terpisah dalam naskah Bugis, dan tidak ada alinea. Tanda baca hanya satu,
yaitu pallawa yang menandai sebuah sela. Dalam transkripsi dengan huruf Latin pallawa itu dapat
dilambangkan dengan tanda koma, titik, titik dua atau alinea baru.

Anda mungkin juga menyukai