Anda di halaman 1dari 4

PERTEMUAN 1 CERITA PARAHYANGAN

 Dalam perkembangan historiografi di Indonesia, terdapat beberapa corak historiografi yang memiliki
karakteristik yang saling berbeda jenisnya, antara lain: historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan
historiografi nasional
 Naskah Carita Parahiyangan menceritakan sejarah Sunda, dari awal kerajaan Galuh pada zaman
Wretikandayun sampai runtuhnya Pakuan Pajajaran (ibu kota Kerajaan Sunda akibat serangan Kesultanan
Banten, Cirebon dan Demak.
 Naskah Carita Parahiyangan banyak menyebut nama tempat atau wilayah yang termasuk dalam kekuasaan
Sunda dan juga tempat-tempat lain di pulau Jawa dan pulau Sumatra.
 Tidak hanya itu, Carita Parahyangan atau CP juga menjelaskan mengenai peristiwa atau kejadian-kejadian
besar pada masa itu sperti perang Bubat, menceritakan Sang Wretikandayun yang diceritakan sebagai
pendiri kerajaan Galuh dan keturunannya, menceritakan Sanjaya yang di dalam Carita Parahyangan tidak
banyak menaklukan kerajaan di sekitarnya dan silsilah raja-raja Pajajaran yang dimulai dari Rahyang Banga.
LATARBELAKANG CARITA PARAHYANGAN

 Carita Parahyangan ditulis sekitar tahun 1580 Masehi atau pada akhir abad ke-16.
 Naskah ini menceritakan tentang kekuasaan di ibukota kerajaan Sunda yaitu Keraton Galuh dan Keraton
Pakuan Pajajaran.
 Menjadi koleksi museum Nasional Indonesia Jakarta dengan nomor register Koprak 406.
 Naskah ini terdiri dari 47 lembar daun lontar dengan ukuran 21×3 cm. Setiap lembarnya diisi oleh tulisan 4
baris.
 Penulisan : Aksara Sunda Kuno.
K. F Holle.
 Holle adalah peneliti pertama yang meneliti tentang naskah ini. Holle mencatat naskah ini pada tahun 1882.
 Tulisannya kemudian kerap dijadikan bahan kajian oleh peneliti lain.
 K F Holle membandingkan prasasti Batu tulis yang pernah diteliti Friedrich dengan Carita Parahyangan yang
terdapat di dalam buku Tijdschrift voor Indische Taal- Land,- en Volkenkunde, XXVII terbitan tahun 1882.
 Perkiraan usia naskah itu 350 tahun, dan naskah tersebut ia beri nama Tjarita Parahjangan.
 Naskah ini juga diteliti oleh beberapa sarjana Sunda, di antaranya Ma'mun Atmamiharja, Amir Sutaarga,
Aca, Ayatrohaédi, serta Édi S. Ékajati dan Undang A. Darsa.
 Naskah ini terdiri dari dua bagian, bagian terbesar (Carita Parahyangan) adalah teks tentang raja-raja dan
kerajaan-kerajaan di Jawa Barat pada zaman pra Islam, dan bagian lainnya yaitu Fragmen Carita
Parahyangan.
GAMBARAN ATAU EKSISTENSI DARI JEJAK KEPEMIMPINAN DALAM CARITA PARAHYANGAN
Kandungan pokok isi naskah Carita Parahyangan menceritakan tentang tiga hal, yaitu; silsilah dan runtutan Raja-
raja Parahyangan (Galuh dan Pajajaran), durasi kekuasaannya, dan kausalitas suksesi Raja.
Beberapa diantaranya yaitu :
 Diawali dengan munculnya Sang Resi Guru di wilayah Kendan, berputrakan Rajaputra yang menurunkan
dua orang anak, Sang Kandiawan dan Sang Kandiawati.
 Pada masa pemerintahan Raja Sanjaya seperti yang disebutkan pada prasasti Canggal dari Jawa Tengah,
kemudian disebutkan juga dalam Carita Parahyangan bahwa Raja Sanjaya menggantikan Raja Sena di
Kerajaan Galuh.
 Raja Sanjaya ini banyak menaklukkan kerajaan-kerajaan sekitar yaitu Mananggul, Kahuripan, Kadul, Balitar,
yang dilanjut perang dengan Malayu, Kemir, Keling, Barus, dan Cina.
DINAMIKA KERAJAAN
Selain itu juga tersembul peristiwa atau dialog yang mengandung ajaran-ajaran dan berhubungan dengan
tindakan atau ucapan raja-raja Sunda masa itu. Salah satunya yaitu terdapat tokoh raja dalam naskah Carita
Parahyangan yang menonjol, yaitu Prabu Darmasiksa. Darmasiksa atau Prabu Sanghyang Wisnu adalah raja
Kerajaan Sunda Galuh yang memerintah antara tahun 1175-1297 di Pakuan. Jejak kepemimpinannya yang
tercantum pada naskah Carita Parahyangan yaitu ajaran Prabu Darmasiksa mengenai karakter-karakter positif
dan negatif di dalam menjalankan kepemimpinan.
 Dalam sebuah kerajaan pasti memiliki seorang pemimpin atau pemegang kekuasaan disebut sebagai
seorang Raja
 Suatu kerajaan yang mencapai kejayaan disebabkan karna adanya pemimpin (raja) yang memiliki
kemampuan seperti jujur, bijaksana, dermawan dan lainnya.
 Sebaliknya jika kerajaan mengalami keruntuhan maka hal tersebut juga disebabkan oleh rajanya,
dikarenakan tidak mampu untuk memimpin kerajaannya.
 Dalam Carita Parahyangan pergantian seorang raja dapat dilakukan jika : salah berperilaku, tidak pernah
berbuat baik, memiliki perlakuan yang buruk apalagi jika memperalat wanita, sering membunuh tanpa
takut dosa, merampas tanpa berperikemanusiaaan, tidak menghormati orang tua, menghina kaum
agamawan.
 Seperti salah satu raja di Jawa Pawatan yang bernama Sang Manarah yang menjadi raja selama 80 tahun
karena sempurna menunaikan kewajiban agama.
 Sedangkan raja Rahiyang Tanperan menjabat selama 7 tahun karena kelakuannya senang membinasakan
orang yang sedang bertapa, oleh karena itu tidak lama menjadi seorang raja.
 Dapat dilihat bahwa inti dari Carita Parahyangan yang mana kerajaan dapat runtuh disebabkan oleh
pemimpinnya yang sudah tidak lagi berperilaku baik.
 Dan awal dari keruntuhan kerajaan Panjajaran yang dipimpin oleh Ratu Dewata ialah dengan memiliki
perilaku yang diam atas serangan pasukan luar.
SYARAT MENJADI PEMIMPIN (TERMASUK AJARAN-AJARAN DARI NASKAH CARITA PARAHYANGAN)

1) Memiliki kekuatan
Seorang pemimpin selalu berhubungan dengan kekuasaan yang diperolehnya melalui kekuatan atau
kemampuan dirinya. Dalam hal tertentu, pemimpin harus tampil di garis depan dengan disertai keberanian
“mengalirkan darah”. Artinya, kekerasan, atau ketegasan bertindak diperlukan untuk mencapai tujuan.
2) Pemimpin harus sehat jasmani rohani
Sehat jasmani dalam pengertian tidak cacat badan dan sehat rohani berarti bisa membedakan baik dan
buruk, salah dan benar, merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki seorang pemimpin. Naskah Carita
Parahiyangan menginformasikan dua orang raja yang gagal naik tahta disebabkan cacat tubuh, yaitu
Rahiang Sempakwaja dan Rahiyang Kidul.
3) Musyawarah
Setelah lama berperang. Rahiang Sanjaya sudah merasa lelah dan sudah saatnya untuk berdamai. Oleh
karena itulah, ia kemudian bermusyawarah untuk membagikan wilayah kekuasaannya. Rahiang Sanjaya
ingin berdamai dengan Rahiang Kuku, Sang Seuweukarma berkaitan tanah yang menjadi rebutan.
4) Ruh Kepemimpinan: agama atau ajaran
Dalam naskah CP tercatat sekurang-kurangnya empat orang raja yang dikatakan berpegang kepada ajaran
Sanghyang Siksa, yaitu: Rahyang Sanjaya, Rahyang Manisri, Prabu Darmasiksa, dan Prabu Jayadewata.
Carita Parahiyangan menunjukkan adanya para wiku "nu ngawakan Jati Sunda" yaitu para pendeta yang
khusus mengamalkan "agama Sunda" dan memelihara "kabuyutan parahiyangan".
Ajaran yang menjadi sumber pedoman dalam menjalankan pemerintahan
1) Watang Ageung
Watang (Ageung) adalah kitab agung atau sejenis teks suci atau teks keagamaan yang dalam cerita Para
Putera Rama dan Rawana menjelma menjadi anak bernama Puspalawa dengan kekuatan sihir Hayam
Canggong. Sang Layuwatang, dialah yang menyusun Sanghiyang Watang Ageung. Uraian lebih lanjut
mengenai “kitab suci” Sanghiyang Watang Ageung tidak diketahui.
2) Sanghyang Siksa
- Ajaran pertama yang disampaikan berkenaan dengan fungsi dasaindria, yaitu sepuluh indra utama yang
dimiliki setiap orang.
- Ajaran yang kedua berkenaan dengan masalah ketaatan dan kewajiban setiap orang.
- Ajaran ketiga berkenaan dengan bagaimana cara melaksanakan tugas atau darma setiap orang.
- Ajaran keempat berkaitan dengan kriteria pemimpin. Terdapat istilah Parigeuing dan Dasa Pasanta yang
menguraikan bagaimana seorang pemimpin berlaku.
Cont...
3) Ajaran Prabuguru Darmasiksa
Prabuguru Darmasiksa (Danasasmita, 1983-1984 Jilid Ketiga: 18-23). adalah tokoh yang meletakkan dasar-
dasar Pandangan Hidup/Visi ajaran hidup secara tertulis berupa nasihat.
4) Ajaran Mahaprabu Nila Wastu Kancana
Ajaran yang ditingggalkanya untuk kita semua adalah membiasakan diri berbuat kebajikan (pakenal gawe
rahayu) dan membiasakan diri berbuat kesejahteraan sejati (pakena kereta bener) adalah sumber kejayaan
dan kesentosaan negara.
TIGA GOLONGAN YANG BERPENGARUH DALAM CARITA PARAHYANGAN
 Dalam Carita Parahyangan terdapat model pembagian/pemisah kekuasaan tradisional masyarakat Sunda
yang mana mencakup sebuah aturan-aturan didalamnya.
 Yang ditentukan oleh seorang prebu, yang dilakukan atas kesepakatan dengan pihak rama dan pihak resi.
Prebu-rama-resi inilah yang disebut sebagai Tri Tangtu di Buana, sebagai tiga golongan yang menentukan
roda kekuasaan di dunia.
 Pembagian sistem kekuasaan pada masyarakat Sunda saat ini dilakukan supaya kekuasaan kerajaan tidak
terpusat pada satu tangan (raja).
 Sistem pembagian kekuasaan atas Tri Tangtu di Buana memiliki tiga penentu urusan negara yang terdiri
atas golongan :
- Prebu ialah raja yang bisa dianalogikan sebagai pemegang lembaga eksekutif
- Rama ialah tokoh yang dituakan oleh masyarakat yang bisa dianalogikan sebagai pemegang lembaga legislatif
- Resi ialah kaum “akademisi” dan agamawan yang bisa dianalogikan sebagaI pemegang lembaga yudikatif

 Jadi jelas bahwa pemimpin pusat tidak slalu mewariskan kekuasaan pada keturunannya. Akan tetapi, hal itu
dilakukan atas kesepakatan dengan pihak rama (tokoh wakil masyarakat) dan pihak resi (kaum intelektual
ahli bidang peradilan).
 Dalam pemimpin wilayah atau daerah juga ditentukan atas mekanisme kesepakatan dan kebijakan
lembaga adat Tri Tangtu di Buana yang ada di masing-masing kerajaan daerah.
 Model pemerintahan dikelola melalui pangwereg yang bersifat pemerintahan atas ke bawah dan
pamwatan yang bersifat pemerintahan bahwa ke atas dalam upaya meningkatkan stabilitas otonomi
daerah demi menjamin kehidupan kesejahteraan masyarakat.
 Dengan demikian masyarakat Sunda di masa lampau telah memiliki satu taraf kehidupan sosial
kemasyarakatan yang cukup teratur.

Anda mungkin juga menyukai