PENJELASANNYA
1. Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba ini ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada tahun 1936-1941 di
Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Dalam fosil bertubuh besar ini, ditemukan gigi,
rahang, dan tengkorak.
Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald, Ter Haar, dan
Oppenoorth di Desa Ngandong, Jawa Tengah. Nama yang dipilih memiliki arti 'Manusia kera
dari Solo'.
5. Homo Wajakensis
Jenis ini ditemukan di desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten pada
tahun 1889. Penemuan jenis ini menjadi yang pertama di Asia.
1. Menhir
Menhir merupakan tugu atau tiang yang berasal dari batu. Menhir dibangun sebagai lambang
atau tanda peringatan kepada arwah nenek moyang.
Hasil budaya menhir ini memiliki banyak fungsi, di antaranya untuk sarana pemujaan kepada
arwah nenek moyang, digunakan untuk mengikat binatang korban persembahan untuk arwah
nenek moyang, tempat penampung roh-roh yang datang dan tempat memperingati kepala
suku atau seseorang yang sudah meninggal.
Menhir diletakkan pada tempat tertentu dan kita dapat menjumpainya di Sumatera Selatan
serta Kalimantan.
2. Dolmen
Dolmen (instagram.com/loire_forez_tourisme) Dolmen merupakan meja batu besar yang
memiliki permukaan rata. Bentuk dari dolmen seperti alas yang berbentuk lempengan batu
besar dengan permukaan datar, kemudian diberikan empat batu panjang sebagai
penyangganya.
Hasil budaya dolmen ini mempunyai kegunaan untuk tempat meletakkan roh, tempat duduk
ketua suku agar memperoleh berkat magis para leluhur, dan tempat meletakkan sesaji.
Kita dapat menjumpainya di Jawa Timur serta Sumatera Selatan. Dan ternyata dolmen ini
tidak hanya ditemukan di Indonesia, namun juga ada di Eropa, Asia, dan Afrika, terutama di
sepanjang pesisir pantai.
3. Punden Berundak
Punden berundak merupakan bangunan bertingkat dengan tanjakan kecil yang menyerupai
anak tangga sebagai tempat memuja roh para nenek moyang.
Punden berundak biasanya didirikan di daerah dataran rendah yang tidak berpegunungan,
maka mereka membuat bangunan tinggi semacam gunung yang dipuncaknya bersamayam
arwah nenek moyang sesuai kepercayaan Animisme. Pada perkembangannya, punden
berundak digunakan sebagai dasar pembuatan keraton, candi dan sebagainya.
Kita dapat menjumpainya di Jawa Barat, Kabupaten Sukabumi (Pangguyangan dan Gunung
Padang), Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Rangkasbitung, Kabupaten
Kuningan hingga daerah Banten Selatan.
4. Kubur Batu
Kubur batu merupakan peti jenazah pada zaman batu besar yang dipendam dalam tanah.
Bentuk kubur batu ini ialah persegi panjang dengan alas, sisi, dan tutupnya yang berasal dari
batu kemudian disusun menjadi sebuah peti.
Hasil budaya kubur batu ini adalah wadah penguburan mayat sebagai tempat untuk
menyimpan mayat yang terbuat dari batu. Kita dapat menjumpainya di daerah Kuningan,
Jawa Barat.
5. Waruga
Waruga (instagram.com/idataufiktb)
Waruga merupakan kubur batu yang bentuknya bulat atau kubus dengan tutup menyerupai
atap rumah. Waruga memiliki fungsi dan bentuk yang hampir sama dengan sarkofagus.
Namun posisi mayat ditempatkan dalam keadaan jongkok terlipat.
Hasil kebudayaan Zaman Megalitikum seperti waruga ini penemuannya berada di daerah
Minahasa dan banyak ditemukan di sekitar Gilimanuk Bali.
6. Sarkofagus
Sarkofagus merupakan peti jenazah yang bentuknya menyerupai lesung, namun memiliki
tutup dibagian atasnya. Biasanya wadah dan tutupnya berukuran sama.
Sarkofagus digunakan sebagai penyimpanan atau penguburan jenazah seperti peti mati.
Mayat umumnya diposisikan lurus, terlentang, atau pun miring dengan posisi tangan lurus
atau menyilang.
Hasil kebudayaan ini ditemukan di Indonesia. Wilayah persebaran sarkofagus cukup luas,
yakni di Bali, Tapanuli, Sumba, Minahasa, Bondowoso, dan Jawa Timur.
7. Arca atau Patung
Hasil kebudayaan Zaman Batu Besar selanjutnya ialah arca atau patung. Arca atau patung
merupakan bangunan berbentuk manusia atau binatang yang terbuat dari batu sebagai simbol
pemujaan dan lambang nenek moyang.
Penemuannya terdapat di daerah pegunungan wilayah Bengkulu dan Palembang atau lebih
tepatnya di Dataran Tinggi Pasemah.
HASIL KEBUDAYAAN ZAMAN BATU TUA, BATU TENGAH,BATU MUDA
Disebut sebagai zaman batu tua, karena pada saat itu manusia menggunakan alat-alat batu
yang masih dibuat secara kasar dan sederhana.
Pada zaman ini manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dalam kelompok kecil
(10-15 orang) untuk mencari makanan.
Mereka hanya mengenal berburu (hewan) serta mengumpulkan makanan (buah dan umbi-
umbian), dan belum mulai memasak atau bercocok tanam.
Mereka berlindung dari alam dan hewan buas dengan tinggal di dalam gua.
Berdasarkan penemuan fosil, jenis manusia purba yang hidup di zaman paleolitikum, antara
lain:
– Pithecanthropus Erectus
– Meganthropus paleojavanicus
– Homo Erectus
– Homo Soliensis
– Homo Wajakensis
– Homo Floresiensis
- Kebudayaan Pacitan
Alat yang ditemukan berupa kapak genggam (chopper) dan alat serpih yang masih kasar,
yakni alat penetak/pemotong, serupa kapak tapi tidak bertangkai, diperkirakan merupakan
hasil kebudayaan manusia jenis Meganthropus.
Selain di Pacitan, alat-alat tersebut juga banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara).
Alat hasil kebudayaan Ngandong ditemukan di daerah Ngandong, Ngawi, Jawa Timur.
Alat yang ditemukan berupa peralatan yang terbuat dari tulang binatang (alat penusuk/belati,
ujung tombak bergerigi, mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, menangkap ikan).
Selain itu, Flakes (alat kecil dari batu Chalcedon, untuk mengupas makanan, berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan).
Manusia mulai hidup semi menetap di gua-gua yang disebut Abris Sous Roche.
Pada zaman ini, laki-laki berburu dan perempuan tinggal di gua untuk menjaga anak dan
memasak.
- Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger ini berasal dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti “dapur” dan
modding berarti “sampah”.
Penemuan hasil budaya dari kjokkenmoddinger adalah peeble, kapak genggam, kapak
pendek, dan pipisan.
Manusia pada zaman tinggal di gua-gua pada tebing pantai yang dinamakan Abris Sous
Roche.
Hasil budaya yang ditemukan dari gua-gua tersebut yaitu peralatan dari batu yang telah
diasah serta peralatan dari tulang dan tanduk (banyak ditemukan di gua Lawa, Sampung,
Ponorogo, Jawa Timur, karena itu disebut sebagai Sampung Bone Culture).
Abris Sous Roche juga banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.
Hasil budaya lainnya yakni lukisan gua berupa cap tangan yang diyakini sebagai bagian dari
ritual agama, dianggap memiliki kekuatan magis.
Cap jari tangan warna merah diperkirakan sebagai simbol kekuatan dan perlindungan dari
roh-roh jahat.
Sementara cap tangan yang jarinya tidak lengkap diperkirakan merupakan ungkapan duka
atau berkabung.
Jenis manusia yang hidup pada pada zaman ini yaitu Homo Sapiens ras Mongoloide dan
Austromelanosoide.
Selain itu, mereka juga sudah dapat menghasilkan bahan makanan sendiri (food producing).
– Kapak Lonjong (alat dari batu yang diasah berbentuk lonjong seperti bulat telur).
– Kapak Persegi (berbentuk persegi panjang atau trapesium, mirip dengan cangkul,
digunakan untuk kegiatan persawahan).
– Mata panah dan mata tombak (terbuat dari batu yang diasah seara halus untuk kepentingan
berburu).