Anda di halaman 1dari 11

5 JENIS MANUSIA PURBA BESERTA GAMBAR &

PENJELASANNYA

1. Meganthropus Paleojavanicus

Manusia purba ini ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada tahun 1936-1941 di
Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Dalam fosil bertubuh besar ini, ditemukan gigi,
rahang, dan tengkorak.

Ciri-ciri manusia purba Meganthropus Paleojavanicus:

-Rahang yang tegap dengan geraham yang besar


-Tulang pipi tebal
-Kening yang menjorok ke depan dengan tonjolan belakang kepala yang tajam
-Kelummemiliki tulang dagu
-Otot otot tengkuk kuat
2. Pithecanthropus Mojokertensis

Fosil manusia selanjutnya yang ditemukan di Indonesia adalah Pithecanthropus


Mojokertensis. Dari semua fosil yang ditemukan, para ahli beranggapan jenis
Pithecanthropus Mojokertensis merupakan yang paling tua.
Fosil ini di Indonesia, tepatnya di Perning, Mojokerto, Jawa Timur oleh Weidenreich
dan G.H.R von Koenigswald pada tahun 1936. Diketahui, Pithecanthropus hidup di
masa Pleistosen awal, tengah, dan akhir. Fosil mereka banyak ditemukan di daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Berikut ciri-ciri manusia purba Pithecanthropus Mojokertensis:

-Berbadan tegap, tinggi badan 165-180 cm


-Alat pengunyah yang kuat
-Tulang kening tebal, menonjol, dan melebar sampai ke pelipis
-Isi tengkorak diperkirakan antara 750-1300 cc
-Belum memiliki tulang dagu
-Terdapat tulang yang menonjol di belakang kepala
3. Pithecanthropus Erectus

Jenis Pithecanthropus Erectus ditemukan di lembah Bengawan Solo, Desa Trinil,


Jawa Tengah oleh Eugene Dubois tahun 1891. Nama Pithecanthropus Erectus
memiliki arti manusia kera yang berjalan tegak lurus dan dipandang sebagai spesies
awal manusia yang hidup sekarang.

Adapun ciri-ciri manusia purba Pithecanthropus Erectus:

-Bentuk tubuh lebih kecil dari Pithecanthropus Mojokertensis


-Tinggi badan sekitar 160-180 cm
-Volume otak berkisar 750-900 cc
-Rahangnya menonjol ke depan
-Terdapat tonjolan kening di dahi
-Tidak memiliki dagu
-Hidung lebar dan leher tegap
Baca juga: Penemuan Baru Lagi di Pompeii, Kerangka Utuh Budak Kaya
4. Pithecanthropus Soloensis

Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald, Ter Haar, dan
Oppenoorth di Desa Ngandong, Jawa Tengah. Nama yang dipilih memiliki arti 'Manusia kera
dari Solo'.

Ciri-ciri manusia purba Pithecanthropus Soloensis

-Tengkorak lonjong, tebal, dan padat


-Memiliki rongga mata yang sangat panjang

5. Homo Wajakensis

Jenis ini ditemukan di desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten pada
tahun 1889. Penemuan jenis ini menjadi yang pertama di Asia.

Ciri-ciri manusia purba Homo Wajakensis

-Memiliki volume otak sekitar 1630 cc


-Memiliki tulang tengkorak, rahang atas, dan rahang bawah, serta tulang paha dan tulang
kening
-Mukanya datar dan lebar
-Rahangnya tergolong padat dan memiliki gigi yang besar
-Tinggi tubuhnya sekitar 173 cm
HASIL KEBUDAYAAN ZAMAN MEGALITIKUM

1. Menhir

Menhir merupakan tugu atau tiang yang berasal dari batu. Menhir dibangun sebagai lambang
atau tanda peringatan kepada arwah nenek moyang.

Hasil budaya menhir ini memiliki banyak fungsi, di antaranya untuk sarana pemujaan kepada
arwah nenek moyang, digunakan untuk mengikat binatang korban persembahan untuk arwah
nenek moyang, tempat penampung roh-roh yang datang dan tempat memperingati kepala
suku atau seseorang yang sudah meninggal.

Menhir diletakkan pada tempat tertentu dan kita dapat menjumpainya di Sumatera Selatan
serta Kalimantan.

2. Dolmen 
Dolmen (instagram.com/loire_forez_tourisme) Dolmen merupakan meja batu besar yang
memiliki permukaan rata. Bentuk dari dolmen seperti alas yang berbentuk lempengan batu
besar dengan permukaan datar, kemudian diberikan empat batu panjang sebagai
penyangganya.

Hasil budaya dolmen ini mempunyai kegunaan untuk tempat meletakkan roh, tempat duduk
ketua suku agar memperoleh berkat magis para leluhur, dan tempat meletakkan sesaji.

Kita dapat menjumpainya di Jawa Timur serta Sumatera Selatan. Dan ternyata dolmen ini
tidak hanya ditemukan di Indonesia, namun juga ada di Eropa, Asia, dan Afrika, terutama di
sepanjang pesisir pantai.

3. Punden Berundak 

Punden Berundak (twitter.com/KenzieRyvantya)

Punden berundak merupakan bangunan bertingkat dengan tanjakan kecil yang menyerupai
anak tangga sebagai tempat memuja roh para nenek moyang. 

Punden berundak biasanya didirikan di daerah dataran rendah yang tidak berpegunungan,
maka mereka membuat bangunan tinggi semacam gunung yang dipuncaknya bersamayam
arwah nenek moyang sesuai kepercayaan Animisme. Pada perkembangannya, punden
berundak digunakan sebagai dasar pembuatan keraton, candi dan sebagainya.

Kita dapat menjumpainya di Jawa Barat, Kabupaten Sukabumi (Pangguyangan dan Gunung
Padang), Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Rangkasbitung, Kabupaten
Kuningan hingga daerah Banten Selatan.
4. Kubur Batu 

Kubur Batu (instagram.com/ermandaka)

Kubur batu merupakan peti jenazah pada zaman batu besar yang dipendam dalam tanah.
Bentuk kubur batu ini ialah persegi panjang dengan alas, sisi, dan tutupnya yang berasal dari
batu kemudian disusun menjadi sebuah peti.

Hasil budaya kubur batu ini adalah wadah penguburan mayat sebagai tempat untuk
menyimpan mayat yang terbuat dari batu. Kita dapat menjumpainya di daerah Kuningan,
Jawa Barat.

5. Waruga 
Waruga (instagram.com/idataufiktb)

Waruga merupakan kubur batu yang bentuknya bulat atau kubus dengan tutup menyerupai
atap rumah. Waruga memiliki fungsi dan bentuk yang hampir sama dengan sarkofagus.
Namun posisi mayat ditempatkan dalam keadaan jongkok terlipat.

Hasil kebudayaan Zaman Megalitikum seperti waruga ini penemuannya berada di daerah
Minahasa dan banyak ditemukan di sekitar Gilimanuk Bali.

6. Sarkofagus 

Sarkofagus merupakan peti jenazah yang bentuknya menyerupai lesung, namun memiliki
tutup dibagian atasnya. Biasanya wadah dan tutupnya berukuran sama.

Sarkofagus digunakan sebagai penyimpanan atau penguburan jenazah seperti peti mati.
Mayat umumnya diposisikan lurus, terlentang, atau pun miring dengan posisi tangan lurus
atau menyilang.

Hasil kebudayaan ini ditemukan di Indonesia. Wilayah persebaran sarkofagus cukup luas,
yakni di Bali, Tapanuli, Sumba, Minahasa, Bondowoso, dan Jawa Timur.
7. Arca atau Patung 

Arca atau Patung (twitter.com/andinbaja)

Hasil kebudayaan Zaman Batu Besar selanjutnya ialah arca atau patung. Arca atau patung
merupakan bangunan berbentuk manusia atau binatang yang terbuat dari batu sebagai simbol
pemujaan dan lambang nenek moyang.

Penemuannya terdapat di daerah pegunungan wilayah Bengkulu dan Palembang atau lebih
tepatnya di Dataran Tinggi Pasemah.
HASIL KEBUDAYAAN ZAMAN BATU TUA, BATU TENGAH,BATU MUDA

Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua)

Zaman Paleolitikum berlangsung pada 50.000-10.000 SM.

Disebut sebagai zaman batu tua, karena pada saat itu manusia menggunakan alat-alat batu
yang masih dibuat secara kasar dan sederhana.

Pada zaman ini manusia hidup secara nomaden atau berpindah-pindah dalam kelompok kecil
(10-15 orang) untuk mencari makanan.

Mereka hanya mengenal berburu (hewan) serta mengumpulkan makanan (buah dan umbi-
umbian), dan belum mulai memasak atau bercocok tanam.

Mereka berlindung dari alam dan hewan buas dengan tinggal di dalam gua.

Namun pada zaman ini, manusia purba sudah mengenal api.

Berdasarkan penemuan fosil, jenis manusia purba yang hidup di zaman paleolitikum, antara
lain:

– Pithecanthropus Erectus

– Meganthropus paleojavanicus

– Homo Erectus

– Homo Soliensis

– Homo Wajakensis

– Homo Floresiensis

Adapun hasil kebudayaan zaman Paleolitikum, yakni:

- Kebudayaan Pacitan

Alat yang ditemukan berupa kapak genggam (chopper) dan alat serpih yang masih kasar,
yakni alat penetak/pemotong, serupa kapak tapi tidak bertangkai, diperkirakan merupakan
hasil kebudayaan manusia jenis Meganthropus.

Selain di Pacitan, alat-alat tersebut juga banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara).

Kemudian, kapak perimbas (ditemukan juga di Gombong, Sukabumi, Lahat), untuk


merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata, diperkirakan merupakan hasil
kebudayaan manusia Pithecanthropus.
- Kebudayaan Ngandong

Alat hasil kebudayaan Ngandong ditemukan di daerah Ngandong, Ngawi, Jawa Timur.

Alat yang ditemukan berupa peralatan yang terbuat dari tulang binatang (alat penusuk/belati,
ujung tombak bergerigi, mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah, menangkap ikan).

Selain itu, Flakes (alat kecil dari batu Chalcedon, untuk mengupas makanan, berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan).

Sejumlah batu yang diperkirakan merupakan peninggalan jaman pra-sejarah Paleolitikum


(zaman batu) ditemukan di kawasan pegunungan Lumbung, Desa Sirau, Kecamatan
Karangmoncol, Purbalingga, Jawa Tengah. (Tribun Jateng/istimewa)

2. Zaman Mesolitikum (Zaman Batu Tengah)

Zaman Mesolitikum merupakan peralihan zaman paleolitikum dan neolitikum.

Manusia pendukungnya yaitu bangsa Papua-Melanosoid.

Manusia mulai hidup semi menetap di gua-gua yang disebut Abris Sous Roche.

Pada zaman ini, laki-laki berburu dan perempuan tinggal di gua untuk menjaga anak dan
memasak.

Adapun hasil kebudayaan zaman Mesolitikum, yaitu:

- Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger ini berasal dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti “dapur” dan
modding berarti “sampah”.

Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera.

Penemuan hasil budaya dari kjokkenmoddinger adalah peeble, kapak genggam, kapak
pendek, dan pipisan.

- Abris Sous Roche

Manusia pada zaman tinggal di gua-gua pada tebing pantai yang dinamakan Abris Sous
Roche.

Hasil budaya yang ditemukan dari gua-gua tersebut yaitu peralatan dari batu yang telah
diasah serta peralatan dari tulang dan tanduk (banyak ditemukan di gua Lawa, Sampung,
Ponorogo, Jawa Timur, karena itu disebut sebagai Sampung Bone Culture).

Abris Sous Roche juga banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.

Hasil budaya lainnya yakni lukisan gua berupa cap tangan yang diyakini sebagai bagian dari
ritual agama, dianggap memiliki kekuatan magis.
Cap jari tangan warna merah diperkirakan sebagai simbol kekuatan dan perlindungan dari
roh-roh jahat.

Sementara cap tangan yang jarinya tidak lengkap diperkirakan merupakan ungkapan duka
atau berkabung.

3. Zaman Neolitikum (Zaman Batu Baru/ Batu Muda)

Kehidupan pada zaman ini sudah mulai menetap, tidak berpindah-pindah.

Jenis manusia yang hidup pada pada zaman ini yaitu Homo Sapiens ras Mongoloide dan
Austromelanosoide.

Mereka sudah mengenal bercocok tanam, namun masih melakukan perburuan.

Selain itu, mereka juga sudah dapat menghasilkan bahan makanan sendiri (food producing).

Adapun hasil kebudayaan zaman Neolitikum, yaitu:

– Kapak Lonjong (alat dari batu yang diasah berbentuk lonjong seperti bulat telur).

– Kapak Persegi (berbentuk persegi panjang atau trapesium, mirip dengan cangkul,
digunakan untuk kegiatan persawahan).

– Mata panah dan mata tombak (terbuat dari batu yang diasah seara halus untuk kepentingan
berburu).

– Perhiasan seperti gelang-gelang dari batu indah

– Alat pemukul kulit kayu

– Pakaian dari kulit kayu

– Tembikar (periuk belanga)

Anda mungkin juga menyukai