Anda di halaman 1dari 46

PENGUKURAN SIPAT DATAR KERANGKA DASAR VERTIKAL

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah

oleh:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Ilmu Ukur Tanah sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW.
Selaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. Iskandar
Muda Purwaamijaya, M.T. selaku dosen mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah yang
telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini. Selain itu, kami berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam dalam memudahkan proses
pembuatan makalah.
Laporan yang berjudul Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal ini
merupakan salah satu untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah.
Tersusunnya laporan ini berkat kerjasama yang baik antar anggota kelompok kami
walaupun pada mulanya kami mengalami kesulitan dalam menyelesaikan laporan
ini. Namun, al-hamdulillah akhirnya laporan ini dapat diselesaikan. Harapan kami
laporan ini dapat bermanfaat untuk rekan-rekan kami baik dalam proses
pembelajaran di kampus maupun luar kampus.
Kami menyadari dalam laporan ini ada kelemahan dan kekurangan, oleh karena
itu adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat kami nantikan untuk
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, 18 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 1

1.3 Pembatasan Masalah ..................................................................................... 1

1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.5 Tujuan ............................................................................................................ 2

1.6 Sistematika penulisan .................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................3


2.1 Pengukuran Sipat Datar ................................................................................. 3

2.2 Macam-Macam Alat Ukur Sipat Datar.......................................................... 3

2.3 Bagian-Bagian Alat Sipat Datar .................................................................... 6

2.4 Cara Mengatur Alat Sipat Datar .................................................................... 9

BAB III METODOLOGI .......................................................................................10


3.1 Tempat Kegiatan ......................................................................................... 10

3.2 Waktu Kegiatan ........................................................................................... 10

3.3 Data yang diambil ....................................................................................... 10

3.4 Teknik Pengambilan Data ........................................................................... 10

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................... 11

3.6 Kerangka Kegiatan ...................................................................................... 11

3.7 Prosedur Kegiatan ....................................................................................... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................14


4.1 Hasil data diperoleh ..................................................................................... 14

ii
BAB V KESIMPULAN .........................................................................................16
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16

5.2 Saran ............................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagian-bagian Alat Tipe Kekar.............................................................3

Gambar 2. Bagian-bagian Alat Tipe Reversi…......................................................4

Gambar 3. Bagian-bagian Alat Tipe Jungkit..........................................................5

Gambar 4. Bagian-bagian Alat Tipe Otomatik........................................................6

iv
6

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Formulir Pengukuran Alat Sipat Datar...................................................8

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Ukur Tanah merupakan ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan
informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia di
bidang datar (luas < 55 km x 55 km) atau (<0,5 derajat x 0,5 derajat ).
Salah satu bagian dari Ilmu Ukur Tanah adalah Pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal, yakni teknik dan cara pengukuran kumpulan titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu. Pengukuran Kerangka dasar Vertikal ini dapat dimanfaatkan
bagi analisis vertikal bidang teknik sipil dan perencanaan menurut ISI (Ikatan
Surveyor Indonesia), IAP (Ikatan Ahli Perencana), HITI (Himpunan Ilmu Tanah
Indonesia) dan ESRI (Environmental science Research Institute) USA.
Pengenalan Alat Ukur Kerangka Dasar Vertikal bertujuan untuk
memperkenalkan alat yang akan digunakan dilapangan pada saat di lapangan.
Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-
titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya. Dalam praktikum
pengenalan Alat Ukur Kerangka Dasar Vertiakal juga bertujuan untuk mencari nilai
KGB (Koreksi Kesalahan Garis Bidik).

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
di identifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Pengenalan macam-macam alat yang digunakan pada saat praktik kerangka
dasar vertikal.
2. Hasil yang diperoleh dari pratikum kerangka dasar vertikal.
3. Menentukan nilai KGB (Koreksi Kesalahan Garis Bidik).

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah, penulis memberikan batasan ruang lingkup
dari penelitian yang akan dilakukan. penulis hanya membatasi permasalahan pada

1
2

pengenalan macam-macam alat ukur, hasil data yang diperoleh, dan menentukan
nilai KGB. Dalam laporan ini penulis ingin memahami bagaimana pengenalan alat
ukur pada praktikum Kerangka Dasar Vertikal.

1.4 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa sajakah alat dan bahan yang digunaka dalam praktik Kerangka Dasar
Vertikal?
2. Bagaimana hasil perhitungan dari data yang diperoleh dilapangan?

1.5 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran Praktikum Ilmu
Ukur Tanah ini, diantaranya:
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran situasi jalan dan bangunan dengan
menggunakan metode sipat datar.
2. Mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan pesawat penyipat datar.
3. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan, mengolah data dan menggambar dari
hasil pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar.

1.6 Sistematika
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan uraian lebih terperinci. Maka
laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan, kemudian dalam
Bab II membahas mengenai kajian pustaka yang didalamnya terdapat kajian-
kajian umum mengenai Alat sipat Datar.
Bab III Metodologi yang didalamnya terdapat tempat, waktu kegiatan, data
yang diambil, teknik pengambilan data, teknik analisis data, kerangka kegiatan, dan
prosedur kegiatan.,
Bab IV Hasil dan pembahasan
Bab V Kesimpulan dan saran, Daftar Pustaka, dan Lampiran.
3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran Sipat Datar merupakan teknik dan cara pengukuran titik-titik yang
telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggian terhadap
bidang rujukan ketinggian tertentu.
Pengukuran Sipat Datar dilakukan untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik di atas permukaan bumi. Bila beda tinggi (h) dari selisih ketinggian antara titik
A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B terletak lebih
tinggi daripada titik A, maka tinggi titik B (Hb) = Ha + h. Yang diartikan dengan
beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo yang
melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi
bila jarak antara titik – titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui
titik – titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar.
2.1.1 Pengukuran Sipat Datar Optis
Pengukuran Sipat Datar Optis ialah metode sipat datar dengan prinsip dasar
mengukur tinggi garis bidik alat sipat datar optis di lapangan melalui rambu
ukur. Sipat datar ini digunakan untuk daerah yang relatif datar. Sipat datar optis
memiliki sipat datar yang lain, dinamakan sipat datar luas yang digunakan untuk
menentukan suatu daerah dengan beda tinggi yang relatuf kecil tetapi harus
dibuat garis konturnya.
Pada alat sipat datar Optis, akan terdapat garis bidik, dimana garis bidik ini
harus dibuat mendatar, supaya dapat digunakan untuk menentukan beda tinggi
antara dua titik. Ingatlah pula pada nivo tabung, karena pada nivo tabung
dijumpai suatu garis lurus yang dapat mendatar dapat pula digunakan untuk
mendatarkann garis bidik di dalam suatu teropong
Garis lurus mendatar didapat pula pada bidang atas zat cair yag misalnnya
ditempatkan di dalam pipa. Garis lurus yang didapat dari permukaan zat cair ini
digunakan pada alat – alat yang sederhana, untuk mennentukann beda tinnnggi
antara dua titik.
4

2.1.2 Alat Ukur Penyipat Datar Sederhana


Alat ukur penyipat datar yang sederhana terdiri atas dua tabung dari gelas
yang berdiri dan dihubungkan dengann pipa dari logam, pada akhirnnya alat
seperti ini banyak ditinggalkan dan diganti deengan slang dan karet pada pipa
logamnya. Setelah slang dihubungkan pada dua tabung gelas dengan panjang
yanng diperlukan, alat diisi dengan air yang telah dihilangkan dari gelembung–
gelembung udara. Kedua tabung gelas ini dipasang tegak lurus dan berdekatann,
untuk melihat apakah ada peerbedaanntinggi kedua permukaan air di dalam dua
tabung itu, dengan demikian, bila perlu dapat ditentukan koreksi titik nol skala
pada tabung gelas.
2.1.3 Instrument – Instrument Sifat Datar
1. Sifat datar langsung
a. Sifat datar spirit
b. Sifat datar barometer
2. Sifat datar tak langsung
a. Sifat datar trigonometri
b. Sifat datar memotong sungai
c. Sifat datar triangulasi udara
2.1.4 Instrument Pokok Sifat Datar
1. Instrument sifat datar Wye
Instrument sifat datar wye ini adanya sebuah teleskop dan tabung
nivo yang didukung sifat datar berbentuk Y mempunyai bagian–bagian
tertentu yang dapat distel sendiri untuk pengukuran kasar.
2. Instrument sifat datar Tabung
Instrument sifat datar tabung ini sama halnya seperti instrument sifat
datar wye akan tetapi dalam sifat datar tabung keberadaan pesawatnya
sudah distel.
3. Instrument sifat datar Ungkit
Instrument sifat datar ungkit adalah paling banyak digunakan dalam
pengukuran.
5

4. Instrument sifat datar Otomatis


Instrument sifat datar otomatis lebih banyak digunakan dalam
pengukuran dalam konstruksi karena lebih mudah dalam
pengerjaannya. Dalam sifat datar otomatis ini kelemahannya adalah
lebih mudah dipengaruhi oleh faktor getaran.
2.1.5 Penyetelan Instrument Sifat Datar
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sifat
datar adalah :
a. Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertical.
b. Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.
c. Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat datar.
1. Penyetelan instrument sifat datar wye adalah sebagai berikut :
a. Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis – garis rangka
teleskopnya.
b. Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivau tabung
dari teleskopnya.
c. Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertical.
2. Penyetelan instrument sifat datar tabung adalah sebagai berikut :
a. Penyetelan agar sumbu nivau tegak lurus dengan garis vertikal.
b. Penyetelan agar garis kolimasi sejajar dengan sumbu nivau
(pengatur patok).

2.2 Macam – Macam Alat Ukur Sipat Datar


1. Tipe Kekar (Dumpy Level)
Pada tipe ini sumbu tegak menjadi satu dengan teropong. Semua bagian pada
alat sipat datar tipe kekar adalah tetap. Nivo tabung berada di atas teropong,
teropong hanya dapat digeser dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar.
6

Gambar 1. Bagian-bagian Alat Tipe Kekar


1. Teropong
2. Nivo Tabung
3. Pengatur nivo
4. Pengatur diafragma
5. Kunci horizontal
6. Skrup kiap
7. Tribrach
8. Trivet
9. Kiap (leveling head)
10. Sumbu ke-1
11. Tombol focus
2. Tipe Reversi (Reversible Level)
Pada tipe ini teropongnya dapat diputar pada sumbu mekanis dan disangga oleh
bagian tengah yang mempunyai sumbu tegak. Di samping itu teropong dapat
diungkit dengan skrup sehingga garis bidik dapat mengarah ke atas, ke bawah,
maupun mendatar. Sumbu mekanis, disamping sebagai sumbu putar teropong
merupakan garis penolong untuk membuat garis bidik sejajar dengan dua garis
jurusan nivo reversi.
7

Gambar 2. Bagian-bagian Alat Tipe Reversi


1. Teropong 9. Kiap
2. Nivo reversi 10. Sumbu kesatu (sumbu tegak)
3. Pengatur nivo 11. Tombol Fokus
4. Pengatur diafragma 12. Pegas
5. Skrup pengunci horizontal 13. Skrup pengungkit teropong
6. Skrup kiap 14. Skrup pemutar teropong
7. Tribrach 15. Sumbu mekanis
8. Trivet
3. Tipe Jungkit (Tilting Level)
Pada tipe ini sumbu tegak dan teropong dihubungkan dengan engsel dan skrup
pengungkit atau dapat diungkit dengan skrup pengungkit.

Gambar 3. Bagian-bagian Alat Tipe Jungkit


1. Teropong
2. Nivo tabung
3. Pengatur nivo
8

4. Pengatur diafragma
5. Pengunci horizontal
6. Skrup kiap
7. Tribrach
8. Trivet
9. Kiap
10. Sumbu ke-1
11. Tombol fokus
12. Pegas
13. Pengungkit teropong
4. Tipe Otomatik (Automatic Level)
Tipe ini sama dengan tipe kekar hanya didalam teropongnya terdapat alat
yang disebut komposator untik membuat agar garis bidik mendata. Berbeda
dengan 3 tipe sebelumnya, pada tipe otomatik ini tidak terdapat nivo tabung
untuk mendatarkan garis bidik sebagai penggantinya di dalam teropong
dipasang alat yang dinamakan kompensator.
Bila benang silang diafragma telah diatur dengan baik, sinar mendatar dan
masuk melalui pusat objektif akan selalu jatuh depan di titik potong benang
silang diafragma, walaupun teropong miring (sedikit).Tipe otomatik
mempunyai kekurangan yaitu mudah dipengaruhi getaran, karena sebagai
kompensatornya dipergunakan sistem pendulum. Tipe Otomatik terdriri dari :

Gambar 4. Bagian-bagian Alat Tipe Otomatik


Keterangan :
1. Teropong
9

2. Kompensator
3. Pengatur diafragma
4. Pengunci horizontal
5. Skrup kiap
6. Tribrach
7. Trivet
8. Kiap
9. Tombol Fokus

2.3 Bagian-bagian Alat Sipat Datar


Alat-alat yang digunakan dalam pratikum Ilmu Ukur Tanah adalah sebagai
berikut:
1. Sipat Datar
Pada dasarnya alat sipat datar terdiri dari bagian utama, yaitu:
a. Teropong yang berfungsi untuk membidik rambu( menggunakan garis bidik
memperbesar bayangan rambu).
b. Nivo tabung diletakan pada teropong berfungsi mengatur gar garis bidik
mendatar. Nivo akan terletak agak lurus pada garis vertikal bidang singgung
di titik tengah bidang lengkung atas dalam nivo mendatar.
c. kiap(leveling head/base plate), terdapat sekrup-sekrup kiap (umumnya tiga
buah) dan nivo kotak (nivo tabung) yang semuanya digunakan untuk
menegakan sumbu kesatu (sumbu tegak) teropong,
d. sekrup pengunci yaitu untuk mengunci gerakan teropong ke kanan atau ke
kiri,
e. lensa okuler yaitu untuk memperjelas benang,
f. lensa objektif/diafragma yaitu untuk memperjelas benda atau objek,
g. sekrup penggerak halus yaitu untuk membidik sasaran,
h. vizir yaitu untuk mencari atau mebidik kasar objek,
i. statif (tripod) yaitu berfungsi untuk menyangga ketiga bagian tersebut di
atas.
10

2. Statif
Statif merupakan tempat dudukan alat dam untuk menstabilkan alat seperti sipat
datar, ststif mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa diubah ukuran
ketinggiannya. Statif saat didirikan harus rata karena jika tidaj rata dapat
mengakibatkan kesalahan saat pengukuran.
3. Unting-unting
Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan yang berbentuk kerucut dengan
ujung bawah lancip dan ujung atas digantungkan tali.
4. Patok
Patok dalam tanah berfungsi untuk memberi tanda batas jalon yang akan
diperlukan lagi pada waktu pengukuran yang lain/patok biasanya ditanam di dalam
tanah dan yang menonjol antara 5 cm - 10 cm dengan maksud agar tidak lepas dan
tidak mudah dicabut. patok terbuat dari dua maca, nahan yaitu kayu dan besi atau
beton.
a. patok kayu
patok kayu adalah yang terbuat dari kayu, berpenampang bujur sangkar
dengan ukuran ± 50 mm × 50 mm dan bagian anya atasnya diberi cat.
b. patok beton atau besi
patok yang terbuat dari beton atau besi biasanya merupakan patok tetap
yang akan masih dipakau pada pengukuran di waktu yang lain.
5. Rambu Ukur
Rambu Ukur dapat terbuat dari kayu, campuran almunium yang diberi skala
pembacaan. Ukuran lebarnya ± 4 cm, panjangnya antara 3 m - 5 m dan
pembacaannya dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter dan
milimeter.
6. Payung
Payung digunakan sebagai pelindung dari panas dan hujan untuk alat ukur yang
sedang digunakan, karena jika alat ukur sering kepanasan atau kehujanan maka
lambat laun pasti mudah rusak (jamuran, dll).
7. Pita Ukur
Pita ukur tersedia dalam ukuran panjang 10 m, 15 m, 25 m atau 30 m. kelebihan
dari alat ini adalah bisa digulung dan ditarik kembali. Sedangkan kekurangannya
11

adalah jika ditarik akan memanjang, lekas rusakdan mudah putus serta tidak tahan
air.
8. Formulir Pengukuran Alat Sipat Datar
Formulir pengukuran digunakan untuk mencatat kondisi di lapangan dan hasil
perhitungan-perhitungan pengukuran di lapangan (terlampir). Pengukuran harus
dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sebelumnya.
Tabel 1. Formulir Pengukuran Alat Sipat Datar

2.4 Cara Mengatur Alat Sipat Datar


Sebelum digunakan, alat sipat datar harus terlebih dahulu diatur sedemikia
rupa sehingga garis bidiknya (sumbu II) sejajar dengan bidang nivo melalui upaya
mengetengahkan gelembung nivo yang terdapat pada nivo kotak. Bidang nivo
sendiri merupakan bidang equipotensial yaitu bidang yang mempunyai energi
potensial yang sama. berikut langkah langkah mengatur alat sipat datar:
1. Atur Statif dengan ketinggian rata-rata setinggi dada anggota kelompok
terkecil.
2. setelah diatur statif lalu, gunakan pulpen untuk mengetahui apakah statif
sudah dalam keadaan mendatar,
12

3. pasangkan unting unting dengan benang, kemudian dipasangkan ke bagian


tengah statif,
4. keluarjan alat sipat datar, kemudian pasang diatas statif,
5. atur bidang nivo yang terdapat pada kotak nivo, hingga gelembung nivo
berada pada bagian tengah lingkaran,
6. setelah gelembung nivo berada di tengah lingkaran, maka alat sipat datar
dalam keadaan mendatar
7. jika lensa objektik dan lensa okuler belum fokus, dapat terlebih dahulu di
fokuskan untuk membaca rambu ukur,
8. jika semuanya sudah maka, alat sipat datar dapat digunakan dalam
pembacaan.
13

BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat Kegiatan


Kegiatan ini dilakukan di Lapangan Heliped Fakultas Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan Universitas Pendidikan tepatnya di Jl.Setiabudi No. Bandung. Perlu
dijelaskan bahwa waktu yang dilaksanakan untuk penelitian ini selama kurang lebih
satu minggu, yang dimulai Rabu, 13 Februari 2019.

3.2 Waktu Kegiatan


Perlu dijelaskan bahwa waktu yang dilaksanakan untuk kegiatan ini yang
dimulai Rabu, 13 Febuari 2019 dari pukul 10:20-selesai.

3.3 Data yang diambil


Data yang diambil pada praktikum ini ialah nilai BA, BT, BB muka dan
belakang, serta jarak (d) muka dan belakang. Selanjutnya dilakukan pengolahan
data untuk mendapatkan nilai KGB, syarat bacaan dan d optis.

3.4 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data yang digunakan dalam laporan ini yaitu dengan
membaca langsung alat sipat datar pada praktikum pengenalan alat ukur kerangka
dasar vertikal, yaitu pengambilan data dengan mengisi format data yang perlu
diambil. Dengan data yang diperoleh, penulis dapat menghitung nilai syarat, doptis
dan nilai KGB (koreksi kesalahan garis bidik).
1. Membaca paduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.
2. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan
praktikum pengukuran sipat datar.
3. Setelah ke lapangan, buat sketsa untuk memberikan tanda buat penyimpanan
rambu ataupun alat sipat datar.
4. Dalam membuat sketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan
kontur yang ada di lapangan.
14

5. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah
disediakan.
6. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan
program excel.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam laporan ini adalah:
1. Pertama-tama mencari data dan referensi dari buku sebagai contoh sebelum
melakukan praktik pengukuran alat sipat datar.
2. Mendengarkan penjelasan dosen sebelum melakukan kegiatan praktik.
3. Melakukan pembacaan alat sipat datar untuk memproleh data yang
diperlukan.
4. Menghitung data dengan syarat yang telah diberikan . Menyiapkan tabel
pengolahan data sipat datar kerangka dasar vertical
5. Menghitung nilai Kesalahan Garis Bidik (KGB) dengan rumus:
( 𝐵𝑇𝑏𝐼−𝐵𝑇𝑚𝐼 ) ( 𝐵𝑇𝑏𝐼𝐼−𝐵𝑇𝑚𝐼𝐼 )
KGB = ( 𝑑𝑏𝐼+𝑑𝑚𝐼 )
– ( 𝑑𝑏𝐼𝐼+𝑑𝑚𝐼𝐼 )

Masukan nilai BA, BT, BB, Jarak Belakang dan Jarak Muka ke dalam table
Hitung kontrol disetiap slag dengan rumus :
𝐵𝐴+𝐵𝐵
Syarat bacaan: | − 𝐵𝑇| ≤ 0,001 m d optis = (BA – BB) x 100
2

6. Jika syarat telah terpenuhi maka dapat melanjutkan o=pengambilan data


untuk selanjutnya.
7. Menghubungkan data-data yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan
data nilai koreksi kesalahan garis bidik.
8. Menyusun laporan dalam bentuk karya tulis ini.

3.6 Kerangka Kegiatan


Kerangka kegiatan pada pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal :
1. Membaca prosedur praktikum.
2. Menulis daftar alat yang akan dipinjam dan daftar hadir.
3. Melakukan praktikum dan pengolahan data.
4. Mengembalikan alat.
5.
15

3.7 Prosedur Kegiatan


Prosedur yang dilaksanakan dalam kegitan praktikum adalah sebagai berikut.
1. Para surveyor harus mengenakan kostum untuk survey lapangan
2. Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada bon peminjaman
alat
3. Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum
4. Ketua tim menyerahkan bon peminjaman alat kepada laboran
5. Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya
6. Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan
7. Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup disekitar lab)
8. Dirikan statip pada posisi stand I dan pasang alat di atas stand tersebut
9. Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip 2 skrup kaki kiap ke dalam/ke
luar dan 1 skrup kaki kiap ke kanan / ke kiri
10. Memasang unting – unting dan 2 rambu ukur diarahkan ke belakang dan muka
11. Menghimpitkan gelembung nivo tabung
12. Membidik rambu ukur belakang dengan visir
13. Memperjelas benang diagframa dengan skrup pada teropong
14. Memperjelas objek rambu ukur dengan memutar skrup focus
15. Menggerakan skrup gerakan harus horizontal sehingga benang vertical
diagframa berhimpit dengan bagian tengah rambu
16. Lakukan pembacaan BA dan BB
17. Periksa syarat jika sesuai lanjutkan dengan langkah selanjutnya jika tidak ulangi
pembacaan
18. Hitung jarak optis dari alat ke rambu
19. Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang
20. Hitung kesalahan garis bidiknya
21. Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran/patok pertama
22. Berdasarkan batas pengukuran dari peta wilayah study tentukan lokasi patok –
patok pada jalur pengukuran
23. Salah seorang anggota regu melakukan pematokan dijalur pengukuran dengan
patok yang telah tersedia ( untuk slag genap )
16

24. Dirikan alat pada slag pertama lakukan pembacaan BA, BT, BB. Ke rambu
belakang dan rambu muka
25. Mengukur jarak belakang dan jarak muka ( jarak mendatar menggunakan pita
ukur )
26. Memindahkan alat ke slag 2 lakukan hal yang sama seperti di slag 1
27. Lakukan hal yang sama sampai slag terkahir.

NB :Pencatatan data formulir ukuran yang menggunakan pensil dan penghapus /


tipe – x. jika salah angka dicoret nilai yang benar ditulis diatas atau sebelahnya.

3.8 Prosedur Pengolahan Data


a. Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar kerangka dasar vertikal
b. Masukan nilai Kesalahan Garis Bidik (KGB) pada tabel
c. Masukan nilai BA,BT,BB, Jarak Belakang dan Jarak Muka ke dalam tabel
d. Hitung Benang Tengah Koreksi (BT-k) disetiap slag dengan rumus :
BTbk = BTb – (KGB x Db)
BTmk = BTm – (KGB x Dm)
e. Hitung beda tinggi disetiap slag dari bacaan benang tengah koreksi
belakang dan muka dengan rumus :
∆H = BTbk – BTmk
f. Hitung nilai kesalahan beda tinggi dengan menjumlahkan semua beda
tinggi disetiap slag.
∑∆H = ∆H1 + ∆H2 +…+∆Hn
g. Hitung jarak disetiap slag dengan menjumlahkan jarak belakang dan muka
D = db + dm

h. Hitung total jarak jalur pengukuran dengan menjumlahkan jarak semua slag.
∑D = D1 + D2 + … + Dn
i. Hitung Bobot koreksi disetiap slag dengan membagi jarak slag dengan total
jarak pengukuran
𝐷1
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 =
∑D
j. Mengkontrol hasil bobot. (∑ Bobot = 1)
17

k. Hitung beda tinggi koreksi dengan rumus :


∆Hk = ∆H – (∑∆H x Bobot)
l. Mengkontrol jumlah beda tinggi koreksi. (∑∆Hk = 0)
m. Hitung tinggi titik- titik pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi
titik sebelumya dengan beda tinggi koreksi
Ti = Tinggi Awal
T1 = Ti + ∆Hk1
n. Memastikan bahwa tinggi titik awal kembali ke tinggi titik akhir.
Ti = Ti’
o. Hitung kemiringan dengan rumus :
𝐷𝑛
𝐾𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥 100
∆Hk 𝑛

3.9 Prosedur Penggambaran


3.9.1 Gambar Manual
1. Siapkan kertas millimeter block ukuran A3 (42 cm x 29,7 cm) dan alat tulis
seperti pulpen, pensil, penggaris, penghapus dan buat garis pinggir dan
etiket.
2. Hitung jarak total dan selisih beda tinggi terbesar
3. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal berbeda
dengan skala horizontal (Skala horizontal kurang dari skala vertikal)
4. Setelah skala dibentuk, tentukan tinggi titik awal yang terdapat pada data
pengukuran
5. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan
6. Lakukan langkah ke 5 sampai slag terakhir
7. Setelah gambar sudah membentuk seperti grafik, lengkapilah gambar
dengan menggambar rambu ukur, waterpass, dan tambahkan keterangan
jarak, tinggi titik dan kemiringan.

3.9.2 Gambar Digital


1. Siapkan komputer atau laptop, kemudian buka software AutoCAD
2. Setelah AutoCAD dibuka, aturlah satuan pada AutoCAD dengan perintah
Units -> Enter. (Disarankan untuk menggunakan satuan Cm)
18

3. Buatlah garis pinggir dengan perintah REC -> Enter


4. Kemudian masukan ukuran kertas A3 ( 42 cm x 29,7 cm)
5. Setelah garis pinggir terbentuk, hitunglah jarak total dan selisih beda tinggi
terbesar.
6. Tentukan skala vertikal dan skala horizontal. Prinsip skala vertikal berbeda
dengan skala horizontal (Skala horizontal kurang dari skala vertikal)
7. Setelah skala dibentuk, tentukan tinggi titik awal yang terdapat pada data
pengukuran
8. Lalu, buatlah tinggi titik kedua dengan jarak yang telah ditentukan
9. Lakukan langkah ke 8 sampai slag terakhir
10. Setelah gambar sudah membentuk seperti grafik, lengkapilah gambar
dengan menggambar rambu ukur, waterpass, dan tambahkan keterangan
jarak, tinggi titik dan kemiringan.
19

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Hasil Pengukuran di Lapangan

Tanggal Pengukuran : 6 Februari 2019 Cuaca : Cerah


Lokasi Pengukuran : FPTK-UPI Diukur Oleh : Kelompok 7
Alat Ukur : Waterpass W
Tabel 1. Data Pengukuran Kesalahan Garis Bidik (KGB)

DATA BA BT BB d PERBANDINGAN dOptis


SLAG b m b m b m b m b m b m Kgb
I 1.43 1.458 1.41 1.418 1.39 1.388 6.31 7.35 0 0.005 4 7
0.0002
II 1.425 1.45 1.402 1.413 1.381 1.378 5.77 8.1 0.001 0.001 4.4 7.2

TanggalPengukuran : 13Februari 2018 Cuaca : Cerah


Lokasi Pengukuran : FPTK-UPI Diukur Oleh : Kelompok 7
Alat Ukur : Waterpass

Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Lapangan


BA BT BB d KONTROL dOptis
SLAG b m b m b m b m b m b m
1 1.552 1.320 1.471 1.238 1.391 1.157 16 16.1 0.0005 0.0005 16.1 16.3
2 2.659 1.322 2.561 1.225 2.464 1.128 19.5 19.5 0.0005 0 19.5 19.4
3 1.556 1.446 1.481 1.370 1.406 1.295 15 15 0 0.0005 15 15.1
4 1.516 2.652 1.429 2.565 1.341 2.479 17.35 17.35 0.0005 0.0005 17.5 17.3
5 0.974 1.652 0.935 1.615 0.898 1.578 7.55 7.55 0.001 0 7.6 7.4
6 1.545 1.919 1.509 1.884 1.474 1.849 7 7 0.0005 0 7.1 7
7 1.083 2.402 1.056 2.375 1.028 2.346 5.515 5.515 0.0005 -0.001 5.5 5.6
8 0.568 0.845 0.477 0.752 0.386 0.660 18.35 18.35 0 0.0005 18.2 18.5
9 0.396 2.157 0.38 2.141 0.365 2.127 3 3 0.0005 0.001 3.1 3
10 1.239 1.309 1.215 1.284 1.192 1.259 4.5 5 0.0005 0 4.7 5
11 1.543 0.620 1.432 0.511 1.323 0.401 22 22 0.001 0.0005 22 21.9
12 2.187 0.416 2.142 0.37 2.097 0.325 9.1 9.1 0 0.0005 9 9.1
13 1.755 1.738 1.63 1.614 1.506 1.488 25 25 0.0005 0.001 24.9 25
14 1.295 1.279 1.26 1.243 1.225 1.208 7 7 0 0.0005 7 7.1
15 2.123 0.691 2.08 0.65 2.039 0.608 8 8 0.001 0.0005 8.4 8.3
16 1.159 1.371 1.135 1.347 1.11 1.321 5.35 5.35 0.0005 -0.001 4.9 5
20

5.2 Analisa Hasil Data Pengukuran

Rumus-rumus yang digunakan :


Btbk = BTb-(kgb.db) 𝑑
Bobot = ∑𝑑

∆Hk =∆H-(∑∆𝐻. 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡)


BTmk =BTm-(kgb.dm)
Ti = T + ∆Hk
𝑇2−𝑇
Kemiringan = x 100
∆H = BTbk-BTmk 𝑑12

d = db + dm

Keterangan :

BTbk : Benang tengah belakang koreksi

BTb : Benang tengah belakang

BTmk : Benang tengah muka koreksi

BTm : Benang tengah muka

Kgb : Koreksi garis bidik (0,0001)

ΔH : Beda tinggi antara dua titik

D : Jarak antara dua titik

∑d : Jarak keseluruhan

dm : Jarak benang muka

db : Jarak benang belakang

Bobot : Hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya

∑( ΔH) : Jumlah dari beda tinggi antara dua titik

ΔHk : beda tinggi koreksi

Ti : Tinggi titik
21

Diketahui:

Nilai KGB = 0.0002


Tinggi Titik Awal = 888

1. Mencari Benang Tengah Belakang koreksi (BTbk)


a) BTbk 1 = Btb – (Kgb x db)
= 1,471 – (0,0002x 16)
= 1,4678
b) BTbk 2 = Btb – (Kgb x db)
= 2,561– (0,0002x 19.5)

= 2,5571

c) BTbk 3 = Btb – (Kgb x db)


= 1,481 – (0,0002x 15)
= 1,474
d) BTbk 4 = Btb – (Kgb x db)
= 1,429 – (0,0002x 17,35)

= 1,4255

e) BTbk 5 = Btb – (Kgb x db)


= 0,935– (0,0002x 7,55)

= 0,9335

f) BTbk 6 = Btb – (Kgb x db)


= 0,680 – (0,0002x 12,23)
= 0,6796
g) BTbk 7 = Btb – (Kgb x db)
= 0,555 – (0,0002x 13,53)
= 0,5545
h) BTbk 8 = Btb – (Kgb x db)
= 0,750 – (0,0002x 15,37)
= 0,7495
22

i) BTbk 9 = Btb – (Kgb x db)


= 0,702– (0,0002x 10,65)
= 0,7016

j) BTbk 10 = Btb – (Kgb x db)


= 1,375 – (0,0002x 12,76)
= 1,3745
k) BTbk 11 = Btb – (Kgb x db)
= 1,385 – (0,0002x 7,96)
= 1,3847
l) BTbk 12 = Btb – (Kgb x db)
= 1,464 – (0,0002x 10,57)
= 1,4636
m) BTbk 13 = Btb – (Kgb x db)
= 1,577 – (0,0002x 14,70)
= 1,5765
n) BTbk 14 = Btb – (Kgb x db)
= 1,522– (0,0002x 13,36)
= 1,5215
o) BTbk 15 = Btb – (Kgb x db)
= 1,858 – (0,0002x 6,15)
= 1,8578
p) BTbk 16 = Btb – (Kgb x db)
= 2,058 – (0,0002x 7,3)
= 2,0577
q) BTbk 17 = Btb – (Kgb x db)
= 2,308 – (0,0002x 9,42)
= 2,3076
r) BTbk 18 = Btb – (Kgb x db)
= 2,329 – (0,0002x 10,77)
= 2,3286
23

s) BTbk 19 = Btb – (Kgb x db)


= 2 – (0,0002x 10,95)
= 1,999
t) BTbk 20 = Btb – (Kgb x db)
= 1,73 – (0,0002x 13,86)
= 1,7295
u) BTbk 21 = Btb – (Kgb x db)
= 1,426 – (0,0002x 6,6)
= 1,4257
v) BTbk 22 = Btb – (Kgb x db)
= 1,884 – (0,0002x 3,56)
= 1,8838
w) BTbk 23 = Btb – (Kgb x db)
= 1,908 – (0,0002x 14,64)
= 1,9075
x) BTbk 24 = Btb – (Kgb x db)
= 1,230 – (0,0002x 7,9)
= 1,2297

2. Mencari Benang Tengah Muka Koreksi (BTmk)


a) BTmk 1 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,703 – (0,0002x 9,75)
= 1,7026
b) BTmk 2 = Btm – (Kgb x dm)
= 2,015 – (0,0002x 15,4)

= 2,0145

c) BTmk 3 = Btm – (Kgb . dm)


= 2,153 – (0,0002x 9,55)
= 2,1526
d) BTmk 4 = Btm – (Kgb x dm)
24

= 1,895 – (0,0002x 4,95)

= 1,8948

e) BTmk 5 = Btm – (Kgb x dm)


= 1,952 – (0,0002x 11.02)

= 1,9516

f) BTmk 6 = Btm – (Kgb x dm)


= 1,932 – (0,0002x 13,77)
= 1,9315
g) BTmk 7 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,898 – (0,0002x 12,48)
= 1,8976
h) BTmk 8 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,562 – (0,0002x 12,65)
= 1,5615
i) BTmk 9 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,397 – (0,0002x 7,4)
= 1,3967
j) BTmk 10 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,349– (0,0002x 13,30)
= 1,3485
k) BTmk 11 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,394 – (0,0002x 10,03)
= 1,3936
l) BTmk 12 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,615 – (0,0002x 11,53)
= 1,6146
m) BTmk 13 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,252 – (0,0002x 11,32)
= 1,2516
25

n) BTmk 14 = Btm – (Kgb x dm)


= 1,072 – (0,0002x 14,7)
= 1,0715
o) BTmk 15 = Btm – (Kgb x dm)
= 0,875 – (0,0002x 4,8)
= 0,8748
p) BTmk 16 = Btm – (Kgb x dm)
= 0,560 – (0,0002x 7,73)
= 0,5597
q) BTmk 17 = Btm – (Kgb x dm)
= 0,738 – (0,0002x 10,8)
= 0,7376
r) BTmk 18 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,445 – (0,0002x 7,31)
= 1,4447
s) BTmk 19 = Btm – (Kgb x dm)
= 0,731 – (0,0002x 9,05)
= 0,7307
t) BTmk 20 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,145 – (0,0002x 14.20)
= 1,1445
u) BTmk 21 = Btm – (Kgb x dm)
= 0,930 – (0,0002x 8,92)
= 0,9297
v) BTmk 22 = Btm – (Kgb x dm)
= 0,384 – (0,0002x 5,07)
= 0,3838
w) BTmk 23 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,185 – (0,0002x 13,52)
= 1,1845
x) BTmk 24 = Btm – (Kgb x dm)
= 1,623 – (0,0002x 9,4)
26

= 1,6226

3. Mencari Beda Tinggi (ΔH)


a) ΔH 1 = Btbk – Btmk
= 0,4847 – 1,7026

= -1,218
b) ΔH 2 = Btbk – Btmk
= 0,7795 – 2,0145
= -1,235
c) ΔH 3 = Btbk – Btmk
= 0,9177 – 2,1526
= -1,235
d) ΔH 4 = Btbk – Btmk
= 1,1898 – 1,8948

= -0,705

e) ΔH 5 = Btbk – Btmk
= 0,7075 – 1,9516

= -0,1244

f) ΔH 6 = Btbk – Btmk
= 0,6796 – 1,9315

= -1,252

g) ΔH 7 = Btbk – Btmk
= 0,5545 – 1,8976

= -1,343

h) ΔH 8 = Btbk – Btmk
= 0,7495 – 1,5615

= -0,812
27

i) ΔH 9 = Btbk – Btmk
= 0,7016 – 1,3967

= -0,695
j) ΔH 10 = Btbk – Btmk
= 1,3745 – 1,3485

= 0,026

k) ΔH 11 = Btbk – Btmk
= 1,3847 – 1,3937

= -0,009

l) ΔH 12 = Btbk – Btmk
= 1,4636 – 1,6146

= -0,151

m) ΔH 13 = Btbk – Btmk
= 1,5765 – 1,2516

= 0,325

n) ΔH 14 = Btbk – Btmk
= 1,5215 – 1,0715

= 0,450

o) ΔH 15 = Btbk – Btmk
= 1,8578– 0,8748
= 0,983
p) ΔH 16 = Btbk – Btmk
= 0,934 – 1,679
= 1,498
q) ΔH 17 = Btbk – Btmk
= 2,3076 – 0,7376
= 1,570
28

r) ΔH 18 = Btbk – Btmk
= 2,3286 – 1,4447
= 0,884
s) ΔH 19 = Btbk – Btmk
= 1,9996 – 0,7307
= 1,269
t) ΔH 20 = Btbk – Btmk
= 1,7295 – 1,445
= 0,585
u) ΔH 21 = Btbk – Btmk
= 1,4257 – 0,9297
= 0,496
v) ΔH 22 = Btbk – Btmk
= 1,8838 – 0,3838
= 1,5
w) ΔH 23 = Btbk – Btmk
= 1,9075 – 1,1845
= 0,723
x) ΔH 24 = Btbk – Btmk
= 1,2297 – 1,6226
= -0,393

KONTROL

∑(∆H) = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 + ∆H4 + ∆H5 + ∆H6 + ∆H7 + ∆H8 + ∆H9 +
∆H10 +∆H11 +∆H12 + ∆H13 + ∆H14 + ∆H15 + ∆H16+ ∆H17+
∆H18+ ∆H19+ ∆H20+ ∆H21+ ∆H22+ ∆H23+ ∆H24
= (-1,218) + (-1,235) + (-1,235) + (-0,705) + (-1,244) + (-1,252) + (-
1,343) + (-0,812) + (-0,695) + 0,026 + (-0,009) + (-0,151) + 0,325 +
0,450 + 0,983 + 1,498 + 1,570 + 0,884 + 1,269 + 0,585 + 0,496 +1,5
+0,723 + (-0,393)
= 0,02
29

4. Mencari Total Jarak (Σd)


a) Σd 1 = db + dm
= 16 + 9,75 = 18,25
b) Σd 2 = db + dm
= 19.5 + 15,4 = 28,09
c) Σd 3 = db + dm
= 6,64 + 9,55 = 16,19
d) Σd 4 = db + dm
= 5,46 + 4,95 = 10,41
e) Σd 5 = db + dm
= 14,95 + 11,02 = 25,97
f) Σd 6 = db + dm
= 12,23 + 13,77 = 26
g) Σd 7 = db + dm
= 13,53 + 12,48 = 26,01
h) Σd 8 = db + dm
= 15,37 + 12,65 = 28,02
i) Σd 9 = db + dm
= 10,65 + 7,40 = 18,05
j) Σd 10 = db + dm
= 12,76 + 13,30 = 26,06

k) Σd 11 = db + dm
= 7,96 + 10,03 = 17,99
l) Σd 12 = db + dm
= 10,57 + 11,53 = 22,1
m) Σd 13 = db + dm
= 14,70 + 11,32 = 26,02
n) Σd 14 = db + dm
= 13,36 + 14,70 = 28,06
o) Σd 15 = db + dm
= 6,15 + 4,80 = 10,95
30

p) Σd 16 = db + dm
= 7,30 + 7,73 = 15,03
q) Σd 17 = db + dm
= 9,42 + 10,80 = 20,22
r) Σd 18 = db + dm
= 10,77 + 7,31 = 18,08
s) Σd 19 = db + dm
= 10,95 + 9,05 = 20
t) Σd 20 = db + dm
= 13,86 + 14,20 = 28,06
u) Σd 21 = db + dm
= 6,60 + 8,92 = 15,52
v) Σd 22 = db + dm
= 3,56 + 5,07 = 8,63
w) Σd 23 = db + dm
= 14,64 + 13,52 = 28,16
x) Σd 24 = db + dm
= 7,90 + 9,40 = 17,3

Jumlah = 18,20 + 28,09 + 16,19 + 10,41 + 25,97 + 26 + 26,01 +


28,02 + 18,05 + 26,06 + 17,99 + 22,1 + 26,02 + 28,06 +
10,95 + 15,03 + 20,22 + 18, 08 + 20 + 28,06 + 15,52 + 8,63
+ 28,16 + 17,3
= 499,2 m

5. Mencari Bobot
Σ𝑑 18,25
a) Bobot 1 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0366
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 16,19
b) Bobot 2 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0563
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 10,41
c) Bobot 3 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0324
Σ(Σ𝑑) 499,2
31

Σ𝑑 25,97
d) Bobot 4 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0209
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 26
e) Bobot 5 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0275
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 26,01
f) Bobot 6 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0520
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 28,02
g) Bobot 7 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0521
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 18,05
h) Bobot 8 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0521
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 26,06
i) Bobot 9 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0561
Σ(Σ𝑑) 499,2

Σ𝑑 17,99
j) Bobot 10 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0362
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 22,1
k) Bobot 11 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0522
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 26,02
l) Bobot 12 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0360
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 28,06
m) Bobot 13 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0443
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 10,95
n) Bobot 14 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0562
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 15,03
o) Bobot 15 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0219
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 20,22
p) Bobot 16 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0301
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 18,08
q) Bobot 17 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0405
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 20
r) Bobot 18 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0362
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 28,06
s) Bobot 19 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0401
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 9
t) Bobot 20 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0562
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 15,52
u) Bobot 21 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0311
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 8,63
v) Bobot 22 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0173
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 28,16
w) Bobot 23 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0564
Σ(Σ𝑑) 499,2
32

Σ𝑑 17,3
x) Bobot 24 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0347
Σ(Σ𝑑) 499,2

KONTROL

∑Bobot = 0,0366 + 0,0563 + 0,0324 + 0,0209 + 0,0520 + 0,0521 + 0,0521


+ 0,0561 + 0,0362 + 0,052 + 0,0360 + 0,0443 + 0,0521 + 0,0562 +
0,0219 + 0,0301 + 0,0405 + 0,0362 + 0,0401 + 0,0562 + 0,0311 +
0,0173 + 0,0564 + 0,0347

=1

6. Mencari Beda Tinggi Koreksi (ΔHk)


b) ΔHk 1 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)
= -1,218 – ((0,02) x 0,0366)
= -1,2185
c) ΔHk 2 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)
= -1,235 – ((0,02) x 0,0563)

= -1,2358

d) ΔHk 3 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= -1,235 – ((0,02) x 0,0324)
= -1,2354
e) ΔHk 4 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)
= -0,705– ((0,02) x 0,0209)

= -0,7053

f) ΔHk 5 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= -1,244 – ((0,02) x 0,0520)

= -1,2450

g) ΔHk 6 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= -1,252 – ((0,02) x 0,0521)
33

= -1,2528

h) ΔHk 7 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= -1,343 – ((0,02) x 0,0521)

= -1,3439

i) ΔHk 8 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= -0,812 – ((0,02) x 0,0561)

= -0,8130

j) ΔHk 9 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= -0,695 – ((0,02) x 0,0362)

= -0,6957

k) ΔHk 10 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


= 0,026 – ((0,02) x 0,0522)

= 0,0251

l) ΔHk 11 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= -0,009 – ((0,02) x 0,0360)

= -0,0095

m) ΔHk 12 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= -0,151 – ((0,02) x 0,0443)

= -0,1517

n) ΔHk 13 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= 0,325 – ((0,02) x 0,0521)

= 0,3240

o) ΔHk 14 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= 0,450 – ((0,02) x 0,0562)

= 0,4490
34

p) ΔHk 15 = ΔH – (ΣΔH x Bobot)


= 0,983– ((0,02) x 0,0219)

= 0,9825

q) ΔHk 16 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


= 1,498 – ((0,02) x 0,0301)

= 1,4975

r) ΔHk 17 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


= -1,570 – ((0,02) x 0,0405)

= 1,5693

s) ΔHk 18 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


= 0,884 – ((0,02) x 0,0362)

= 0,8832

t) ΔHk 19 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


= 1,269 – ((0,02) x 0,0401)

= 1,2682

u) ΔHk 20 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


= 0,585 – ((0,02) x 0,0562)

= 0,5840

v) ΔHk 21 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


= 0,496 – ((0,02) x 0,0311)

= 0,4955

w) ΔHk 22 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


= 1,500 – ((0,02) x 0,0173)

= 1,4997

x) ΔHk 23 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


35

= 0,723 – ((0,02) x 0,0564)

= 0,7220

y) ΔHk 24 = ΔH – (ΣΔH . Bobot)


= -0,393 – ((0,02) x 0,0347)

= -0,3935

KONTROL

∑(∆Hk) = (-1,2185) +(-1,2358) +(-1,2354) +(-0,7053) +(-1,2450) +

(-1,2528) +(-1,3439) +(-0,8130) +(-0,6957) +0,0251+

(-0,0095) +(-0,1517) +0,3240 +0,4490 +0,9825 +1,4975

+1,5693 +0,8832 +1,2682 +0,5840 +0,4955 +1,4997

+0,7220 +(-0,3935)

= 0

7.Mencari Tinggi Titik dengan Titik awal berada adalah 914.0000(Ti)


a) T1 = Ti Awal
= 914,0000
b) T 2 = T1 + ΔHk1
= 914.0000+( -1.21858 ) = 912.7814

c) T 3 = T2 + ΔHk2
= 912.7814+ (-1.23587) = 911.5456

d) T 4 = T3 + ΔHk3
= 911.5456 + (-1.23456) = 910.3101
e) T 5 = T4 + ΔHk4
= 910.3101+( -0.70537 ) = 909.6047
f) T6 = T5 + ΔHk5
= 909.6047+ (-1.24501) =908.3597
g) T 7 = T6 + ΔHk6
36

= 908.3597+ (-1.25283) = 907.1069


h) T 8 = T7 + ΔHk7
= 907.1069+ (-1.34392) = 905.7630
i) T9 = T8+ ΔHk8
= 905.7630+ (-0.81304) = 904.9499
j) T 10 = T9 + ΔHk9
= 904.9499 + -0.69572 = 904.2542
k) T 11 = T10 + ΔHk10
= 904.2542+ 0.02513 = 904.2794
l) T 12 = T11 + ΔHk11
= 904.2794+ (-0.00954) = 904.2698
m) T 13 = T12 + ΔHk12
= 904.2698+ (-0,15172) = 904.1181
n) T 14 = T13 + ΔHk13
= 904.1181+ (0.32401) = 904.4421
o) T 15 = T14 + ΔHk14
= 904.4421+( 0.44909) = 904.8912
p) T 16 = T15 + ΔHk15
= 904.8912+ (-0.98259) = 905.8738

q) T 17 = T16+ ΔHk16

=905.8738 + (1.49750) = 907.3713

r) T 18 = T17+ ΔHk17

= 907.3713+ (1.56936) = 908.9406

s) T 19 = T18+ ΔHk18
= 908.9406+ (0.88328) = 909.8239

t) T 20 = T19+ ΔHk19
= 909.8239 + (1.26826) = 911.0922

u) T 21 = T20+ ΔHk20
= 911.0922 + (0.58406) = 911.6762
37

v) T 22 = T21+ ΔHk21
= 911.6762+ (0.49555) = 912.1718

w) T 23 = T22+ ΔHk22
= 912.1718 + (1.49976) = 913.6715

x) T 24 = T23+ ΔHk23
= 913.6715 + (0.72201) = 914.3935

8. Mencari Kemiringan tiap Slag (%)


𝐷 18,25
a) Kemiringan 1=∆Hk1 𝑥 100=−1,2185 𝑥 100 =-6,6771%( TURUN)
1

𝐷 28,09
b) Kemiringan 2=∆Hk2 𝑥 100=−1,2358 𝑥 100 =-4,3997%(TURUN)
2

𝐷 16,19
c) Kemiringan 3=∆Hk3 𝑥 100=−1,2354 𝑥 100 =-7,6310%(TURUN)
3

𝐷4 10,41
d) Kemiringan 4=∆Hk 𝑥 100=−0,7053 𝑥 100 =-6,7759%( TURUN)
4

𝐷5 25,97
e) Kemiringan 5=∆Hk 𝑥 100=−1,2450 𝑥 100 =-4,7940%( TURUN)
5

𝐷 26
f) Kemiringan 6 =∆Hk6 𝑥 100 =−1,2528 𝑥 100 =-4,8186%(
6

TURUN)
𝐷 26,01
g) Kemiringan 7=∆Hk7 𝑥 100=−1,3439 𝑥 100 =-5,1669%( TURUN)
7

𝐷8 28,02
h) Kemiringan 8=∆Hk 𝑥 100=−0,8130 𝑥 100 =-2,9016%(TURUN)
8

𝐷 18,05
i) Kemiringan 9=∆Hk9 𝑥 100=−0,6957 𝑥 100 =-3,8544%(TURUN)
9

𝐷 26,06
j) Kemiringan 10=∆Hk10 𝑥 100=0,0251 𝑥 100 =0,0964%(NAIK)
10

𝐷11 17,99
k) Kemiringan 11=∆Hk 𝑥 100 =−0,0095 𝑥 100 = -0,0531%(TURUN)
11

𝐷12 22,1
l) Kemiringan 12=∆Hk 𝑥 100=−0,1517 𝑥 100 = -0,6865%(TURUN)
12

𝐷 26,02
m) Kemiringan 13=∆Hk13 𝑥 100=0,3240 𝑥 100 = 1,2452%(NAIK)
13

𝐷 28,06
n) Kemiringan 14=∆Hk14 𝑥 100=0,4490 𝑥 100 = 1,6005%(NAIK)
14

𝐷15 10,95
o) Kemiringan 15=∆Hk 𝑥 100=0,9825 𝑥 100 = 8,9734%(NAIK)
15

𝐷 15,03
p) Kemiringan 16=∆Hk16 𝑥 100=1,4975 𝑥 100 = - 9,9634%(TURUN)
16
38

𝐷 20,22
q) Kemiringan 17=∆Hk16 𝑥 100=1,5693 𝑥 100 = -7,7614%(TURUN)
16

𝐷 18,08
r) Kemiringan 18=∆Hk16 𝑥 100=0,8832 𝑥 100 = -4,8854%(TURUN)
16

𝐷 20
s) Kemiringan 19=∆Hk16 𝑥 100=0,5840 𝑥 100 = -6,3413%(TURUN)
16

𝐷16 28,06
t) Kemiringan 20=∆Hk 𝑥 100=0,4955 𝑥 100 = -2,0815%(TURUN)
16

𝐷 15,52
u) Kemiringan 21=∆Hk16 𝑥 100=1,4997 𝑥 100 = -3,1930%(TURUN)
16

𝐷 8,63
v) Kemiringan 22=∆Hk16 𝑥 100=−0,74277 𝑥 100 = -17,3784%(TURUN)
16

𝐷16 28,16
w) Kemiringan 23=∆Hk 𝑥 100=0,7220 𝑥 100 = -2,5640%(TURUN)
16

𝐷16 17.3
x) Kemiringan 24=∆Hk 𝑥 100=−0,3935 𝑥 100 = 2,2748%(NAIK)
16

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Praktikum Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu aplikasi dari mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah. Dalam hal ini mengenai pengukuran sipat datar, pengukran sipat
datar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beda tinggi dalam suatu tempat.
Dalam pengukuran sipat datar diperlukan ketelitian yang tinggi dalam pembacaan
benang atas, benang bawah, dan benang tengah karena sedikit kesalahan
pembacaaan dapat menyebabkan kesalahan yang fatal mengingat jarak dalam
pengukuran. Kesalahan garis bidik hendaknya diukur dengan teliti.

Dalam pengukuran yang telah kami lakukan, mendapatkan hasil sebagai


berikut :

• Jumlah Slag sebanyak 16 dengan menggunakan alat Waterpass


• Tinggi Titik awal yang telah dihitung dari hasil interpolasi adalah 914
• KGB yang didapat adalah 0,0002
• Total jarak yang telah diukur adalah 499,2 m
• Besar koreksi beda tinggi yang didapat adalah 0,02
39

6.2 Saran

Diperlukan kekompakan surveyor yang tinggi agar pengukuran dapat


berjaan dengan lancar. Dan hati-hati dalam melakukan pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2008). Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1


Untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembiaan SMK.
Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2017). Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah.
Bandung: Laboratorium Survei dan Pemetaan DPTS FPTK UPI.

18

Anda mungkin juga menyukai