NIM: : 3223121004
Penggunaan bahasa batak
Berikut kata kata dasar dalam bahasa batak
1 aku; saya au
2 kamu; engkau ho
3 dia ibana
4 kami / kita hami, hita
5 kalian hamu
6 mereka halaki,nasida
7 ini on
8 itu nian
9 di sini di son, nion
11 siapa ise
12 apa aha
13 di mana didia
14 kapan andigan
15 bagaimana songondia, bea,boha
16 tidak / bukan dang, daong
17 semua sude
18 banyak balga
19 beberapa sadia
20 sedikit (adverbia) saotik
21 lain asing
22 satu sada
23 dua dua
24 tiga tolu
25 empat opat
26 lima lima
27 besar balga
28 panjang ganjang
29 lebar bolak
30 tebal hapal
31 berat borat
32 kecil gelleng
33 pendek jempek
34 sempit sompit
35 tipis tipis
36 perempuan / wanita borua
37 laki-laki / pria bawa
38 manusia jolma
39 anak anak
40 istri ripe
41 suami tunggane
42 ibu inang, inong, omak
43 ayah / bapak amang, among
44 binatang
45 ikan dekke
46 burung pidong
47 anjing biang, asu
48 kutu hutu
49 ular ulok
50 cacing gea
51 pohon hau
52 hutan tombak, harangan
54 buah boras
55 biji batu
56 daun bulung
57 akar urat
58 kulit kayu
59 bunga bunga
60 rumput duhut
61 tali
62 kulit hulikkuling
63 daging sibuk
64 darah mudar
65 tulang holiholi
66 lemak tabo-tabo
67 telur tolor
68 tanduk
69 ekor ihur, tambon
70 bulu imbulu
71 rambut obuk
72 kepala ulu
73 telinga pinggol
74 mata simalololng
75 hidung igung
76 mulut baba, simangkudap
77 gigi ngingi, ipon
78 lidah dila
79 kuku sisilon
80 kaki pat, simanjojak
81 tungkai
82 lutut dugul-dugul
83 tangan sipangido
84 sayap habong
85 perut butuha
87 leher rungkung
88 punggung tanggurung
89 payudara bagot
90 jantung pusu-pusu
91 hati ate-ate
92 minum (meminum) minum
93 makan (memakan) mangan
97 muntah muta
98 tiup (meniup) mangimbus,mangombus
99 napas (bernapas) marhosa
cium (mencium dengan
105 mangganggo
hidung)
122 datang ro
165 es es
201 di i
Sebagian masyarakat batak bercocok tanam di irigasi dan ladang. Dismping bercocok tanam,
pertenakan juga merupakan suatu mata pencaharian yang penting bagi orang batak umumnya.
Di daerah pinggiran danau toba, biasanya masyarakat Batak menangkap ikan dengan perahu
lesung
masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian
yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya.
Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan.
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi,
babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar
danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar,
yang ada kaitanya dengan pariwisata
1. Seni bangunan Masyarakat suku Batak memiliki rumah tradisional yang dinamakan ruma
(ririt di uhum adat) atau jabu. Arti dari ririt di uhum adat adalah sumber hukum adat dan
sumber pendidikan masyarakat Batak. Rumah adat ini memiliki kekhasan paduan seni pahat
ular dengan kerajinan. Bentuk rumah adalah panggung yang memiliki tiang berupa kayu
bulat. Di tiap sudut, terdapat tiang dengan pondasinya dari batu. Tiang terbesar dinamakan
tiang persuhi dan batu pondasinya disebut batu persuhi. Tanduk kerbau dipasang di atap barat
dan timur yang menjadi lambang pengharapan. Bagian badan rumah terbuat dari papan tebal
dan dinding muka belakang dipenuhi ukiran cicak.
2. Seni tari Suku Batak memiliki kesenian tarian tradisional yang disebut tor-tor. Tarian tor-
tor terdiri dari beberapa jenis yakni: a. Pangurdot: Anggota badan yang bergerak yaitu kaki,
tumit, dan bahu. b. Pangeal: Anggota badan yang bergerak yaitu pinggang, tulang punggung
dan bahu. c. Pandenggal: Anggota badan yang bergerak yaitu lengan, telapak tangan hingga
jari tengah. d. Siangkupna: Anggota badan yang bergerak yaitu hanya leher. e. Hapunana:
Anggota badan yang bergerak yaitu hanya wajah.
3. Seni musik Suku Batak memiliki seni musik yang khas disebut ogung sabangunan. Dalam
melantunkan musik ini, diiringi empat gendang dan lima taganing (gamelan Batak). Gendang
ogung memiliki nama-nama sendiri yakni oloan, ihutan, doal, dan jeret. Seni musik ogung
sabangunan kerap dipakai mengiringi tari tor-tor. Paduan kedua seni tersebut terbagi ke
dalam empat macam tarian, yakni: a. Tor-tor/gondang mula-mula: Tarian ini dilakukan
dengan menyembah sembari berputar ke arah mata angin.
b. Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu: Tarian ini memperlihatkan tangan yang menari dan
bermakna petuah, nasihat, dan amanat orang tua.
c. Tor-tor/gondang liat-liat: Tarian dilakukan dengan menari berkeliling yang menandakan
keluarga mendapat kebahagiaan.
d. Tor-tor/gondang hasahatan: Tari dilakukan dengan menari di tempat yang memiliki makna
petuah atau rahmat Tuhan.
4. Seni kerajinan Suku Batak memiliki aneka rupa kerajinan. Kerajinan yang cukup tenar
adalah kain ulos. Kain ini memiliki beragam jenis dilihat dari fungsinya, yaitu:
a. Ulos lobu-lobu yakni ulos ayah untuk putra dan menantu saat pernikahan mereka.
b. Ulos hela yaitu ulos pemberian dari orang tua pengantin perempuan.
c. Ulos tondi adalah ulos pemberian orang tua pada putrinya saat hamil tua.
d. Ulos tujung yaitu ulos untuk janda atau duda.
e. Ulos saput yaitu ulos penutup jenazah dari paman almarhum jika yang meninggal laki-laki .
sistem kemasyarakatan
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam
kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu:
Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan
na Tolu adalah bersifat kontekstual.Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah
menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru.Jadi setiap orang harus
menempatkan posisinya secara kontekstual.Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang
Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang
berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem
kekerabatan Batak.
Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu
dan Raja ni Boru.
Sistem pengetahuan
pengetahuan tentang perubahan musim, masyarakat suku Batak juga menguasai konsep
pengetahuan yang berkaitan dengan jenis tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka. Pengetahuan
tersebut sangat penting artinya dalam membantu memudahkan hidup mereka sehari-hari,
seperti makan, minum, tidur, pengobatan, dan sebagainya. Jenis tumbuhan bambu misalnya
dimanfaatkan suku masyarakat Batak untuk membuat tabung air, ranting-ranting kayu
menjadi kayu bakar, sejenis batang kayu dimanfaatkan untuk membuat lesung dan alu, yang
kegunaannya untuk menumbuk padi.
Pengetahuan tentang beberapa pohon, kulit kayu (lak-lak), serta batu, yang dimanfaatkan
masyarakat Batak untuk keperluan makam raja-raja. Sedangkan dari kulit kayu biasanya
masyarakat Batak memanfaatkannya untuk menulis ilmu kedukunan, surat menyurat dan
ratapan. Kulit kayu (lak-lak) tidak ditonjolkan tetapi secara tersirat ada, karena yang
menggunakan lak-lak tersebut hanya seorang Datu
Sistem reiligi/kepercayaan
Sebelum Kristen dan Islam masuk ke tanah batak abad 19, jauh sebelumnya sudah ada
kepercayaan yang di anut orang-orang batak sebagai sebuah agama yang menjadi landasan
hidup mereka. Kepercayaan asli orang batak ini di sebut "Parmalim" atau " Ugamo
parmalim" (Agama parmalim). Keyakinan yang mereka pegang mengandung nilai-nilai
religius yang luhur dan mulia, yaitu kehidupan yang harmonis dengan sesama manusia dan
kepada sang pencipta. Asal muasal kata "Parmalim" adalah dari kata "malim" yang artinya
kesucian serta hidup untuk saling mengayomi dan memuliakan OPPU NAMULA JADI NA
BOLON atau debata (Tuhan pencipta langit dan bumi). Jadi Parmalim adalah orang-rang
yang mengutamakan kesucian hidup. Mereka menyembah OPPU NA MU JADI NABOLON
Banyak versi yang menyebutkan asal-usul bangsa Batak. Ada yang mengatakan
bangsa Batak berasal dari Thailand, keturunan dari bangsa Proto Malayan. Proto Malayan ini
pernah dijajah oleh bangsa Mongoloid. Lalu mereka berpencar ke berbagai wilayah dan
negara, Sementara Suku Batak mendarat di pantai Barat pulau Sumatera. Di situ suku bangsa
Batak terpecah menjadi beberapa gelombang. Gelombang pertama berlayar terus dan
mendarat di pulau-pulau Simular, Nias, Batu, Mentawai, Siberut sampai ke Enggano di
Sumatera Selatan.
Ada lagi versi yang mengatakan, Suku Batak berasal dari India melalui Barus
berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba pada abad ke-6. Barus
merupakan wilayah yang ada di Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Orang-orang yang dari
India tadi berdagang dan mendirikan di kota dagang Barus. Nama Barus sendiri merupakan
barang dagangan yang mereka perdagangkan, yakni kapur Barus
Marga Sitohang berasal dari desa Urat di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir,Sumatera
Utara. Marga ini termasuk golongan Lontung. Dari Urat Samosir leluhur marga Sitohang
merantau ke berbagai penjuru daerah. Di antara beberapa tujuan perantauan leluhur marga
Sitohang ada yang pergi ke baringin dan membentuk kampung disitu, dan ada pula yang
pergi ke Dairi dan membentuk kampung juga, ada pula yang ke Balige (Toba) dan ke Aceh
Tenggara dan lain sebagainya. Dari situlah keturunan marga Sitohang berpencar ke seluruh
penjuru dunia.
Adapun keturunan Op Tuan Situmorang bersaudara adalah Raja pande (Situmorang Lumban
Pande), Raja Nahor (Situmorang Lumban Nahor), Tuan Suhut (Situmorang Suhat Ni Huta),
Tuan Ringo (Siring-ringo), Dari Mangambat (Sitohang Uruk), Raja Itubungna (Sitohang
Tonga-tonga), Op. Bona Ni Onan (Sitohang Toruan) yang kemudian dikenal dengan sebutan
sipituama. Dan untuk keterunan-keturunan mereka disebut dengan Pomparan Ompu Tuan
Situmorang Sipituama.
Marga Sitohang merupakan keturunan dari op Parribuan yang merupakan anak kedua dari
Ompu Tuan Situmorang. Ompu Pangaribuan diperkirakan hidup di Pulo Samosir Sumatera
Utara sekitar abad ke 17.
Keturunan Ompu Parribuan mulai menggunakan marga Sitohang sejak cucunya Dari
Mangambat, Raja itubungna, Op Bona Ni Onan telah terlebih dahulu menggunakan nama
sitohang yang pada awalnya Sitohang adalah nama ejekan untuk mereka dikarenakan suatu
kejadian pemberian persembahan kepada Ompunta Mulajadi Na Bolon, dan kemudian
menjadi nama julukan mereka. Sejak saat itulah mereka bertiga mengikrarkan menggunakan
nama Sitohang sebagai nama panggilan mereka, dan menggunakan Sitohang sebagai nama
sebutan untuk keterunannya. Dari situlah bermula marga Sitohang menjadi nama keluarga
yang terus digunakan turun-temurun hingga sekarang dan yang akan datang.
Dari silsilah yang banyak digunakan orang Batak Toba, Ompu Tuan Situmorang adalah anak
kedua dari Siraja Lontung dari isterinya Siboru Pareme. Marga-marga Batak Toba, yang ada
saat ini dikelompok menjadi dua yaitu Sorbadibanua (Sumba) dan Lontung.
Marga Sitohang merupakan keturunan Ompu Pangaribuan, yang merupakan anak kedua dari
Ompu Tuan Situmorang.
Berikut ini adalah silsilah marga Sitohang ditarik dari Op. Tuan Situmorang:
III.3. Raja Babiat anaknya tiga: 1. Darimangambat (Sitohang Uruk), 2. Raja Itubungna
(Sitohang Tonga-tonga), dan 3. Ompubonanionan (Sitohang Toruan)
Perhitungan nomor silsilah keturunan Sipitu Ama khususnya marga Sitohang biasanya
dimulai dari generasi keempat dari mana dia berasal.