Anda di halaman 1dari 3

1.

Arkeologi secara etimologi berasal dari archaeo yang berarti kuno dan
logos yang berarti ilmu yang mempelajari sistem kebudayaan manusia
pada masa silam dalam kajian sistematis atas benda duniawi yang
ditinggalkan yang menghasilkan sebuah interpretasi data.
Kemudian, arkeologi didefinisikan sebagai suatu ilmu tentang kehidupan
dan kebudayaan zaman kuno berdasarkan benda peninggalannya, seperti
patung dan perkakas rumah tangga; atau lebih familiar dikenal sebagai
ilmu purbakala.
kaitan objek kajian Arkeologi kemudian dikategorikan berdasarkan sifat
pekerjaan yang terlibat dalam proses pengumpulan data hingga dilakukan
analisis terhadap hasil temuan(identifikasi)
referensi: http://repository.iainpare.ac.id/1699/2/Arkeologi
http://e-journal.uajy.ac.id/13841/3/TA148272.

2. Pendapat saya Proses penyebaran ini sudah terjadi sejak zaman prasejarah
atau era manusia purba, baik yang menyebar hingga ke Indonesia bahkan
ke luar Pulau.
Salah satu cara manusia purba masuk ke dalam Kepulauan Indonesia
adalah dengan menggunakan wilayah daratan yang terbentuk ketika
permukaan air laut sedang turun pada Zaman Es. Pada zaman Es, pulau-
pulau di barat garis Wallace (Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan pulau di
antaranya) bersatu dengan benua Asia ketika permukaan air laut turun.
Pulau Jawa merupakan wilayah yang didominasi oleh aliran sungai besar,
salah satunya Sungai Bengawan Solo. Itulah mengapa, fosil manusia purba
banyak ditemukan di sekitar Sangiran, yang merupakan daerah aliran
sungai Bengawan Solo. Pada zaman dulu, manusia purba banyak
mendiami wilayah tepian sungai, yang menjadi sumber air bagi mereka
yang hidup secara nomaden atau berpindah-pindah tempat.
Fosil manusia purba yang ditemukan di Jawa Berikut adalah beberapa fosil
manusia purba yang ditemukan di Pulau Jawa.
Meganthropus Paleojavanicus di Sangiran, Jawa Tengah
Pithecanthropus Mojokertensi di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur
Pithecantrhopus Erectus di Lembah Sungai Bengawan Solo, Jawa Tengah
Pitecanthropus Soloensis di Ngandong, Jawa Tengah
Homo Wajakensis di Wajak, Malang, Jawa Timur
Homo Soloensis di Sangiran, Jawa Tengah Homo Sapiens di
Tulungagung, Jawa Timur.
Referensi: Hernadi, Edi. (2013). Sejarah Nasional Indonesia. Jawa
Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.
Suheri, Duwi Rahmadi. (2017). Mari Mengenal Masa Prasejarah.
Sukoharjo: Sindunata.
Jurnal
http://e-journal.uajy.ac.id
https://www.kompas.com
3. Pendapat saya dari referensi yang saya baca,Berdasarkan temuan
penelitian, bahwa dapat disimpulkan pithecanthropus merupakan jenis
manusia prasejarah pendukung zaman paleolitikum dikarenakan
kebudayaannya yang condong ke berburu dan mengumpulkan makanan
hal ini didukung dengan ciri fisik dan alat bantu kehidupan yang
ditemukan Kalau menurut saya karena cara hidup mereka yang lebih
condong berburu dan dengan alat-alat yang mereka buat sangat membantu
mereka dalam menjalani kehidupan mereka.
Sejarah mencatat, seorang peneliti bernama Gustav Heinrich Ralph von
Koenigswald menemukan beberapa hasil peradaban masa praaksara
berupa bebatuan atau alat-alat dari batu. Penemuan ini kemudian dikenal
sebagai Kebudayaan Pacitan. Penemuan tersebut terjadi tahun 1935 di
Sungai Baksooka, kini termasuk Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan,
Jawa Timur. Ciri-ciri Kebudayaan Pacitan yaitu alat-alat batu yang masih
kasar dan bentuk sedikit lancip pada ujungnya. Contoh alat Kebudayaan
Pacitan yaitu kapak genggam (chopper) dan kapak perimbas. Manusia
purba pendukung Kebudayaan Pacitan yaitu keturunan jenis
Pithecanthropus dan Homo Erectus.Berdasarkan alat yang ditemukan di
Pacitan, yaitu chopper (kapak genggam), kapak perimbas, dan flakes (alat
serpih) merupakan alat yang dihasilkan oleh Pithecantropus Erectus. Oleh
karena itu, disimpulkan manusia pendukungnya adalah Pithecantropus
Erectus

Referensi: https://sejarahlengkap.com/pra-sejarah/manusia-pendukung-
zaman-paleolitikum
https://pelajaransekolahdi.blogspot.com/2020/11/manusia-pendukung-
zaman-paleolitikum.html?m=1
http://e-journal.uajy.ac.id

4. Kalau menurut saya dan referensi yang saya baca,mengapa dikatakan


kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang yaitu, Arkeolog Bambang Budi
Utomo menyebut, perkembangan lokasi Palembang sebagai pusat
pemerintahan Sriwijaya lebih masuk akal dengan banyak faktor
pertimbangan. Seperti jaringan komunikasi dan kegiatan lalu-lintas, tukar-
menukar informasi dan bahan dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk
lebih dahulu dan sudah berhasil mendorong manusia setempat untuk maju.
Lalu, lokasi Palembang di muara sungai-sungai Kramasan Ogan, dan
Komering, menjadikan Palembang sebagai pasar tempat memasarkan
komoditi perdagangan dari daerah pedalaman. Lewat sungai-sungai itu
komoditi perdagangan dibawa ke Palembang.
Referensi:https://www.merdeka.com/peristiwa/pusat-kerajaan-
sriwijaya-di-palembang-tak-terbantahkan.html
http://sejarah.upi.edu/artikel/dosen/kontroversi-kerajaan-sriwijaya-sebuah-
tinjauan-menurut-buku-teks-sejarah/

Anda mungkin juga menyukai