Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 5

Pertumbuhan dan perkembangan kerajaan di


Sumatera Utara

Anggota:
1.Putri Nabila
2.Nadya Deswita
3.Siti Mawar Naibaho
4.M.Fahrizal Tanjung
1. Kerajaan Deli

Kesultanan Deli adalah kerajaan Islam yang berdiri di Tanah


Deli, sekarang Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Kerajaan ini didirikan oleh Tuanku
Panglima Gocah Pahlawan pada 1632, ketika masih di
bawah Kerajaan Aceh. Barulah pada abad ke-19, Kesultanan
Deli menjadi kerajaan independen setelah memisahkan diri
dari Aceh dan Siak.
• Kehidupan pemerintahan Kesultanan Deli
Wilayah kekuasaan Kerajaan Deli mencakup Kota
Medan, Langkat, Suka Piring, Buluh Cina, dan beberapa
negeri kecil di sekitar pesisir timur Pulau Sumatera.
Kekuasaan tertinggi kesultanan ini berada di tangan
Sultan. Dalam kehidupan sehari-hari, sultan tidak hanya
berfungsi sebagai kepala pemerintahan, tetapi juga
sebagai kepala urusan agama Islam dan kepala adat
Melayu.
• Peninggalan Kesultanan Deli
1. Istana Maimun
2. Masjid Raya Al-Mashun Medan
3. Masjid Raya Al Osmani
4. Taman Sri Deli
2.Kesultanan Serdang

Kesultanan Serdang adalah pecahan dari kesultanan Deli,


yang berdiri pada 1632. Kesultanan Serdang didirikan oleh
keturunan dari pendiri kesultanan Deli, yakni Tuanku Umar
Johan Alam Shah. Ia mendirikan kesultanan Sedang setelah
diusir dari kesultanan Deli bersama dengan ibunya, Tuanku
Puan Sampali.
Kesultanan Serdang mencapai masa kejayaannya pada masa
pemerintahan Sultan Thaf Sinar Basyar Shah, atau Sultan
Besar Serdang tahun 1822-1851.

Peninggalan kesultan serdang


• Masjid Raya Sultan Basyaruddin adalah masjid
peninggalan Kesultanan Serdang.
3.Kesultanan Asahan

Kesultanan Asahan berdiri tahun 1630 di wilayah yang


sekarang dijadikan Kota Tanjung Balai.
Kesultanan ini ditundukkan Belanda pada tahun 1865.
Kerajaan ini melebur ke dalam negara Indonesia pada
tahun 1946. Raja Abdul Jalil, Sultan pertama Asahan
merupakan putra Sultan Iskandar Muda. Asahan dijadikan
bawahan Aceh hingga awal zaman ke-19.
• Kehidupan Sosial Adat
Sebagai kesultanan yang berada dalam pengaruh
kebuadayaan Islam, maka di Asahan juga mengembang
kehidupan keagamaan yang cukup adun. Bahkan, berada
seorang ulama terkenal yang lahir dari Asahan, yaitu Syeikh
Abdul Hamid
Di paruh pertama zaman ke-20, lebih kurang tahun 1916, di
Asahan sudah berdiri sebuah sekolah yang dikata Madrasah
Ulumul Arabiyyah.
Berikut ini beberapa buah buku yang dikarang oleh Syeikh
Abdul Hamid di Asahan, yaitu:
1. Ad-Durusul Khulasiyah
2. Al-Mathalibul Jamaliyah
3. Al-Mamlakul `Arabiyah.
4. Kerajaan Lima Laras

Kerajaan Lima Laras diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke 16.


Kerajaan yang berpindah-pindah saat belum memiliki istana
permanen. Istana Niat Lima Laras adalah salah satu istana Kerajaan
Melayu Pesisir yang berlokasikan di dusun 1 Desa Lima Laras, berusia
di atas 100 Tahun ,
Istana Niat Lima Laras dibangun pada Tahun 1907 dan selesai 1912
yang di gunakan sebagai pusat kekuasaan politik, sosial serta
ekonomi oleh Datuk Muhammad Yuda. Datuk ini merupakan seorang
raja generasi ke dua belas yaitu putra tertua dari raja Datuk Haji.
Dalam perkembangannya
Pemerintahan Datuk Mad Yuda berada di bawah
pengawasan belanda berhasil meluaskan wilayahnya dan
meguasai beberapa daerah yaitu, Tanjung Tiram, kampung
bagan dalam, kampung bagan batak, kampung sungai
seimbilang, kampung batu satu, kampug poyot, kampug
kuala sungai, dan kampung durian
5. Kerajaan Dhasa Nawalu

Kesultanan Dhasa Nawalu terletak di Kab. Tapanuli Selatan,


kec. Batang Angkola, prov. Sumatera Utara
Untuk melestarikan adat dan Budaya Angkola tentu Alm.
RAJA Tuan Tua Patuan Nagaga Najungal, mendirikan sebuah
istana megah di Desa Janji Mauli Muara Tais, Kec. Batang
Angkola,
6.kerajaan Padang

Sekitar abad ke XVI di atas wilayah kota Tebingtinggi


sekarang, pernah terdapat sebuah kerajaan yang tumbuh,
berkembang dan mencapai kejayaan pada masanya.
Kerajaan ini berpusat di tepi Sungai Padang, tepatnya
berkedudukan di Kampung Bajenis atau Borjonis atau Bah
Jornih, dan bernama Kerajaan Padang.
Pendiri Kerajaan Padang ini bernama Tuanku Umar Baginda
Saleh Komar bergelar Tuan Hapulakan Saragih Dasalak. Ia
berasal dari keturunan bangsawan Kerajaan Raya
(Simalungun).
mencapai masa kejayaannya dibawah pimpinan ketujuh,
yakni Raja Tebing Pangeran, yang memegang tampuk
kekuasaan pada waktu itu. Dimana pada masa Raja Tebing
Pangeran inilah asal usul nama Tebing Tinggi berasal.
Adapun raja terakhir Kerajaan Padang adalah Raja Tengku
Hasyim sebagai raja ke dua belas. Pada masa
pemerintahannya,Tengku Hasyim mampu membawa
kerajaan semakin maju, mengimbangi wilayah otonom
Tebing Tinggi. Pada saat terjadi perang kemerdekaan RI
Tengku Hasyim dikenal sebagai raja yang memihak kaum
Republikein (pejuang kemerdekaan)

Anda mungkin juga menyukai