Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH LAPORAN SEJARAH

”KERAJAAN KEDIRI”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

1. A RYA ATHAILLAH
2. CHINDI ADELIA SALSA
3. SYIFA AZZURA
4. SYAHIRA ATHA ARVIDAYANTI

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA LUBUKLINGGAU
MA NEGERI 1 (MODEL) KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang...................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
C. Tujuan................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Sejarah Awal Berdirinya Kerajaan Kediri.........................................................................4
B. Raja-Raja Yang Pernah Memerintah Kerajaan Kediri......................................................5
C. Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri..................................................................................10
D. Bukti-Bukti Sejarah Kerajaan Kediri..............................................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................................16
B. Saran................................................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai
Brantas,Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari
KerajaanMataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu
yangmenamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang
membagikerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri)
yang dibatasidengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada
pertikaian. KerajaanJanggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas
dengan pelabuhanSurabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan.
Sedangkan Kerajaan Panjalu(Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Kerajaan Kediri?
2. Siapa saja Raja-Raja Kerajaan Kediri?
3. Bagaimana Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kediri?
4. Bagaimana Kehidupan Sosial Kerajaan Kediri?
5. Kapan Runtuhnya Kerajaan Kediri?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Sejarah Kerajaan Kediri


2. Untuk mengetahui Pemerintahan Raja-Raja Kerajaan Kediri
3. Untuk mengetahui Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kediri
4. Untuk mengetahui Kehidupan Sosial Kerajaan Kediri
5. Untuk mengetahui Kapan Runtuhnya Kerajaan Kediri
6. Untuk mengetahui Peninggalan Kerajaan Kediri

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Awal Berdirinya Kerajaan Kediri
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai
peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak
informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri.
Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama
kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.

Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan
menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang
terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan
Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung
Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negara
kertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan
menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.

Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan
pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan
Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya
Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling
merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya


karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri
Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru,
yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan
timur bernama Janggala yang berpusat dikota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat
dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042-1052 M) dalam
prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.

Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada
perkembangan selanjutnya Panjalu atau Kediri yang memenangkan peperangan dan
menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan
Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya

4
prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang
kerajaan Kediri dalam hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah
kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang
menceritakan tentang kemenangan Kediri atau Panjalu atas Jenggala.

B. Raja-Raja Yang Pernah Memerintah Kerajaan Kediri


Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah 8 raja dari awal berdirinya sampai
masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan raja yang pernah memerintah kerajaan ini
yang sanggup membawa Kerajaan Kediri kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya,
yang sangat terkenal hingga saat ini. Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai
berikut :

1. Sri Samarawijaya

Sri Samarawijaya adalah raja pertama dari Kerajaan Kadiri. Pemerintahannya


dimulai dari tahun 1042. Sri Samarawijaya memiliki gelar lengkap Sri Samarawijaya
Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa.

Dalam prasasti Pucangan (tahun 1041) Samarawijaya memiliki jabatan sebagai


Rakryan Mahamantri. Pada masa kekuasan Raja Airlangga dan raja-raja sebelum
Airlangga, jabatan ini yang paling tinggi setelah raja. Jabatan ini mirip dengan status
putra mahkota, pada umumnya dijabat oleh putra atau menantu raja.

Pemerintahan Raja Samarawijaya dikenal sebagai masa kegelapan karena pada


masa ini tidak ada bukti prasasti sama sekali. Berdasarkan cerita dalam prasasti
Pamwatan dan prasasti Gandhakuti, Raja Samarawijaya naik takhta di saat Airlangga
turun takhta menjadi seorang pendeta.

Akhir pemerintahan dari Raja Samarawijaya tidak diketahui dengan pasti. Prasasti
yang menceritakan nama raja Kadiri selanjutnya adalah prasasti Sirah Keting tahun
1104 M. Prasasti ini dibuat oleh Raja Sri Jayawarsa. Tidak diketahui apakah Raja Sri
Jayawarsa merupakan pengganti dari Raja Sri Samarawijaya, ataukah masih ada raja
lainnya di antara keduanya.

5
2. Sri Jayawarsa

Sri Jayawarsa memerintah di tahun 1104 M. Sri Jayawarsa bergelar Sri Maharaja
Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu. Tidak diketahui kapan pastinya Raja Jayawarsa naik
takhta sebagai raja Kerajaan Kediri.

Kisah Raja Jayawarsa tercatat dalam prasasti Sirah Keting tahun 1104 M. Dalam
prasasti ini dikisahkan jika Sri Jayawarsa sangat mencintai semua rakyatanya. Bahkan
dirinya selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Prasasti
Sirah Keting berisi tentang pengesahan desa Marjaya sebagai tanah perdikan atau sima
swatantra.

Tidak diketahui secara pasti kapan Raja Jayawarsa turun takhta. Dari prasasti
Panumbangan (tahun 1120 M) hanya menyebut makamnya yakni di daerah Gajapada.

3. Raja Bameswara

Raja Bameswara disebut sebagai raja yang berkuasa selanjutnya di Kerajaan


Kediri. Hal ini diketahui dari isi prasasti Pikatan tahun 1117 M. Masa pemerintahan
Raja Bameswara banyak catatan yang ditemukan. Prasasti-prasasti ini ditemukan di
wilayah Tulungagung dan Kertosono.

Dalam prasasti tersebut banyak memuat masalah keagamaan. Dari kondisi ini bisa
diketahui kondisi pemerintahan yang sangat baik.

Tidak diketahui, kapan raja Brameswara turun takhta. Berdasarkan Prasasti


Ngantang, raja selanjutnya yang berkuasa adalah Raja Sri Jayabaya.

4. Sri Jayabaya

Sri Jayabaya berkuasa sekitar tahun 1135 M hingga 1157 M. Raja ini bergelar Sri
Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita
Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.

Pada masa pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri mencapai puncaknya. Pada


masa tersebut, Panjalu mampu mengalahkan Jenggala dan menguasai seluruh takhta
Airlangga. Dalam pemerintahan Jayabaya, seluruh wilayah Kediri bisa bersatu.

6
Banyak catatan prasasti yang ditinggalkan pada masa ini. Catatan prasasti yang
ditemukan yakni prasasti Hantang (tahun 1135 M), prasasti Talan (tahun 1136 M), dan
prasasti Jepun (tahun 1144 M). Tidak hanya itu, terdapat juga karya sastra berupa
kakawin Bharatayuddha (tahun 1157 M).

Raja Sri Jayabaya

Dalam babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa disebut jika Raja Jayabaya
merupaka titisan Dewa Wisnu. Raja ini memimpin negara yang bernama Widarba
dengan ibu kota di Mamenang.

Ayah Jayabaya adalah Gendrayana. Gendrayana merupakan putra dari Yudayana,


putra dari Parikesit, putra dari Abimanyu, putra dari Arjuna dari keluarga Pandawa.

Permaisuri Raja Jayabaya bernama Dewi Sara. Jayabaya diketahui memiliki 4 anak
yakni Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni dan Dewi Sasanti.

Dalam pemerintahannya Jayabaya menerapkan strategi untuk mewujudkan


kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya. Kerajaan pada masa ini sangat
makmur, baik dari pertanian maupun perdagangan. Secara ekonomi rakyat Kediri
kehidupannya terjamin. Kekuasaan kerajaan juga meluas hingga seluruh pulau Jawa
dan Sumatera.

Jayabaya turun takhta dengan cara muksa atau hilang tanpa meninggalkan jasad.
Sebelum menghilang, Jayabaya bertapa terlebih dahulu di Desa Menang Kecamatan
Pagu Kabupaten Kediri. Setelahnya, mahkota (kuluk) dan juga pakaian kebesarannya
(ageman) dilepas, kemudian raja Jayabaya menghilang.

Jayabaya terkenal dengan ramalannya, Jangka Jayabaya. Ramalan ini beberapa


sudah terbukti kebenarannya di era peradaban modern saat ini.

7
5. Sri Sarweswara

Raja Sri Sarweswara memerintah pada tahun 1159 – 1161. Raja ini bergelar Sri
Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara Wijaya Agrajasama
Singhadani Waryawirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa.

Sri Sarwaswera adalah salah satu raja Kediri yang terkenal sebagai raja yang
sangat religius dan juga berbudaya. Hal ini dikisahkan dalan Prasasti Padelegan II tahun
1159 M dan Prasasti Kahyunan tahun 1161 M.

Sebagai raja yang taat agama dan budaya, prabu Sarwaswera memegang teguh
dengan prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu.

Pemikiran ini berarti dikaulah (semuanya) itu, semua makhluk ialah engkau.
Tujuan hidup manusia menurut dari prabu Sarwaswera yang terakhir ialah moksa, yaitu
pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan menuju benar ialah sesuatu yang
menuju kearah kesatuan dan segala sesuatu yang menghalangi kesatuan ialah tidak
benar.

Tidak diketahui secara pasti kapan Raja Sri Sarweswara turun takhta. Berdasarkan
isi prasasti Angin tahun 1171 M, raja selanjutnya yang memimpin Kerajaan Kediri
adalah Raja Sri Aryeswara.

6. Sri Aryeswara

Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang berkuasa pada tahun 1171 M. Raja ini
bergelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka.
Pemerintahan Sri Aryeswara diketahui dari prasasti Angin, tanggal 23 Maret 1171.

Prasasti tersebut menyebut bahwa raja yang kelima dari Kerajaan Kediri adalah Sri
Aryeswara yang bergelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara
Arijamuka. Sementara lambang dari pemerintahannya adalah Ganesha.

Hanya sedikit catatan yang bisa diketahui tentang raja ini. Dari prasasti Jaring
disebut, kekuasaan Sri Aryeswara dilanjutkan oleh raja Sri Gandra.

8
7. Sri Gandra

Raja Sri Gandra berkuasa pada 1811 M. Gelar yang dipangkunya adalah Sri
Maharaja Koncaryadipa Handabhuwanapadalaka Parakrama Anindita Digjaya
Uttunggadewa Sri Gandra.

Masa kepemimpinan raja Sri Gandra terkutip dalam prasasti Jaring (1181 M).
Prasasti tersebut menceritakan sang raja yang mengabulkan keinginan rakyat Desa
Jaring tentang anugerah raja sebelumnya yang belum terwujud. Pengabulan
permohonan ini disampaikan melalui senapati Sarwajala.

Di prasasti tersebut juga diceritakan adanya nama hewan yang digunakan untuk
menunjukkan tinggi rendahnya kepangkatan dalam istana. Nama yang tersebut
misalnya Menjangan Puguh, Lembu Agra dan Macan Kuning. Tidak diketahui kapan
pastinya berakhirnya pemerintahan Raja Sri Gandra. Raja dari Kadiri ini selanjutnya
berdasarkan isi dari prasasti Semanding pada tahun 1182 adalah Raja Sri Kameswara.

8. Sri Kameswara

Sri Kameswara adalah raja ketujuh dari Kerajaan Kediri, hal ini tercantum dalam
Prasasti Ceker tahun 1182 M serta Prasasti Kakawin Smaradhan. Masa pemerintahan
raja Sri Kameswara sekitar tahun 1180 M – 1190 M. Raja ini bergelar Sri Maharaja Sri
Kameswara Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita Digjaya Uttunggadewa.

Di masa pemerintahan Sri Kameswara seni sastra berkembang sangat pesat. Salah
satunya adanya Kitab Smaradhana karangan dari Mpu Dharmaja. Kitab ini berkisah
tentang cerita rakyat seperti cerita Panji Semirang. Mpu Dharmaja juga menuliskan
kisah tentang kelahiran dari Dewa Ganesha, yaitu dewa berkepala gajah yang
merupakan anak dari Dewa Siwa. Ganesha menjadi lambang dari Kerajaan Kadiri
sebagaimana yang tercatat dalam prasasti-prasasti.

Beberapa peninggalan sejarah pada masa pemerintahan ini diantaranya, prasasti


Semanding (1182 M) dan prasasti Ceker (1185 M).

9. Sri Maharaja Kertajaya

9
Sri Maharaja Kertajaya adalah raja terakhir dari Kerajaan Kediri. Raja ini berkuasa
pada tahun 1194 M – 1222 M. Di masa raja Kertajaya, Raja Kertajaya memiliki gelar
Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya
Uttunggadewa.

Nama Raja Kertajaya tercatat dalam teks Nagarakertagama (tahun 1365) yang
ditulis setelah zaman Kerajaan Kadiri. Sementara dalam teks Pararaton Raja Kertajaya
disebut dengan nama Prabu Dandhang Gendis.

Bukti sejarah masa pemerintahan Raja Kertajaya diantaranya tertuang dalam


prasasti Galunggung (tahun 1194), prasasti Kamulan (tahun 1194), prasasti Palah
(tahun 1197), dan prasasti Wates Kulon (tahun 1205).

Kestabilan pemerintahan Kerajaan Kediri pada pemerintahan raja Kertajaya mulai


menurun. Kondisi ini karena raja bermaksud mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Sang prabu ingin disembah sebagai dewa, kaum Brahmana menentang keputusan
tersebut. Mereka memilih lari dan meminta bantuan dari kerajaan Tumapel dibawah
kepemimpinan Ken Arok.

Mengetahui hal ini, Raja Kertajaya lalu mempersiapkan pasukan untuk menyerang
Tumapel. Sementara itu. Ken Arok dan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan
balik ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu telah bertemu di dekat Ganter (1222 M).

Dalam pertempuran tersebut pasukan Kediri berhasil dikalahkan. Raja Kertajaya


berhasil meloloskan diri, namun sayang nasibnya tidak diketahui. Sejak saat itu
kekuasaan Kerajaan Kediri berakhir dan menjadi kekuasaan Tumapel.

C. Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri


Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan
Kediriadalah sebagai berikut :

1. Kehidupan Politik

Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri,


Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag
berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga
(Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan
sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara

10
yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh
Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya.


Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang
Kamulan. Selama menjadi Raja Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan
Jenggala yang sempat memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri.
Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang pada tahun 1135.

Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu
menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari
Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan
Jenggala.

Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab


Bharatayuda. Kitab ini merupakan kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta Hastinapura antara
keluarga Pandawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatara Panjalu dan Jenggala mirip
dengan kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim)
Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan
Medang Kamulan.

Selain itu, untuk menunjukkan kebesaran dan kewibawaan sebagai Raja Kediri,
Jayabaya menyatakan dirinya sebagai keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu.
Selanjutnya ia mengenakan lencana narashinga sebagai lambang Kerajaan Kediri.

Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran.


Raja Kertajaya membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak
brahmana. Kondisi ini menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah
Tumapel yang dkuasai oleh Ken Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan
untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri
mengalami kekalahan. Sejak saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya
digantikan oleh Singasari.

11
2. Kehidupan Agama

Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka


menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan
arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan
Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu
Siwa.

Para penganut agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Siwa, karena merekaa
mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Siwa Maha Dewa
(Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang dilakukan
pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur Dasa Siwa
atau empat belas wujud Siwa.

3. Kehidupan Ekonomi

Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai


kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas.
Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama
perdagangan. Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai
Brantas.

Selain beras, barang- barang yang diperdagangkan di Kediri antara lain emas, perak,
kayu cendana, rempah-rempah,dan pinang. Pedagang Kediri memiliki peran penting
dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah
diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di
Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijaya dan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah dibawa
ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut olehkapal-kapal
Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai
dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.

4. Kehidupan Sosial Budaya

12
Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri
sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakatKedri
dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :

1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam


lingkunganraja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas
para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak
mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.

Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat.
Padamasa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah
dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan
Gatotkacasraya.

Selanjutnya pada masa pemerintahan Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang


ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kitab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh
Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu
Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab
Kresnayana.

D. Bukti-Bukti Sejarah Kerajaan Kediri


Adapun sumber sejarah Kerajaan Kediri berasal dari beberapa prasasti dan berita asing
sebagai berikut :

1. Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah tanah kepada
rakyatdesa oleh Raja Jayawarsa.

13
Gambar Prasasti Sirah Keting

2. Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono, yang berisi masalah


keagamaan,diperkirakan berasal dari Raja Bameswara tahun 1117-1130 M.

Gambar Prasasti Tulungagung dan Kertosono

3. Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya yang
memberikanhadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah perdikan yang bebas dari
pajak. Bacaselengkapnya di Siapa sosok Prabu Jayabaya?

14
Gambar Prasasti Ngantang

4. Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandra yang memuat tentang sejumlah nama
hewan,seperti kebo waruga dan tikus finada.

Gambar Prasasti Jaring

5. Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan
RajaKertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang memusuhi istana di
Katang-katang.

Gambar Prasasti Kamulan

6. Berita Asing

Berita asing tentang Kerajaan kediri sebagian besar diperoleh dari berita Cina. Berita
Cina inimerupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan
perdagangan diKerajaan Kediri, seperti Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua (1220 M).

15
Buku ini banyak mengambil cerita dari buku Ling Wai Tai Ta (1778 M) karangan Chu
IkFei. Kedua buku tersebut menerangkan keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan
13 Masehi.

Gambar Buku Chu Fan Chi karangan Chu Ju Kua

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut sumber yang kami peroleh tentang Kerajaan Kediri maka dapat kami ambil
simpulan bahwa Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di
tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan
bagian dariKerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya
Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.

Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan dan pertanian


untuk masyarakat yang hidup di daerah pedalaman. Sedangkan yang berada di pesisir
hidupnya bergantung dari perdagangan dan pelayaran. Merekatelah mengadakan
hubungan dagang dengan Maluku dan Sriwijaya. Kediri terkenal sebagai penghasil beras,
kapas dan ulat sutra.

16
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha
seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat
terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara
dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan
Kediri.

B. Saran
Dengan adanya tugas Sejarah membuat makalah mengenai Kerajaan Hindu-Budha di
Indonesia, maka kita diharapkan lebih mengetahui tentang sejarah kerajaan-kerajaan
diIndonesia salah satunya Kerajaan Kediri. Menurut Ir. Soekarno beliau berkata
“JASMERAH” Jangan Melupakan Sejarah, maka kita sebagai penerima warisan (sejarah)
hendaknya lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa lampau.

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari
isi maupun cara penulisan. Untuk itu kami, mohon maaf apabila pembaca tidak merasa
puas dengan hasil yang kami sajikan. Kritik dan saran kami harapkan untuk memperbaiki
makalah ini agar lebih baik.

17

Anda mungkin juga menyukai