LAPORAN
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah
oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Ilmu Ukur Tanah sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW.
Selaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. Iskandar
Muda Purwaamijaya, M.T. selaku dosen mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah yang
telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini. Selain itu, kami berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam dalam memudahkan proses
pembuatan makalah.
Laporan yang berjudul Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal ini
merupakan salah satu untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah.
Tersusunnya laporan ini berkat kerjasama yang baik antar anggota kelompok kami
walaupun pada mulanya kami mengalami kesulitan dalam menyelesaikan laporan
ini. Namun, al-hamdulillah akhirnya laporan ini dapat diselesaikan. Harapan kami
laporan ini dapat bermanfaat untuk rekan-rekan kami baik dalam proses
pembelajaran di kampus maupun luar kampus.
Kami menyadari dalam laporan ini ada kelemahan dan kekurangan, oleh karena
itu adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat kami nantikan untuk
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB V KESIMPULAN .........................................................................................16
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
6
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
pengenalan macam-macam alat ukur, hasil data yang diperoleh, dan menentukan
nilai KGB. Dalam laporan ini penulis ingin memahami bagaimana pengenalan alat
ukur pada praktikum Kerangka Dasar Vertikal.
1.5 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran Praktikum Ilmu
Ukur Tanah ini, diantaranya:
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran situasi jalan dan bangunan dengan
menggunakan metode sipat datar.
2. Mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan pesawat penyipat datar.
3. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan, mengolah data dan menggambar dari
hasil pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar.
1.6 Sistematika
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan uraian lebih terperinci. Maka
laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan, kemudian dalam
Bab II membahas mengenai kajian pustaka yang didalamnya terdapat kajian-
kajian umum mengenai Alat sipat Datar.
Bab III Metodologi yang didalamnya terdapat tempat, waktu kegiatan, data
yang diambil, teknik pengambilan data, teknik analisis data, kerangka kegiatan, dan
prosedur kegiatan.,
Bab IV Hasil dan pembahasan
Bab V Kesimpulan dan saran, Daftar Pustaka, dan Lampiran.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
4. Pengatur diafragma
5. Pengunci horizontal
6. Skrup kiap
7. Tribrach
8. Trivet
9. Kiap
10. Sumbu ke-1
11. Tombol fokus
12. Pegas
13. Pengungkit teropong
4. Tipe Otomatik (Automatic Level)
Tipe ini sama dengan tipe kekar hanya didalam teropongnya terdapat alat
yang disebut komposator untik membuat agar garis bidik mendata. Berbeda
dengan 3 tipe sebelumnya, pada tipe otomatik ini tidak terdapat nivo tabung
untuk mendatarkan garis bidik sebagai penggantinya di dalam teropong
dipasang alat yang dinamakan kompensator.
Bila benang silang diafragma telah diatur dengan baik, sinar mendatar dan
masuk melalui pusat objektif akan selalu jatuh depan di titik potong benang
silang diafragma, walaupun teropong miring (sedikit).Tipe otomatik
mempunyai kekurangan yaitu mudah dipengaruhi getaran, karena sebagai
kompensatornya dipergunakan sistem pendulum. Tipe Otomatik terdriri dari :
2. Kompensator
3. Pengatur diafragma
4. Pengunci horizontal
5. Skrup kiap
6. Tribrach
7. Trivet
8. Kiap
9. Tombol Fokus
2. Statif
Statif merupakan tempat dudukan alat dam untuk menstabilkan alat seperti sipat
datar, ststif mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa diubah ukuran
ketinggiannya. Statif saat didirikan harus rata karena jika tidaj rata dapat
mengakibatkan kesalahan saat pengukuran.
3. Unting-unting
Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan yang berbentuk kerucut dengan
ujung bawah lancip dan ujung atas digantungkan tali.
4. Patok
Patok dalam tanah berfungsi untuk memberi tanda batas jalon yang akan
diperlukan lagi pada waktu pengukuran yang lain/patok biasanya ditanam di dalam
tanah dan yang menonjol antara 5 cm - 10 cm dengan maksud agar tidak lepas dan
tidak mudah dicabut. patok terbuat dari dua maca, nahan yaitu kayu dan besi atau
beton.
a. patok kayu
patok kayu adalah yang terbuat dari kayu, berpenampang bujur sangkar
dengan ukuran ± 50 mm × 50 mm dan bagian anya atasnya diberi cat.
b. patok beton atau besi
patok yang terbuat dari beton atau besi biasanya merupakan patok tetap
yang akan masih dipakau pada pengukuran di waktu yang lain.
5. Rambu Ukur
Rambu Ukur dapat terbuat dari kayu, campuran almunium yang diberi skala
pembacaan. Ukuran lebarnya ± 4 cm, panjangnya antara 3 m - 5 m dan
pembacaannya dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter dan
milimeter.
6. Payung
Payung digunakan sebagai pelindung dari panas dan hujan untuk alat ukur yang
sedang digunakan, karena jika alat ukur sering kepanasan atau kehujanan maka
lambat laun pasti mudah rusak (jamuran, dll).
7. Pita Ukur
Pita ukur tersedia dalam ukuran panjang 10 m, 15 m, 25 m atau 30 m. kelebihan
dari alat ini adalah bisa digulung dan ditarik kembali. Sedangkan kekurangannya
11
adalah jika ditarik akan memanjang, lekas rusakdan mudah putus serta tidak tahan
air.
8. Formulir Pengukuran Alat Sipat Datar
Formulir pengukuran digunakan untuk mencatat kondisi di lapangan dan hasil
perhitungan-perhitungan pengukuran di lapangan (terlampir). Pengukuran harus
dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sebelumnya.
Tabel 1. Formulir Pengukuran Alat Sipat Datar
BAB III
METODOLOGI
5. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah
disediakan.
6. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan
program excel.
Masukan nilai BA, BT, BB, Jarak Belakang dan Jarak Muka ke dalam table
Hitung kontrol disetiap slag dengan rumus :
𝐵𝐴+𝐵𝐵
Syarat bacaan: | − 𝐵𝑇| ≤ 0,001 m d optis = (BA – BB) x 100
2
24. Dirikan alat pada slag pertama lakukan pembacaan BA, BT, BB. Ke rambu
belakang dan rambu muka
25. Mengukur jarak belakang dan jarak muka ( jarak mendatar menggunakan pita
ukur )
26. Memindahkan alat ke slag 2 lakukan hal yang sama seperti di slag 1
27. Lakukan hal yang sama sampai slag terkahir.
h. Hitung total jarak jalur pengukuran dengan menjumlahkan jarak semua slag.
∑D = D1 + D2 + … + Dn
i. Hitung Bobot koreksi disetiap slag dengan membagi jarak slag dengan total
jarak pengukuran
𝐷1
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 =
∑D
j. Mengkontrol hasil bobot. (∑ Bobot = 1)
17
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
d = db + dm
Keterangan :
∑d : Jarak keseluruhan
Bobot : Hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya
Ti : Tinggi titik
21
Diketahui:
= 2,5571
= 1,4255
= 0,9335
= 2,0145
= 1,8948
= 1,9516
= 1,6226
= -1,218
b) ΔH 2 = Btbk – Btmk
= 0,7795 – 2,0145
= -1,235
c) ΔH 3 = Btbk – Btmk
= 0,9177 – 2,1526
= -1,235
d) ΔH 4 = Btbk – Btmk
= 1,1898 – 1,8948
= -0,705
e) ΔH 5 = Btbk – Btmk
= 0,7075 – 1,9516
= -0,1244
f) ΔH 6 = Btbk – Btmk
= 0,6796 – 1,9315
= -1,252
g) ΔH 7 = Btbk – Btmk
= 0,5545 – 1,8976
= -1,343
h) ΔH 8 = Btbk – Btmk
= 0,7495 – 1,5615
= -0,812
27
i) ΔH 9 = Btbk – Btmk
= 0,7016 – 1,3967
= -0,695
j) ΔH 10 = Btbk – Btmk
= 1,3745 – 1,3485
= 0,026
k) ΔH 11 = Btbk – Btmk
= 1,3847 – 1,3937
= -0,009
l) ΔH 12 = Btbk – Btmk
= 1,4636 – 1,6146
= -0,151
m) ΔH 13 = Btbk – Btmk
= 1,5765 – 1,2516
= 0,325
n) ΔH 14 = Btbk – Btmk
= 1,5215 – 1,0715
= 0,450
o) ΔH 15 = Btbk – Btmk
= 1,8578– 0,8748
= 0,983
p) ΔH 16 = Btbk – Btmk
= 0,934 – 1,679
= 1,498
q) ΔH 17 = Btbk – Btmk
= 2,3076 – 0,7376
= 1,570
28
r) ΔH 18 = Btbk – Btmk
= 2,3286 – 1,4447
= 0,884
s) ΔH 19 = Btbk – Btmk
= 1,9996 – 0,7307
= 1,269
t) ΔH 20 = Btbk – Btmk
= 1,7295 – 1,445
= 0,585
u) ΔH 21 = Btbk – Btmk
= 1,4257 – 0,9297
= 0,496
v) ΔH 22 = Btbk – Btmk
= 1,8838 – 0,3838
= 1,5
w) ΔH 23 = Btbk – Btmk
= 1,9075 – 1,1845
= 0,723
x) ΔH 24 = Btbk – Btmk
= 1,2297 – 1,6226
= -0,393
KONTROL
∑(∆H) = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 + ∆H4 + ∆H5 + ∆H6 + ∆H7 + ∆H8 + ∆H9 +
∆H10 +∆H11 +∆H12 + ∆H13 + ∆H14 + ∆H15 + ∆H16+ ∆H17+
∆H18+ ∆H19+ ∆H20+ ∆H21+ ∆H22+ ∆H23+ ∆H24
= (-1,218) + (-1,235) + (-1,235) + (-0,705) + (-1,244) + (-1,252) + (-
1,343) + (-0,812) + (-0,695) + 0,026 + (-0,009) + (-0,151) + 0,325 +
0,450 + 0,983 + 1,498 + 1,570 + 0,884 + 1,269 + 0,585 + 0,496 +1,5
+0,723 + (-0,393)
= 0,02
29
k) Σd 11 = db + dm
= 7,96 + 10,03 = 17,99
l) Σd 12 = db + dm
= 10,57 + 11,53 = 22,1
m) Σd 13 = db + dm
= 14,70 + 11,32 = 26,02
n) Σd 14 = db + dm
= 13,36 + 14,70 = 28,06
o) Σd 15 = db + dm
= 6,15 + 4,80 = 10,95
30
p) Σd 16 = db + dm
= 7,30 + 7,73 = 15,03
q) Σd 17 = db + dm
= 9,42 + 10,80 = 20,22
r) Σd 18 = db + dm
= 10,77 + 7,31 = 18,08
s) Σd 19 = db + dm
= 10,95 + 9,05 = 20
t) Σd 20 = db + dm
= 13,86 + 14,20 = 28,06
u) Σd 21 = db + dm
= 6,60 + 8,92 = 15,52
v) Σd 22 = db + dm
= 3,56 + 5,07 = 8,63
w) Σd 23 = db + dm
= 14,64 + 13,52 = 28,16
x) Σd 24 = db + dm
= 7,90 + 9,40 = 17,3
5. Mencari Bobot
Σ𝑑 18,25
a) Bobot 1 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0366
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 16,19
b) Bobot 2 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0563
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 10,41
c) Bobot 3 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0324
Σ(Σ𝑑) 499,2
31
Σ𝑑 25,97
d) Bobot 4 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0209
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 26
e) Bobot 5 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0275
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 26,01
f) Bobot 6 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0520
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 28,02
g) Bobot 7 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0521
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 18,05
h) Bobot 8 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0521
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 26,06
i) Bobot 9 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0561
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 17,99
j) Bobot 10 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0362
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 22,1
k) Bobot 11 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0522
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 26,02
l) Bobot 12 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0360
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 28,06
m) Bobot 13 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0443
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 10,95
n) Bobot 14 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0562
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 15,03
o) Bobot 15 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0219
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 20,22
p) Bobot 16 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0301
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 18,08
q) Bobot 17 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0405
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 20
r) Bobot 18 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0362
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 28,06
s) Bobot 19 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0401
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 9
t) Bobot 20 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0562
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 15,52
u) Bobot 21 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0311
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 8,63
v) Bobot 22 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0173
Σ(Σ𝑑) 499,2
Σ𝑑 28,16
w) Bobot 23 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0564
Σ(Σ𝑑) 499,2
32
Σ𝑑 17,3
x) Bobot 24 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 = = = 0,0347
Σ(Σ𝑑) 499,2
KONTROL
=1
= -1,2358
= -0,7053
= -1,2450
= -1,2528
= -1,3439
= -0,8130
= -0,6957
= 0,0251
= -0,0095
= -0,1517
= 0,3240
= 0,4490
34
= 0,9825
= 1,4975
= 1,5693
= 0,8832
= 1,2682
= 0,5840
= 0,4955
= 1,4997
= 0,7220
= -0,3935
KONTROL
+0,7220 +(-0,3935)
= 0
c) T 3 = T2 + ΔHk2
= 912.7814+ (-1.23587) = 911.5456
d) T 4 = T3 + ΔHk3
= 911.5456 + (-1.23456) = 910.3101
e) T 5 = T4 + ΔHk4
= 910.3101+( -0.70537 ) = 909.6047
f) T6 = T5 + ΔHk5
= 909.6047+ (-1.24501) =908.3597
g) T 7 = T6 + ΔHk6
36
q) T 17 = T16+ ΔHk16
r) T 18 = T17+ ΔHk17
s) T 19 = T18+ ΔHk18
= 908.9406+ (0.88328) = 909.8239
t) T 20 = T19+ ΔHk19
= 909.8239 + (1.26826) = 911.0922
u) T 21 = T20+ ΔHk20
= 911.0922 + (0.58406) = 911.6762
37
v) T 22 = T21+ ΔHk21
= 911.6762+ (0.49555) = 912.1718
w) T 23 = T22+ ΔHk22
= 912.1718 + (1.49976) = 913.6715
x) T 24 = T23+ ΔHk23
= 913.6715 + (0.72201) = 914.3935
𝐷 28,09
b) Kemiringan 2=∆Hk2 𝑥 100=−1,2358 𝑥 100 =-4,3997%(TURUN)
2
𝐷 16,19
c) Kemiringan 3=∆Hk3 𝑥 100=−1,2354 𝑥 100 =-7,6310%(TURUN)
3
𝐷4 10,41
d) Kemiringan 4=∆Hk 𝑥 100=−0,7053 𝑥 100 =-6,7759%( TURUN)
4
𝐷5 25,97
e) Kemiringan 5=∆Hk 𝑥 100=−1,2450 𝑥 100 =-4,7940%( TURUN)
5
𝐷 26
f) Kemiringan 6 =∆Hk6 𝑥 100 =−1,2528 𝑥 100 =-4,8186%(
6
TURUN)
𝐷 26,01
g) Kemiringan 7=∆Hk7 𝑥 100=−1,3439 𝑥 100 =-5,1669%( TURUN)
7
𝐷8 28,02
h) Kemiringan 8=∆Hk 𝑥 100=−0,8130 𝑥 100 =-2,9016%(TURUN)
8
𝐷 18,05
i) Kemiringan 9=∆Hk9 𝑥 100=−0,6957 𝑥 100 =-3,8544%(TURUN)
9
𝐷 26,06
j) Kemiringan 10=∆Hk10 𝑥 100=0,0251 𝑥 100 =0,0964%(NAIK)
10
𝐷11 17,99
k) Kemiringan 11=∆Hk 𝑥 100 =−0,0095 𝑥 100 = -0,0531%(TURUN)
11
𝐷12 22,1
l) Kemiringan 12=∆Hk 𝑥 100=−0,1517 𝑥 100 = -0,6865%(TURUN)
12
𝐷 26,02
m) Kemiringan 13=∆Hk13 𝑥 100=0,3240 𝑥 100 = 1,2452%(NAIK)
13
𝐷 28,06
n) Kemiringan 14=∆Hk14 𝑥 100=0,4490 𝑥 100 = 1,6005%(NAIK)
14
𝐷15 10,95
o) Kemiringan 15=∆Hk 𝑥 100=0,9825 𝑥 100 = 8,9734%(NAIK)
15
𝐷 15,03
p) Kemiringan 16=∆Hk16 𝑥 100=1,4975 𝑥 100 = - 9,9634%(TURUN)
16
38
𝐷 20,22
q) Kemiringan 17=∆Hk16 𝑥 100=1,5693 𝑥 100 = -7,7614%(TURUN)
16
𝐷 18,08
r) Kemiringan 18=∆Hk16 𝑥 100=0,8832 𝑥 100 = -4,8854%(TURUN)
16
𝐷 20
s) Kemiringan 19=∆Hk16 𝑥 100=0,5840 𝑥 100 = -6,3413%(TURUN)
16
𝐷16 28,06
t) Kemiringan 20=∆Hk 𝑥 100=0,4955 𝑥 100 = -2,0815%(TURUN)
16
𝐷 15,52
u) Kemiringan 21=∆Hk16 𝑥 100=1,4997 𝑥 100 = -3,1930%(TURUN)
16
𝐷 8,63
v) Kemiringan 22=∆Hk16 𝑥 100=−0,74277 𝑥 100 = -17,3784%(TURUN)
16
𝐷16 28,16
w) Kemiringan 23=∆Hk 𝑥 100=0,7220 𝑥 100 = -2,5640%(TURUN)
16
𝐷16 17.3
x) Kemiringan 24=∆Hk 𝑥 100=−0,3935 𝑥 100 = 2,2748%(NAIK)
16
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Praktikum Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu aplikasi dari mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah. Dalam hal ini mengenai pengukuran sipat datar, pengukran sipat
datar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beda tinggi dalam suatu tempat.
Dalam pengukuran sipat datar diperlukan ketelitian yang tinggi dalam pembacaan
benang atas, benang bawah, dan benang tengah karena sedikit kesalahan
pembacaaan dapat menyebabkan kesalahan yang fatal mengingat jarak dalam
pengukuran. Kesalahan garis bidik hendaknya diukur dengan teliti.
6.2 Saran
18