Anda di halaman 1dari 18

Kerajaan kediri merupakan kelanjutan dari kerajaan airlangga yang terbagi menjadi dua

kerajaan yaitu kerajaan jenggala dengan rajanya garasakan yang merupakan putri dari
airlangga dengan kahirupan sebagai pusat pemerintahan nya,kedua yaitu kerajaan panjalu
atau yang lebih dikenal dengan kerajaan kediri dengan rajanya yang bernama
srimarawijaya dengan pusat ibu kotanya di daha.
Peninggalan-peninggalan kerajaan kediri banyak berupa prasasti-prsasti antara lain
sebagai berikut
1.prasati sirah keting (1104M) yang berisi tentang pemberian hadiah kepada rakyat desa
oleh raja jaya warsa
2.prasasti yang ditemukan di daerah tulung agung dan kertosono yang menceritakan
tentang masalah-masalah keagamaan
3.prasasti ngantang (1135M) yang berisi tentang raja jayabaya yang memberikan tanah
kepada rakyat desa ngantang
4.prasasti jaring (1181 M) dari raja sandra yang berisi tentang sejumlah hewan
5.prasati kamulan ( 1194 M) isi prasasti ini menceritakan pada masa pemerintahan raja
kertajaya bahwa kerajaan kediri berhasil mengalahkan musuh-musuh di katang-katang
A.KEHIDUPAN POLITIK
Para raja yang pernah memerintah di kerajaan kediri antara lain adalah sebagai berikut
1.raja bameswara
2.raja jayabaya
3.raja sarweswara
4.aryeswara
5.raja gandara
6.raja kartajaya
Akan tetapi masa kejayaan kerajaan kediri berada pada masa pemerintahan raja
jayabaya.dan raja yang terakhir berkuasa di kerajaan kediri adalah raja kertajaya pada
masa pemerintahan raja kertajaya sering terjadi pertentangan dengan kaum brahmana.
B.KEHIDUPAN EKONOMI
Mata pencarian utama rakyat kerajaan kediri adalah bercocok tanam dan maritim,mereka
telah mengenal emas dan uang. Sungai brantas di jadikan sebagai penghubung daerah
perdalam dengan daerah pesisir. Hal tersebut tercatat dengan rapi dalam klonik-klonik
cina yang menyebutkan bahwa
1.rakyat kerajaan kediri memiliki tempat tinggal yang baik
2.pakaian rakyat kerajaan kediri cukup baik
3.rakyat kerajaan kediri telah mengenal istilah mas kawin yaitu berupa emas atau benda
lainya yang berharga
4.rakyat kerajaan kediri telah mengenal mata uang yang terbuat dari emas atau pun perak
5.apabilah rakyat kerajaan kediri sakit mereka memohon kesembuhan dari dewa
6.di kerajaan kediri hukum di jalankan secara tegas
7.bila para raja berpergian maka akan dikawal oleh prajurit berkuda dan pasukan darat
C.KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA
Kesastraan kerajaan kediri berkembang sangat pesat banyak karya-karya sastra yang
terciptakan antara lain
1.kakawin bharatayuda yang disadur oleh mpu sedah dan mpu panulu
2.kakawi gatutkacasraya dan hariwangsa,karangan mpu panuluh
3.kakawi wratasancaya karanganmpu tan akung
4..kakawi smaradahana karangan mpu dharmaja
5.kakawi ludbaka karangan mpu tan akung
6.kakawi kresnayana,karangan mpu triguna ( dijumpai pada relief candi jago )
7.kakawi samanasantaka karangan mpu monaguna

Kerajaan Kediri

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12.
Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi S.
Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai.
Kerajaan Kediri lahir dari pembagian Kerajaan Mataram oleh Raja Airlangga (1000-1049).
Pemecahan ini dilakukan agar tidak terjadi perselisihan di antara anak-anak selirnya. Tidak ada bukti
yang jelas bagaimana kerajaan tersebut dipecah dan menjadi beberapa bagian. Dalam bab ada
disebutkan bahwa kerajaan dibagi empat atau lima bagian. Tetapi dalam perkembangannya hanya dua
kerajaan yang sering disebut, yaitu Kediri (Pangjalu) dan Jenggala. Samarawijaya sebagai pewaris sah
kerajaan mendapat ibukota lama, yaitu Dahanaputra, dan nama kerajaannya diubah menjadi Pangjalu
atau dikenal juga sebagai Kerajaan Kediri.
Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar,
sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri.
Akan tetapi hilangnya jejak Jenggala mungkin juga disebabkan oleh tidak adanya prasasti yang
ditinggalkan atau belum ditemukannya prasasti yang ditinggalkan Kerajaan Jenggala. Kejayaan
Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta.
Keadaan ini dimanfaatkan oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.
Namun kemudian kedudukannya direbut oleh Ken Arok. Diatas bekas Kerajaan Kediri inilah
Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari, dan Kediri berada di bawah kekuasaan Singasari.
Ketika Singasari berada di bawah pemerintahan Kertanegara (1268-1292), terjadilah pergolakan di
dalam kerajaan. Jayakatwang, raja Kediri yang selama ini tunduk kepada Singasari bergabung dengan
Bupati Sumenep (Madura) untuk menjatuhkan Kertanegara. Akhirnya pada tahun 1292 Jayakatwang
berhasil mengalahkan Kertanegara dan membangun kembali kejayaan Kerajaan Kediri.
Setelah berhasil mengalah kan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di bawah
pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil
meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang memperbolehkan Raden
Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat tinggalnya. Pada tahun 1293, datang
tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk membalas dendam terhadap
Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama
dengan tentara Mongol dan pasukan Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur
Kediri. Dalam perang tersebut pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan.
II. Rumusan Masalah
a) Bagaimana kehidupan politik pemerintahan kerajaaan Kediri ?
b) Bagaimana kehidupan social masyarakat kerajaan Kediri ?
c) Bagaimana kehidupan ekonomi dan pencaharian kerajaan Kediri ?
d) Bagaimana kehidupan religi dan budhaya kerajaan Kediri ?

III. Tujuan
Makalah singkat ini tidak hanya membahas tentang masalah politik dan proses bergantinya
raja-raja di Kediri, namun juga pembahasan singkat tentang keseluruhan aspek kehidupan di
Kediri yang antara lain dalam hal sosial, politik, ekonomi , dan p e r k e m b a n g a n a g a m a
p a d a s a a t i t u . K e r a j a a n K e d i r i m e r u p a k a n k e r a j a a n y a n g terkenal dengan
berbagai karya sastra dan ramalan mustajab dari rajanya yaitu raja Jayabaya.
BAB II
ISI

1. Kehidupan Politik Pemerintahan


Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kediri tidak banyak diketahui. PrasastiTu r u n H y a n g
I I ( 1 0 4 4 ) y a n g d i t e r b i t k a n Kerajaan Janggala ᄃ hanya memberitakanadanya perang
saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.ᄃ
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Ketingt a h u n 11 0 4
a t a s n a m a Sri Jayawarsa ᄃ . Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa ᄃ hanyaSri ᄃ Samarawijaya ᄃ
y a n g s u d a h d i k e t a h u i , s e d a n g k a n u r u t a n r a j a - r a j a s e s u d a h Sri ᄃ Jayawarsa
ᄃ sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabaya ᄃ berhasil menaklukkan
Kerajaan Janggala ᄃ d e n g a n s e m b o y a n n y a y a n g t e r k e n a l d a l a m p r a s a s t i N g a n t a n g
(1135), yaitu Panjalu Jayati atau Panjalu Menang .
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya ᄃ inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa
kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa ᄃ dan beberapa pulau di Nusantara ᄃ ,
bahkan sampai mengalahkan pengaruhKerajaan Sriwijaya ᄃ di Sumatra ᄃ.
Hal ini diperkuat kronik Cina ᄃ berjudul L i n g w a i t a i t a karya Chou Ku-feitahun
1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina ᄃ secara berurutan adalah
Arab,ᄃ Jawa ᄃ , d a n Sumatra.ᄃ S a a t i t u y a n g b e r k u a s a d i Arab ᄃ adalah Bani ᄃ
Abbasiyah, ᄃ di Jawa ᄃ ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra ᄃ dikuasai Kerajaan ᄃ
Sriwijaya ᄃ.
- Raja-Raja Kediri
a. Raja Jayawarsa (1104 M)
Masa pemerintahan Jayawarsa (1104 M) hanya dapat diketahui melalui Prasasti Sirah Keting.
Dari prasasti itu diketahui bahwa Raja Jayawarsa sangat besar perhatiannya kepada rakyatnya dan
berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup rakyatnya.
b. Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara (1117-1134 M)
Raja Sri Bameswara meninggalkan banyak prasasti,antara lain Prasasti Padeglan (1117 M ),
Prasasti Panumbangan (1120 M ), Prasasti candi Tuban (1130 M ),dan Prasasti Tangkilan ( 11 3 0
M ) . Raja Sri Bameswara diperkirakan memerintah hingga tahun 1134 M.
c. Raja Jayabaya (1139 – 1157 M)
Jayabaya merupakan raja kediri yang terkemuka.
D a l a m m a s a pemerintahannya, pada tahun 1059 Saka atau tahun 1157 Masehi
telah digubah sebuah kitab oleh Empu Sedah dengan nama Kakawin Bharatayudha. Di dalam
kitab ini dijumpai juga nama Jayabaya. Sebelum kitab ini selesai ditulis, EmpuSedah
meninggal dunia dan karyanya diselesaikan oleh Empu Panuluh. Suasana perang saudara
antara Jenggala dan Panjalu (Kediri) sangat memegaruhi Empu Sedah untuk menulis kitab
kakawin Bharatayudha. Kitab ini menggambarkan perang saudara antara keluarga Pandhawa
dan Kurawa. Selain menyelesaikan kitab Bharatayudha, Empu Panuluh juga menulis
kitablainnya,sepeti kitab Gatutkacasraya dan kitab Hariwangsa kedua kitab itu juga ditulis dalam
bentuk kakawin.
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh
P r a b u Jayabaya. Sukses gemilang Kerajaan Kediri didukung oleh tampilnya cendekiawan
terkemuka Empu Sedah, Empu Panuluh, Empu Darmaja, Empu Triguna dan Empu
Manoguna. Mereka adalah jalma sulaksana, manusia paripurna yang telahmemperoleh derajat
oboring jagad raya. Di bawah kepemimpinan Prabu Jayabhaya,Kerajaan Kediri
mencapai puncak peradaban, terbukti dengan lahirnya kitab-kitab h u k u m d a n
kenegaraan sebagaimana terhimpun dalam karya-karya
K a k a w i n Bharatayuda oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh , Gathotkacasraya dan Hariwangsaoleh
Empu Panuluh yang hingga kini merupakan warisan ruhani bermutu tinggi.

d. Raja Sareswara (1159-1169 M )


Raja Sareswara atau lengkapnya Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janadhanawata
memerintah dari tahun 1159 sampai dengan tahun 1169 Masehi.Ti d a k d p a t y a n g b a n y a k
d i k e t a h u i t e n t a n g r a j a i n i . R a j a S a r w e s w a r a h a n y a meninggalkan dua Prasasti,yaitu
Prasasti Padeglan II
( 11 5 9 M ) d a n Prasasti Kayunan ( 1161 M ). Akan tetapi,kedua prasasti itu sampai
sampai kini belum dapat diterjemahkan.
e. Sri Aryeswara ( 1169 – 1181 )
Raja Saryeswara atau lengkapnya Sri Maharaja Rakai Hino Sri
AryeswaraMadhusudanawatararijaya memerintah dari tahun 1169 sampai dengan tahun 1181
Masehi. Lencana kerajaan baginda adalah ganesya.
f. Sri Gandra ( 1181 -1182 M )
Sri Gandra atau lengkapnya Sri Maharaja Koncaryadipa adalah pengganti
SriAryeswara.Satu – satu prasasti yang ada adalah prasasti jaring (1181 M). Dari
prasasti tersebut diketahui bahwa pada masa pemerintahannya terdapat jabatan senopati
sarwajala (panglima angkatan laut).Adanya jabatan atau pangkat Senopati Sarwajala, membuktikan
bahwa kerajaan Panjalu mempunyai angkatan laut.Selain itu suatu hal yang sangat menarik pada
masa pemerintahan Raja Sri Gandra ialah digunakan nama-nama binatang
sebagai gelar atau nama para pejabat kerajaan,misalnya Kebo sawalah, Lembu Agra, Gajah
kuning, Macan putih, dan Menjangan Punguh.
g. K a m e s w a r a (1182 – 1185 M )
Pada tahun 1182 Masehi yang memerintah kerajaan Kediri ialah raja Kameswara. Ia bergelar Sri
Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara. Baginda memerintah hanya sampai tahun 1185 Masehi. Pada
masa pemerintahannya ditulis Kakawin S m a r a d h a n a y a n g i s i n y a j u g a m e n y e b u t k a n
b a h w a r a j a a d a l a h k e t u r u n a n Kamajaya. Permaisuri raja bernama Sri Kirana atau
Candra Kirana yang berasal dari Jenggala. Kitab Smaradhanaini ditulis oleh Empu
Dharmaja, sedangkan kitab Lubdaka danWertasancaya dikarang oleh Empu Tan Akung.
h. K e r t a j a y a ( 11 9 0 – 1 2 2 2 M )
K e r t a j a y a p a d a t a h u n 1 1 9 0 M n a i k T h a t a d e n g a n g e l a r Sri Maharaja
Sri Sarmeswara Triwikramawatarannanindita Srengga Digjayattunggadewanama . Kertajaya
memerintah hingga tahun 1222 M. Lencana kerajaan Kertajaya ialah sangka atau siput
terbang dan garuda mukha seperti lencana Airlangga.Pada tahun1222 Masehi. Kertajaya
dikalahkan oleh Ken Arok dalam suatu pertempuran di desa Ganter dekat Pujon (Malang).
Dengan kekalahan Kertajaya itu,berakhir pulalah kerajaan Kediri sebagai penguasa daerah
Jawa Timur. Selanjutnya di JawaTimur berdiri kerajaan Singasari.
- Kitab Perundang-Undangan
Sistem Perundang-undangan Kerajaan Kediri disusun oleh para ahli hukum yang
tergabung dalam Dewan Kapujanggan Istana. Sebelum menjalankan tugasnya para pakar
hukum tadi senantiasa melakukan studi banding dalam hal penyusunan hukum serta
konstitusi dari negeri lain. Produk hukum yang telah dihasilkan oleh dewan tersebut
yaitu Kitab Darmapraja. Kitab ini merupakan karya pustaka yang b e r i s i Ta t a Te r t i b
P e n y e l e n g g a r a a n P e m e r i n t a h a n d a n K e n e g a r a a n . D a l a m s o a l pengadilan, Raja selalu
mengikuti Undang-undang ini, sehingga adil segala keputusanyang diambilnya, membuat puas semua
pihak.
Pada pasal-pasal kitab tersebut, kata “agama” dapat ditafsirkan sebagai
Undang-undang atau Kitab Perundang-undangan. Kadang yang berbeda
i n i perumusannya saja, yang satu lebih panjang daripada yang lain dan
merupakan kelengkapan atau penjelasan dari pasal sejenis yang pendek. Kitab
P e r u n d a n g - undangan Agama adalah terutama Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Namun disamping Kitab Undang-undang Hukum Pidana terdapat juga Undang-undang Hukum
Perdata.
Ta t a c a r a j u a l - b e l i , p e m b a g i a n w a r i s a n , p e r n i k a h a n d a n p e r c e r a i a n m a s u k
d a l a m U n d a n g - u n d a n g H u k u m P e r d a t a ) . M e m a n g p a d a z a m a n Kediri belum ada
perincian tegas antara Undang-undang Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Menurut sejarah
per Undang-undangan Hukum Perdata tumbuh dari Hukum P i d a n a , j a d i p e r c a m p u r a n
H u k u m P e r d a t a d a n H u k u m P i d a n a d a l a m K i t a b Perundang-undangan
Agama di atas bukan suatu keganjilan ditinjau dari segi sejarah hukum.
- Sistem Peradilan Kerajaan
Sistem peradilan Kerajaan Kediri bertujuan untuk mencapai kepastian hukum dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan kerajaan (Stutterheim, 1930:254). Dengan a d a n y a k e p a s t i a n
h u k u m , m a k a h a k d a n k e w a j i b a n s e m u a w a r g a k e r a j a a n d a p a t dijamin.
Keseimbangan antara hak dan kewajiban warga kerajaan telah membuktikan s e r t a m e m b u a h k a n
k e t e n t r a m a n l a h i r d a n b a t i n . A p a r a t d a n r a k y a t m e n g h o r m a t i hukum atau darma
semata-mata demi terjaganya kepentingan bersama.
Semua keputusan dalam pengadilan diambil atas nama Raja yang disebut Sang A m a w a b h u m i
a r t i n y a o r a n g y a n g m e m p u n y a i a t a u m e n g u a s a i n e g a r a . D a l a m Mukadimah
Darmapraja ditegaskan demikian:
Semoga Sang Amawabhumi teguh hatinya dalam menerapkan besar kecilnya denda, jangan
sampai salah trap. Jangan sampai orang yang bertingkah salah, luput dari t i n d a k a n . I t u l a h
k e w a j i b a n S a n g A m a w a b h u m i , j i k a b e l i a u m e n g h a r a p k a n kerahayuan
negaranya (Moedjanto, 1994:56).
Dalam soal pengadilan, Raja dibantu oleh dua orang Adidarma Dyaksa.
Seorang Adidarma Dyaksa Kasiwan dan seorang Adidarma Dyaksa Kabudhan, yakni
kepala agama Siwa dan kepala agama Budha dengan sebutan Sang Maharsi, karena
kedua agama itu merupakan agama utama dalam Kerajaan Kediri dan
s e g a l a Perundang-undangan didasarkan agama.
Kedudukan Adidarma Dyaksa boleh disamakan dengan kedudukan HakimTinggi.
Mereka itu dibantu oleh lima Upapati artinya : pembantu dalam pengadilan adalah
pembantu Adidarma Dyaksa. Mereka itu biasa disebut Pamegat atau Sang P a m e g a t
artinya : Sang Pemutus alias Hakim. Baik Adidarma Dyaksa maupun Upapati
b e r g e l a r S a n g M a h a r s i . M u l a - m u l a j u m l a h n y a h a n y a l i m a y a k n i : S a n g Pamegat
Tirwan, Sang Pamegat Kandamuhi, Sang Pamegat Manghuri, Sang Pamegat Jambi, Sang Pamegat
Pamotan.
Mereka itu semuanya termasuk golongan Kasiwan, karena agama Siwa
adalah agama resmi negara Kediri dan mempunyai pengikut paling banyak. Pada zaman
pemerintahan Prabu Jayabhaya jumlah Upapati ditambah dua menjadi tujuh. Keduanya
termasuk golongan Kabudhan, sehingga ada lima Upapati Kasiwan dan dua Upapati Kabudhan.
Perbandingan itu sudah layak mengingat jumlah pemeluk agama Budha kalah banyak
dengan jumlah pemeluk agama Siwa. Dua Upapati Kabudhan itu ialah Sang Pamegat
Kandangan Tuha dan Sang Pamegat Kandangan Rare.
Ketika Prabu Jayabaya bertahta di Mamenang, beliau dihadap oleh pelbagai
pembesar, di antaranya Dyaksa, Upapati dan Para Panji yang paham tentang Undang-undang. Dari
uraian itu nyata bahwa Para Panji adalah pembantu para Upapati dalam melakukan pengadilan
di daerah-daerah. Pangkat Panji masih dikenal di kesultanan Yogyakarta sampai tahun 1940.
Para Panji di Kesultanan Yogya diserahi tugas pengadilan. Jadi tidak berbeda dengan Para Panji pada
zaman Kediri.
Lembaga peradilan kerajaan ini bertanggung jawab kepada Raja secara
langsung. Akan tetapi silang sengketa yang menyangkut kepentingan raja dan
keluarganya, menggunakan peradilan khusus, sehingga kontaminasi dan intervens
iterhadap hasil putusan dapat dihindari. Dalam hal ini Raja mempunyai staf hukum yang
mumpuni, profesional dan tidak diragukan lagi integritas serta kredibilitasnya.
- Hukum Positif dan Budhaya Simbolik
Dalam masa pemerintahan Prabu Jayabaya, prinsip pelaksanaan kenegaraan t e r b a g i
menjadi dua yakni hukum positif dan budhaya simbolik. Hukum positif
merupakan hukum yang berlaku berdasar peraturan tertulis yang disepakati bersama.Biasanya hukum
ini bersifat praktis, teknis dan mikro. Semua transaksi dan lika-likukehidupan yang menyangkut
jual beli, dagang, ekonomi, politik, karier, birokrasi, organisasi dan perkawinan diatur secara
rinci. Pelanggaran hukum dan dendanya pun diatur secara detail.
Di samping hukum positif, dalam menata masyarakatnya Prabu
Jayabhayamenggunakan pendekatan budhaya simbolik. Untuk menunjang keberhasilan programini,
maka diperintahkanlah para pujangga untuk menulis karya cipta. Tujuannya agar aparat dan rakyat
patuh pada norma susila. Hanya saja apabila terjadi pelanggaranmaka hukuman dan
sangsinya bersifat ghaib spiritual. Pujangga yang diberi tugas m e n u l i s k i t a b s p i r i t u a l
i t u d i a n t a r a n y a a d a l a h E m p u S e d a h d a n E m p u P a n u l u h . Empu Sedah adalah
penyusun Kakawin Baratayudha pada tahun 1079 Saka atau 1157Masehi, dengan sengkalan
berbunyi Sangha Kuda Suddha Candrama. Hanya saja,Empu Sedah keburu meninggal
sebelum karyanya selesai. Kakawin Baratayudhadipersembahkan kepada Prabu
Jayabhaya, Mapanji Jayabhaya, Jayabhaya Laksana atau Sri Warmeswara.
Ti n g k a t k e c e r d a s a n r a k y a t m e m a n g b e r b e d a - b e d a . H u k u m p o s i t i f
yangdisusun oleh elit negara, kadang kala kurang bisa dipahami oleh rakyat
a w a m . Keadaan ini disadari oleh para Raja Kediri. Oleh karena itu demi terciptanya susasanay a n g
harmonis, lantas diciptakan nasehat-nasehat simbolis berbau
m i s t i s . Kenyataannya pesan-pesan spitirual Prabu Jayabhaya yang dibungkus dengan
ramalang h a i b t a d i d i p e r c a y a o l e h s e b a g i a n b e s a r m a s y a r a k a t . S e b a g a i
p e l e n g k a p d a n pengiring hukum positif, maka budhaya simbolik tersebut
d a p a t d i g u n a k a n u n t u k mencapai ketertiban sosial.
Prabu Jayabaya adalah raja besar laksana Dewa Keadilan yang angejawantah i n g
madyapada. Sikap hidupnya b e n a r- b e n a r bijaksana. Kewibawaannya
telahmembuat ketentraman dan kemuliaan jagat raya, yang membuat Kerajaan
K e d i r i mencapai masa kejayaan dan keemasan.
Selama Prabu Jayabaya memegang kendali pemerintahan dan tata praja,
Nusantara sungguh-sungguh diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara, Asia Tengahdan Asia
Selatan. Beliau berhasil mewujudkan negara yang Gedhe Obore, Padhang J a g a d e ,
Dhuwur Kukuse, Adoh Kuncarane, Ampuh Kawibawane. Masyarakatmerasakan
n e g a r a y a n g G e m a h R i p a h L o h J i n a w i , Ta t a Te n t r e m K a r t a R a h a r j a . Konsep
Saptawa, dijadikan sebagai program utama yaitu :
a. Wastra (sandang)
b. Wareg (pangan)
c. Wisma (papan)
d. Wasis (pendidikan)
e. Waras (kesehatan)
f. Waskita (keruhanian), dan
g. Wicaksana (kebijaksanaan).
Masyarakat Jawa percaya bahwa Prabu Jayabaya selalu bersikap arif
d a n bijaksana serta menjunjung hukum yang berlaku. Semua golongan masyarakat bersatu padu
mendukung pemerintahannya. Refleksi kearifan warisan para leluhur raja Jawa dijadikan referensi
untuk membawa kebesaran Nusantara.
Kebesaran dan kejayaan Kerajaan Kediri, di samping faktor kepemimpinan
rajanya yang selalu mengutamakan kepentingan umum, juga didukung
oleh kejeliannya dalam menyusun Undang-undang dasar yang mengikat
s e k a l i a n warganya. Kepatuhan pada konstitusi telah membuat ketertiban di seluruh
kawasan Kerajaan Kediri. Aparat kerajaan yang terdiri dari pejabat sipil dan militer
bekerja sesuai dengan amanat konstitusi, sehingga segala kebijakan kerajaan
membuahkan kemakmuran dan ketentraman rakyat.
2. Kehidupan Sosial Masyarakat
Kehidupan sosial kemasyarakatan pada zaman Kediri, dapat dilihat pada kitab Ling-Wai-Tai-
Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei tahun 1178 M. Dalam kitab tersebut d i n y a t a k a n b a h w a
o r a n g - o r a n g m e m a k a i k a i n s a m p a i d i b a w a h l u t u t , r a m b u t n y a diurai.
Hubungan kekerabatan dapat ditunjukan dari beberapa adat-istiadat atau kebiasaan
masyarakat Kediri. Di antaranya setiap bulan kelima diadakan pesta air yang dapat
membuat masyarakat bergembira dengan naik perahu. Sedangkan bulan kesepuluh, perayaan pesta
berlangsung di gunung dengan alat musik terdiri dari suling, gendang dan gambang kayu. Dalam
upacara perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima mas kawin berupa emas. Untuk menjaga
keamanan dan ketentraman masyarakat, pencuri dan perampok dikenai hukuman mati.
Selain itu ada beberapa keterangan yang terdapat dalam berita-
b e r i t a Tionghoa, seperti di kitab Ling-wai-tai-ta yang disusun Chou K’u-fei di tahun
1178dan di kitab Chu-fan-chi oleh Chau-Ju-Kua di tahun 1225, misalnya:
a) Orang-orangnya memakai kain sampai dibawah lutut , rambut diurai;
b) Rumah-rumah bersih dan rapih, lantai berubin hijau dan kuning;- Pertanian,
peternakan, serta perdagangan maju dan kerajaan penuh perhatian;
c) Tidak ada hukuman badan, yang bersalah di denda emas;
d) Pencuri dan perampok yang tertangkap dibunuh;
e) Orang sakit bukan makan obat tapi mohon sembuh para Dewa dan Buddha;
f) Raja berpakaian sutera, sepatu kulit, memakai emas-emasan, rambut
disanggul.
g) Raja keluar naik gajah atau kereta, diiringi 500-700 prajurit dan rakyat
jongkok;
h) Raja dibantu 4 menteri, gaji dari menerima hasil bumi/lainnya sewaktu-
waktu
i) Rakyat lekas naik darah dan suka berperang, suka mengadu babi dan ayam;
j) Kehidupan Ekonomi dan Mata Pencaharian
Golongan-golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi tiga berdasarkan kedudukan
dalam pemerintahan kerajaan.
a) Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat
dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok
pelayannya.
b) Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang
terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani (daerah).
c) Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang
tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi
atau masyarakat wiraswasta.

3. Kehidupan ekonomi dan pencaharian

Dalam kehidupan ekonomi diceritakan bahwa


p e r e k o n o m i a n K e d i r i bersumber atas usaha perdagangan, peternakan, dan
p e r t a n i a n . K e d i r i t e r k e n a l sebagai penghasil beras,menanam kapas dan memelihara ulat sutra.
Dengan demikian dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan Kediri sudah cukup makmur. Hal ini
terlihat dari kemampuan kerajaan memberikan penghasilan tetap kepada para pegawainya walaupun
hanya dibayar dengan hasil bumi. Demikian keterangan yang diperoleh berdasarkan kitab Chi-Fan-Chi
dan kitab Ling-wai-tai-ta.
Untuk menopang penghasilan kerajaan , diberlakukan sistem
p a j a k . Komoditas dagang berupa beras, emas, perak, daging, dan kayu cendana. Adapun bentuk
pajak berupa beras, kayu, dan palawija.
4. Kehidupan Religi dan Budhaya
Agama yang berkembang di Kediri adalah agama hindu aliran Waisnawa( Airlangga titisan
Wisnu). Dalam bidang spiritual di Kerajaan Kediri juga sangat m a j u ( P i g e a u d ,
1 9 2 4 : 6 7 ) . Te m p a t i b a d a h d i b a n g u n d i m a n a - m a n a . P a r a g u r u kebatinan
m e n d a p a t t e m p a t y a n g t e r h o r m a t . B a h k a n S a n g P r a b u s e n d i r i k e r a p melakukan
tirakat, tapa brata dan semedi. Beliau suka bermeditasi di tengah hutan yang sepi. Laku
prihatin dengan cegah dhahar lawan guling, mengurangi makan tidur.H a l i n i m e n j a d i a k t i f i t a s
r i t u a l s e h a r i - h a r i . Ti d a k m e n g h e r a n k a n a p a b i l a P r a b u Jayabhaya mengerti sadurunge
winarah (Tahun sebelum terjadi) yang bisa meramal owahgingsire jaman. Ramalan itu sungguh
relevan untuk membaca tanda-tanda jaman saat ini.
Prabu Jayabaya memerintah antara 1130 – 1157 M. Dukungan spiritual dan material
dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan pemerintahan tidak tanggung- t a n g g u n g .
Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke depan menjadikan
P r a b u Jayabaya layak dikenang sepanjang masa. Kalau rakyat kecil hingga saat ini
ingat pada beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakannya
selalu bijaksana dan adil terhadap rakyatnya.
K e h i d u p a n b e r a g a m a s u d a h d i a t u r j u g a d a l a m U n d a n g - u n d a n g . Ti a p b a b
memuat pasal-pasal yang sejenis, sehingga ada sistematika dalam penyusunan. Sudah pasti bahwa
susunannya semula menganut suatu sistem. Kitab hukum per Undang- undangan itu disusun
sebagai berikut :

a) Bab I: Sama Beda Dana Denda, berisi ketentuan diplomasi,


aliansi,konstribusi dan sanksi.
b) Bab II : Astadusta, berisi tentang sanksi delapan kejahatan (penipuan,
pemerasan, pencurian, pemerkosaan, penganiayaan, pembalakan,
penindasan dan pembunuhan)
c) Bab III: Kawula, berisi tentang hak-hak dan kewajiban masyarakat
sipil.
d) Bab IV : Astacorah, berisi tentang delapan macam
penyimpanganadministrasi kenegaraan.
e) Bab V: Sahasa, berisi tentang sistem pelaksanaan transaksi yang
berkaitan pengadaan barang dan jasa.
f) Bab VI:Adol-atuku, berisi tentang hukum perdagangan.
g) Bab VII: Gadai atau Sanda, berisi tentang tata cara pengelolaan lembaga
pegadaian.
h) Bab VIII:Utang-apihutang, berisi aturan pinjam-meminjam
i) Bab IX : Titipan, berisi tentang sistem lumbung dan penyimpanan
barang.
j) Bab X:Pasok Tukon, berisi tentang hukum perhelatan.
k) Bab XI:Kawarangan, berisi tentang hukum perkawinan.
l) Bab XII: Paradara, berisi hukum dan sanksi tindak asusila.
m) Bab XIII : Drewe kaliliran, berisi tentang sistem pembagian warisan.
n) Bab XIV : Wakparusya, berisi tentang sanksi penghinaan dan
pencemarannama baik.
o) Bab XV : Dendaparusya, berisi tentang sanksi pelanggaran administrasi
p) Bab XVI : Kagelehan, berisi tentang sanksi kelalaian yang
menyebabkankerugian publik.
q) Bab XVII : Atukaran, berisi tentang sanksi karena menyebarkan
permusuhan.
r) Bab XVIII: Bumi, berisi tentang tata cara pungutan pajak
s) Bab XX: Dwilatek, berisi tentang sanksi karena melakukan kebohongan
publik.
t) Budhaya
Pada zaman Kediri pengaruh kebudhayaan India meresap dalam banyak
bidangk e h i d u p a n . P e n g a r u h k e b u d h a y a a n I n d i a i t u j u g a t e r a s a s e k a l i
d a l a m b i d a n g Perundang-undangan. Agama Hindu-Budha jelas menunjukkan adanya
pengaruh India dalam masyarakat Kediri. Kitab Perundang-undangan India Manawa
DarmaSastra dijadikan pola Perundang-undangan Kediri yang disebut Darma Praja
yangtelah disesuaikan dengan suasana setempat (Yoedoprawiro, 2000:123).
Demikianlah kitab Perundang-undangan itu bukan terjemahan tepat dari kitabPerundang-
undangan India. Bahwa isi kitab Perundang-undangan agama diambil dari s a r i k i t a b P e r u n d a n g -
u n d a n g a n I n d i a . D a l a m k i t a b P e r u n d a n g - u n d a n g a n a g a m a banyak kedapatan pasal-
pasal yang dikatakan berasal dari ajaran Bagawan Bregu, jadi b e r a s a l d a r i D a r m a
Praja. Adanya pengaruh dari luar tadi memang
s e b u a h keniscayaan, karena banyak cendekiawan Kediri yang
d i t u g a s k a n b e l a j a r k e mancanegara, terutama negeri Asia Tengah, Asia Selatan dan Asia
Barat.
Karya di bidang hukum tata Negara.
Empu Triguna hidup pada masa pemerintahan Prabu Jayawarsa di Panjalu pada
tahun 1026 Saka atau 1104 Masehi (Poerbatjaraka, 1957: 18). Prabu Jayawarsaini juga menjadi
patron bagi para pujangga dalam mengembangkan dinamika ilmu h u k u m d a n t a t a
praja. Para cendekiawan yang berbakat diberi fasilitas untuk
mengaktualisasikan idealismenya.
Pernyataan ini didukung, sebenarnya sudah digaris bawahi oleh pujangga kita dahulu. Karya
hukum dan tata praja yang telah diciptakan oleh Empu Triguna adalah Kakawin Kresnayana.
Kakawin Kresnayana berisi tentang ilmu hukum dan p e m e r i n t a h a n .
Prabu Jayawarsa juga amat peduli dengan kehidupan ilmu
pengetahuan, sebagai tanda bahwa beliau juga seorang humanis. Empu Manoguna adalah
rekan seangkatan Empu Triguna. Keduanya merupakan pujangga istana jaman Prabu Jayawarsa di
Kerajaan Kediri. Menilik nama Empu Manoguna dan Triguna ada bagian yang sama,
kemungkinan besar dapat diduga keduanya masih ada hubungan kerabat atau seperguruan.
Yang jelas kedua Empu ini adalah konsultan dan penasehat utama Prabu Jayawarsa.
Karya hukum dan tata praja ciptaan Empu Manoguna adalah Kakawin Sumanasantaka,
cerita yang bersumber dari Kitab Raguwangsa karya pujangga besar dari India, Sang Kalisada.
Pengaruh India ke dalam kehidupan masyarakat Jawa Kuno memang besar, baik yang bersifat Hindu
maupun Budha. Hal ini tampak denganungkapan bahasa Sansekerta yang masuk dalam
kosakata ilmu pengetahuan Jawa Kuno. Sumanasantaka berasal dari kata sumanasa = kembang
dan antaka = mati. Artinya adalah mati oleh kembang. Serat Sumanasantaka menceritakan
kebijaksanaan seorang raja dalam memimpin rakyatnya.
Karya hukum dan tata praja Empu Dharmaja yang terkenal adalah Kakawin Smaradahana dan
Kakawin Bomakawya. Kitab Smaradahana menceritakan Batara Kamajaya yang punya sifat
keagungan. Kitab Bomakawya menurut Teeuw (1946:97)menceritakan cara memimpin yang
berdasarkan pada nilai keadilan dan perdamaian.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kerajaan Kediri / Panjalu yang merupakan kerajaan hasil bagi dari
kerajaanKahuripan di Jawa Timur pada masa raja Airlangga merupakan kerajaan yang
patutd i p e r h i t u n g k a n . K e r a j a a n y a n g b e r a d a d i s e k i t a r w i l a y a h K e d i r i
( sekarang ) inimengalami masa puncak kejayaan pada masa raja Jayabaya
y a n g s a n g a t t e r k e n a l dengan ilmu dan keahliannya dalam membaca masa depan atau meramal.
Tak hanyac a k a p d a l a m m e r a m a l , b a h k a n r a j a J a y a b a y a y a n g m e m b a w a
k e m a k m u r a n b a g i Kediri telah mampu mengelola dan memimpin kerajaannya dengan sangat baik.
Hal ini terbukti dari berbagai peninggalan sejarah
y a n g t e l a h direkonstruksikan dan memberitahukan kepada pembaca sekarang bahwa pada
zamankerajaan Kediri telah muncul berbagai sastra dan budhaya yang sangat luar biasa, mulaidari
kitab Bharatayudha, Hariwangsa sampai Gatotkacasraya. Kerajaan Kediri pada m a s a i t u
merupakan kerajaan yang mandiri dan m a k m u r, yang secara
ekonomim e n g a l a m i k e c u k u p a n d e n g a n m e n d a y a g u n a k a n p e r t a n i a n ,
p e r d a g a n g a n , d a n peternakan.Kehidupan yang makmur membuat masyarakat dalam aspek
sosial mengalamih a l y a n g s e n a d a . K a r e n a d i p i m p i n r a j a y a n g b i j a k , t a k
u r u n g k e m a j u a n d a r i masyarakat yang berkecukupan dalam hal sandang, pangan dan
papan. Tak hanyadalam hal fisik yang mencoba dibangun oleh raja Jayabaya pada saat
itu juga telahdiberlakukan ketertiban dan hukum yang jelas dankeras bagi seluruh rakyat
Kediri.Walaupun kemakmuran tersebut tidak berlangsung lama karena kemudian
kegelapanmengganti masa-masa jaya kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya
(1222M).Kerincuhan dan selisih paham yang berlaku dan terjadi antara Kertajaya
dankaum brahmana ternyata membawa akhir bagi kerajaan Kediri. Brahnama yang tidak sepahan
meminta bantuan Ken Arok yang pada saat itu juga sedang gencar-gencarnyamelakukan usaha
ekspansionis untuk mendirikan sebuah kerajaan yang pada akhirnya bernama Singasari.
Namun, keberadaan kerajaan Kediri merupakan sebuah bukti eksistensi dan
k e m a k m u a n s a l a h s a t u k e r a j a a n d i J a w a Ti m u r s e b a g a i p e n e r u s d i n a s t i
I s y a n a . Dengan sistem pemerintahan, birokrasi, ekonomi, sosial, budhaya, dan agama
yangmengalami kemajuan secara gilang-gemilang.

b. Saran
Dengan adanya makalah ini kita dapat berpikir secara realistis bahwa sejak dulu Indonesia telah
memiliki banyak kebudhayaan yang memberikan dampak besar terhadap kita untuk lebih maju dalam
membangun Indonesia yang lebih baik lagi baik dari segi hukum maupun kehidupan sosial
budhayanya.

Kerajaan Kediri (abad XII M)

Berdiri pada abad ke-12. Dan pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas
yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Dan juga merupakan bagian
dari Kerajaan Mataram Kuno.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri


Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk
pertama kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.
Pada akhir November 1042, Airlangga membelah wilayah kerajaannya.
Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan
kesaktiannya yaitu Mpu Bharada
Putra yang bernama Sri Samarawijayamendapatkan kerajaan barat bernama
Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.
Putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama
Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala
dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti
Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.

Perkembangan Kerajaan
Dalam masa perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota di Daha tumbuh
menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin tenggelam. Diduga Kerajaan
Jenggala ditaklukkan oleh Kediri. Kejayaan Kerajaan Kediri sempat jatuh ketika Raja
Kertajaya (1185-1222) berselisih dengan golongan pendeta. Keadaan ini dimanfaatkan
oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung.

Perkembangan politik kerajaan kediri


Mapanji Garasakanmemerintah tidak lama. Ia digantikan Raja Mapanji Alanjung
(1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri Maharaja
Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan Panjalu menyebabkan
selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga
munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari Kediri.

Raja yang memerintah


Sistem pemerintahan kerajaan Kediri terjadi beberapa kali pergantian kekuasaan ,
adapun raja – raja yang pernah berkuasa pada masa kerajaan Kediri adalah:

1. Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu


Jayawarsa merupakan raja pertama kerajaan Kediri dengan prasastinya yang
berangka tahun 1104. Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu menamakan dirinya sebagai
titisan Wisnu.

2. Kameshwara
Raja Kameshwara bergelar Sri Maharajarake Sirikan Shri Kameshwara
Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa,
dikenal dengan kameshwara I (1115 - 1130 ). Lancana kerajaanya yaitu tengkorak yang
bertaring yang disebut dengan Candrakapala. Permaisurinya bernama Shri Kirana, yang
berasal dari Janggala.

3. Jayabaya
Raja Jayabaya yang bergelar Shri Maharaja Shri Kroncarryadipa
Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Shri Gandra. Prabu
Jayabaya merupakan Raja Kediri yang paling terkenal, di bawah pemerintahannya Kediri
mencapai kejayaan. Jayabaya termasyur dengan ramalannya. Ramalan-ramalan itu
dikumpulkan dalam satu kitab yang berjudul jongko Joyoboyo.

4. Prabu Sarwaswera
Sebagai raja yang taat beragama dan budaya, prabu Sarwaswera memegang teguh
prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu, , dikaulah (semua) itu , semua makhluk
adalah engkau . Tujuan hidup manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah
mooksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah
sesuatu yang menuju kearah kesatuan , segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah
tidak benar.

5. Prabu Kroncharyadipa
Sebagai pelemeluk agama yang taat mengendalikan diri dari pemerintahannya
dengan prinsip, sad kama murka, yakni enam macam musuh dalam diri manusia, yaitu
kroda (marah), moha (kebingungan), kama (hawa nafsu),loba (rakus),mada (mabuk),
masarya (iri hati).
6. Srengga Kertajaya
Srengga Kertajaya merupakan Raja Kediri yang terakhir. Kertajaya raja yang
mulia serta sangat peduli dengan rakyat. Kertajaya dikenal dengan catur marganya yang
berarti empat jalan yaitu darma, arta, kama, moksa.

Kehidupan sosial masyarakat kerajaan kediri


Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat
meningkat masyarakat hidup tenang,
Dalam kitab Ling-Wai-Tai-Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada tahun 1178
M. menyatakan bahwa masyarakat Kediri memakai kain sampai bawah lutut dan
rambutnya diurai. Rumah-rumahnya rata-rata sangat bersih dan rapi. Lantainya dibuat
dari ubin yang berwarna kuning dan hijau. Pemerintahannya sangat memerhatikan
keadaan rakyatnya sehingga pertanian, peternakan, dan perdagangan mengalami
kemajuan yang cukup pesat.

Golongan-golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi tiga berdasarkan


kedudukan dalam pemerintahan kerajaan.
1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam
lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri
atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak
mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi atau
masyarakat wiraswasta. Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang bertugas
mengurus dan mencatat semua penghasilan kerajaan. Di samping itu, ada 1.000
pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota,
perbendaharaan kerajaan, dan gedung persediaan makanan.

Kehidupan Eknomi
Perdagangan, peternakan, dan pertanian. Kediri terkenal sebagai penghasil beras,
kapas dan ulat sutra. Dengan demikian dipandang dari aspek ekonomi, kerajaan Kediri
cukup makmur.

Karya Sastra dan Prasasti pada Jaman Kerajaan Kadiri


Prasasti pada Jaman Kerajaan Kadiri diantaranya yaitu:
1. Prasasti Banjaran yang berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan
Panjalu atau Kadiri atas Jenggala

2. Prasasti Hantang tahun 1135 atau 1052 M menjelaskan Panjalu atau Kadiri pada
masa Raja Jayabaya. Pada prasasti ini terdapat semboyan Panjalu Jayati yang
artinya Kadiri Menang.Prasasti ini di keluarkan sebagai piagam pengesahan
anugerah untuk penduduk Desa Ngantang yang setia pada Kadiri selama perang
dengan Jenggala.Dan dari Prasasti tersebut dapat di ketahui kalau Raja Jayabhaya
adalah raja yang berhasil mengalahkan Janggala dan mempersatukannya kembali
dengan Kadiri.

3. Prasasti Jepun 1144 M

4. Prasasti Talan 1136 M Seni sastra juga mendapat banyak perhatian pada zaman
Kerajaan Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu
Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang
berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan,kemenangan.

Runtuhnya Kediri
Kaum brahmana menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa
meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken
Arok , akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter,
pada tahun 1222 M. Dalam pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya,
pada masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.

Aliran Kejawen ”Sangkan Paraning Dumadi Sri Jayabaya” adalah aliran kepercayaan yang
mempercayai adanya silsilah manusia yang digabungkan dengan cerita dalam pewayangan.
Berikut adalah sedikit penjelasannya:
Menurut kepercayaan ini, sebenarnya pohon silsilah itu ada tiga golongan, yaitu: sejarah silsilah
manusia, sejarah silsilah banu jan (yang sama sekali tidak diketahui manusia) dan sejarah
silsilah campuran manusia dan banu jan (inipun tidak banyak diketahui kecuali dari Nabi Sis
as.
Berikut ini adalah silsilah itu yang akhirnya menurunkan silsilah Raja Kadiri Jayabaya:
1. Nabi Adam (Sang Hyang Janmawalijaya / 25. Prabu Jaya Amisena
Sang Hyang Adhama) 26. Raden Kusumawicitra
2. Nabi Sis (Sang Hyang Syta) 27. Raden Citrasuma
3. Sayid Anwar (Sang Hyang Nur Cahya) 28. Raden Pancadriya
4. Sang Hyang Nurasa 29. Raden Anglingdriya
5. Sang Hyang Wenang (Sang Hyang Wisesa) 30. Prabu Suwelacala
6. Sang Hyang Manik Maya (Betara Guru) 31. Prabu Sri Maha Punggung
7. Betara Brama / Sri Maha Punggung / Dewa 32. Prabu Kandihawan (Jayalengkara)
Brama 33. Resi Gatayu
8. Betara Sadana (Brahmanisita) 34. Resi Lembu Amiluhur
9. Betara Satapa (Tritusta) 35. Raden Panji Asmara Bangun (Inu Kertapati)
10. Bambang parikanan 36. Raden Kudalaweyan (Mahesa Tandreman)
11. Resi Manumayasa 37. Raden Banjaran Sari
12. Resi Sekutrem 38. Raden Munding Sari
13. Begawan Sakri 39. Raden Munding Wangi
14. Begawan Palasara 40. Prabu Pamekas
15. Begawan Abiyasa (Maharaja Sanjaya) 41. Raden Jaka Sesuruh (R. Wijaya / raja
16. Pandu Dewanata Majapahit)
17. Dananjaya (R.Arjuna) 42. Prabu Taruma (Bhre Kumara)
18. R. Abimanyu 43. Prabu Hardaningkung (Brawijaya I)
19. Prabu Parikesit 44. Prabu Hayam Wuruk
20. Prabu Yudayana 45. Raden Putra
21. Prabu Yudayaka (Jaya Darma) 46. Prabu Partawijaya
22. Prabu Gendrayana 47. Raden Angkawijaya (Damarwulan)
23. Prabu Jayabaya 48. Bethoro Kathong
24. Prabu Jaya Amijaya
v Sumber-Sumber Sejarah
1. Prasasti
· Prasasti Sirah Keting (1104 M), yang memuat tentang pemberian hadiah
tanah kepada rakyatdesa oleh Raja Jayawarsa.
· Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah
keagamaan, diperkirakan berasal dari Raja Bameswara (1117-1130 M).
· Prasasti Ngantang (1135 M), yang menyebutkan tentang Raja Jayabaya
yangmemberikan hadiah kepada rakyat Desa Ngantang sebidang tanah yang
bebas dari pajak.
· Prasasti Jaring (1181 M) dari Raja Gandrayang memuat tentang sejumlah
nama-nama hewanseperti Kebo Waruga dan Tikus finada.
· Prasasti Kamulan (1194 M), yangmenyatakan bahwa pada masa
pemerintahan Raja Kertajaya, Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan
musuh yang telah memusuhi istanadi Katang-katang.

2. Berita Asing
Berita asing tentang Kerajaan Kediri sebagian besar diperoleh dari berita
Cina. Berita Cina ini merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang
melakukan kegiatanperdagangan di Kerajaan Kediri. Seperti Kronik Cina bernama
Chu fan Chi karangan Chu ju kua(1220 M). Buku ini banyak mengambil cerita dari
buku Ling wai tai ta (1778 M) karangan Chuik fei. Kedua buku ini menerangkan
keadaan Kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan ke-13M.

Masa kejayaan
Masa kejayaan Kediri dapat dikatakan jelas, terbukti dengan ditemukannya
silsilah raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Kediri. Disamping itu,
ditemukannya prasasti-prasasti Raja-raja.
Raja Kediri pada tahun 1104 adalah Jayawarsa. Setelah Jayawarsa, secara
berturut-turut Kediri diperintah oleh :

1. Bameswara (1117-1130)
2. Jayabhaya (1135-1157)
3. Sarweswara (1159-1161)
4. Aryeswara (1169-1181)
5. Gandra (1181)
6. Kameswara (1182-1185)
7. Kertajaya (1190-1222)
Raja terakhir kerajaan Kediri adalah Kertajaya. Pada masa akhir
pemerintahannya, Kediri dalam keadaan lemah. Pada tahun 1222, Kediri diserang
oleh Ken Arok dari Tumapel. Terjadilah pertempuran di Desa Ganter dekat pujon,
Malang. Kertajaya kalah dalam pertempuran, maka berakhirlah riwayat kerajaan
Kediri.

Anda mungkin juga menyukai