Anda di halaman 1dari 18

Nama: Desman Poulin Sitohang

NIM: : 3223121004
Penggunaan bahasa batak
Berikut kata kata dasar dalam bahasa batak

1 aku; saya au

2 kamu; engkau ho

3 dia ibana

4 kami / kita hami, hita

5 kalian hamu

6 mereka halaki,nasida

7 ini on

8 itu nian

9 di sini di son, nion

10 di situ / di sana di san, di sadu

11 siapa ise

12 apa aha

13 di mana didia

14 kapan andigan

15 bagaimana songondia, bea,boha
16 tidak / bukan dang, daong

17 semua sude

18 banyak balga

19 beberapa sadia

20 sedikit (adverbia) saotik

21 lain asing

22 satu sada

23 dua dua

24 tiga tolu

25 empat opat

26 lima lima

27 besar balga

28 panjang ganjang

29 lebar bolak

30 tebal hapal

31 berat borat
32 kecil gelleng

33 pendek jempek

34 sempit sompit

35 tipis tipis

36 perempuan / wanita borua

37 laki-laki / pria bawa

38 manusia jolma

39 anak anak

40 istri ripe

41 suami tunggane

42 ibu inang, inong, omak

43 ayah / bapak amang, among

44 binatang

45 ikan dekke

46 burung pidong

47 anjing biang, asu
48 kutu hutu

49 ular ulok

50 cacing gea

51 pohon hau

52 hutan tombak, harangan

53 tongkat (dari kayu) dakka

54 buah boras

55 biji batu

56 daun bulung

57 akar urat

58 kulit kayu

59 bunga bunga

60 rumput duhut

61 tali

62 kulit hulikkuling

63 daging sibuk
64 darah mudar

65 tulang holiholi

66 lemak tabo-tabo

67 telur tolor

68 tanduk

69 ekor ihur, tambon

70 bulu imbulu

71 rambut obuk

72 kepala ulu

73 telinga pinggol

74 mata simalololng

75 hidung igung

76 mulut baba, simangkudap

77 gigi ngingi, ipon

78 lidah dila

79 kuku sisilon
80 kaki pat, simanjojak

81 tungkai

82 lutut dugul-dugul

83 tangan sipangido

84 sayap habong

85 perut butuha

86 usus butuha bolon

87 leher rungkung

88 punggung tanggurung

89 payudara bagot

90 jantung pusu-pusu

91 hati ate-ate

92 minum (meminum) minum

93 makan (memakan) mangan

94 gigit (menggigit) mangharat, mangatngat

95 isap (mengisap) mangalsip, sirup


96 ludah (meludah) mantijur

97 muntah muta

98 tiup (meniup) mangimbus,mangombus

99 napas (bernapas) marhosa

100 tawa (tertawa) mengkel,ngikngis

101 lihat (melihat) marnida,mamereng,mamollang

102 dengar (mendengar) mambege,manangi

103 tahu (mengetahui) mamboto

104 pikir (berpikir) marpikir

cium (mencium dengan
105 mangganggo
hidung)

106 takut mabiar

107 tidur modom

108 hidup mangolu

109 mati mate, monding

110 bunuh (membunuh) mamunu

111 kelahi (berkelahi) marbada


112 buru (berburu) marburu

113 pukul (memukul) mamukkul, mamasak

114 potong (memotong) mamonggol, manggotap

115 belah (membelah) mamola

116 tusuk (menusuk) mangarujak,manikkam

117 garuk (menggaruk) mansoret

118 gali (menggali) manggali

119 renang (berenang) marlange

120 terbang habang

121 jalan (berjalan) mardalan

122 datang ro

123 baring (berbaring) peak

124 duduk hundul

125 diri (berdiri) jongjong

126 belok (berbelok) mamutar

127 jatuh dabu


128 beri (memberi) mangalean

129 pegang (memegang) maniop

130 peras (memeras) mamoros

131 gosok (menggosok) mangorgos

132 cuci (mencuci) manussi

133 usap (mengusap) manesa

134 tarik (menarik) manarik

135 dorong (mendorong) mangonjor

136 lempar (melempar) mandanggur

137 ikat (mengikat) mangarahut

138 jahit (menjahit) manjait

139 hitung (menghitung) mangetong

140 kata (berkata) marhata

141 nyanyi (bernyanyi) marende

142 main (bermain) marmeam

143 apung (mengapung) mangapung,mumbang


144 alir (mengalir) mardalan

145 beku (membeku) manorus

146 bengkak (membengkak) bongkak

147 matahari mataniari

148 bulan bulan

149 bintang bintang

150 air aek, mual, tapian

151 hujan udan

152 sungai sunge, binanga, aek

153 danau tao

154 laut laut

155 garam sira

156 batu batu

157 pasir rihit

158 debu orbuk

159 tanah banua


160 awan ombun

161 kabut samun

162 langit langit,tano

163 angin alogo

164 salju ambolas

165 es es

166 asap timus

167 api api

168 abu orbuk

169 membakar / terbakar tutung

170 jalan (nomina) dalan

171 gunung dolok

172 merah rara

173 hijau rata

174 kuning hunik

175 putih bontar


176 hitam birong

177 malam borngin

178 hari / siang arian

179 tahun taon

180 hangat las

181 dingin ngali

182 penuh gok

183 baru imbaru

184 lama / tua leleng, ranggas

185 baik denggan

186 buruk roa

187 busuk busuk

188 kotor hotor

189 lurus tigor

190 bulat hittung,tingko

191 tajam tajom,laga


192 tumpul dang laga

193 licin landit

194 basah tonu

195 kering mahiang, koring

196 betul tingkos, toho

197 dekat jonok

198 jauh dao

199 kanan siamun

200 kiri hambirang

201 di i

202 dalam (nomina) bagas

203 dengan dohot

204 dan dohot

205 kalau molo

206 karena alani

207 nama goar


Mata pencarian suku batak

Sebagian masyarakat batak bercocok tanam di irigasi dan ladang. Dismping bercocok tanam,
pertenakan juga merupakan suatu mata pencaharian yang penting bagi orang batak umumnya.
Di daerah pinggiran danau toba, biasanya masyarakat Batak menangkap ikan dengan perahu
lesung
masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian
yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya.
Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan.
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi,
babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar
danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar,
yang ada kaitanya dengan pariwisata

peralatan dan teknologi suku batak

Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhanayang dipergunakan


untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul,bajak (tenggala dalam bahasa
Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo),sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat
Batak juga memiliki senjata tradisionalyaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak
(sebilah keris yang panjang),hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur
teknologi lainnyayaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak
fungsidalam kehidupan adat Batak

Kesenian suku batak

1. Seni bangunan Masyarakat suku Batak memiliki rumah tradisional yang dinamakan ruma
(ririt di uhum adat) atau jabu. Arti dari ririt di uhum adat adalah sumber hukum adat dan
sumber pendidikan masyarakat Batak. Rumah adat ini memiliki kekhasan paduan seni pahat
ular dengan kerajinan. Bentuk rumah adalah panggung yang memiliki tiang berupa kayu
bulat. Di tiap sudut, terdapat tiang dengan pondasinya dari batu. Tiang terbesar dinamakan
tiang persuhi dan batu pondasinya disebut batu persuhi. Tanduk kerbau dipasang di atap barat
dan timur yang menjadi lambang pengharapan. Bagian badan rumah terbuat dari papan tebal
dan dinding muka belakang dipenuhi ukiran cicak.
2. Seni tari Suku Batak memiliki kesenian tarian tradisional yang disebut tor-tor. Tarian tor-
tor terdiri dari beberapa jenis yakni: a. Pangurdot: Anggota badan yang bergerak yaitu kaki,
tumit, dan bahu. b. Pangeal: Anggota badan yang bergerak yaitu pinggang, tulang punggung
dan bahu. c. Pandenggal: Anggota badan yang bergerak yaitu lengan, telapak tangan hingga
jari tengah. d. Siangkupna: Anggota badan yang bergerak yaitu hanya leher. e. Hapunana:
Anggota badan yang bergerak yaitu hanya wajah.
3. Seni musik Suku Batak memiliki seni musik yang khas disebut ogung sabangunan. Dalam
melantunkan musik ini, diiringi empat gendang dan lima taganing (gamelan Batak). Gendang
ogung memiliki nama-nama sendiri yakni oloan, ihutan, doal, dan jeret. Seni musik ogung
sabangunan kerap dipakai mengiringi tari tor-tor. Paduan kedua seni tersebut terbagi ke
dalam empat macam tarian, yakni: a. Tor-tor/gondang mula-mula: Tarian ini dilakukan
dengan menyembah sembari berputar ke arah mata angin.
b. Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu: Tarian ini memperlihatkan tangan yang menari dan
bermakna petuah, nasihat, dan amanat orang tua.
c. Tor-tor/gondang liat-liat: Tarian dilakukan dengan menari berkeliling yang menandakan
keluarga mendapat kebahagiaan.
d. Tor-tor/gondang hasahatan: Tari dilakukan dengan menari di tempat yang memiliki makna
petuah atau rahmat Tuhan.
4. Seni kerajinan Suku Batak memiliki aneka rupa kerajinan. Kerajinan yang cukup tenar
adalah kain ulos. Kain ini memiliki beragam jenis dilihat dari fungsinya, yaitu:
a. Ulos lobu-lobu yakni ulos ayah untuk putra dan menantu saat pernikahan mereka.
b. Ulos hela yaitu ulos pemberian dari orang tua pengantin perempuan.
c. Ulos tondi adalah ulos pemberian orang tua pada putrinya saat hamil tua.
d. Ulos tujung yaitu ulos untuk janda atau duda.
e. Ulos saput yaitu ulos penutup jenazah dari paman almarhum jika yang meninggal laki-laki .

sistem kemasyarakatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam
kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu:

1. Dalihan Na Tolu (Toba)


• Somba Marhula-hula
• Manat Mardongan Tubu
• Elek Marboru

2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola)


• Hormat Marmora
• Manat Markahanggi
• Elek Maranak Boru

3. Tolu Sahundulan (Simalungun)


• Martondong Ningon Hormat, Sombah
• Marsanina Ningon Pakkei, Manat
• Marboru Ningon Elek, Pakkei

4. Rakut Sitelu (Karo)


• Nembah Man Kalimbubu
• Mehamat Man Sembuyak
• Nami-nami Man Anak Beru

5. Daliken Sitelu (Pakpak)


• Sembah Merkula-kula
• Manat Merdengan Tubuh
• Elek Marberru

Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan
na Tolu adalah bersifat kontekstual.Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah
menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru.Jadi setiap orang harus
menempatkan posisinya secara kontekstual.Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang
Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang
berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem
kekerabatan Batak.
Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu
dan Raja ni Boru.
Sistem pengetahuan
pengetahuan tentang perubahan musim, masyarakat suku Batak juga menguasai konsep
pengetahuan yang berkaitan dengan jenis tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka. Pengetahuan
tersebut sangat penting artinya dalam membantu memudahkan hidup mereka sehari-hari,
seperti makan, minum, tidur, pengobatan, dan sebagainya. Jenis tumbuhan bambu misalnya
dimanfaatkan suku masyarakat Batak untuk membuat tabung air, ranting-ranting kayu
menjadi kayu bakar, sejenis batang kayu dimanfaatkan untuk membuat lesung dan alu, yang
kegunaannya untuk menumbuk padi.

Pengetahuan tentang beberapa pohon, kulit kayu (lak-lak), serta batu, yang dimanfaatkan
masyarakat Batak untuk keperluan makam raja-raja. Sedangkan dari kulit kayu biasanya
masyarakat Batak memanfaatkannya untuk menulis ilmu kedukunan, surat menyurat dan
ratapan. Kulit kayu (lak-lak) tidak ditonjolkan tetapi secara tersirat ada, karena yang
menggunakan lak-lak tersebut hanya seorang Datu

Sistem reiligi/kepercayaan

Sebelum Kristen dan Islam masuk ke tanah batak abad 19, jauh sebelumnya sudah ada
kepercayaan yang di anut orang-orang batak sebagai sebuah agama yang menjadi landasan
hidup mereka. Kepercayaan asli orang batak ini di sebut "Parmalim" atau " Ugamo
parmalim" (Agama parmalim).  Keyakinan yang mereka pegang mengandung nilai-nilai
religius yang luhur dan mulia, yaitu kehidupan yang harmonis dengan sesama manusia dan
kepada sang pencipta. Asal muasal kata "Parmalim" adalah dari kata "malim" yang artinya
kesucian serta hidup untuk saling mengayomi dan memuliakan OPPU NAMULA JADI NA
BOLON atau debata (Tuhan pencipta langit dan bumi).   Jadi Parmalim adalah orang-rang
yang mengutamakan kesucian hidup. Mereka menyembah OPPU NA MU JADI NABOLON

Banyak versi yang menyebutkan asal-usul bangsa Batak. Ada yang mengatakan
bangsa Batak berasal dari Thailand, keturunan dari bangsa Proto Malayan. Proto Malayan ini
pernah dijajah oleh bangsa Mongoloid. Lalu mereka berpencar ke berbagai wilayah dan
negara, Sementara Suku Batak mendarat di pantai Barat pulau Sumatera. Di situ suku bangsa
Batak terpecah menjadi beberapa gelombang. Gelombang pertama berlayar terus dan
mendarat di pulau-pulau Simular, Nias, Batu, Mentawai, Siberut sampai ke Enggano di
Sumatera Selatan.
Ada lagi versi yang mengatakan, Suku Batak berasal dari India melalui Barus
berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba pada abad ke-6. Barus
merupakan wilayah yang ada di Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Orang-orang yang dari
India tadi berdagang dan mendirikan di kota dagang Barus. Nama Barus sendiri merupakan
barang dagangan yang mereka perdagangkan, yakni kapur Barus
Marga Sitohang berasal dari desa Urat di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir,Sumatera
Utara. Marga ini termasuk golongan Lontung. Dari Urat Samosir leluhur marga Sitohang
merantau ke berbagai penjuru daerah. Di antara beberapa tujuan perantauan leluhur marga
Sitohang ada yang pergi ke baringin dan membentuk kampung disitu, dan ada pula yang
pergi ke Dairi dan membentuk kampung juga, ada pula yang ke Balige (Toba) dan ke Aceh
Tenggara dan lain sebagainya. Dari situlah keturunan marga Sitohang berpencar ke seluruh
penjuru dunia.
 Adapun keturunan Op Tuan Situmorang bersaudara adalah Raja pande (Situmorang Lumban
Pande), Raja Nahor (Situmorang Lumban Nahor), Tuan Suhut (Situmorang Suhat Ni Huta),
Tuan Ringo (Siring-ringo), Dari Mangambat (Sitohang Uruk), Raja Itubungna (Sitohang
Tonga-tonga), Op. Bona Ni Onan (Sitohang Toruan) yang kemudian dikenal dengan sebutan
sipituama. Dan untuk keterunan-keturunan mereka disebut dengan Pomparan Ompu Tuan
Situmorang Sipituama.

Marga Sitohang merupakan keturunan dari op Parribuan yang merupakan anak kedua dari
Ompu Tuan Situmorang. Ompu Pangaribuan diperkirakan hidup di Pulo Samosir Sumatera
Utara sekitar abad ke 17.
Keturunan Ompu Parribuan mulai menggunakan marga Sitohang sejak cucunya Dari
Mangambat, Raja itubungna, Op Bona Ni Onan telah terlebih dahulu menggunakan nama
sitohang yang pada awalnya Sitohang adalah nama ejekan untuk mereka dikarenakan suatu
kejadian pemberian persembahan kepada Ompunta Mulajadi Na Bolon, dan kemudian
menjadi nama  julukan mereka. Sejak saat itulah mereka bertiga mengikrarkan menggunakan
nama Sitohang sebagai nama panggilan mereka, dan menggunakan Sitohang sebagai nama
sebutan untuk keterunannya. Dari situlah bermula marga Sitohang menjadi nama keluarga
yang terus digunakan turun-temurun hingga sekarang dan yang akan datang.

Dari silsilah yang banyak digunakan orang Batak Toba, Ompu Tuan Situmorang adalah anak
kedua dari Siraja Lontung dari isterinya Siboru Pareme. Marga-marga Batak Toba, yang ada
saat ini dikelompok menjadi dua yaitu Sorbadibanua (Sumba) dan Lontung.

Berikut ini adalah gambar bagan silsilah marga Sitohang


Dari silsilah yang banyak digunakan orang Batak Toba, Ompu Tuan Situmorang adalah anak
kedua dari Siraja Lontung dari isterinya Siboru Pareme. Marga-marga Batak Toba, yang ada
saat ini dikelompok menjadi dua yaitu Sorbadibanua (Sumba) dan Lontung.

Marga Sitohang merupakan keturunan Ompu Pangaribuan, yang merupakan anak kedua dari
Ompu Tuan Situmorang.

Berikut ini adalah silsilah marga Sitohang ditarik dari Op. Tuan Situmorang:

I. Op Tuan Situmorang anaknya dua: 1.Panoparaja 2.Op. Pangaribuan

II.1. Panoparaja anaknya dua: 1.Ompuniambolas, dan 2.Parhujobung

II.2. Op. Pangaribuan anaknya satu: 1. Raja Babiat

III.1 Ompuniambolas anaknya dua: 1. Lumban Pande 2. Lumban Nahor

III.2 Parhujobung anaknya juga dua: 1.Suhutnihuta, dan 2.Tuan Ringo.

III.3. Raja Babiat anaknya tiga: 1. Darimangambat (Sitohang Uruk), 2. Raja Itubungna
(Sitohang Tonga-tonga), dan 3. Ompubonanionan (Sitohang Toruan)

Perhitungan nomor silsilah keturunan Sipitu Ama khususnya marga Sitohang biasanya
dimulai dari generasi keempat dari mana dia berasal.

Anda mungkin juga menyukai