Anda di halaman 1dari 29

KERAJAAN KEDIRI DAN SINGASARI

DOSEN PENGAMPU:

Arfandiansyah S.Pd, M.pd

Ammar Zhafran Ryanto, M.pd

Disusun oleh:
KELOMPOK 6

Atikah Rahmi (3221121021)

Desman Poulin Sitohang (3223121004)

Gracea Melvasari Aritonang (3223121057)


Muhammad fahrijal tanjung (3222421005)

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
Daftar isi
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
Rumusan masalah........................................................................................................3
Tujuan Masalah...........................................................................................................3
Manfaat masalah..........................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
Kerajaan kediri...................................................................................................................4
Berdirinya Kerajaan Kediri........................................................................................4
Masa kejayaan kerajaan kediri...................................................................................6
Runtuhnya kerajaan kediri.........................................................................................6
Letak lokasi kerajaan kediri.......................................................................................7
Raja-raja Kediri...........................................................................................................8
Letak kerajan kendiri................................................................................................13
sumber sejarah kerajaan Kediri...............................................................................13
Kerajaan singasari............................................................................................................16
Berdirinya kerajaan singasari...................................................................................16
Kejayaan kerajaan singasari.....................................................................................17
Runtuhnya kerajaan singasari..................................................................................17
Letak lokasi kerajaan singasari................................................................................18
Raja-raja di Kerajaan Singasari....................................................................................18
Sumber Peninggalan Kerajaan Singasari..........................................................................20
Daftar Pustaka..................................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan sampai runtuhnya kerajaan


Kediri dan kerajaan Singasari ?
2. Siapa raja raja yang pernah memerintah kerajaan Kediri dan
Singasari ?
3. Dimana letak lokasi kerajaan Kediri dan Singasari ?
4. Apa saja sumber sejarah kerajaan Kediri dan Singasari?

B. Tujuan Masalah

1. Mengetahui perkembangan sampai runtuhnya kerajaan kediri dan


kerajaan Singasari
2. Mengetahui raja raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri dan
Singasari
3. Mengetahui letak lokasi kerajaan Kediri dan Singasari
4. Mengetahui sumber sejarah kerajaan Kediri dan Singasari

C. Manfaat masalah

1. Untuk menambah wawasan kita mengenai sejarah perkembangan


sampai runtuhnya kerajaan Kediri dan Singasari
BAB II

PEMBAHASAN

Kerajaan kediri

Berdirinya Kerajaan Kediri


Pada tahun 1019, Airlangga berhasil naik menjadi raja Medang Kamulan.
Saat sedang memerintah, Airlangga berhasil mengembalikan kewibawaan
Medang Kamulan dan akhirnya memindahkan pusat pemerintahannya ke
Kahuripan. Pada tahun 1041, Airlangga memerintahkan kerajaan untuk dibagi
menjadi dua bagian. Pembagian itu dilakukan oleh Mpu Bharada, Brahmana yang
terkenal sakti. Dua kerajaan yang terbelah tadi lalu dikenal sebagai Jenggala
(Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) dan dipisahkan oleh gunung Kawi dan Sungai
Brantas. Kejadian ini kemudian dikisahkan dalam prasasti Mahasukbya, serat
Calon Arang, dan kitab Negarakertagama. Meskipun tujuan awal Airlangga
memecah kerajaan menjadi dua adalah agar tidak ada perebutan kekuasaan, pada
praktiknya kedua putra Airlangga tetap bersaing bahkan setelah mereka
masingmasing diberi kerajaan sendiri.

https://images.app.goo.gl/GxNq22hei8noGJFy8 https://images.app.goo.gl/5AgQSbDQxBVnDpQA7

Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas


dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya
Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi
Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang
ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta
Airlangga sehingga terjadilah peperangan.Pada akhir November 1042. Airlangga
terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing
memperebutkan takhta. Putra yang bernama SriSamarawijaya mendapatkan
kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kotabaru,yaitu Daha. Sedangkan
putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkankerajaan timur bernama
Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.Panjalu dapat dikuasai
Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan(1042 1052 M) dalam
prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda
Mukha.Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja Mapanji
Alanjung (1052 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri
Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan
Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua
kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116-1135 M) dari
Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri
sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri.Pada awalnya
perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan
selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai
seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan
Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain
ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak
menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil
karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah
dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas
Jenggala.
Masa kejayaan kerajaan kediri

Masa kejayaan Kerajaan Kediri terjadi ketika pemerintahan Prabu


Jayabaya. Pada saat itu, wilayah kerajaan menjadi semakin luas hingga hampir
menguasai seluruh pulau Jawa. Di samping itu, kerajaan yang dipimpin Prabu
Jayabaya memberikan pengaruh hingga ke kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera.

Berdasarkan catatan Chu Fan Chi, disebutkan Jawa merupakan maharaja


yang mempunyai beberapa daerah jajahan. Daerah-daerah jajahan tersebut adalah
Pacitan, Medang, Tumapel, Dieng, Hujung Galuh, Jenggi, Sumba, Papua, Bali,
Gurun, Tanjungpura, Timor, Banggai, dan Maluku.

Karena wilayah kekuasaan kerajaan ini begitu luas, hal ini menjadikan
kediri sebagai kerajaan yang sangat disegani. Tak hanya termasyur karena
kekayaan dan kekuasaannya, kerajaan ini juga dikenal karena memiliki karya seni
sastra yang maju pesat.

Runtuhnya kerajaan kediri

Peperangan antara Panjalu dan Jenggala tetap terus terjadi selama 60 tahun
berlalu, penyebabnya kedua anak Airlangga sama-sama merasa pantas
mendapatkan takhta sang ayah. Hingga pada akhirnya Jenggala mampu
memenangi perang, namun Panjalu yang sukses merebut seluruh tahta yang
dimiliki Airlangga.

Kemenangan Panjalu membuat ibu kota kerajaan dipindah ke Kediri dan


pada akhirnya Panjalu lebih dikenal ketimbang Kediri. Setelah berdiri nyaris dua
abad, kerajaan Kediri mulai menemui titik lemah setelah terjadinya perselisihan
antara Raja Kertajaya dan kaum Brahmana. Sri Maharaja Kertajaya berkuasa
sejak 1194-1422. Raja Kertajaya merupakan sosok raja yang sangat kejam dan
mengaku dirinya sebagai dewa, ia memaksa kaum Brahmana menyembahnya dan
bahkan mengklaim jika hanya Dewa Shiwa yang mampu mengalahkannya.
Kekejaman Kertajaya bahkan terlihat saat ia tanpa ragu menyiksa kaum Brahmana
yang menolak titahnya.
Pada satu saat kaum Brahmana meminta bantuan Ken Arok dari Tumapel
untuk menggulingkan kepemimpinan Kertajaya. Menariknya di tangan Ken Arok,
Kertajaya akhirnya terbunuh dan berhasil menguasai Kediri. Kesuksesan Ken
Arok menumpas Kertajaya dan merebut wilayah kekuasaannya membuat ia
mendirikan kerajaan baru bernama Singosari.

Letak lokasi kerajaan kediri

Kerajaan Kediri terletak di Jawa Timur, pusat pemerintahan kerajaan ini


ada di kota Daha dan sekarang lebih dikenal dengan nama kota Kediri. Sebelum
berada di Daha, pusat kerajaan Kediri berada di wilayah Kahuripan. Hal ini sesuai
dengan penjelasan yang tertuang di prasasti keluaran tahun 1042 dan ceritanya
terdapat pada berita Serat Calon Arang.

Peperangan antara Panjalu dan Jenggala yang sudah dijelaskan di atas


adalah selama 60 tahun berlalu. Dan kemenangan itu pula yang mengantarkan
pusat pemerintahan kerajaan Panjalu dipindahkan dari Daha ke Kediri, sehingga
saat ini lebih dikenal dengan nama Kediri. Kerajaan Kediri berdiri sekitar 1045
masehi dan runtuh pada 1222 m setelah 177 tahun berdiri.

https://www.youngontop.com/asal-usul-kerajaan-kadiri/
Raja-raja Kediri

1. Sri Samarawijaya

Sri Samarawijaya adalah raja pertama dari Kerajaan Kadiri.


Pemerintahannya dimulai dari tahun 1042. Sri Samarawijaya memiliki gelar
lengkap Sri Samarawijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa.Dalam
prasasti Pucangan (tahun 1041) Samarawijaya memiliki jabatan sebagai Rakryan
Mahamantri. Pada masa kekuasan Raja Airlangga dan raja-raja sebelum
Airlangga, jabatan ini yang paling tinggi setelah raja. Jabatan ini mirip dengan
status putra mahkota, pada umumnya dijabat oleh putra atau menantu raja.

Pemerintahan Raja Samarawijaya dikenal sebagai masa kegelapan karena


pada masa ini tidak ada bukti prasasti sama sekali. Berdasarkan cerita dalam
prasasti Pamwatan dan prasasti Gandhakuti, Raja Samarawijaya naik takhta di
saat Airlangga turun takhta menjadi seorang pendeta.Akhir pemerintahan dari
Raja Samarawijaya tidak diketahui dengan pasti. Prasasti yang menceritakan
nama raja Kadiri selanjutnya adalah prasasti Sirah Keting tahun 1104 M. Prasasti
ini dibuat oleh Raja Sri Jayawarsa. Tidak diketahui apakah Raja Sri Jayawarsa
merupakan pengganti dari Raja Sri Samarawijaya, ataukah masih ada raja lainnya
di antara keduanya

2. Sri Jayawarsa

Sri Jayawarsa memerintah di tahun 1104 M. Sri Jayawarsa bergelar Sri


Maharaja Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu. Tidak diketahui kapan pastinya Raja
Jayawarsa naik takhta sebagai raja Kerajaan Kediri.Kisah Raja Jayawarsa tercatat
dalam prasasti Sirah Keting tahun 1104M.Dalam prasasti ini dikisahkan jika Sri
Jayawarsa sangat mencintai semua rakyatanya. Bahkan dirinya selalu berusaha
untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Prasasti Sirah Keting berisi
tentang pengesahan desa Marjaya sebagai tanah perdikan atau sima
swatantra.Tidak diketahui secara pasti kapan Raja Jayawarsa turun takhta. Dari
prasasti Panumbangan (tahun 1120 M) hanya menyebut makamnya yakni di
daerah Gajapada.

3. Raja Bameswara

Raja Bameswara disebut sebagai raja yang berkuasa selanjutnya di Kerajaan


Kediri. Hal ini diketahui dari isi prasasti Pikatan tahun 1117 M. Masa
pemerintahan Raja Bameswara banyak catatan yang ditemukan. Prasasti-prasasti
ini ditemukan di wilayah Tulungagung dan Kertosono.Dalam prasasti tersebut
banyak memuat masalah keagamaan. Dari kondisi ini bisa diketahui kondisi
pemerintahan yang sangat baik.Tidak diketahui, kapan raja Brameswara turun
takhta. Berdasarkan Prasasti Ngantang, raja selanjutnya yang berkuasa adalah
Raja Sri Jayabaya.

4. Sri jayabaya

Dari catatan yang ada, Sri Jayabaya berkuasa sekitar tahun 1135 M hingga
1157 M.Raja ini bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara
Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.Pada masa
pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri mencapai puncaknya. Pada masa
tersebut, Panjalu mampu mengalahkan Jenggala dan menguasai seluruh takhta
Airlangga. Dalam pemerintahan Jayabaya, seluruh wilayah Kediri bisa
bersatu.Banyak catatan prasasti yang ditinggalkan pada masa ini. Catatan prasasti
yang ditemukan yakni prasasti Hantang (tahun 1135 M), prasasti Talan (tahun
1136 M), dan prasasti Jepun (tahun 1144 M). Tidak hanya itu, terdapat juga karya
sastra berupa kakawin Bharatayuddha (tahun 1157 M).Dalam babad Tanah Jawi
dan Serat Aji Pamasa disebut jika Raja Jayabaya merupaka titisan Dewa Wisnu.
Raja ini memimpin negara yang bernama Widarba dengan ibu kota di
Mamenang.Ayah Jayabaya adalah Gendrayana. Gendrayana merupakan putra dari
Yudayana, putra dari Parikesit, putra dari Abimanyu,putra dari Arjuna dari
keluarga Pandawa.Permaisuri Raja Jayabaya bernama Dewi Sara. Jayabaya
diketahui memiliki 4 anak yakni Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni dan
Dewi Sasanti.Jayaamijaya menurunkan raja-raja di tanah Jawa, bahkan sampai
Kerajaan Majapahit dan juga Kerajaan Mataram Islam. Sedangkan Pramesti
menikah dengan Astradarma raja dari Yawastina, melahirkan seorang anak
bernama Anglingdarma raja dari Malawapati.Dalam pemerintahannya Jayabaya
menerapkan strategi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi
seluruh rakyatnya. Kerajaan pada masa ini sangat makmur, baik dari pertanian
maupun perdagangan. Secara ekonomi rakyat Kediri kehidupannya terjamin.
Kekuasaan kerajaan juga meluas hingga seluruh pulau Jawa dan
Sumatera.Jayabaya turun takhta dengan cara muksa atau hilang tanpa
meninggalkan jasad. Sebelum menghilang, Jayabaya bertapa terlebih dahulu di
Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Setelahnya, mahkota (kuluk)
dan juga pakaian kebesarannya (ageman) dilepas, kemudian raja Jayabaya
menghilang.Jayabaya terkenal dengan ramalannya, Jangka Jayabaya. Ramalan ini
beberapa sudah terbukti kebenarannya di era peradaban modern saat ini.

5. Sri Sarweswara

Raja Sri Sarweswara memerintah pada tahun 1159 – 1161. Raja ini bergelar Sri
Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara Wijaya Agrajasama
Singhadani Waryawirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa.Sri Sarwaswera adalah
salah satu raja Kediri yang terkenal sebagai raja yang sangat religius dan juga
berbudaya. Hal ini dikisahkan dalan Prasasti Padelegan II tahun 1159 M dan
Prasasti Kahyunan tahun 1161 M.Sebagai raja yang taat agama dan budaya, prabu
Sarwaswera memegang teguh dengan prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah
itu.Pemikiran ini berarti dikaulah (semuanya) itu, semua makhluk ialah engkau.
Tujuan hidup manusia menurut dari prabu Sarwaswera yang terakhir ialah moksa,
yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan menuju benar ialah
sesuatu yang menuju kearah kesatuan dan segala sesuatu yang menghalangi
kesatuan ialah tidak benar.Tidak diketahui secara pasti kapan Raja Sri Sarweswara
turun takhta. Berdasarkan isi prasasti Angin tahun 1171 M, raja selanjutnya yang
memimpin Kerajaan Kediri adalah Raja Sri Aryeswara.

6. Sri Aryeswara

Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang berkuasa pada tahun 1171 M. Raja ini
bergelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka.
Pemerintahan Sri Aryeswara diketahui dari prasasti Angin, tanggal 23 Maret
1171.Prasasti tersebut menyebut bahwa raja yang kelima dari Kerajaan Kediri
adalah Sri Aryeswara yang bergelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara
Madhusudanawatara Arijamuka.

Sementara lambang dari pemerintahannya adalah Ganesha.Hanya sedikit


catatan yang bisa diketahui tentang raja ini. Dari prasasti Jaring disebut,
kekuasaan Sri Aryeswara dilanjutkan oleh raja Sri Gandra.

7. Sri Gandra

Raja Sri Gandra berkuasa pada 1811 M. Gelar yang dipangkunya adalah Sri
Maharaja Koncaryadipa Handabhuwanapadalaka Parakrama Anindita Digjaya
Uttunggadewa Sri Gandra.Masa kepemimpinan raja Sri Gandra terkutip dalam
prasasti Jaring (1181 M). Prasasti tersebut menceritakan sang raja yang
mengabulkan keinginan rakyat Desa Jaring tentang anugerah raja sebelumnya
yang belum terwujud. Pengabulan permohonan ini disampaikan melalui senapati
Sarwajala.Di prasasti tersebut juga diceritakan adanya nama hewan yang
digunakan untuk menunjukkan tinggi rendahnya kepangkatan dalam istana. Nama
yang tersebut misalnya Menjangan Puguh, Lembu Agra dan Macan Kuning.
Tidak diketahui kapan pastinya berakhirnya pemerintahan Raja Sri Gandra. Raja
dari Kadiri ini selanjutnya berdasarkan isi dari prasasti Semanding pada tahun
1182 adalah Raja Sri Kameswara.

8. Sri Kameswara

Sri Kameswara adalah raja ketujuh dari Kerajaan Kediri, hal ini tercantum
dalam Prasasti Ceker tahun 1182 M serta Prasasti Kakawin Smaradhan. Masa
pemerintahan raja Sri Kameswara sekitar tahun 1180 M – 1190 M. Raja ini
bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita
Digjaya Uttunggadewa.Di masa pemerintahan Sri Kameswara seni sastra
berkembang sangat pesat. Salah satunya adanya Kitab Smaradhana karangan dari
Mpu Dharmaja. Kitab ini berkisah tentang cerita rakyat seperti cerita Panji
Semirang. Mpu Dharmaja juga menuliskan kisah tentang kelahiran dari Dewa
Ganesha, yaitu dewa berkepala gajah yang merupakan anak dari Dewa Siwa.
Ganesha menjadi lambang dari Kerajaan Kadiri sebagaimana yang tercatat dalam
prasasti-prasasti.Beberapa peninggalan sejarah pada masa pemerintahan ini
diantaranya, prasasti Semanding (1182 M) dan prasasti Ceker (1185 M).

9. Sri Kertajaya
Sri Maharaja Kertajaya adalah raja terakhir dari Kerajaan Kediri. Raja ini
berkuasa pada tahun 1194 M – 1222 M. Di masa raja Kertajaya, Kediri jatuh
karena serangan kerajaan Tumapel atau Singashari.Raja Kertajaya memiliki gelar
Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya
Uttunggadewa.Nama Raja Kertajaya tercatat dalam teks Nagarakertagama (tahun
1365) yang ditulis setelah zaman Kerajaan Kadiri. Sementara dalam teks
Pararaton Raja Kertajaya disebut dengan nama Prabu Dandhang Gendis.Bukti
sejarah masa pemerintahan Raja Kertajaya diantaranya tertuang dalam prasasti
Galunggung (tahun 1194), prasasti Kamulan (tahun 1194), prasasti Palah (tahun
1197), dan prasasti Wates Kulon (tahun 1205).Kestabilan pemerintahan Kerajaan
Kediri pada pemerintahan raja Kertajaya mulai menurun. Kondisi ini karena raja
bermaksud mengurangi hak-hak kaum Brahmana. Sang prabu ingin disembah
sebagai dewa, kaum Brahmana menentang keputusan tersebut. Mereka memilih
lari dan meminta bantuan dari kerajaan Tumapel dibawah kepemimpinan Ken
Arok.Mengetahui hal ini, Raja Kertajaya lalu mempersiapkan pasukan untuk
menyerang Tumapel. Sementara itu. Ken Arok dan dukungan kaum Brahmana
melakukan serangan balik ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu telah bertemu di
dekat Ganter (1222 M).

Dalam pertempuran tersebut pasukan Kediri berhasil dikalahkan. Raja Kertajaya


berhasil meloloskan diri , namun sayang nasibnya tidak diketahui. Sejak saat itu
kekuasaan Kerajaan Kediri berakhir dan menjadi kekuasaan Tumapel.Itu tadi
silsilah raja-raja yang memimpin Kerajaan Kediri. Hingga saat ini beberapa
peninggalan besar Kerajaan Kediri ditemukan di sejumlah wilayah di luar Kediri.
Hal ini membuktikan jika Kerajaan Kediri merupakan kerajaan besar di
Nusantara.
sumber sejarah kerajaan Kediri

1. prasasti sirah keting Prasasti Sirah Keting diperkirakan dibuat sekitar tahun
1126 Saka atau 1204 Masehi. Isi prasasti ini ditulis dengan aksara Jawa Kuno dan
berbahasa Jawa Kuno. Prasasti Sirah Keting ditemukan di daerah Ponorogo, Jawa
Timur dan saat ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta. Prasasti ini ditulis di
atas batu berbentuk persegi panjang dengan pahatan pada keempat sisinya. Isi
Prasasti Sirah Keting menyebut tentang nama Sri Jayawarsa Digwijaya
Sastraprabhu, yang menghadiahi rakyatnya tanah. Sri Jayawarsa Digwijaya
Sastraprabhu mengaku sebagai cucu Dharmawangsa Teguh, penguasa terakhir
Kerajaan Medang. Dari isi Prasasti Sirah Keting, diketahui bahwa Sri Jayawarsa
Digwijaya Sastraprabhu adalah seorang raja yang memiliki kekuasaan otonom
(terpisah) dari Kerajaan Kediri, tepatnya di sekitar Madiun dan Ponorogo saat ini.
Sri Jayawarsa Digwijaya Sastraprabhu berkuasa bersamaan dengan Raja
Kameswara (1184-1194) di Kerajaan Kediri.

https://pinhome-blog-assets-public.s3.amazonaws.com/2021/12/Prasasti-Sirah-Keting.jpg

2. Prasasti Kamulan Prasasti Kamulan diperkirakan dibuat pada masa


pemerintahan Raja Kertajaya (1194-1222), tepatnya pada tahun 1194 M. Isinya
Prasasti Kamulan menyebut tentang tentang sejarah daerah Trenggalek dan
Tulungagung, serta Kerajaan Kediri ketika diserang oleh raja di kerajaan sebelah
timur. Prasasti ini sekarang disimpan di Pendopo Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur. 3. Prasasti Jaring Prasasti Jaring diperkirakan dibuat pada masa
pemerintahan Raja Sri Gandra. Sesuai namanya, prasasti ini ditemukan di Dukuh
Jaring, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Isi Prasasti Jaring
menceritakan tentang dikabulkannya permintaan penduduk Desa Jaring yang telah
dijanjikan oleh Raja Sri Aryeswara.

https://pinhome-blog-assets-public.s3.amazonaws.com/2021/12/Prasasti-Kamulan.jpg

4. Prasasti Ngantang Prasasti Ngantang merupakan prasasti peninggalan


Kerajaan Kediri yang dibuat pada tahun 1194 M. Isi Prasasti Ngantang bercerita
tentang pemberian dan pembebasan pajak tanah oleh Raja Jayabaya untuk Desa
Ngantang karena telah mengabdi pada Kerajaan Kediri. Prasasti ini sekarang
menjadi salah satu koleksi di Museum Nasional.

https://pinhome-blog-assets-public.s3.amazonaws.com/2021/12/Prasasti-Ngantang.jpg

5. Prasasti Galunggung Prasasti Galunggung memiliki angka tahun 1123 Saka


atau 1201 Masehi. Melihat dari waktu pembuatannya, Prasasti Galunggung
diperkirakan dibuat pada masa pemerintahan Raja Kertajaya. Prasasti Galunggung
ini terdiri dari 20 baris, tetapi sebagian tidak dapat terbaca lagi karena telah aus.
Prasasti Galunggung ditemukan di daaerah Rejotangan, Tulungagung, Jawa
Timur.
https://assets.promediateknologi.com/crop/0x0:0x0/750x500/photo/ayotasik/images/post/articles/
2019/04/19/2496/img_20190419_093629.jpg

6. Prasasti Panumbangan Prasasti Panumbangan dibuat pada masa


pemerintahan Raja Bameswara pada tahun 1120 M. Isi prasasti ini menceritakan
tentang permohonan penduduk Desa Panumbangan agar piagam mereka yang
tertulis di daun lontar ditulis ulang di atas batu (prasasti). Prasasti Panumbangan
juga menyatakan penetapan Desa Panumbangan sebagai Sima Swatantra oleh raja
sebelumnya.

https://andrikyawarman.wordpress.com/2016/08/16/prasasti-panumbangan-i/img_0515/

7. Prasasti Talan Prasasti Talan adalah sebuah prasasti yang berangka tahun
1136 M dan ditemukan di di Dusun Gurit, Kabupaten Blitar. Prasasti ini
menceritakan anugerah Sima kepada Desa Talan dan membebaskannya dari iuran
pajak. Raja Jayabaya, yang berkuasa saat itu, mengabulkan permintaan warga
Talan karena kesetiaan mereka dan menambah anugerah berupa berbagai macam
hak istimewa. 8. Prasasti Ceker Sesuai namanya, Prasasti Ceker ditemukan di
Dukuh Ceker, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Prasasti Ceker
yang diperkirakan dibuat pada tahun 1185 mencantumkan nama Sri Kameswara.
Isi Prasasti Ceker adalah permohonan warga Desa Ceker akan anugerah.

https://andrikyawarman.wordpress.com/2016/08/03/prasasti-talan/img_2548/

9. Candi Penataran Candi Panataran terletak di lereng barat daya Gunung


Kelud, tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Ngleggok, Kabupaten Blitar, Jawa
Timur. Dalam kitab Negarakertagama, Candi Penataran disebut dengan nama
Candi Palah yang dibangun untuk memuja Hyang Acalapati, atau yang dikenal
sebagai Girindra (raja gunung) dalam kepercayaan Syiwa. Berdasarkan tulisan
pada sebuah batu yang terletak sisi selatan bangunan utamanya, diduga bahwa
Candi Penataran atau Candi Palah dibangun pada awal abad ke-12 , atas perintah
Raja Srengga dari Kediri.

https://www.blitarkab.go.id/wp-content/uploads/2016/05/slide2-Copy.jpg
10. Candi Tondowongso Candi Tondowongso atau Situs Tondowongso
ditemukan pada tahun 2007 di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan
Gurah, Kediri, Jawa Timur. Situs Tondowongso merupakan kompleks candi besar
yang dibangun pada abad ke-11, pada masa awal berdirinya Kerajaan Kediri.
Melihat banyaknya arca yang ditemukan di situs ini, diperkirakan Candi
Tondowongso adalah kompleks candi yang besar.

https://i0.wp.com/travellersblitar.com/wp-content/uploads/2018/09/situs-tondowongso.jpg?w=1024&ssl=1

11. Candi Gurah Candi Gurah berlokasi tidak jauh dari Candi Tondowongso
yang masih berada di Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur. Candi Gurah
memiliki beberapa kesamaan dengan Candi Tondowongso terutama dengan
adanya temuan Arca Brahma, Surya, Candra, Yoni dan Nandi.

http://3.bp.blogspot.com/-1Oh73ibHq84/URMHvuRJ5JI/AAAAAAAAAGg/n1eqVz5gUXg/s320/scan0015.jpg
Kerajaan singasari

https://cdnwpedutorenews.gramedia.net/wp-content/uploads/2022/02/04123149/singasari-
candi.jpg

Berdirinya kerajaan singasari

Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari,


adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur bangunan oleh Ken Arok pada tahun 1222.
Tempat kerajaan ini sekarang dianggarkan telah tersedia di kawasan Singosari,
Malang. Nama Kerajaan Tumapel diketahui berdasarkan keterangan yang terdapat
di dalam prasasti Kudadu, bahkan kemunculannya juga berada dalam berita
Tiongkok dari Dinasti Yuan. Saat itu menggunakan ejaan Tu-ma-pan, ibukota
Tumapel kemudian diperjelas melalui Kakawin Negarakertagama yang bernama
Kutaraja dan kali pertama berdiri di tahun 1222.

Lewat pararaton disebutkan jika Tumapel berasal dari sebuah daerah


bawahan Kerajaan Panjalu, Tunggul Ametung saat itu sebagai pejabat penting raja
kerajaan Singosari. Namun meninggal terkena tipu muslihat Ken Arok.
Setelahnya Ken Arok mendeklarasikan dirinya menjadi raja pertama Tumapel
bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Ken Arok pun menikahi janda dari Tunggul Ametung dan memiliki anak
bernama Anusapati yang merupakan buah cinta Ken Dedes dengan Tunggul
Ametung. Namun Ken Arok tak hanya memiliki satu istri, ia kemudian menikah
lagi dengan Ken Umang dan memiliki anak bernama Tohjaya. Di tahun 1222, Ken
Arok berniat melepas Tumapel dari Kadiri atau Panjalu. Namun terjadi
perseteruan dengan raja kerajaan Kadiri, Kertajaya lewat kaum brahmana yang
kemudian bergabung dengan Ken Arok. Perang pun meletus dan dimenangi oleh
Tumapel, menariknya saat berdirinya Tumapel dalam Negarakertagama tidak
menyebutkan nama Ken Arok, justru disebutkan Ranggah Rajasa Sang
Girinathaputra yang mengalahkan Kadiri.

Wishnuwardhana mengangkat putra, Kertanegara sebagai putra mahkota


dan mengganti nama ibu kota kerajaan Singasari didirikan oleh dirinya. Nama ini
yang kemudian justru terkenal ketimbang Tumapel, begitu pula informasi yang
didapat dari prasasti Mula Malurung yang muncul di tahun 1255 atas perintah
Wisnuwardhana yang menyebabkan rajasa dijuluki Bhatara Syiwa. Hingga
kemudian nama tersebut menjadi gelar anumerta dari Ranggah Rajasa dalam
Negarakertagama pendiri awal kerajaan Singasari disebut sebagai Syiwa.
Pararaton bahkan menyebutkan jika Ken Arok lebih dulu mendapat julukan
tersebut sebelum maju dalam peperangan melawan Kadiri.

Kejayaan kerajaan singasari

Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari
(1272 - 1292). Dia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar
Jawa. Pada tahun 1275 dia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu sbg
menjadikan Sumatra sbg benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa
Mongol. Masa itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan
dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akibatnya diasumsikan sudah ditundukkan,
dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sbg tanda
persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga menyelenggarakan ekspedisi
menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke
Singhasari berkeinginan supaya Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun
permintaan itu tidak diterima tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama
menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa
Kertanagara diantaranya, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Runtuhnya kerajaan singasari

Candi Singhasari didirikan sbg tempat pemuliaan Kertanegara, raja terakhir


Singhasari. Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan tingkatan perangnya ke
luar Jawa akibatnya mengalami keropos di babak dalam. Pada tahun 1292 terjadi
pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang adalah sepupu, sekaligus

ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara
mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan
membangun ibu kota baru di Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun
habis.

Letak lokasi kerajaan singasari

Kerajaan Singasari atau Singhasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan


bercorak Hindu-Budha yang terletak di wilayah provinsi Jawa Timur yang
didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi bekas kerajaan ini diperkirakan
berada di daerah Singasari, Malang.

Menurut kitab Pararaton, diceritakan Ken Arok adalah anak dari Ken
Endok dari desa Pangkur, sebelah timur Gunung Kawi, Malang. Ken Arok
digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga menjadi
buronan tentara Tumapel. Akan tetapi setelah mendapatkan bantuan dari seorang
Brahmana (Lohgawe), Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati) di
Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membnh Tunggul
Ametung, Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia juga
menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada
waktu itu Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Raja-raja di Kerajaan Singasari

1. Ken Arok (1222 sampai 1227 M)

Kerajaan Singasari berkembang setelah berakhirnya Kerajaan Kediri. Raja


pertama Kerajaan Singasari ini bernama Ken Arok. Ken Arok berhasil tampil
sebagai raja, meski berasal dari rakyat biasa, di mana menurut kitab Pararaton,
Ken Arok ini merupakan anak seorang petani di Desa Pangkur, Malang. Pada
tahun 1222 M, Ken Arok melakukan serangan ke Kediri dan berhasil
menaklukkan Raja Kertajaya dalam pertempuran di Ganter, Malang.

Ken Arok menjadi raja pertama Kerajaan Singasari dengan mendapat gelar
Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Ken Arok memerintah selama lima tahun
hingga 1227 M. Pada tahun tersebut Ken Arok wafat karena adanya serangan atas
perintah Anusapati.

2. Anusapati (1221-1248M)

Pada 1227 M Anusapati menjadi raja setelah Ken Arok dan memerintah
selama 21 tahun. Akan tetapi Anusapati belum berbuat banyak untuk
pembangunan kerajaan. Berita kematian Ken Arok sampai kepada Tohjaya yang
merupakan anak Ken Arok, yang akhirnya mengetahui bahwa Anusapati yang
telah membuat ayahnya wafat. Akhirnya, Tohjaya ingin membalas dendam
kepada Anusapati hingga akhirnya Anusapati wafat dan dicandikan di Candi
Kidal dekat Kota Malang.

3. Tohjaya (1248 M)

Tohjaya naik ke takhta sebagai raja Singasari setelah Anusapati, meski


begitu masa pemerintahannya sangat singkat. Hal ini terjadi akibat adanya
pemberontakan dari Ronggowuni yang merupakan anak Anusapati yang merasa
dirinya yang berhak naik ke takhta kerajaan. Hingga akhirnya terjadi pertempuran
antara pasukan Tohjaya di bawah Lembu Ampal dengan pengikut Ronggowuni.
Nah, dalam pertempuran tersebut Lembu Ampal berkhianat dan memihak kepada
Ronggowuni, hingga akhirnya Ronggowuni berhasil menduduki istana Singasari.

4. Ronggowuni (1248-1268 M)

Pada tahun 1248, Ronggowuni naik takhta sebagai raja Kerajaan Singasari
yang bergelar Sri Jaya Wisnuwardana. Kemudian, pada 1254, Ronggowuni
mengangkat putranya, yaitu Kertanegara sebagai raja muda atau Yuwaraja. Pada
pemerintahan Ronggowuni rakyat Singasari hidup tentram dan damai, di mana
rakyat hidup dengan berdagang dan bertani. Hinggal pada 1268,Ronggowuni
akhirnya meninggal dunia dan dicandikan di dua tempat, yaitu sebagai Syiwa di
Waleri dan sebagai Buddha di Amogapasa di Jajagu atau dikenal Candi Jago.

5. Kartanegara (1268-1292 M)

Pada tahun 1268, Kertanegara naik takhta menggatikan ayahnya dan diberi
gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara dan menjadi raja paling terkenal di
Singhasari. Lalu pada 1275 M, raja Kertanegara mengirimkan ekspedisi Pamalayu
di bawah pimpinan Mahesa Anabrang untuk menguasai Sriwijaya. Selain itu,
untuk memperkuat politik luar negeranya, Kertanegara menjalin hubungan dengan
kerajaan lain di luar Indonesia. Adjarian, itu tadi raja-raja kerajaan Singasari dari
mulai Ken Arok sampai yang terakhir, yaitu Kertanegara.
Sumber Peninggalan Kerajaan Singasari

1. Candi singasari

Berada di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan terletak di lembah


pegunungan Arjuna dan Tengger. Merupakan tempat untuk dilakukan Dharma
terhadap Raja Kertanegara, beberapa orang mengklaim jika candi ini tak selesai
dibangun.

http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/wp-content/uploads/sites/33/2020/11/DSC_0141-
1068x702.jpg

2. Prasasti Mula Malurung

Berbentuk lempengan tembaga yang muncul di era Kartanegara dan saat


itu ia masih berstatus sebagai anak muda. Prasasti merupakan piagam dalam
mengesahkan desa Malurung dan desa Mula, namun peninggalan ini memberi
informasi besar terhadap generasi penerus mereka baik garis lurus keturunan
maupun orang luar.

https://anangpaser.files.wordpress.com/2012/02/prasasti-mula-malurung.jpeg
3. Candi Kidal

Merupakan bentuk penghormatan terakhir untuk Raja Anusapati, setelah


tewas dibunuh Tohjaya dan disebut-sebut sebagai kutukan dari keris Mpu
Gandring. Selain itu masih ada banyak peninggalan kerajaan Singasari.

https://asset.kompas.com/crops/MriNeux5scMLEHIUJOL8zrrzWEg=/0x0:1024x683/750x500/data/photo/
2022/01/22/61eb933f5c316.jpg

4. Prasasti Wurare

Prasasti Wurare ditulis dengan Bahasa Sanskerta, di mana isinya berupa


penghormatan untuk Raja Kertanegara yang oleh keturunannya dianggap telah
mencapai derajat Jina atau Buddha Agung. Prasasti ini juga mengisahkan tentang
Arya Bharad yang membelah tanah Jawa menjadi dua kerajaan, yaitu Jenggala
dan Panjalu, untuk menghindari terjadinya perang antara dua pangeran yang
memperebutkan kekuasaan.
https://www.dictio.id/uploads/
db3342/original/3X/5/f/5fe3916b9a0a0a1881221b79ab6e588df4f5e347.jpg

5. Candi Kangenan

Candi Kangenan adalah peristirahatan terakhir untuk Ken Arok, pendiri


Kerajaan Singasari.

https://asset.kompas.com/crops/0DG2Se467YBVStdZjym7y_gPBJU=/0x14:824x564/750x500/data/photo/
2020/09/07/5f557f87a4e3f.jpg

6. Candi Jawi

Candi Jawi yang diperkirakan dibangun pada abad ke-13 ini terletak di
Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan. Dalam Kitab Negarakertagama,
dikatakan bahwa Candi Jawi didirikan atas perintah Kertanegara sebagai tempat
ibadah bagi umat Siwa-Buddha.
https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2021/11/image-106.jpeg

7. Candi Jago

Dari Kitab Negarakertagama dan Kitab Pararaton, diketahui bahwa Candi


Jago dibangun atas perintah Raja Kertanegara. Kertanegara membangun candi ini
sebagai penghormatan terhadap ayahnya, Sri Jaya Wisnuwardhana alias
Ranggawuni.

https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2021/11/image-103.jpeg

8. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan terletak di Desa Toyomarto, Kecamatan Singasari,


Malang. Candi ini memiliki kaki juga badan berbentuk stupa, dan tidak dilengkapi
dengan tangga seperti pada candi pada umumnya.
https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2021/11/image-105.jpeg

9. Candi Katang Lumbang

Candi Katang Lumbang dibangun untuk peristirahatan terakhir Raja


Tohjaya, yang berkuasa pada 1248 M.

https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2021/11/image-104.jpeg
.

Daftar Pustaka
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/21/123020679/kerajaan-kediri-
berdirinya-puncak-kejayaan-dan-peninggalan?page=all

https://www.gramedia.com/literasi/pendiri-kerajaan-singosari/

https://nasional.okezone.com/read/2022/03/07/337/2557435/silsilah-kerajaan-
kediri-raja-rajanya-keturunan-raja-airlangga

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5837188/5-raja-kerajaan-singasari-dan-
kisah-tragedi-yang-menyertai-jelang-suksesi

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pgsd/article/download/5710/2790

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JH/article/view/6915

Anda mungkin juga menyukai